Anda di halaman 1dari 6

Pemanfaatan Batubara Sub-Bituminous Dari PT Bukit Asam tbk

Tanjung Enim Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif Dan Pengujian Daya
Serap Terhadap Logam Fe dan Mn

Dasdo Echaristo Sinaga


(073001700013)

Teknik Pertambangan, Universitas Trisakti, Jakarta

Abstrak Pada industri pertambangan batubara masalah yang sering terjadi yaitu masalah tentang Air Asam Tambang
(AAT), permasalahan tersebut pun terjadi di PT Bukit Asam Tbk, pada umumnya air asam tambang memiliki kandungan
logam berat seperti logam Fe dan logam Mn. Penelitian ini menggunakan karbon aktif berbahan baku batubara dari PTBA
sebagai alternatif dalam pengolahan air asam tambang khususnya dalam penyerapan logam Fe dan logam Mn. Tujuan dari
penelitian untuk mengetahui pengaruh berat karbon aktif dan waktu kontak dalam proses penyerapan logam Fe konsentrasi
awal 16,75 ppm dan logam Mn konsentrasi awal 12,72 ppm menggunakan karbon aktif. Dalam pengujian karbon aktif
terhadap penyerapan logam Fe dan Mn variasi berat karbon aktif yang digunakan yaitu 600, 1200, 1800, 2400, dan 3000
mg dengan variasi waktu kontak selama 3,6, 9, 12, dan 15 jam. Persentase penyerapan logam Fe dengan konsentrasi awal
16,75 ppm tertinggi terdapat pada berat karbon aktif 3000 mg dengan waktu kontak selama 12 jam yaitu sebesar 96,24%,
sedangkan persentase penyerapan logam Mn dengan konsentrasi awal 12,72 ppm tertinggi terdapat pada berat karbon aktif
2400 mg dengan waktu kontak selama 15 jam yaitu sebesar 45,91 %. Dari hasil penyerapan logam Fe dan Mn tersebut
maka karbon aktif berbahan baku batubara dapat menyerap secara efektif terhadap logam Fe, tetapi pada logam Mn
diperlukan perlakuan lebih lanjut untuk memperoleh hasil daya serap yang lebih baik.

Kata kunci: Kata kunci: karbon aktif, penyerapan logam, berat karbon aktif, waktu kontak,
persentase penyerapan

Abstract In the coal mining industry, the most common problem is Acid Mine Drainage
(AMD), this problem also occurs at PT Bukit Asam Tbk, in general acid mine drainage has heavy metals such as ferrous
metal and manganese metal. This study uses activated carbon made from coal of PTBA as an alternative in acid mine
drainage treatment, especially in the adsorption of ferrous metal and manganese metal. The purpose of the study was to
determine the effect of weight of activated carbon and contact time in the adsorption process of ferrous metal initial
concentration of 16.75 ppm and manganese metal initial concentration of 12.72 ppm using activated carbon. In testing the
activated carbon for the adsorption of ferrous metal and manganese metal, the variation of the weight of the activated
carbon used was 600, 1200, 1800, 2400, and 3000 mg with a variation of contact time for 3, 6, 9, 12, and 15 hours. The
highest percentage of adsorption of ferrous metal with an initial concentration of 16.75 ppm was found in the weight of
activated carbon 3000 mg with a contact time of 12 hours that is equal to 96.24%, while the highest percentage of
adsorption of manganese metal with an initial concentration of 12.72 ppm was found in the weight of activated carbon 2400
mg with a contact time of 15 hours that is equal to 45.91%. From the results of the adsorption of ferrous metal and
manganese metal, activated carbon made from coal can effectively adsorb ferrous metal, but in manganese metal further
treatment is needed to obtain better adsorption

Keyword: activated carbon, metal adsorption, weight of activated carbon, contact time, percent
adsorption

I PENDAHULUAN Sekitar 60% dari batubara mineral pirit dan senyawa organik berupa sulfur
Indonesia termasuk golongan batubara dengan yang terikat pada senyawa hidrokarbon didalam
peringkat rendah, yang dicirikan dengan nilai batubara. Kandungan abu dalam bahan bakar yang
kalori rendah dan kandungan air tinggi. Kelebihan rendah dapat mengurangi polusi, begitu pula
dari batubara Indonesia adalah mempunyai dengan sulfur yang terkandung dalam batubara
kandungan abu dan sulfur relatif rendah, dapat berubah menjadi gas SO2, yang
kandungan abu pada batubara merupakan residu menyebabkan terjadinya hujan asam, dengan
atau sisa yang dihasilkan setelah batubara dibakar kondisi nilai kalori rendah dan kandungan air
sempurna sedangkan kandungan sulfur pada tinggi, maka batubara di Indonesia sulit untuk
batubara merupakan senyawa anorganik berupa diterima di pasaran. Pemanfaatan batubara
peringkat rendah saat ini belum maksimal, Salah laboratorium dengan pengolahan data berupa
satu alternatif yang dapat dilakukan selain sebagai grafik penyerapan karbon aktif dari pengujian
bahan bakar padat adalah mengolah bahan ini Atomic Absorption Spektrophotometry (AAS) dan
menjadi karbon aktif. grafik perubahan pH, dan data sekunder berupa
Pada industri pertambangan batubara masalah hasil bilangan iodin, uji petrografi spesifik yang
yang sering terjadi yaitu masalah tentang Air berupa luas permukaan. Dengan ukuran butir
Asam Tambang (AAT). Air asam tambang pada batubara pada penelitian ini adalah 28 mesh, berat
umumnya memiliki kandungan logam berat seperti
karbon aktif yang digunakan pada penelitian ini
logam Fe dan logam Mn. Mengingat kegunaan
karbon aktif dapat menyerap logam-logam berat, adalah 600 mg, 1200 mg, 1800 mg, 2400 mg, 3000
maka karbon aktif dapat dijadikan sebagai mg dan waktu kontak yang digunakan pada
alternatif dalam menyerap kandungan logam dari penelitian ini adalah 3 jam, 6 jam, 9 jam, 12 jam,
air asam tambang seperti logam Fe dan logam Mn. 15 jam. Dalam penelitian ini terdapat beberapa
Karbon aktif merupakan adsorben atau zat tahapan dalam melakukan penelitian dan dapat
penyerap yang sangat dibutuhkan dalam proses dilihat dalam diagram alir penelitian pada Gambar
industri, oleh sebab itu kebutuhan akan karbon
III.1 yaitu: Studi literatur, Pengumpulan
aktif terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan
akan karbon aktif, Indonesia masih mengimpor data,Pengolahan data,Pembahasan, Kesimpulan
bahan baku pembuatan karbon aktif. Dilihat dari dan Saran
sumber alamnya, Indonesia mampu memproduksi
sendiri karbon aktif, karena hampir semua material
yang mengandung kerangka karbon dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan karbon
aktif, maka diperlukan upaya untuk memproduksi
karbon aktif dari sumber
Wibowo pada tahun 2017 telah melakukan
percobaan pembuatan karbon aktif berbahan baku
batubara PTBA dengan peringkat sub-bituminus
dengan variasi ukuran butir batubara 20, 28, 35,
48, dan 60 mesh. Didapatkan hasil bahwa bilangan
iodin tertinggi di batubara dengan ukuran butir
batubara 28 mesh, kemudian Kenny pada tahun
2018 melanjutkan penelitian Wibowo dengan
Gambar 2.1 Diagram alir
menggunakan sampel yang sama untuk meneliti
pengaruh ukuran butir batubara terhadap serapan 3 Hasil dan Pembahasan Pada ukuran butir
logam Fe dan logam Mn dan didapatkan hasil batubara 28 mesh dengan komposisi karbon aktif
serapan logam yang tertinggi pada ukuran butir yang digunakan adalah batubara 70% dan ZnCl 2
batubara 28 mesh. 30%, dilakukan pengujian daya serap karbon aktif
menggunakan larutan logam Fe dengan konsentrasi
Pada penelitian menggunakan ukuran butir 28 awal 16,75 ppm, kemudian dibandingkan pengaruh
mesh dikarenakan memiliki bilangan iodin yang berat karbon aktif terhadap daya serap logam Fe
tertinggi dan serapan logam Fe dan Mn yang dengan berat karbon aktif yang digunakan yaitu
tertinggi dari hasil penelitian sebelumnya, 600, 1200, 1800, 2400, dan 3000 mg. Hasil yang
penelitian ini juga memperhatikan beberapa didapatkan dapat dilihat pada gambar 3.1
variabel yang tidak diperhatikan pada penelitian
sebelumnya seperti variasi berat karbon aktif dan
variasi waktu kontak terhadap serapan logam,
dengan demikian penelitian perlu dilakukan.

2. Metodologi Penelitian ini menggunakan


metode eksperimen yang dilakukan di
laboratorium dengan tingkat eksplanasi Gambar 3.1 Pengaruh berat karbon aktif terhadap
komparatif, digunakannya metode ini karena data persentase penyerapan logam Fe dengan
primer yang didapat berasal dari hasil uji konsentrasi awal 16,75 pm
batubara dengan variasi berat karbon aktif, hal ini
Dapat dilihat pada gambar 3.1 berupa pengaruh ditandai dengan terjadinya kenaikan persentase
berat karbon aktif terhadap persentase penyerapan penyerapan logam Mn tetapi nilainya fluktuatif
logam Fe 16,75 ppm, didapatkan bahwa terjadi seiring bertambahnya berat karbon aktif yang
penurunan konsentrasi logam Fe setelah digunakan,
ditreatment menggunakan karbon aktif dari
batubara dengan variasi berat karbon aktif, hal ini
ditandai dengan terjadinya kenaikan persentase
penyerapan logam Fe seiring bertambahnya berat
karbon aktif yang digunakan. Menurut Wijayanti
(2009) menyatakan bahwa pada saat adanya
peningkatan berat karbon aktif maka terdapat
peningkatan persentase penyerapan terhadap logam Gambar 3.3 Perbandingan pengaruh berat karbon
yang diserap, pemilihan berat karbon aktif terbaik aktif terhadap persentase penyerapan logam Fe
dapat dilihat dari kemampuan karbon aktif dalam konsentrasi awal 16,75 ppm dan logam Mn
menurunkan konsentrasi logam dalam sampel konsentrasi awal 12,72 ppm
(Wijayanti, 2009). Berdasarkan hasil penelitian
dapat dilihat bahwa berat karbon aktif yang paling
baik pada penelitian ini adalah seberat 3000 mg
jika dibandingkan dengan berat karbon aktif 600
mg, 1200 mg, 1800 mg, dan 2400 mg dengan
persentase penyerapan yaitu sebesar 96,24%.

Pada ukuran butir batubara 28 mesh dengan


komposisi karbon aktif yang digunakan adalah Pada grafik perbandingan pengaruh berat karbon
batubara 70% dan ZnCl2 30%, dilakukan pengujian aktif terhadap persentase penyerapan logam Fe dan
daya serap karbon aktif menggunakan larutan logam Mn diatas, pengaruh berat karbon aktif
logam Mn dengan konsentrasi awal 12,72 ppm, berbanding lurus terhadap persentase penyerapan
kemudian dibandingkan pengaruh berat karbon logam Fe sedangkan terhadap logam Mn terdapat
aktif terhadap daya serap logam Mn dengan berat penurunan pada berat karbon aktif 3000 mg, hal ini
karbon aktif yang digunakan yaitu 600, 1200, 1800, disebabkan logam Mn yang memiliki sifat
2400, dan 3000 mg. Hasil yang didapatkan dapat elektronegativitas lebih kecil dibandingkan dengan
dilihat pada gambar 3.2. logam Fe, sehingga pada logam yang memiliki
elektronegativitas kecil mempunyai sifat tertentu
dalam proses penyerapan dengan karbon aktif. Dari
hasil tersebut dapat diketahui bahwa karbon aktif
dapat menyerap logam Fe lebih baik dibandingkan
terhadap logam Mn sehingga pada logam Mn
diperlukan lebih lanjut agar karbon aktif dapat
menyerap logam Mn secara lebih baik.

Gambar 3.2 Pengaruh berat karbon aktif terhadap


persentase penyerapan logam Mn dengan
konsentrasi awal 12.72 pm

Dapat dilihat pada gambar berupa pengaruh berat


karbon aktif terhadap persentase penyerapan logam Gambar 3.4 Pengaruh Berat Karbon Aktfi dan
Mn 12,72 ppm, didapatkan bahwa terjadi Waktu Kontak Terhadap Perubahan pH
penurunan konsentrasi logam Mn setelah
ditreatment menggunakan karbon aktif dari
Dapat dilihat pada grafik perbandingan pengaruh
berat karbon aktif dan waktu kontak terhadap
peningkatan pH larutan campuran logam Fe dan
logam Mn diatas, nilai perubahan pH terbesar
terdapat pada berat karbon aktif 3000 mg dengan
waktu kontak selama 6 jam, 9 jam, 12 jam, dan 15
jam yaitu sebesar 5. Dengan ini pengaruh waktu
kontak terhadap perubahan pH larutan campuran
logam Fe dan logam Mn lebih dominan dibanding
dengan berat karbon aktif. Dari hasil tersebut
dapat diketahui bahwa karbon aktif dapat
mempengaruhi perubahan pH larutan campuran
logam Fe dan Mn dengan baik.

4 Kesimpulan

Dari data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan


bahwa:
1. Semakin banyak berat karbon aktif yang
digunakan maka daya serap karbon aktif
terhadap logam Fe semakin meningkat, dan
maksimum pada berat karbon aktif 3000 mg
dan waktu kontak 12 jam, sedangkan daya
serap karbon aktif terhadap logam Mn
mencapai maksimum pada berat karbon aktif
3000 mg dan waktu kontak 15 jam.
2. Semakin lama waktu kontak karbon aktif
terhadap logam Fe dan Mn maka daya serap
karbon aktif terhadap logam Fe dan Mn pada
umumnya semakin meningkat, tetapi pada
titik tertentu terdapat penurunan.
3. Semakin banyak berat karbon aktif yang
digunakan maka perubahan pH semakin
meningkat, dan mencapai maksimum pada
berat karbon aktif 2400 dan 3000 mg.
Daftar Pustaka Andiani, S., Riduan, R., dan Khair, R. M. (2017): Penggunaan Koagulan Rollfloc
Untuk Pengolahan Air Asam Tambang Di PT Semesta Centramas Balangan: Pengaruh pH Dan Dosis
Koagulan Terhadap Penurunan Kekeruhan, Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik
Lingkungan, 1(1).
Arif, I. (2014): Batubara Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
bin Jusoh, A., Cheng, W. H., Low, W. M., Nora’aini, A., dan Megat Mohd Noor,
M. J. (2005): Study on the Removal of Iron and Manganese in Groundwater by Granular
Activated Carbon,Desalination. https://doi.org/10.1016/j.desal.2005.03.022
Gautama, R. S. (2014): Pembentukan, Pengendalian, dan Pengelolaan Air Asam Tambang, Bandung,
ITB.
Halim, K. (2018): Studi Awal Potensi Pengolahan Air Asam Tambang Menggunakan Karbon Aktif
Berbahan Baku Batubara di PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim, Sumatera Selatan ; Studi
Penyerapan Logam Fe dan Mn, Serta Pengaruhnya terhadap pH, Skripsi.
Kusdarini, E., Budianto, A., dan Ghafarunnisa, D. (2017): Produksi Karbon Aktif dari Batubara
Bituminus dengan Aktivasi Tunggal H3PO4, Kombinasi H3PO4-NH4HCO3, dan Termal, Reaktor,
17(2), 74–80.
Manocha, S. M. (2003): Porous Carbons, Sadhana - Academy Proceedings in Engineering Sciences,
28(1–2), 335–348. https://doi.org/10.1007/BF02717142
Marsh, H., dan Rodríguez-Reinoso, F. (2006): Activated Carbon, Activated Carbon.
https://doi.org/10.1016/B978-0-08-044463-5.X5013-4
Nugeraha, Sri, S., dan Samudro (2010): Pengolahan Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara
Menggunakan Biokoagulan: Studi Penurunan Kadar TSS, Total Fe, dan Total Mn Menggunakan Biji
Kelor, Presipitasi, 7(2), 57–61.
Refilda, Zein, R., dan Rahmayeni (2001): Pemanfaatan Ampas Tebu Sebagai Bahan Alternatif
Pengganti Penyerap Sintetik Logam-logam Berat Pada Air Limbah, Skripsi.
Sandrawati, A. (2012): Pengelolaan Air Asam Tambang Melalui Rawa Buatan Berbasis In Situ di
Pertambangan Batubara, Bogor, IPB.
Shinn, J. H. (1984): From coal to single-stage and two-stage products: A reactive model of coal
structure, Fuel. https://doi.org/10.1016/0016-2361(84)90422-8 Sudrajat, R., dan Pari, G. (2011):
Arang Aktif: Teknologi Pengolahan dan Masa
Depannya, Jakarta, Badan Peneltian dan Pengembangan Kehutanan.
Suhernomo, Mursyid, A., Mahreda, E. S., dan Chairuddin, G. (2014): Analisis Kandungan Besi (Fe),
Mangan (Mn), dan pH Air Tanah Hasil Pemboran Geoteknik di Tambang Batubara PT Adaro
Indonesia Kabupaten Tabalong dan Balangan Provinsi Kalimantan Selatan, EnviroScienteae, 10, 103–
111.
Suliestyah, dan Astuti, A. D. (2014): Pemanfaatan Batubara Peringkat Rrendah Sebagai Bahan Baku
Karbon Aktif Dengan Aktivator ZnCl2, Mindagi, 8(2), 75–81.
Sulistyawati, S. (2008): Modifikasi Tongkol Jagung Sebagai Adsorben Logam Berat Pb(II), Skripsi.
Syauqiah, I., Amalia, M., dan Kartini, H. A. (2011): Analisis Variasi Waktu dan Kecepatan Pengaduk
Pada Proses Adsorpsi Limbah Logam Berat Dengan Arang Aktif, Info Teknik, 12(1), 11–20.
Taylor, J., Pape, S., dan Murphy, N. (2005): A Summary of Passive and Active Treatment
Technologies for Acid and Metalliferous Drainage (AMD), Proceedings of the 5th Australian
Workshop on Acid Drainage.
Wibowo, D. H. (2017): Kajian Potensi Karbon Aktif Berbahan Baku Batubara Dari PT. Bukit Asam
(Persero) Tbk Dalam Pengelolaan Air Asam Tambang, Skripsi.
Wijayanti, R. (2009): Arang Aktif Dari Ampas Tebu sebagai Adsorben pada Pemurnian Minyak
Goreng Bekas, Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai