ABSTRAK
Tantangan besar dalam produksi suatu produk adalah bagaimana mengolah limbah samping yang
dihasilkan selama proses produksi agar sesuai tujuan dan seminimal mungkin memberikan
kerugian. Debu EAF menjadi salah satu limbah padat hasil dari pabrik baja tungku busur listrik.
Tingginya kandungan seng dalam debu EAF serta tingginya biaya pengolahan limbah padat,
manjadi faktor pendukung daur ulang debu EAF atau penggabungannya ke bahan lain sebagai
bentuk penanganan terhadap limbah ini. Proses komersial untuk mendaur ulang debu EAF adalah
dengan menggunakan proses pirometalurgi. Dalam proses ini recovery limbah debu EAF dapat
digunakan berbagai macam metode. Metode yang paling umum digunakan adalah metode
pirometalurgi. Selain itu, terdapat metode hidrometalurgi dan yang paling modern adalah
bioleaching.
Kata kunci:
Dewasa ini, berbagai industri dalam hal tersebut terdapat limbah padat yang berbahaya.
ragam serta jumlahnya berkembang cukup Limbah padat merupakan bahan sisa kegiatan
pesat di Indonesia. Perkembangan ini dapat dalam wujud padat yang berbahaya baik
disebabkan oleh pemenuhan terhadap karena kandungan racun di dalam nya maupun
permintaan pasar yang semakin tinggi akibat akibat kontaminasi sekitar (The World Bank,
gaya hidup konsumtif maupun sebagai wujud 2018). Limbah berbahaya memiliki resiko
terhadap pemenuhan pasar luar yang mampu bahaya bagi kesehatan serta keselamatan
berdaya saing. Perkembangan ini tentunya lingkungan sekitar apabila dibuang secara
memberikan dampak baik sekaligus buruk. langsung tanpa penanganan terlebih dahulu.
Peningkatan produksi yang tinggi tentu akan Jenis limbah akan bergantung pada jenis
selaras dengan jumlah limbah yang dihasilkan. produksi yang dilakukan baik dalam segi
Semakin tinggi jumlah produksi, dapat bahan baku sampai pada teknik pemrosesan
dipastikan limbah hasil produksi juga akan yang digunakan dalam produksi. Meskipun
demikian, tidak semua industri menghasilkan manusia. Hal ini disebabkan partikel debu
bahan berbahaya sebagai limbah produksinya. yang halus dan tidak terserap oleh dust
Salah satu contoh limbah padat berbahaya ada collector ketika proses peleburan akan
pada industri peleburan baja. Peleburan baja beterbangan di lingkungan kerja yang tentunya
menjadi industri yang menghasilkan limbah dapat masuk dalam mata pekerja. Selain
berbahaya baik dalam bentuk padatan maupun menimbulkan masalah bagi penglihatan, debu
cairan. Bahaya timbul dikarenakan beberapa EAF juga berbahaya bagi pernapasan manusia
hasil samping atau buangan dari industri ini ketika terhirup karena mengandung logam-
mengandung unsur logam berbahaya bagi logam berbahaya yang dapat menyebabkan
kesehatan manusia juga bagi keselamatan penyakit infeksi saluran pernapasan (ISPA).
lingkungan dan makhluk lainnya. Limbah Saat ini lebih dari setengah total poduksi
padat berbahaya dari industri peleburan baja limbah debu EAF dibuang secara langsung ke
diantarnya yaitu: limbah slag, limbah lumpur pembuangan tanpa pengolahan dan
CMR, Batu Gangue, Debu EAF, dan lain-lain dimanfaatkan.
(Suharwanto, 2016). Data tersebut didukung Ditinjau dari dampak buruk yang
dengan pengkalsifikasian limbah B3 dalam diberikan kepada kesehatan dan keselamatan
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 lingkungan, maka diperlukan penangangan
tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya serta management pengelolaan limbah debu
dan beracun (B3), debu EAF dikategorikan EAF untuk mencegah dan meminimalisir
sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan dampak negative yang diberikan dari produksi.
Beracun) dengan kode limbah B407 (Nur Penanganan tentang limbah debu EAF yang
Anisya et al., 2017). termasuk dalam kategori limbah B3 tertulis
Limbah Debu EAF (Electrical Arch pada Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun
Furnace) merupakan limbah debu yang 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
mengandung logam berat yang diperoleh dari Berbahaya Dan Beracun adalah kegiatan yang
proses peleburan baja dalam Tanur Busur meliputi pengurangan, penyimpanan,
Listrik atau Electrical Arc Furnace (EAF) pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
(Nur Anisya et al., 2017). Debu EAF dapat pengolahan, dan/atau penimbunan.
menyebabkan penurunan pada daya lihat
2. Tinjauan Pustaka karakteristik, limbah dikategorikan menjadi
Limbah merupakan sisa usaha atau limbah B3 dan non-B3. Limbah Bahan
kegiatan yang sudah tidak memiliki nilai Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan sisa
ekonomi lagi tanpa diolah terlebih dahulu. usaha dan/atau kegiatan yang mengandung
Secara umum, berdasarkan jenis limbah dibagi bahan berbahaya dan/atau beracun yang
menjadi limbah padat, cair dan gas. Secara menurut sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya
dapat mencemarkan serta merugikan lainnya yang sudah korosi. Ketika proses
lingkungan hidup dan/atau dapat charging berlangsung, debu-debu yang
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, dihasilkan dari scrap akan keluar dari atap
kelangsungan hidup manusia dan makhluk dapur EAF dan terhirup oleh dust collector
hidup lainnya baik secara langsung maupun (Braga Costa Santos et al., 2021). Limbah
tidak langsung (Arditama & Ariyanto, 2019). debu EAF berbentuk seperti pasir namun
Limbah baja merupakan limbah anorganik mempunyai tekstur yang lebih halus seperti
padatan logam. Limbah berbahaya hasil tepung terigu dan memiliki warna abu-abu
peleburan baja yang paling signifikan pucat.
jumlahnya ialah limbah debu EAF. Limbah Ketika kondisi proses pelenuran dalam
debu EAF adalah limbah dengan ukuran bentuk scrap baja, kandungan logam berat
partikel halus yang mengandung unsur logam dalam scrap baja dapat mencapai 25% dari
hasil peleburan baja dalam tungku pembakaran total berat (Ledesma et al., 2018). Akibat
elektrik. Limbah ini dihasilkan dari proses besarnya kandungan logam berat inilah yang
Electrical Arch Furnace (EAF) pada tahapan membuat debu EAF diklasifikasikan sebagai
pemasukkan scrap dalam dapur EAF. Scrap limbah berbahaya. Komposisi kimia dalam
adalah besi/logam sisa hasil produksi yang debu EAF akan bervariasi tergantung pada
biasanya tidak digunakan karena tidak jenis baja yang diproduksi, bahan baku, dan
memenuhi standar spesifikasi produk. Sisa zat aditif yang ditambahkan dalam proses.
besi ini pada umumnya memiliki bentuk yang Temperatur peleburan juga dapat
sudah tidak beraturan dengan kualitas rendah mempengaruhi besarnya komposisi kimia
karena tingkat kontaminan yang tinggi, seperti dalam debu EAF.
sudah tercampur dengan pasir dan partikel besi