Anda di halaman 1dari 21

BAB III

KETERSEDIAAN AIR DAN


PERTUKARAN
KATION DALAM TANAH

• Pertukaran kation dan tersedianya unsur


hara
• Persentase kejenuhan basa
• Kapasitas tukar kation
• Pertukaran kation dalam tanah
• Ketersediaan air dalam tanah
Ketersediaan Air Dalam Tanah
• Tumbuhan selain memerlukan lingkungan dan sumber
cahaya yang cukup juga memerlukan media tumbuh
yang subur secara kimia maupun fisik.
• Salah satu faktor yang sangat penting adalah
ketersediaan air dan kandungan unsur hara tanah.
• Jumlah air tersedia ditentukan oleh banyaknya air yang
ditahan dalam profil tanah yang dapat dijelajahi oleh
akar.
• Menurut Guswono Soepardi (1977), air merupakan
faktor penting dalam tiga mekanisme sarapan hara, yaitu
intersepsi akar, aliran massa dan difusi.
• Air dibutuhkan sebagai pelarut dan pembawa
unsur hara dari akar ke bagian atas tumbuhan,
yang kemudian diuapkan melalui ptoses
transpirasi,
• Air sebagai bahan baku dalam proses
fotosintesis tanaman dan pendukung turgor sel-
sel.
• Kekurangan air akan berpengaruh langsung
terhadap proses fotosintesis dengan demikian
akan mempengaruhi jumlah karbohidrat yang
diproduksi.
• Bila peningkatan radiasi matahari itu tidak diikuti
oleh peningkatan penyerapan air dan unsur hara
oleh akar, maka tanaman akan layu dan atau
kekurangan unsur hara.
• Hal ini sering terjadi di daerah tropis karena hal-
hal sebagai berikut :
1 Seperti keringnya tanah
2 Tidak suburnya tanah
3 Jeleknya sistem perakaran tanaman
Peranan air bagi tanaman, antara lain adalah :
• Sebagai unsur hara tanaman
• Tanaman memerlukan air dari tanah dan CO2 dari udara
untuk membentuk karbohidrat dalam proses fotosintesis.
• Sebagai pelarut unsur hara
• Sebagai bagian dari sel-sel tanaman

Persediaan air dalam tanah tergantung dari :


• Banyaknya curah hujan atau air irigasi
• Kemampuan tanah menahan air
• Besarnya evapotranspirasi
• Tingginya muka air tanah
• Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya
adhesi, kohesi dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya terebut maka air
dalam tanah dapat dibedakan menjadi : air higroskopis dan air kapiler
• Air higroskopis, yaitu air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak
dapat digunakan tanaman. Hal ini karena ada gaya adhesi, yaitu tarik
menarik antara molekul air dengan molekul tanah.
• Air Kapiler, yaitu air dalam tanah di mana gaya kohesi (tarik menarik
antar butir-butir air) dan gaya adhesi (tarik menarik antara melekul air dan
molekul tanah) lebih kuat dari gaya gravitasi.
• Air ini dapat bergerak ke samping atau ke atas kaena gaya-gaya kapiler.
Sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap)
bagi tanaman.
Dengan menentukan jumlah air tersedia bagi tanaman,
beberapa istilah di bawah ini perlu dipahami, yaitu :

• Kapasitas Lapang, yaitu keadaan tanah cukup


lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak
(maksimum) yang dapat ditahan oleh tanah
terhadap gaya tarik gravitasi.
• Titik Layu Permanen, yaitu kandungan air
tanah di mana akar-akar tanaman mulai tidak
mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga
tanaman menjadi layu.
• Air Tersedia, yaitu kandungan ait tanah antara
kapasitas lapang dan titik layu permanen. Atau
selisih antara kadar air pada kapasitas lapang
dikurangi kadar air pada titik layu permanen.
Pertukaran Kation-Kation Dalam Tanah

• Unsur hara diserap akar tanaman dalam bentuk ion-ion.


Ion-ion yang bermuatan positif disebut kation.
• Kation ini diikat oleh partikel koloid-koloid liat (clay) dan
humus yang bermuatan negatif, yang jumlahnya berjuta-
juta di dalam tanah.
• Ikatan tersebut terbentuk sedemikian rupa sehingga
terjadi keadaan seimbang atau netral pada permukaan
kompleks liat dan humus.
• Humus mempunyai kemampuan terbesar dalam
mengikat kation-kation, kemampuan monmorilonit
sedang, dan paling kecil adalah kemampuan mineral
kaolinoit.
• Proses pengikatan kation-kation ini dapat dilihat dari segi
fisik dan kimia tanah.
• Ditinjau dari segi fisik tanah, bagian padat dari sistem
tiga fase tanah itu tersusun dari fraksi-fraksi pasir, debu
dan liat, yang merupakan hasil pelapukan alami dari
batuan kimiawi, bagian ini ternyata tersusun dari unsur-
unsur dan senyawa-senyawa kimia yang cukup lengkap.
• Fraksi liat merupakan bagian terkecil dari bagian padat
ini, merupakan fraksi yang sangat penting dan aktif
dalam tanah.
• Fraksi ini merupakan koloid tanah yang dapat
menyelaputi atau bersifat perekat dari butir-butir primer
tanah sehingga dapat membentuk agregat mikro yang
dapat menjerap atau mengikat unsur hara bagi tanaman.
• Selain koloid liat, di dalam tanah dikenal juga
koloid humus, yang bersama-sama membentuk
kompleks liat-humus yang sangat penting dalam
tanah, oleh karena merupakan gudang unsur
hara. Kompleks liat-humus ini dapat langsung
menyediakan unsur hara bagi tanaman.
• Fraksi debu hanya sebagian saja yang bersifat
koloid, sedangkan sebagian lain bersama-sama
dengan fraksi pasir tidak dapat langsung
menyediakan unsur hara, tetapi lebih bersifat
sebagai cadangan mineral.
Pada dasarnya mineral liat ini digolongkan ke
dalam tiga tipe, yaitu :

• Tipe 1 : 1, struktur mineral liat ini tersusun dari satu


lempeng silika tertrahedron dan satu lempeng aluminat
oktahendron (1 : 1). Dalam golongan ini terdapat dua
macam, yaitu yang berukuran sama (kaolinit), dan yang
memanjang (hallosite).
• Tipe 2 : 1, Struktur mineral liat ini terdiri dari dua
lempeng silika tetrahedron yang mengapit satu lapisan
alumina oktahedron.
• Tipe campuran yang teratur : Struktur ini tersusun
dalam susunan lapisan-lapisan yang berlainan secara
berganti-ganti, sebagai contoh chlorit.
Yang termasuk tipe 2:1 ini terdiri dari dua macam, yaitu :

• monmorilonit, yang mempunyai permukaan luar dan


dalam bersifat aktif menjerap kation-kation, juga mampu
menyerap air.
• Sehingga dapat mengembang bila basah dan mengkerut
bila kering dengan demikian sering terjadi retakan-
retakan yang lebarnya bisa mencapai satu meter atau
lebih.
• Yang kedua adalah mineral liat lilit dan mika, yang tidak
dapat mengikat molekul-molekul air seperti pada
monmorilonit, sehingga tidak dapat mengembang dan
mengkerut.
Humus adalah :

• Bahan organik yang tidak dapat melapuk lagi dan


berukuran koloid, yaitu dapat mengikat kation-kation,
mengadakan pertukaran ion-ion, dan menjerap air.
• Bahan organik yang berwarna kehitam-hitaman sampai
hitam.
• Bahan organik yang konsistensinya agak mantap
• Bahan organik yang dapat mengikat ion-ion lebih banyak
dibandingkan liat pada berat sama selain itu juga dapat
menyimpan molekul air lebih banyak.
Kapasitas Tukar Kation

• KTK, adalah banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang


dapat diserap oleh tanah per satuan berat tanah
(biasanya per 100 g tanah). Kation-kation yang tidak
diserap oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh air
gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation lain yang
terdapat dalam larutan tanah.
• Kapasitas Tukar Kation (KTK) dinyatakan dalam, satuan
kimia yaitu meilikivalen per 100 gram (me/100 g). dari
satuan miliuekivalen dapat diubah menjadi satuan berat,
demikian juga dari satuan me/100 g tanah dapat diubah
menjadi ppm (part per million).
• misalnya :
1 me H = 1 mg (berat atom H = 1, valensi 1)
1 me K = 39 mg (berat atom K = 39, valensi 1)
1 me Na = 23 mg (berat atom Na = 23, valensi 1)
1 me Ca = 40/2 mg (berat atom Ca = 40, valensi 2)
1 me Mg = 24/2 mg (berat atom Mg = 24, valensi 2)

• bila K = 0,6 me/100 g = 0,6 × 39 mg/100 g


= 23,4 mg/100.000 mg
= 234 mg/1000.000 mg
= 234 ppm

• Ca = 21,5 me/100 g = 21,5 × 40/2 mg/100 g


= 430 mg/100 g
= 430 mg/100.000 mg
= 4300 mg/1.000.000 mg
= 4.300 ppm
• Kekuatan pengikatan ion-ion oleh komplek jerapan
tanah adalah sebagai berikut : :
Anion-anion : PO4- > SO4= > F- NO3- > Cl- > Br- >
l-
Kation-kation : H+……Al+++>Ba++>Sr++> Ca+
+>Mg++ >K+> NH4+ > Na+>Li+
• Ion-ion yang bermuatan negatif disebut anion-
anion.
• Pertukaran anion-anion dalam tanah belum banyak
diketahui, meskipun hal ini dalam keadaan tertentu
bisa terjadi, terutama dalam keadaan yang asam.
Faktor yang mempengaruhi KTK, al :

• Tekstur tanah, semakin halus tekstur tanah semakin


besar KTK-nya
• Struktur tanah, semakin remah struktur tanah maka
KTK-nya akan semakin tinggi.
• PH, pada pH rendah maupun tinggi KTK akan
berkurang. KTK tertinggi dicapai pada kondisi pH tanah
netral.
• Kandungan bahan organik, semakin tinggi kandungan
bahan organik suatu tanah maka KTK akan semakin
tinggi.
Persentase Kejenuhan Basa Tanah

• Ada dua kelompok kation terjerap yang mempunyai


pengaruh berlawanan terhadap kemasaman dan
kebasaan (kealkalinan) tanah.
• Hidrogen dan alumunium cenderung mendominasi tanah
asam, kedua-duanya merupakan penyumbang ion H+
dalam larutan tanah, ion Al+++ secara tidak langsung
melalui hidrolisis. Hal tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :
Al3+ + H2O  Al (OH)2+ +H+
Al(OH)2+ + H2O  Al(OH)2+ + H+
• Perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan
jumlah semua kation (kation basa + kation asam) yang
terdapat dalam kompleks jerapan tanah dikalikan 100%
disebut prosentase kejenuhan basa
• kation-kation basa umumnya merupakan unsur hara yang
diperlukan tanaman. Disamping itu basa-basa umumnya mudah
tercuci, sehingga tanah dengan kejenuhan basa tinggi menunjukkan
bahwa tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian dan
merupakan tanah yang subur.

• Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, di mana


tanah-tanah dnegan pH rendah umumnya mempunyai kejenuhan
basa rendah, sedang tanah-tanah dengan pH tinggi mempunyai
kejenuhan basa yang tinggi pula.

• Tanah-tanah dengan kejenuhan basa rendah, berarti kompleks


jerapan lebih banyak diisi oleh kation-kation asam, yaitu Al3+ dan
H3+. Apabila jumlah kation asam terlalu banyak, terutama Al3+,
dapat merupakan racun bagi tanaman. Keadaan seperti ini banyak
dijumpai pada tanah-tanmah masam.
Pertukaran Kation dan Tersedianya Unsur Hara

• Secara umum dapat kita anggap bahwa kation-kation


yang terjerap mudah tersedia bagi tanaman maupun
jasad mikro.
• Kation memasuki larutan tanah, kemudian mereka dapat
diserap akar dan organisme tanah atau hilang bersama
air drainase.
• Bila hubungan antara koloid tanah dan akar sangat
berdekatan maka akan terjadi pertukaran langsung
antara tanah dan akar .
• Dalam keadaan demikian orang beranggapan bahwa ion
H+ yang dihasilkan oleh akar menggantikan kation-kation
yang diperlukan tanaman langsung dari kompleks
jerapan.
Tersedianya unsur hara bagi tanaman dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :

• Adanya nisbah tertetu antar kation pada kompleks


jerapan. Umpamanya, bila persentase kejenuhan
kalsium suatu tanah adalah tinggi, maka penggantian
kation tersebut sangat mudah.
• Pengaruh ion-ion lain. Karena setiap ion mempunyai
daya ikat yang berbeda.
• Pengaruh tipe koloid. Berbagai koloid mempunyai daya
ikat kation yang berbeda.
• Sifat ini sudah barang tentu akan mempengaruhi mudah
tidaknya suatu kation digantikan dari permukaan
kompleks jerapan.
• Misalnya kalsium akan diikat lebih kuat oleh koloid
monmorilonit daripada oleh kaolonit.

Anda mungkin juga menyukai