Anda di halaman 1dari 4

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN BATU BARA

TOKSISITAS ABU TERBANG DAN ABU DASAR LIMBAH PLTU BATUBARA YANG BERADA DI SUMATERA DAN KALIMANTAN SECARA BIOLOGI

(TEKMIRA) Latar Belakang Abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik. Limbah padat ini terdapat dalam jumlah yang cukup besar. Jumlah tersebut cukup besar, sehingga memerlukan pengelolaan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan, seperti pencemaran udara, perairan dan penurunan kualitas ekosistem. Salah satu penanganan lingkungan yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan limbah tersebut untuk keperluan bahan bangunan seperti batako dan paving blok serta pembenah lahan pertanian. Namun, hasil pemanfaatan tersebut belum dapat dimasyarakatkan, karena berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, abu terbang dan abu dasar dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat kandungan oksida logam berat yang akan mengalami pelindian secara alami dan mencemari lingkungan. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, penelitian toksisitas abu batubara perlu dilaksanakan secara menyeluruh. Untuk mengidentifikasi limbah sebagai limbah B3 diperlukan uji karakteristik dan uji toksikologis atas limbah tersebut. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah melihat lebih jauh pengaruh pemanfaatan abu batubara dalam rentang waktu yang cukup lama, terutama kaitannya dengan tingkat toksisitas abu batubara tersebut untuk kehidupan mahluk hidup dengan pendekatan secara biologi. Contoh abu limbah yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari PLTU yang berada di Sumatra dan Kalimantan. Metodologi Penelitian Tahapan percobaan dalam penelitian ini meliputi : 1. Analisis kimia contoh abu batubara dengan kode contoh FAA (Fly Ash Asam Asam), BAA (bottom ash Asam Asam), FAO (Fly Ash Ombilin), dan BAO (Bottom Ash Ombilin). Pengujian yang dilakukan adalah unsur-unsur mayor dan kelumit serta difraksi sinar-X (X-RD). 2. Percobaan TCLP. 3. Pengujian toksisitas akut secara biologi terhadap kutu air (Daphnia sp.), ikan mas (Cyprnus carpio L.), dan tikus mencit (Mus musculus galur Swiss-webster) yang terdiri

atas 3 tahap, yaitu: (i) Persiapan hewan uji (ii) Penentuan dosis racun dan pembuatan larutan uji untuk mencit (iii) Uji hayati : - Uji LC 50 untuk kutu air dan ikan mas - Uji LD 50 untuk mencit 4. Analisis data untuk menghitung nilai LC50 dan LD50.

Kesimpulan Keseluruhan uji hayati contoh abu batubara dari PLTU Ombilin dan PLTU Asam Asam terhadap kutu air, ikan mas, dan mencit memberikan hasil bahwa bahan-bahan uji tersebut relatif tidak berbahaya bagi mahluk hidup, (Herni Khaerunisa).

Anda mungkin juga menyukai