Anda di halaman 1dari 5

PENGOLAHAN LIMBAH DEBU EAF (ELECTRICAL ARSH FURNACE) DARI INDUSTRI

PELEBURAN BAJA: A Review

Ryvaldo Vanogari*, Selvy Armanda*, Syalsa Fadhila*


*Program Studi Teknik Kimia, Jurusan Teknologi Produksi dan Industri
Institut Teknologi Sumatera

ABSTRAK
Tantangan besar dalam produksi suatu produk adalah bagaimana mengolah limbah samping yang
dihasilkan selama proses produksi agar sesuai tujuan dan seminimal mungkin memberikan
kerugian. Debu EAF menjadi salah satu limbah padat hasil dari pabrik baja tungku busur listrik.
Tingginya kandungan seng dalam debu EAF serta tingginya biaya pengolahan limbah padat,
manjadi faktor pendukung daur ulang debu EAF atau penggabungannya ke bahan lain sebagai
bentuk penanganan terhadap limbah ini. Proses komersial untuk mendaur ulang debu EAF adalah
dengan menggunakan proses pirometalurgi. Dalam proses ini recovery limbah debu EAF dapat
digunakan berbagai macam metode. Metode yang paling umum digunakan adalah metode
pirometalurgi. Selain itu, terdapat metode hidrometalurgi dan yang paling modern adalah
bioleaching.

Kata kunci:

1. Pendahuluan meningkat. Diantara limbah yang dihasilkan

Dewasa ini, berbagai industri dalam hal tersebut terdapat limbah padat yang berbahaya.

ragam serta jumlahnya berkembang cukup Limbah padat merupakan bahan sisa kegiatan

pesat di Indonesia. Perkembangan ini dapat dalam wujud padat yang berbahaya baik

disebabkan oleh pemenuhan terhadap karena kandungan racun di dalam nya maupun

permintaan pasar yang semakin tinggi akibat akibat kontaminasi sekitar (The World Bank,

gaya hidup konsumtif maupun sebagai wujud 2018). Limbah berbahaya memiliki resiko

terhadap pemenuhan pasar luar yang mampu bahaya bagi kesehatan serta keselamatan

berdaya saing. Perkembangan ini tentunya lingkungan sekitar apabila dibuang secara

memberikan dampak baik sekaligus buruk. langsung tanpa penanganan terlebih dahulu.

Peningkatan produksi yang tinggi tentu akan Jenis limbah akan bergantung pada jenis

selaras dengan jumlah limbah yang dihasilkan. produksi yang dilakukan baik dalam segi

Semakin tinggi jumlah produksi, dapat bahan baku sampai pada teknik pemrosesan

dipastikan limbah hasil produksi juga akan yang digunakan dalam produksi. Meskipun
demikian, tidak semua industri menghasilkan manusia. Hal ini disebabkan partikel debu
bahan berbahaya sebagai limbah produksinya. yang halus dan tidak terserap oleh dust
Salah satu contoh limbah padat berbahaya ada collector ketika proses peleburan akan
pada industri peleburan baja. Peleburan baja beterbangan di lingkungan kerja yang tentunya
menjadi industri yang menghasilkan limbah dapat masuk dalam mata pekerja. Selain
berbahaya baik dalam bentuk padatan maupun menimbulkan masalah bagi penglihatan, debu
cairan. Bahaya timbul dikarenakan beberapa EAF juga berbahaya bagi pernapasan manusia
hasil samping atau buangan dari industri ini ketika terhirup karena mengandung logam-
mengandung unsur logam berbahaya bagi logam berbahaya yang dapat menyebabkan
kesehatan manusia juga bagi keselamatan penyakit infeksi saluran pernapasan (ISPA).
lingkungan dan makhluk lainnya. Limbah Saat ini lebih dari setengah total poduksi
padat berbahaya dari industri peleburan baja limbah debu EAF dibuang secara langsung ke
diantarnya yaitu: limbah slag, limbah lumpur pembuangan tanpa pengolahan dan
CMR, Batu Gangue, Debu EAF, dan lain-lain dimanfaatkan.
(Suharwanto, 2016). Data tersebut didukung Ditinjau dari dampak buruk yang
dengan pengkalsifikasian limbah B3 dalam diberikan kepada kesehatan dan keselamatan
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 lingkungan, maka diperlukan penangangan
tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya serta management pengelolaan limbah debu
dan beracun (B3), debu EAF dikategorikan EAF untuk mencegah dan meminimalisir
sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan dampak negative yang diberikan dari produksi.
Beracun) dengan kode limbah B407 (Nur Penanganan tentang limbah debu EAF yang
Anisya et al., 2017). termasuk dalam kategori limbah B3 tertulis
Limbah Debu EAF (Electrical Arch pada Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun
Furnace) merupakan limbah debu yang 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
mengandung logam berat yang diperoleh dari Berbahaya Dan Beracun adalah kegiatan yang
proses peleburan baja dalam Tanur Busur meliputi pengurangan, penyimpanan,
Listrik atau Electrical Arc Furnace (EAF) pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
(Nur Anisya et al., 2017). Debu EAF dapat pengolahan, dan/atau penimbunan.
menyebabkan penurunan pada daya lihat
2. Tinjauan Pustaka karakteristik, limbah dikategorikan menjadi

Limbah merupakan sisa usaha atau limbah B3 dan non-B3. Limbah Bahan

kegiatan yang sudah tidak memiliki nilai Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan sisa

ekonomi lagi tanpa diolah terlebih dahulu. usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

Secara umum, berdasarkan jenis limbah dibagi bahan berbahaya dan/atau beracun yang

menjadi limbah padat, cair dan gas. Secara menurut sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya
dapat mencemarkan serta merugikan lainnya yang sudah korosi. Ketika proses
lingkungan hidup dan/atau dapat charging berlangsung, debu-debu yang
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, dihasilkan dari scrap akan keluar dari atap
kelangsungan hidup manusia dan makhluk dapur EAF dan terhirup oleh dust collector
hidup lainnya baik secara langsung maupun (Braga Costa Santos et al., 2021). Limbah
tidak langsung (Arditama & Ariyanto, 2019). debu EAF berbentuk seperti pasir namun
Limbah baja merupakan limbah anorganik mempunyai tekstur yang lebih halus seperti
padatan logam. Limbah berbahaya hasil tepung terigu dan memiliki warna abu-abu
peleburan baja yang paling signifikan pucat.
jumlahnya ialah limbah debu EAF. Limbah Ketika kondisi proses pelenuran dalam
debu EAF adalah limbah dengan ukuran bentuk scrap baja, kandungan logam berat
partikel halus yang mengandung unsur logam dalam scrap baja dapat mencapai 25% dari
hasil peleburan baja dalam tungku pembakaran total berat (Ledesma et al., 2018). Akibat
elektrik. Limbah ini dihasilkan dari proses besarnya kandungan logam berat inilah yang
Electrical Arch Furnace (EAF) pada tahapan membuat debu EAF diklasifikasikan sebagai
pemasukkan scrap dalam dapur EAF. Scrap limbah berbahaya. Komposisi kimia dalam
adalah besi/logam sisa hasil produksi yang debu EAF akan bervariasi tergantung pada
biasanya tidak digunakan karena tidak jenis baja yang diproduksi, bahan baku, dan
memenuhi standar spesifikasi produk. Sisa zat aditif yang ditambahkan dalam proses.
besi ini pada umumnya memiliki bentuk yang Temperatur peleburan juga dapat
sudah tidak beraturan dengan kualitas rendah mempengaruhi besarnya komposisi kimia
karena tingkat kontaminan yang tinggi, seperti dalam debu EAF.
sudah tercampur dengan pasir dan partikel besi

Tabel 2. 1 Komposisi Kimia Pada Debu EAF (Widi et al., 2020)


Komposisi Kimia dari EAF (analisis XRF)
Zn Fe Cl Si Pb S Ca
68,81 5,93 15,94 0,41 3,57 1,30 1,34

Metode Daur Ulang Limbah Debu EAF


Berdasarkan tabel 2.1 diatas dapat diketahui Dalam pemanfaatan atau daur ulang
bahwa debu EAF Sebagian besar mengandung limbah biasanya dapat digunakan berbagai
logam Zn yaitu 68,81%. Kandungan seng yang macam metode seperti metode pirometalurgi,
tinggi ini dapat dimanfaatkan atau di daur hidrometalurgi, dan ada metode yang baru
ulang. untuk recovery limbah industri yaitu
Bioleaching (Mirahati, 2019). Proses yang memperkaya kembali seng dan timbal yang
paling umum digunakan dalam recovery terkandung dalam debu melalui reaksi reduksi,
limbah debu EAF adalah proses pirometalurgi pirometalurgi dibagi menjadi dua, yaitu
yaitu teknik rolling. Pada umumnya proses reduksi langsung dan reduksi peleburan
pirometalurgi dilakukan dengan mereduksi Hidrometalurgi merupakan proses yang
logam-logam seperti Zn, Pb dan Fe yang menggunakan larutan pelindian, memisahkan
terkandung dalam debu tungku busur listrik logam seng dari campuran, dalam metode ini
dengan zat pereduksi berupa gas CO dari dibagi menjadi metode alkali pelindian dan
batubara atau kokas untuk memperoleh ammonia pelindinan (Wang et al., 2021).
kembali logam-logam tersebut dalam bentuk Sedangkan, Bioleaching menggunakan media
logam (Astuti et al., 2020). Pirometalurgi mikrobiologi dalam memisahkan seng yang
memanfaatkan sifat titik didih rendah dan terkandung dalam limbah debu EAF.
Arditama, D., & Ariyanto. (2019). Kajian Nur Anisya, L., Luqman Ashari, M., &
Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Dermawan, D. (2017). Pemanfaatan
Berbahaya dan Beracun di PT Tokai Limbah Padat Debu EAF Pada
Rubber Hose Indonesia. Jurnal Perusahaan Peleburan Baja Sebagai
Teknologi Dan Pengelolaan Lingkungan, Pengganti Semen Pada Campuran
6(2), 7–20. Beton.
Astuti, W., Haerudin, A., Eskani, I. N., Tri Suharwanto. (2016). Pemanfaatan Limbah
Yuda, A. P., Nurjaman, F., Setiawan, J., Proses Pembuatan Baja Sebagai
Lestari, D. W., & Petrus, H. T. B. M. Pengganti Sebagian Agregat Alam
(2020). Pengaruh Reagen Pelindian pada (Utilization Of Steel Manufacturing
Sintesis ZnO dari Debu Tungku Busur Waste As Aggregate Replacement).
Listrik. Jurnal Rekayasa Proses, 14(1). Jurnal Rekayasa Infrastruktur, 1(3),
https://doi.org/10.22146/jrekpros.50739 106–162.
Braga Costa Santos, E., Dantas Muniz, D., The World Bank. (2018). Solid And Industrial
Perazzo Barbosa, N., Amaro Santos Hazardous Waste Management
Correia, E., Dantas Muniz Alves, L., & Assessment Options And Action Area To
Fernandes Vieira de Melo, M. B. (2021). Implement The National Strategy. World
Brazilian steel waste: electrical arc Bank Publications. www.worldbank.org
furnace dust chemical, thermal and Wang, J., Zhang, Y., Cui, K., Fu, T., Gao, J.,
morphological characterization. Journal Hussain, S., & AlGarni, T. S. (2021).
of Materials Research and Technology, Pyrometallurgical recovery of zinc and
14, 2775–2781. valuable metals from electric arc furnace
https://doi.org/10.1016/j.jmrt.2021.07.14 dust – A review. In Journal of Cleaner
6 Production (Vol. 298). Elsevier Ltd.
Ledesma, E. F., Lozano-Lunar, A., Ayuso, J., https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2021.12
Galvín, A. P., Fernández, J. M., & 6788
Jiménez, J. R. (2018). The role of pH on Widi, A., Agus, H., Istihanah, N. E., Fajar,
leaching of heavy metals and chlorides N., Aulia, P. T. Y., Joni, S., Isnaeni,
from electric arc furnace dust in cement- Farida, & Dwi, W. L. (2020). Zinc oxide
based mortars. Construction and recovery from solid waste of electric arc
Building Materials, 183, 365–375. furnace dust (Eafd) using
https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.20 hydrometallurgical method. Key
18.06.175 Engineering Materials, 849 KEM, 108–
Mirahati, R. Z. (2019). Studi Pustaka Potensi 112.
Ekstraksi Logam dari Limbah Elektronik https://doi.org/10.4028/www.scientific.n
dengan Bioleaching. et/KEM.849.108

Anda mungkin juga menyukai