Anda di halaman 1dari 30

BAB VI

PERANAN BAHAN ORGANIK


TERHADAP
KESUBURAN TANAH
• Pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos
• Kehilangan unsur hara pada pupuk
kandang
• Penggunaan pupuk kandang
• Proses dekomposisi pupuk organik
• Peranan pupuk organik
Pupuk Kandang
• Pupuk kandang adalah pupuk yang
berasal dari campuran kotoran ternak atau
urine hewan serta sisa-sisa makanan yang
tidak habis.
• Pupuk kandang ini dapat dibagi ke dalam
dua bentuk. Bentuk yang pertama ialah
sebagai bahan padat (faeces) dan bentuk
kedua adalah bahan cair (urine).
Beberapa sifat baik dari pupuk kandang :

– Mengandung humus, yang merupakan zat-zat organik yang


terdapat di dalam tanah yang terjadi karena proses
dekomposisi.
– Humus ini dapat memperbaiki struktur tanah sehingga
menjadi remah yang mudah diolah,
– Sebagai sumber hara nitrogen, fosfor, dan kalium yang
amat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Unsur-unsur tersebut berada dalam keadaan
seimbang.
– Menaikkan daya menahan air (water capasity)
– Banyak mengandung mikroorganisme, sehingga proses
dekomposisi bahan organik di tanah berlangsung dengan
baik hingga terurai menjadi unsur hara dan humus.
• Pupuk kandang yang baru diangkat dari
kandang biasanya temperaturnya tinggi (panas),
oleh sebab itu tidak boleh langsung dibenamkan
ke dalam tanah dekat perakaran.
• Biasanya sebelum dipakai terlebih dahulu
disimpan (didinginkan) sekitar satu sampai dua
minggu.
• Lebih baik kalau dikeringkan lebih dulu
sebelumnya dipergunakan.
• Menurut Tisdale dan Nelson (1965), biasanya
komposisi dari pupuk kandang terdiri 0,5% N, 0,25% P,
dan 0,5% K.
• Sedangkan menurut Cooke (1972), mengemukakan
bahwa pada pupuk kandang kering rata-rata berisi kira-
kira 2% N, 1,7 K2O dan P2O5 .
• Nilai dan susunan kimia pupuk kandang dipengaruhi
oleh :
1. Makanan hewan yang bersangkutan
2. Jenis hewan yang dikandangkan
3. Umur dan keadaan hewan
4. Fungsi hewan tersebut, apakah sebagai pekerja atau pedaging
5. Jenis dan jumlah bahan yang digunakan sebagai alas kandang
Kehilangan Unsur Hara Selama Penyimpanan
Pupuk Kandang

• Karena setengah nitrogen dan tiga perlima


kalium dari rata-rata pupuk kandang terdapat
dalam bentuk larutan, kemungkinan hilang
karena pencucian biasanya besar, walaupun
pupuk kandang tidak kena hujan yang lebat.
• Disamping itu, pelapukan aerob dan anaerob
menyebabkan kehilangan nitrogen yang cepat
dalam bentuk amonia, nitrat dan gas nitrogen.
Upaya untuk mengurangi kehilangan unsur hara dari pupuk kandang
selama di dalam kandang dan selama penyimpanan, antara lain :

• Dengan mamadatkan tanah dan membatasi tumpukan


pupuk kandang akan mengubah pelapukan dari aerobik
menjadi anaerobik. Dengan demikian dapat sedikit
mengurangi kehilangan nitrogen dari pupuk kandang.
• Lantai beton atau pembuatan dasar yang kedap air di
bawah tumpukan pupuk kandang dapat mengurangi
kehilangan unsur hara karena pencucian.
• Lantai kandang terdiri dari lapisan bahan organik yang
dapat menahan dan mempunyai daya serap yang tinggi.
• Bila pupuk kandang disimpan diluar bangunan (terkena
air hujan), maka usahakan dasar tumpukan harus
rata/datar dan jauh dari bangunan, sehingga
kemungkinan mendapat air hujan yang berlebihan tidak
trerjadi.
• Selanjutnya pupuk kandang sebaiknya disimpan
dalam tumpukan dan usahakan pinggiran
tumpukan dibuat securam mungkin, sehingga air
dengan mudah dapat mengalir ke bawah.
• Dengan membuat bak penyimpanan, biasanya
berbentuk persegi panjang dan terbuat dari
beton atau semen. Biasanya bagian atasnya
diberi naungan untuk menghindari air hujan.
Penggunaan Pupuk Kandang

• Pemberian pupuk kandang sedikit dengan frekuensi


pemberian yang sering jauh lebih baik dari pada
pemberian yang sekaligus dalam jumlah yang banyak.
• Penyebaran pupuk sebaiknya dapat dilakukan secara
merata di seluruh hamparan lahan.
• Cara pemberian pupuk apakah disebar dipermukaan
tanah atau di benamkan ke dalam tanah, hal ini
tergantung dari tanaman yang diusahakan.
• Pada tanaman ruput-rumputan, pupuk kandang cukup
disebarkan di permukaan tanah. Sedangkan tanaman
lain pada umumnya diupayakan untuk dibenamkan.
Pupuk Hijau
• Pemberian pupuk hijau ke tanah dengan tujuan memperbaiki
keadaan tanah merupakan praktek pertanian yang sudah lama
dikenal.
• Catatan menunjukkan bahwa tanaman kacang-kacangan yang
digunakan sebagai pupuk hijau telah dikenal bangsa Yunani sejak
3000 tahun sebelum mesehi.
• Praktek membenamkan bahan hijauan tanaman sebelum
dikomposkan disebut pemberian pupuk hijau
• Bila tanah berada dalam keadaan menguntungkan dan dikelola
dengan baik, bahan demikian dapat menciptakan berbagai efek
yang menguntungkan dan dapat membantu mempertahankan atau
menaikan kapasitas berproduksi dari tanah.
Keuntungan memberikan Pupuk Hijau, al :

1.Menyuplai kebutuhan bahan organik


2.Menambah kadar nitrogen dalam tanah
3.Meningkatkan pengawetan tanah
4.Juga merupakan pensuplai bahan
makanan bagi mikroorganisme tanah.
5.Meningkatkan kadar humus tanah
Sifat yang Dikehendaki dari Pupuk Hijau :

1. Cepat tumbuh
2. Bagian atas yang banyak dan bersifat
sukulen
3. sanggup tumbuh pada kondisi tanah yang
kurang subur
4. Sebaiknya berasal dari jenis leguminosa
5. Tahan pangkas
• Tanaman yang cepat pertumbuhannya akan cepat
rotasinya sehingga dapat cepat digunakan untuk
memperbaiki kesuburan tanah.
• Proporsi bagian atas tanaman yang banyak dan sukulen
(banyak mengandung air), karena makin banyak
kandungan airnya makin mudah melapuk sehingga
dapat lebih cepat memperbaiki kesuburan tanah
• Bila semua keadaan sama, lebih baik menggunakan
tanaman leguminosa sebagai pupuk hijau dibandingkan
dengan tanaman bukan legum, karna nitrogen yang
diperoleh tanah lebih banyak.
Beberapa jenis Tanaman Pupuk Hijau, al :

1. Crotalaria juncea
2. Crotalaria anagyroides
3. Crotalaria usaramuensis
4. Tephrosia vogelli, tephrosia candida
5. Sesbania sesban
6. Sesbania aculatta
7. Phaseolus tunatus
8. Glycine soya
9. Vigna sinesis
10. Minosa invisa
11. Centrosema pubescens
12. Colopoginium mucunoides
13. Puerania thumbergiana
• Tanaman-tanaman tersebut di atas termasuk tanaman
pupuk hijau dari jenis famili leguminosa.
• Sifat dari famili ini adalah terdapatnya nodua akar, yang
terdiri dari noduls efektif dan nodula tidak efektif.
• Perbedaan dari kedua macam nodula tersebut adalah
dalam ukuran atau bentuk, warna dan letaknya nodula
pada akar.
• Nodula efektif letaknya tersebar pada akar tunggang dan
berwarna lebih cerah,
• sedangkan nodula tidak efektif tersebar pada akar lateral
atau akar cabang dan warnanya agak pucat.
• Di dalam nodula akar hidup bakteri Rhizobium, yang bersimbiose
dengan tanaman inang.
• Bakteri ini berfungsi dapat mengikat unsur nitrogen (N) dari udara.
Hal ini sangat menguntungkan, baik dalam akumulasi nitrogen
dalam tanah maupun dalam peningkatan kandungan nitrogen bagi
pertumbuhan tanaman.
• Kadar nitrogen dalam tanah dapat mempengaruhi pengikatan N
oleh bintil akar.
• Menurut Buckman dan Brandy (1968), terdapatnya nitrogen yang
tersedia dalam tanah dalam jumlah banyak dapat mengurangi
pembentukan nodula, sehingga fiksasi nitrogen berkurang.
• Pengikatan nitrogen dari udara bebas akan lebih banyak apabila
tanaman legum ditanam pada tanah-tanah kurang atai bahkan tidak
mengendung nitrogen.
• Tanaman legum menyerap nitrogen bebas dengan
bantuan fiksasi nitrogen oleh bakteri rhizobium,
• Sedangkan nitrogen yang difiksasi oleh tanaman legum
mempunyai tiga kemungkinan, yaitu :
1. Nitrogen tersebut digunakan tanaman inangnya sendiri
2. Nitrogen dilepaskan dari nodula ke dalam tanah dan
digunakan oleh tanaman lain yang tumbuh di
sekitarnya.
3. Apabila tanaman legum dibenamkan atau sudah mati,
maka nitrogen dapat dilepaskan ke dalam tanah.
• Menurut Tisadale dan Nelson (1965), apabila
bahan organik segar yang mengandung nitrogen
dalam bentuk protein dibenamkan ke dalam
tanah, maka bahan organik tersebut akan
mengalami proses dekomposisi.
• Proses dekomposisi adalah suatu perubahan
secara fisik maupun kimia dari bahan organik
menjadi senyawa kimia lain batuan
mikroorganisme.
• Salah satu aktivitas penting dari mikroorganisme
tanah melakukan proses mineralisasi bahan
organik.
• Pengubahan nitrogen organik menjadi nitrogen
anorganik oleh mikrooeganisme tanah tersebut meluputi
tahapan aminisasi, amonifikasi dan nitrofikasi.
• Proses aminisasi dan amonifikasi berlangsung
dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme heterotrop,
sedangkan proses nitrofikasi dipengaruhi oleh bakteri
autrotrop.
• Mikroorganisme heterotrop membutuhkan senyawa C-
organik sebagai sumber energi.
• sedangkan mikroorganisme autotrop memperoleh energi
dari oksidasi garam-garam anorganik dan memperoleh
karbon dari CO2 udara di sekitarnya.
Aminisasi

• Yaitu suat proses pengubahan nitrogen ke dalam bentuk


amino.
• Bila bahan organik mentah, misalnya tanaman legum
dibenamkan ke dalam tanah, maka protein yang tersedia
dalam tanah tersebut akan meningkat.
• Senyawa-senyawa protein ini kemudian diserang oleh
mikroorganisme tanah, yang secara enzimatis
dihancurkan menjadi senyawa-senyawa nitrogen amino.
• Secara skematis proses tersebut diperlihatkan sebagai
berikut :
Protein  R-NH2 + CO2 + Energi + Produk lain
Amonifikasi

• Asam amino yang dihasilkan dari aminisasi dapat diuraikan lebih


lanjut oleh kelompok mikroorganisme lain yang bersifat heterotrop.
• Dari penguraian tersebut dapat dihasilkan amoniak, dan prosesnya
disebut amonifikasi yang digambarkan sebagai berikut :
R-NH2 + H2O  NH3 + R-OH + Energi
• Amoniak yang dihasilkan akan bersenyawa dengan air, asam
karbonat dan asam-asam tanah lainnya untuk membentuk ion
amonium.
• Persenyawaan amoniak dengan air atau dengan
asam karbonat dijelaskan secara skematis
sebagai berikut :
NH3 + H2O  2 NH4OH  NH4+ + OH-
2 NH3 + H2CO3  2 (NH4)2 CO3  NH4+ +
NH4 CO3
• Ion amonium ini dapat digunakan oleh tanaman
dan mikroorganisme atau mungkin juga
bergabung dengan liat dan humus sehingga
merupakan simpanan ion yang sewaktu-waktu
dapat dipertukarkan dan relatif tahan terhadap
pencucian
• Para ahli menyatakan bahwa pembentukan amonia dalam
tanah merupakan pros es biologi penting yang terdapat di
alam.
• Amonifikasi dapat terjadi pada keadaan lingkungan yang
aerob (banyak oksigen) ataupun anaerob, dan dapat
dipergiat dengan jalan :
1 Pengolahan tanah
2 Pengapuran tanah masam
3 Pengeringan tanah basah
4 Penambahan bahan organik yang kaya N
Nitrifikasi
• Yaitu perubahan bentuk amonium menjadi nitrat yang
mana prosesnya dibantu oleh bakteri autotrop, yaitu
spesies bakteri nitrifers atau nitrifyng.
• Bakteri tersebut tersebar secara luas dan terdapat
hampir di semua lapisan tanah-tanah yang diusahakan.
• Menurut para ahli peneliti, proses ini umumnya terjadi
dalam dua tingkat sebagai berikut :
a Proses nitritasi
b Proses nitratasi
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pembatan kompos, antara lain :

• Buat campuran kotoran ternak dengan air


• Buat satu lapisan sisa-sisa tanaman, pupuk hijau, sisa
makanan ternak, dan dsb setebal kira-kira 15 cm, dan
siram dengan air hanya untuk melembabkan bahan
tersebut.
• tutup lapisan di atasnya dengan tanah bercampur air
kencing ternak
• tambahkan 5-10 kg superfosfat untuk setiap 10 ton bahan
• ulangi proses ini hingga lubang ini penuh
• kemudian tutup lubang ini dengan campuran tanah dan
kencing ternak, sisa makanan ternak dengan tanah
sehingga permukaan gundukan kompos ini berbentuk
cembung, kompos akan matang dalam waktu 3 bulan.
• Nitritasi adalah suatu proses pengubahan
amonium menjadi bentuk nitrit, yang
dilaksanakan oleh dua golongan bakteri yang
dikenal dengan nama nitrosomonas dan
nitrosococus, dengan persamaan reaksi sbb:
NH4+
• NH4+ + H2O  NH4OH
OH-
• NH4+ + 3 O2  2NO2- + 2 H2O + 4 H+ + E
• Nitrasi adalah suatu proses pengubahan ntrit
menjadi nitrat, dan dilakukan terutana oleh
kelompok bakteri nitrobakter dengan persamaan
reaksi seperti di bawah ini :
NO2- + O2  2 NO3- + E
• Dengan demikian, dari hasil penguraian bahan
organik yang mengandung nitrogen dalam
bentuk protein akan dihasilkan ion NH4+ dan
NO3- yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Kompos
• Kompos adalah jenis pupuk organik yang terjadi karen
aproses dekomposisi oleh alam atas bahan-bahan
organik, terutama daun tumbuh-tunbuhan seperti jerami,
kacang-kacangan, sampah dll.
• Kompos yang terjadi dengan sendirinya mmepunyai
kualitas yang kurang baik karena dalam proses
dekomposisi sering terjadi hal-hal yang merugikan,
seperti pencucian kandungan unsur-unsur penting dan
sering terjadi penguapan.
• Cara memperoleh kompos yang baik adalah dengan
mengaktifkan perkembangan bakteri yang melakukan
penghancuran (dekomposisi) terhadap bahan-bahan
organik dalam waktu yang singkat, dan menghindarkan
faktor-faktor yang dapat mengurangi kualitas kompos.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam pembuatan kompos al :

• Tempat, dipilih tempat yang teduh dan dekat


sumber air
• Ukuran, panjang 5 meter dan lebar 2 meter
(maksimum)
• Bahan, terdiri dari daun, jerami, tumbuhan
legum (kacang-kacangan) , sampah organik,
pupuk kandang, tanah, abu dapur dan kapur.
• Air, agar tumpukan kompos selalu basah
Peranan bahan organik

1.Membantu pembentukan agregat-agregat tanah


2.Meningkatkan daya simpan air
3.Memperbaiki struktur tanah
4.Meningkatkan aerasi dan drainase tanah
5.Meningkatkan aktivitas mikroorganisme maupun
makroorganisme tanah
6.Meningkatkan kesuburan kimia tanah, dsb.

Anda mungkin juga menyukai