Anda di halaman 1dari 4

“Evaluasi Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) Batubara Sebagai Campuran Media

Tanam pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)”


Fly ash batubara banyak mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanaman seperti unsur hara makro
Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Natrium (Na), Kalium (K), Nitrogen (N), dan Fosfor (P) dan unsur hara
mikro Besi (Fe), Seng(Zn), Mangan (Mn), dan Tembaga(Cu) sehingga penelitian ini dilakukan untuk
membuktikan bahwa kandungan yang ada pada fly ash batubara bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman,
fly ash mempunyai sifat polazoik (memperkeras lahan) yang rendah sehingga cocok dijadikan sebagai
media tanam.
Penelitian dimulai dengan melakukan persiapan penelitian berupa persiapan media tanam dan persiapan
tanaman uji (tanaman tomat). Media tanam yang dipergunakan berupa campuran fly ash batubara dan
tanah lembang seberat 1 kg dengan 4 (empat) variasi campuran yaitu: 25%, 50%, 75%, 100% fly ash
batubara. Media tanam selanjutnya dicampur dengan pupuk kompos sebanyak 20% dari berat total media
tanam. Penelitian menggunakan pengulangan sebanyak 5 (lima) kali pada setiap perlakuan. Penelitian ini
bermaksud untuk melihat efek atau pengaruh dari abu batubara terhadap tanaman tomat, jika terbukti
tidak menimbulkan pengaruh negatif maka abu batubara tersebut dapat dijadikan sebagai substitusi
(pengganti) pupuk.
Wardhani, E., Sutisna, M., & Dewi, A. H. (2012). Evaluasi pemanfaatan abu terbang (fly ash)
batubara sebagai campuran media tanam pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum). Jurnal Itenas
Rekayasa, 16(1).
“Pengaruh Pemberian Amelioran Organik dan Anorganik pada Media Subsoil Ultisol
terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) Di Pre Nursery”
Fly ash merupakan bahan oksidasi yang bersifat aktif, selain itu memiliki pH basa dan mengandung unsur
Si, Mg, K dan S (Nugroho, 2010). Fly ash dapat bereaksi cepat didalam tanah sehingga lebih cepat
menaikkan pH dan memberikan unsur hara yang terkandung. Dregs dan fly ash yang memiliki pH basa,
terdiri dari unsur-unsur alkali dan haranya cepat tersedia dapat digunakan sebagai amelioran anorganik
untuk mengubah sifat kimia tanah subsoil Ultisol.
Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dalam bentuk faktorial menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 taraf. Melioran anorganik yang diaplikasikan pada 2 kg tanah subsoil
Ultisol, yaitu: A0: tanpa amelioran anorganik A1: 50 g dregs A2: 50 g fly ash A3: 25 g fly ash + 25g
dregs.
Hasil :
Pemberian fly ash memberi sumbangan hara bagi tanaman. Hal ini menyebabkan perlakuan yang
melibatkan fly ash sebagai kombinasinya menghasilkan diameter bonggol kelapa sawit terbaik. Cepatnya
ketersediaan hara oleh fly ash disebabkan proses pembentukan melalui proses oksidasi atau pembakaran
sehingga bersifat aktif dan mudah bereaksi (Rahmawati, 2013). Pada kombinasi yang melibatkan dregs
diameter bonggol bibit kelapa sawit banyak yang berbeda nyata dengan perlakuan yang melibatkan fly
ash. Hal ini disebabkan dregs tidak terbentuk dari proses oksidasi, melainkan endapan dari hasil
akumulasi atau campuran smelt dengan Weak White Liquor.
Alfian, A., & Nelvia, N. (2017). Pengaruh pemberian amelioran organik dan anorganik pada
media subsoil ultisol terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) di Pre
Nursery (Doctoral dissertation, Riau University).
“PENGARUH FLY ASH DAN NPK 16:16:16 TERHADAP PERTUMBUHAN
BIBITKELAPA SAWIT(Elaeis guineensis Jacq.) PADA MEDIA GAMBUT”
Fly ash sebagai bahan amielioran karena mengandung hara yang cukup baik. Perlu dilakukan penelitian
lanjutan untuk memanfaatkan limbah pulp and paper supaya dapat bernilai ekonomis. Dilakukannya
penelitian ini untuk mengkaji pemanfaatan limbah fly ash sebagai pengganti pupuk alternatif, meskipun
limbah fly ash ini memiliki kandungan logam berat, akan tetapi nilainya masih dibawah standar buku
mutu yang telah ditetapkan oleh BAPEDAL (Wahyudi, 2018). Fly ash yang digunakan sebagai bahan
amelioran untuk menetralisir tanah gambut saprik dan sebagai penambah unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman, namun tetap saja tanaman yang ditanam pada media gambut memerlukan pemupukan
majemuk berupa pupuk NPK yang memiliki unsur hara lengkap dengan pemupukan yang sesuai sehingga
tanaman tersebut dapat tumbuh lebih baik sesuai yang diharapkan.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), perlakuan
dilakukan 3 kali ulangan. dosis Fly Ash yang terdiri dari: F1 = Pemberian Fly Ash 25 gram/polybag (1,25
ton/ha) F2 = Pemberian Fly Ash 50 gram/polybag (2,50 ton/ha) F3 = Pemberian Fly Ash 75 gram/
polybag (3,75 ton/ha) F4 = Pemberian Fly Ash 100 gram/ polybag (5 ton/ha).

Wahyudi, I. (2020). Pengaruh Fly Ash Dan Npk 16: 16: 16 Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Pada Media Gambut (Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau).

“PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG (FLY ASH) DAN BEBERAPA JENIS


SAWI TERHADAP KADAR LOGAM KADMIUM (Cd) DAN PRODUKSI SAWI DI
TANAH GAMBUT”
Secara kimia abu batubara seperti abu terbang merupakan mineral aluminosilikat yang banyak
mengandung unsur-unsur seperti Ca, K, dan Na, disamping juga mengandung sejumlah kecil unsur C dan
N. Bahan nutrisi lainnya yang diperlukan bagi tanaman, diantaranya Boron (B), fosfor (P) dan unsur-
unsur kelumit seperti : Cu, Zn, Mn, Mo dan Se. Umumnya abu ini bersifat alkalis (pH 8 – 12). Secara
fisika memiliki ukuran partikel berukuran silt dan memiliki karakteristik kapasitas pengikat air dari
sedang sampai tinggi (Tekmira, 2009 ). Menurut Sondari (2005), abu terbang dapat berfungsi sebagai
bahan amelioran, bahkan berfungsi sebagai alternatif kapur pertanian.Penggunaan abu terbang sebagai
pengganti kapur dinilai lebih efisien selain dapat mengatasi masalah kemasaman tanah juga dapat
mengatasi masalah pencemaran lingkungan akibat akumulasi limbah batubara. Abu terbang dapat
digunakan sebagai amelioran untuk memperbaiki kesuburan tanah, karena mengandung kalsium yang
cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pengganti kapur pertanian. Abu terbang juga
mengandung unsur mikro dan beberapa unsur makro yang dibutuhkan tanaman. Di sisi lain abu terbang
juga mengandung logam berat salah satunya Cd. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penggunaan abu terbang (fly ash) dan beberapa jenis sawi terhadap kadar logam kadmium (Cd)
dan produksi sawi di tanah gambut.
Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). terdiri atas 4 taraf yakni: a1 (300
g/polybag abu terbang), a2 (600 g/polybag abu terbang), a3 (900 g/polybag abu terbang) dan a4 (1200
g/polybag abu terbang).
Kesimpulan
Pemberian abu terbang berpengaruh nyata terhadap pH tanah dan berat basah tanaman sawi. Perlakuan a 2
(600 g/polybag) merupakan perlakuan yang optimum untuk jenis tanaman sawi pakcoy, sawi hijau, dan
sawi keriting, sedangkan perlakuan dosis optimum untuk tanaman t 3 adalah a3(900 g/polybag). Abu
terbang yang bersifat alkalis dapat digunakan sebagai alternatif pengganti kapur. Penggunaan abu
terbang untuk memperbaiki sifat tanah sampai mencapai dosis tertinggi (a 4 = 1200 g/polybag) dalam
penelitian ini sawi masih aman untuk dikonsumsi karena tidak mengandung Cd dalam jaringan tanaman.
Syafitri, T. Y., Hayati, R., & Umran, I. (2012). Pengaruh penggunaan abu terbang (fly ash) dan
beberapa jenis sawi terhadap kadar logam kadmium (Cd) dan produksi sawi di tanah gambut. Jurnal
Sains Pertanian Equator, 2(1).
“PENGARUH APLIKASI ABU TERBANG BATUBARA DAN PUPUK KANDANG
SEBAGAI BAHAN AMELIORAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
KANGKUNG (Ipomea reptans Poir.)”
Menurut (Kishor, A.K, & Kumar, 2010), secara kimia abu terbang batubara merupakan mineral
aluminosilikat yang banyak mengandung unsur hara seperti Magnesium (Mg) 3,94 %, Ca (7,90 %),
Natrium (Na) 3,14 %, Silika (Si) 24,4 %, Besi (Fe) 8,60 %, Alumunium (Al) 23,02 %, Sulfur (S) 3,82 %,
Fosfor (P) 0,24 %, dan Kalium (K) 1,52%, yang umumnya bersifat alkalis (pH 8-12). Sedangkan secara
fisik memiliki ukuran partikel debu dan memiliki karakteristik kapasitas pengikat air dari sedang sampai
tinggi. Disisi lain abu terbang batubara mengandung unsur-unsur logam berat, dan menurut Peraturan
Pemerintah No. 85 tahun 1999 mengklasifikasikan abu terbang batubara sebagai limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3) karena memiliki kandungan logam berat seperti Pb (timbal), Kadmium (Cd), Tembaga
(Cu), Arsen (As) dan lain-lain. Logam berat pada abu terbang batubara diantaranya bersifat mobil
sehingga mudah diserap oleh tanaman dan bersifat toksik. Sehingga penggunaan abu terbang batubara
dibidang pertanian masih terbatas dan harus menyesuaikan dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
Menurut (Sondari & Nurkhalidah, 2012); (Jarosz-Krzemiñska & Poluszyñska, 2020), abu terbang dapat
berfungsi sebagai bahan amelioran yang mampu memperbaiki tanah dengan meningkatkan pH pada tanah
masam. Selain itu, dengan pemanfaatan abu terbang batubara dapat mengatasi masalah kemasaman tanah.
Penggunaan bahan amelioran berupa abu terbang batubara dinilai dapat memperbaiki kesuburan tanah.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). dosis abu terbang
batubara (F) terdiri atas 4 level yaitu; f1 = 0 t ha-1, f2 = 50 t ha-1, f3 = 100 t ha-1, f4 = 150 t ha-1.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa


1) peningkatan dosis aplikasi abu terbang batubara menyebabkan penururunan terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun, bobot kering berangkasan, panjang akar, jumlah akar, dan bobot kering berangkasan
tanaman kangkung.
2) aplikasi pupuk kandang tidak meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung.
3) tidak terdapat interaksi antara abu terbang batubara dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman
kangkung.

Febriana, S., Priyadi, P., & Taisa, R. (2021). PENGARUH APLIKASI ABU TERBANG
BATUBARA DAN PUPUK KANDANG SEBAGAI BAHAN AMELIORAN TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN KANGKUNG (Ipomea reptans Poir.). Jurnal Agrotek Tropika, 9(1), 161-169.

“PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM PADA CAMPURAN FLY ASH


BOTTOM ASH SEBAGAI MEDIA TUMBUH PADA TANAMAN PAKIS”

Batubara adalah sumber energi yang potensial. Saat ini batubara menjadi sumber utama energi listrik
melalui Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). PLTU menggunakan batubara untuk menghasilkan uap
namun menghasilkan limbah dalam jumlah besar. Limbah tersebut dikenal sebagai Fly ash dan Bottom
ash (FABA). Dalam Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 mengenai perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, FABA yang timbul akibat pembakaran batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) dianggap sebagai limbah non-Bahan Berbahaya dan Beracun (non-B3) terdaftar sehingga dalam
pengelolaannya perlu pemanfataan secara berkelanjutan. Media tumbuh atau disebut juga media tanam
merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman dan tempat berpegangnya akar untuk
mengokohkan tanaman. Melihat kandungan unsur hara yang tersedia pada FABA dinilai ideal untuk
dapat menjadikan FABA sebagai salah satu komposisi sebagai media tumbuh. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang ayam pada campuran media tumbuh FABA dan
melihat respon pertumbuhan tanaman pakis pada media tumbuh.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode pengamatan dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 15 sampel percobaan. perlakuan
yang digunakan adalah: A: Kontrol (Media tumbuh). B: Media tumbuh + Pupuk kandang ayam 10 ton/ha.
C: Media tumbuh + Pupuk kandang ayam 20 ton/ha. D: Media tumbuh + Pupuk kandang ayam 30 ton/ha.
E: Media tumbuh + Pupuk kandang ayam 40 ton/ha. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah 1
kg dan FABA 2 kg. FABA merupakan susunan dari Fly Ash atau abu terbang sebanyak 1 kg, dan Bottom
Ash atau abu dasar sebanyak 1 kg.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk kandang
ayam pada campuran media tumbuh FABA berpengaruh nyata dan respon pertumbuhan tanaman pakis
pada media tumbuh terlihat nyata pada panjang daun dan panjang anak daun pada umur 3 MST dan 4
MST, dimana hasil terbaik pada P2 yaitu 2 kg FABA, 1 kg tanah, dan dosis pupuk kandang ayam 20
ton/ha, sedangkan yang terendah pada perlakuan (P0) sebagai kontrol dengan dosis pupuk 0 ton/ha.
Lalenoh, K. C. A., Sinolungan, M. T., Tamod, Z. E., Warouw, V. R. C., Kumolontang, W. J., &
Kamagi, Y. E. (2023, October). PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM PADA
CAMPURAN FLY ASH BOTTOM ASH SEBAGAI MEDIA TUMBUH PADA TANAMAN PAKIS.
In COCOS (Vol. 15, No. 4, pp. 1-7).

Anda mungkin juga menyukai