Anda di halaman 1dari 3

Pengapuran adalah suatu teknologi pemberian kapur ke dalam tanah, yang mengandung

senyawa Ca dan Mg yang dimasudkan untuk menurunkan konsentrasi ion H dan Al pada tanah masam
serta memperbaiki sifat-sifat kimia, fisika, dan biologi tanah. Selain itu, kapur juga dapat meningkatkan
ketersediaan P dan aktivitas organisme tanah. Umumnya bahan kapur untuk pertanian adalah berupa
kalsiun karbonat (CaCO3), beberapa berupa dolomit (CaCO3.MgCO3), dan hanya sedikit berupa CaO
(Kalsium Oksida) atau Ca(OH)2 (Kalsium Hidroksida) (Taisa et al., 2021). Tujuan dilakukannya analisis
kadar kapur setara tanah adalah untuk menetralkan keasaman, menghilangkan efek toksik Al, dan
menyediakan Ca secara langsung bagi tanaman (Prabowo dan Subantoro, 2018).

Pengujian kadar kapur setara tanah dilakukan menggunakan metode calsimetri dan titrasi.
Alasannya karena kedua metode tersebut dapat dengan mudah dilakukan di laboraturium dan
ketelitiannya sudah cukup tinggi. Metode tersebut merupakan metode yang sering digunakan
dikarenakan peralatan dan bahan yang digunakan sebagian besar sudah ada dalam laboraturium.
Metode calsimetri memiliki kelebihan yaitu lebih murah dan dapat mengukur CO2 yang menguap. Untuk
kelebihan metode titrasi ialah metode ini relatif murah dan cepat.

Pada metode calsimetri, digunakan khemikalia berupa HCl 2N yang berfungsi sebagai pereaksi
kapur tanah agar menghasilkan CO2 yang kemudian diuapkan. Pada metode titrasi, digunakan
khemikalia berupa H2SO4 0,5N , NaOH 0,5N, dan indikator phenolphthalein (pp). Larutan H2SO4 yang
digunakan dalam metode ini akan bereaksi dengan kapur tanah sehingga membentuk CO2 dan sisa
H2SO4. Sedangkan fungsi dari NaOH adalah sebagai larutan penitrasi H2SO4 dengan menggunakan
indikator pp sebagai indikator perubahan sifat dari asam ke basa atau pendeteksi titik ekivalen larutan.
Ketika bahan pengapuran di evaluasi dan dibandingkan dengan kalsium karbonat maka nilai
penetralannya disebut dengan nilai kadar kapur setara tanah atau persen CCE (Mullins et al., 2019).

Berdasarkan tabel.., diketahui bahwa tanah ultisol mengandung kapur sebanyak…Menurut


penelitian Atmaja et al. (2017), pemberian bahan kapur CaCO3 berpengaruh nyata dalam peningkatan
C-organik pada tanah Ultisol. C-organik tanah meningkat dari 0,66% menjadi 0,95% setelah pemberian
kapur CaCO3. Pemberian kapur CaCO3 merupakan pemberian bahan terbaik untuk mengatasi
kemasaman tanah Ultisol.

Faktor-faktor yang menentukan banyaknya kapur yang diperlukan, yaitu pH tanah, tekstur
tanah, kadar bahan organik tanah. pH tanah yang rendah (asam) dapat menyebabkan pelarutan kapur
tanah yang lebih cepat, sedangkan pH yang tinggi (basa) dapat mengurangi kelarutan kapur. Tekstur
dan kandungan bahan organik menentukan daya serap dan daya sangga tanah (Kasifah, 2017). Faktor
lain yang mempengaruhi kualitas bahan kapur adalah kadar airnya. Persentase kelembaban
menentukan berapa banyak komponen reaktif kimia yang digantikan oleh air. Oleh karena itu, kadar air
yang lebih tinggi mengurangi efektivitas pengapuran (Mullins et al., 2019).

Kapur setara tanah berperan penting dalam menetralkan keasaman tanah sehingga
meningkatkan kesuburan tanah (Maulood et al., 2012). Mengetahui kadar kapur setara tanah dalam
pertanian penting untuk menentukan jumlah kapur yang dibutuhkan untuk mengimbangi pH tanah. Hal
ini membantu pemilihan tanaman yang cocok dengan kondisi tanah dan meningkatkan efisiensi
pemupukan. Dengan memperbaiki pH tanah, produktivitas tanaman dapat ditingkatkan.

Dampak toksisitas dari pemberian kapur tanah apabila tidak sesuai takaran, yaitu kekurangan
besi, mangan, tembaga dan seng yang diperlukan dalam proses fisiologis tanaman karena Fe, Mg, Cu,
Zn terikat erat /bersenyawa dengan unsur kapur tersebut, sehingga menjadi tidak dapat diserap oleh
akar tanaman lagi (White, 2006). Peningkatan pertumbuhan tanaman di tanah masam bukan karena
penambahan kation basa (Ca, Mg), tetapi karena peningkatan pH yang mengurangi toksisitas kadar
fitotoksik Al, aktivitas mikroba, dan pertumbuhan akar (Ameyu, 2019). Kapur tanah perlu dipahami
karena kapur tanah dapat menurunkan nilai dan tekanan pengembangan tanah sehingga dapat
digunakan untuk menstabilkan tanah (Widorini et al., 2020).
Ameyu, T. 2019. A review on the potential effect of lime on soil properties and crop
productivity improvements. Journal of Environment and Earth Science 9(2): 17-23.
Atmaja, T., M. M. B. Damanik, dan M. Mukhlis. 2017. Pengaruh pemberian pupuk kandang
ayam, pupuk hijau, dan kapur CaCo3 pada tanah ultisol terhadap pertumbuhan tanaman
jagung. Jurnal Agroekoteknologi FP USU 5(1): 208-215.
Kasifah, I. R. 2017. Materi Kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Muhammadiyah
Makassar, Makassar.
Maulood, P. M., A. O. Esmail, M. S. S. Dohuki, and D. A. Darwesh. 2012. Comparison
between calcimetric and titrimetric methods for calcium carbonate determination. Open
Journal of Soil Science 2(03): 263-268.
Mullins, G. L., M. M. Alley, W. G. Wysor, and S. B. Phillips. 2019. Sources of lime for acid
soils in Virginia. Virginia Tech 1(1): 452-510.
Prabowo, R., dan R. Subantoro. 2018. Analisis tanah sebagai indikator tingkat kesuburan lahan
budidaya pertanian di Kota Semarang. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta 2(2): 59-64.
Taisa, R., T. Purba, Sakiah, J. Herawati, A. S. Junaedi, H. S. Hasibuan, Junairiah, dan R.
Firgiyanto. 2021. Ilmu Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Yayasan Kita Menulis, Medan.
White, R. E. 2006. Principle and Practice of Soil Science. Graphicraft Limited, Hong Kong.
Widorini, T., N. H. Crista, dan B. Purnijanto. 2020. Analisis perbandingan stabilisasi tanah asli
dengan tanah pre boring pada proyek menara universitas Semarang dengan campuran pasir
dan kapur untuk meningkatkan daya dukung tanah. Bangun Rekaprima 6(2): 14-20.

Anda mungkin juga menyukai