Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan Umum


Hidrogeologi merupakan hubungan antara keberadaan, penyebaran, dan aliran
airtanah dengan perspektif kegeologian (Todd, 1980; Fetter, 1988). Airtanah
merupakan salah satu komponen terpenting dalam siklus hidrologi yang memiliki
peranan strategis bagi kebutuhan manusia. Airtanah menempati lapisan zona jenuh
air yang keberadaannya sangat tergantung pada ketebalan lapisan tanah/batuan dan
struktur batuan. Selain itu, airtanah juga sangat tergantung pada faktor lain, yakni
aspek keteknikan yang didasarkan pada batasan-batasan hidrogeologis, seperti
kondisi ruang/dimensi (permukaan dan bawah permukaan), waktu, jumlah, dan
mutu air; serta kegiatan hidrolika, misalnya, pengisian, pengambilan, dan
pengaliran airtanah (Hendrayana, 2000).
Perubahan tata guna lahan/pemanfaatan lahan akan mempengaruhi
ketersediaan airtanah baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara alami, airtanah
mengandung unsur-unsur kimia dalam jumlah tertentu yang berasal dari proses
berlangsungnya siklus hidrologi dari pembentukan uap air di atmosfer hingga
selama pengalirannya di permukaan dan bawah permukaan. Lebih jauh lagi Todd
(1980) berpendapat, keberagaman mineral batuan pada formasi geologi akan
membentuk unsur atau senyawa kimia yang berpengaruh terhadap kualitas airtanah.
Karena itu, variasi lapisan formasi batuan akan menyebabkan perbedaan sifat
kemampuan dalam menyimpan air dan kualitas airtanahnya.
Pada perjalanan siklus airtanah, kualitas airtanah mengalami perubahan
komposisi unsur-unsur kimianya, terutama konsentrasi kation dan anionnya.
Perubahan kualitas airtanah sangat dipengaruhi oleh media tempat aliran (lapisan
litologi/batuan) yang mempunyai komposisi kimia dan mineral batuan tertentu.
Perubahan komposisi unsur airtanah terjadi karena adanya reaksi unsur-unsur
airtanah dengan unsur-unsur kimia batuan, yakni kation dan anion. Dengan
demikian, kualitas airtanah memberikan pengaruh terhadap berbagai kegiatan
pemanfaatannya, seperti pertanian, domestik, dan industri.

1
Karakteristik dan geometri akuifer sangat berperan dalam keberadaan airtanah
pada suatu cekungan airtanah serta sebagai media yang menentukan arah aliran
airtanah. Imbuhan airtanah pada akuifer sangat dipengaruhi oleh curah hujan,
limpasan air permukaan, evapotranspirasi, rekayasa manusia, dan sistem aliran air
permukaan. Distribusi hujan serta jumlah/besarnya curah hujan yang diterima pada
daerah tangkapan hujan merupakan salah satu penentu kuantitas airtanah yang
berkorelasi dengan daerah imbuhan (recharge area) dan daerah tangkapan
(catchment area).
Aliran airtanah yang melalui akuifer mempunyai laju aliran bervariasi yang
dipengaruhi oleh perlapisan batuan, tekanan, tekstur, dan struktur batuan. Setiap
perlapisan batuan terdiri dari beberapa batuan yang memiliki jenis dan sifat fisik
batuan, seperti kesarangan dan kelulusan batuan, yang berbeda dan menjadi
penentu kuantitas airtanah. Perbedaan ini dipengaruhi oleh aspek hidrologi,
misalnya, curah hujan, infiltrasi, perkolasi, dan evapotranspirasi. Sehubungan
dengan itu, airtanah juga dipengaruhi oleh aspek morfologi, yaitu aspek yang
berhubungan dengan relief permukaan/morfologi dan struktur geologi, seperti tata
guna lahan dan bentuk lahan. Oleh sebab itu, kondisi morfologi dan tata guna lahan
sangat menentukan sirkulasi airtanah, kuantitas, dan kualitas airtanah pada suatu
cekungan airtanah.
Perubahan morfologi dan tata guna lahan merupakan salah satu penyebab
perubahan imbuhan airtanah yang berkorelasi terhadap perubahan kuantitas dan
kualitas airtanah. Salah satu kegiatan yang dapat menyebabkan perubahan tersebut
adalah aktivitas penambangan batubara metode tambang terbuka. Metode
penambangan ini didasarkan pada penggalian arah vertikal hingga mencapai lapisan
endapan batubara yang diinginkan secara teknis dan ekonomis. Letak lapisan
batubara yang berada di lapisan akuifer menjadi penyebab terganggunya kualitas
dan kuantitas airtanah lokal apabila lapisan akuifer ini ikut tergali/terpotong secara
vertikal.
Salah satu perusahaan yang melakukan penambangan metode ini adalah PT.
Trubaindo Coal Mining (PT. TCM). Secara umum, pemilihan metode
penambangan didasarkan pada faktor teknik dan ekonomi. Metode penambangan

2
yang digunakan PT. TCM adalah metode tambang terbuka atau surface open-cut
mining yang dikombinasi dengan sistem back filling. Operasi penambangan sistem
back filling merupakan sistem penambangan dengan melakukan penutupan
langsung lubang bekas penggalian blok awal menggunakan tanah penutup hasil
penggalian dari blok berikutnya (Hartman, 1987). Sistem ini bertujuan untuk
mengurangi dampak lingkungan terutama munculnya cekungan-cekungan bekas pit
tambang, mempercepat pemulihan lahan, dan reklamasi bekas tambang. Ada lima
urutan kerja operasi penambangan tambang terbuka, yaitu pengupasan tanah
penutup, pengeboran, peledakan, pemuatan, dan pengangkutan.
Berdasarkan laporan eksplorasi bulanan PT. TCM periode Agustus 2012
menjelaskan, kedalaman pemboran Blok Selatan mencapai 80 meter dengan
ketebalan lapisan (seam) batubara bervariasi 2–10 meter. Dengan data ini,
perencanaan desain pit tambang bisa mencapai 70 meter di bawah permukaan laut.
Kedalaman pit yang mempunyai elevasi tersebut dapat mengakibatkan
terganggunya sistem airtanah, perubahan lapisan akuifer, dan lingkungan/tata guna
lahan setempat. Hilangnya lapisan akuifer, sebagai zona jenuh air, berakibat
terganggunya siklus hidrologi, terutama nilai limpasan air permukaan dan kuantitas
imbuhan airtanah. Sebagai kesimpulan, adanya perubahan kondisi akuifer akibat
penambangan metode tambang terbuka dapat berdampak pada terganggunya pola
aliran airtanah serta kualitas dan kuantitas airtanah daerah penelitian.

1.2. Latar Belakang Masalah


Meningkatnya kebutuhan batubara dunia seiring dengan makin banyaknya
permintaan pasar domestik dan luar negeri berdampak makin meningkatnya
kegiatan penambangan batubara, khususnya di Provinsi Kalimantan Timur.
Investasi di bidang pertambangan batubara tidak hanya membawa dampak positif,
tetapi juga membawa dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang berakibat
langsung terhadap masyarakat adalah dampak penurunan kualitas lingkungan.
Adapun dampak kegiatan penambangan batubara tambang terbuka terhadap
kualitas lingkungan, seperti perubahan morfologi/bentang alam, penurunan
kesuburan tanah, rusaknya flora-fauna endemik, meningkatnya polusi udara, erosi
sedimen yang memicu banjir, dan terjadinya perubahan kuantitas-kualitas air

3
sebagai sumber air bersih. Dampak-dampak tersebut sangat terkait dengan kondisi
hidrologi, morfologi, dan hidrogeologi kawasan tambang.
Pemahaman mengenai kondisi hidrologi, kondisi batas hidrogeologis, dan
perubahan morfologi dampak aktivitas penambangan, merupakan informasi
penting untuk mengetahui pola aliran airtanah dan kondisi kuantitas-kualitas
airtanah sebelum penambangan hingga penutupan tambang. Kondisi batas
hidrogeologis berperan penting dalam penentuan batas air permukaan serta
keberadaan airtanah yang dipengaruhi topografi/morfologi dan litologi/akuifer.
Kondisi hidrologi dalam suatu wilayah, seperti daerah aliran sungai, daerah
tangkapan hujan, serta data meteorologi, menjadi faktor penentu daerah imbuhan
airtanah. Selain itu, perubahan tata guna lahan dan morfologi akibat keberadaan
operasi penambangan tambang terbuka sangat mempengaruhi perubahan kuantitas
dan kualitas airtanah, misalnya terbentuknya pit lakes/void dan air asam tambang.
Ditinjau dari distribusinya, jumlah ketersediaan airtanah di suatu daerah tidak
selalu sama. Ada daerah dengan potensi airtanah sangat besar, tetapi ada pula yang
potensinya sangat kecil. Kondisi ini tergantung dari tinggi–rendahnya curah hujan,
banyak–sedikitnya vegetasi, tipe/jenis tanah, kemiringan lereng, derajat kesarangan
(porositas) batuan, dan permeabilitas batuan penyusunnya. Informasi geologi terdiri
dari struktur geologi (lipatan, patahan, dan rekahan), sifat fisik batuan, serta
susunan batuan permukaan/bawah permukaan, menjadi dasar awal dalam
mengetahui kondisi bawah permukaan.
Perubahan morfologi dan geologi akibat operasi penambangan berakibat
perubahan pada geometri batuan/akuifer, perubahan muka airtanah, perubahan
batas akuifer, karakteristik akuifer, dan pola aliran airtanah. Perubahan ini ditandai
dengan terbentuknya cekungan-cekungan bekas penambangan, perubahan
topografi dari daerah perbukitan menjadi daerah dataran/rendah, kenaikan topografi
daerah penimbunan disposal/topsoil, dan hilangnya alur sungai-sungai kecil.
Kondisi ini berdampak terjadi perubahan batas hidrogeologis, terpotongnya lapisan
akuifer, dan perubahan susunan lapisan akuifer. Sehingga pada jangka panjang
mengakibatkan perubahan kuantitas dan kualitas air permukaan dan airtanah.

4
Selain itu, perubahan morfologi dan tata guna lahan juga menjadi penyebab
perubahan pola aliran airtanah dan kuantitas airtanah. Perubahan pola aliran
airtanah mengakibatkan terjadinya penurunan kuantitas airtanah. Kondisi ini akan
terlihat dampaknya pada musim kemarau, yakni terjadinya kekeringan pada sumber
mata air, sumur dangkal, dan terjadi perubahan interaksi antara air permukaan dan
airtanah, seperti effluent menjadi influent, atau sebaliknya.
Kuantitas limpasan air permukaan sangat dipengaruhi oleh
peruntukan/kegunaan lahan, kondisi fisik/tipe tanah, dan vegetasi lokal. Semakin
rendah limpasan air permukaan berarti makin terjaga kondisi tata guna lahan alami,
seperti di daerah penelitian yang mayoritas berupa hutan primer dan sekunder. Hal
ini disebabkan banyak air permukaan yang berasal dari hujan dan limpasan air
permukaan yang terserap oleh vegetasi. Sebaliknya, kondisi ini akan berubah ketika
air hujan dan limpasan air permukaan meningkat menjadi lebih tinggi akibat
perubahan hutan menjadi daerah bukaan tanpa vegetasi. Kondisi tersebut apabila
tidak dikendalikan akan menimbulkan limpasan air permukaan yang berlebih/besar
yang memicu bencana, seperti banjir.
Pemodelan airtanah daerah tambang terbuka dikembangkan untuk memahami
pola aliran airtanah serta menentukan sejauh mana interaksi antara sistem akuifer
dengan perubahan morfologi dan tata guna lahan. Model yang dihasilkan digunakan
untuk menilai potensi dampak pertambangan batubara tambang terbuka terhadap
airtanah dan untuk mengembangkan program pengawasan yang dilaksanakan
selama periode penambangan hingga penutupan tambang. Sesuai dengan uraian
tersebut dapat diambil kesimpulan, pemahaman batas hidrogeologis, kondisi
hidrologi, perubahan tata guna lahan, dan sumber kontaminan penyebab penurunan
kualitas air akan mendukung dalam memodelkan airtanah alami/sebelum
penambangan, penambangan aktif, dan penutupan tambang, yang diikuti model
penyebaran kontaminan terhadap airtanah. Oleh sebab itu, dengan mengetahui dan
memahami model-model tersebut akan bermanfaat untuk memprediksi pola aliran
airtanah.

5
1.3. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang berkaitan dengan daerah penelitian, antara lain:
1. Bagaimana kondisi hidrogeologi dan model pola aliran airtanah daerah Muara
Lawa sebelum terkena dampak penambangan tambang terbuka?
2. Bagaimana model pola aliran dan kuantitas airtanah dampak penambangan
aktif dan penutupan tambang terbuka di Muara Lawa?
3. Bagaimana pengaruh aktivitas penambangan batubara tambang terbuka
terhadap kualitas air (permukaan dan airtanah) dan pola penyebaran sumber
kontaminan dalam airtanah di daerah Muara Lawa?

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Mengkaji kondisi hidrogeologi Muara Lawa serta memodelkan pola aliran
airtanah sebelum aktivitas penambangan batubara tambang terbuka (kondisi
alami);
2. Mengkaji, memodelkan, dan memprediksi perubahan pola aliran serta
kuantitas airtanah dampak penambangan aktif dan penutupan tambang terbuka
di Muara Lawa;
3. Mengkaji dan memprediksi dampak aktivitas penambangan batubara tambang
terbuka terhadap kualitas air yang dapat membentuk air asam tambang dan
memodelkan pola arah gerak partikel kontaminan dalam airtanah di Muara
Lawa.

1.5. Batasan Ruang Lingkup Penelitian


Berdasarkan lingkup wilayah penelitian, lokasi subyek penelitian berada di
wilayah konsesi pertambangan PT. TCM, yang merupakan salah satu pemegang
PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara) generasi kedua.
Lokasi PT. TCM berada di Kabupaten Kubar yang berjarak 323 km dari Samarinda,
ibukota Provinsi Kalimantan Timur (BPS Kubar, 2011). Wilayah konsesi yang
digunakan sebagai lokasi penelitian berada di Kecamatan Muara Lawa, yaitu pada
Blok Selatan. Secara detail, peta kesampaian daerah lokasi penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1.1.

6
Gambar 1.1. Kesampaian daerah penelitian

Daerah penelitian dibagi menjadi dua batas wilayah, yaitu daerah model dan
target model. Pertama, daerah model penelitian (kotak hitam pada Gambar 1.2),
merupakan daerah penelitian yang dibatasi oleh batas hidrogeologis yang dominan
dalam cekungan airtanah, seperti keberadaan/lokasi sungai besar dan perbukitan,
yang mempunyai pengaruh terhadap pola aliran tanah. Kedua, daerah target
penelitian (kotak merah pada Gambar 1.2), yang mempunyai luas daerah lebih kecil
dibandingkan daerah model, meliputi kawasan penambangan batubara tambang
terbuka di Blok Selatan PT. TCM. Daerah target penelitian adalah daerah yang
mengalami perubahan fisik, terutama tata guna lahan, morfologi, dan perlapisan
batuan/akuifernya akibat penambangan batubara tambang terbuka yang berdampak
pada perubahan pola aliran airtanah dan kualitas airtanah. Deskripsi batas daerah
model dan daerah target penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.2.

7
Gambar 1.2. Lokasi daerah model dan target penelitian

Berdasarkan lingkup waktu, penelitian dibagi menjadi dua, yaitu penelitian


lapangan dan pascalapangan. Penelitian lapangan ini dilakukan dalam kurung
waktu dua bulan (Februari hingga April 2013) di daerah target penelitian. Pekerjaan
lapangan yang dilakukan meliputi: survei lapangan, pemboran, pengambilan
sampel (air dan batuan), serta uji pemompaan dan slug test, yang dilakukan pada
beberapa titik/lokasi yang dapat dijangkau dalam ruang lingkup kawasan tambang
dan sekitar tambang. Selain itu, dilakukan pula pekerjaan lapangan lanjutan, yaitu
pengambilan sampel air yang dilakukan pada awal bulan Juni 2014 selama satu
minggu. Penelitian pascalapangan dilaksanakan setelah kegiatan penelitian
lapangan berakhir, seperti analisis sampel, deskripsi peta, serta penulisan, dalam
kurun waktu kurang lebih dua tahun.
Berdasarkan lingkup kajian, penelitian ini bersifat induktif dalam hal penarikan
kesimpulan terkait kondisi hidrologi, geologi, hidrogeologi, tata guna lahan, pola
aliran airtanah, dan perubahan kuantitas-kualitas airtanah dampak penambangan
batubara. Keterbatasan penggunaan metode deduktif dalam penelitian ini di
antaranya adalah tidak memungkinkan mengaitkan kondisi permukaan dan bawah

8
permukaan yang disebabkan tidak adanya keselarasan akuifer, seperti dijumpainya
struktur geologi (lipatan dan patahan) yang mempunyai pola tidak teratur.
Terdapat beberapa batasan lingkup kajian dalam penelitian ini yang meliputi:
(1) pengabaian geokimia batubara, retakan halus batubara yang mempunyai
permeabilitas sekunder, dan sifat-sifat batubara, seperti analisis proksimat, ultimat,
kalor, sulfur, dll; (2) pembatasan dalam pemodelan kontaminan airtanah dampak
penambangan tambang terbuka, yaitu tidak dilakukan pemodelan sebaran (plume)
kontaminan airtanah, namun hanya pada pola arah gerak partikel kontaminan dalam
airtanah.

1.6. Manfaat Hasil Penelitian


Secara umum, penelitian ini untuk mengetahui hidrologi, hidrogeologi, batas
hidrogeologis, perubahan tata guna lahan, pola aliran airtanah pada akuifer yang
mengalami perubahan karakteristik dan sifatnya karena aktivitas penambangan
tambang terbuka, serta pengaruhnya terhadap kualitas air (permukaan dan airtanah)
di sekitarnya. Secara khusus, penelitian ini bermanfaat untuk (1) menggali lebih
dalam hidrogeologi lokasi penambangan PT. TCM dan daerah sekitar tambang; (2)
mengetahui pola arah aliran airtanah, sifat aliran airtanah sebelum dan setelah
terjadi perubahan akuifer akibat aktivitas penambangan tambang terbuka; (3)
mengetahui pengaruh perubahan kualitas air (permukaan dan airtanah), misalnya,
munculnya air asam tambang dampak penambangan batubara metode tambang
terbuka; (4) mengetahui pola gerak aliran partikel kontaminan dalam airtanah.
Selain manfaat yang telah disebutkan, manfaat praktis dari penelitian ini yang
dapat diterapkan secara langsung: (1) bagi perusahaan dapat mengetahui
hidrostratigrafi, pola aliran airtanah yang berpengaruh terhadap penirisan tambang
(mine drainage), mengetahui pola aliran airtanah yang meresap/merembes pada
lapisan batuan yang terpotong dalam pit yang secara langsung mempengaruhi
kondisi pit tambang, meminimalkan terbentuknya void, mengantisipasi terjadinya
pembentukan air asam tambang dan metode penanganannya secara cepat dan tepat,
menjaga kualitas air buangan dari lokasi tambang yang dialirkan ke sungai terdekat,
dan mengantisipasi terjadinya bencana banjir akibat meluapnya void akibat
meletakkan pada posisi/lokasi yang kurang tepat secara teknik dan lingkungan; (2)

9
bagi masyarakat sekitar dapat mengetahui daerah-daerah yang berpotensi
mengandung airtanah, mengetahui lokasi airtanah yang layak/tidak layak konsumsi;
(3) bagi para peneliti dapat menggunakannya sebagai dasar teori pemodelan
airtanah pada tambang terbuka dan sumber penyebab perubahan kualitas airtanah.

1.7. Keaslian Penelitian


Berdasarkan literatur dan telaah pustaka terkini dapat disimpulkan, belum ada
obyek penelitian yang secara khusus meneliti hidrogeologi, aliran airtanah, dan
hubungannya dengan dampak operasi penambangan batubara tambang terbuka di
Muara Lawa. Para peneliti terdahulu, yang mayoritas lokasi penelitian di luar
Indonesia, umumnya melakukan penelitian mengenai pemodelan airtanah pada
penambangan batubara dan mineral bijih dengan metode open cast dan tambang
bawah tanah (underground mining) serta potensi terbentuknya air asam tambang.
Sementara itu, penelitian yang mengambil obyek lokasi dan cekungan geologi yang
sama, di Kabupaten Kutai Barat, meliputi penelitian eksplorasi batubara yang
dikaitkan dengan potensi batubara secara teknis dan ekonomis, survei permukaan
yang mengambil subyek morfologi lokal, dan kondisi vegetasi lokal yang dikaitkan
dengan perubahan lahan untuk studi AMDAL.
Secara metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan hidrogeologi
yang dibatasi batas hidrogeologis, morfologi, kondisi hidrolika, aliran airtanah
lokal, dan perubahan kualitas air, seperti kemunculan air asam tambang akibat
penambangan batubara tambang terbuka. Selain itu, perubahan tata guna lahan,
yang meliputi: perubahan vegetasi dan tipe tanah, menjadi dasar dalam pemodelan
pada tahapan-tahapan desain penambangan secara teknik. Secara temporal,
penelitian ini membandingkan kondisi perubahan hidrogeologi, daerah
luahan/imbuhan, dan kualitas airtanah akibat aktivitas penambangan, dari kondisi
alami sampai penutupan tambang.
Adapun perbandingan penelitian ini dengan penelitian lain, hasil telaah pustaka
yang dibedakan berdasarkan lokasi penelitian dan subyek penelitian, dapat dilihat
secara ringkas dan jelas pada Tabel 1.1.

10
12

Tabel 1.1. Perbandingan penelitian dengan penelitian sejenis


Penulis Tahun Tema Lokasi Tujuan utama Metode Hasil
Subyek: Pemodelan Airtanah
Libicki 1982 Pemodelan Granada, Kajian dampak perubahan Analisis: Penambangan surface mining berdampak:
airtanah Spanyol airtanah akibat - Kondisi alami (sebelum - Penurunan muka airtanah tambang dan sekitar
dampak penambangan bijih logam penambangan) tambang
penambangan dengan metode surface - Kondisi dampak penambangan - Peningkatan kuantitas airtanah dalam kawasan
mining - Perubahan dampak penambangan tambang,
dengan program Belchatow-Woda - Penurunan kualitas air di kawasan tambang
Ngah et al. 1984 Perubahan Inggris Kajian teknik dan analisis Survei: Sumber air pada tambang terbuka:
airtanah sumber utama masalah - Morfologi - Air hujan, aliran airtanah melalui struktur batuan,
dampak airtanah pada - Identifikasi sumber airtanah yang akuifer yang terpotong
penambangan penambangan batubara mempengaruhi tambang Sumber asam tambang:
metode tambang terbuka Analisis: - Dinding pit yang mengandung mineral pirit
- Kualitas air dampak penambangan - Lantai pit pada waste rock
Rahardjo 2002 Pemodelan Jakarta, Memodelkan geometri, Analisis: - Akuifer Jakarta didominasi pasir, pasir lanauan,
airtanah Indonesia karakteristik akuifer; - Geometri akuifer dan lempung bagian atas sebagai lapisan kedap
mendapatkan kedudukan - Karakteristik akuifer (K, T, dan S) dengan tebal 50–120 meter
airtanah dan memprediksi - Debit airtanah - Nilai transmisivitas antara 0,75–312,2 m2 hari-1
aliran airtanah akan datang - Peningkatan debit airtanah 20 % dan penurunan
dengan Visual Modflow muka airtanah 4,68 – 7,83 meter per tahun
Ljungberg & 2004 Pemodelan India Memodelkan aliran Analisis: - Model arah aliran airtanah yang menuju sungai
Qvist aliran airtanah Selatan airtanah dan kontaminan - Kualitas airtanah dangkal - Jenis lapisan akuifer berupa pasir lanauan
dan di perkotaan dengan Survei: - Sumber kontaminan berupa titik yang berasal dari
kontaminan Visual Modflow - Muka airtanah dangkal/sumur gali industri dan pemukiman
Mark et al. 2006 Pemodelan Santa Rita, Kajian dan pemodelan 3D Analisis: - Perubahan pola aliran airtanah berbelok ke pit
airtanah pada New airtanah dengan Visual - Kondisi morfologi sebelum akibat penambangan
tambang Meksiko Modflow terhadap penambangan di daerah - Masuknya airtanah ke pit tambang melalui
terbuka penambangan bijih pegunungan akuifer yang tergali/terpotong
tembaga dengan metode - Perubahan aliran airtanah dampak
surface mining perubahan morfologi
Nowbuth et 2012 Pemodelan Mauritus Memodelkan aliran Survei: - Data kedalaman airtanah untuk kalibrasi dan
al. airtanah airtanah dan pola arah - Lapangan ketinggian muka airtanah verifikasi model antara 27–36 meter
aliran kontaminan dengan dari sumur gali - RMS 5,7
Visual Modflow Analisis: - Model sebaran kontaminan airtanah melalui
- Kuantitatif dan kualitas akuifer aliran radial
11

melalui uji pemompaan - Penurunan kualitas air akibat pencemaran sungai


dari limbah rumah tangga dan industri kecil

12
13
Tabel 1.1. Lanjutan
Penulis Tahun Tema Lokasi Tujuan utama Metode Hasil
Subyek: Hidrogeologi, Geokimia, dan Air Asam Tambang
Jamal et al. 1991 Air asam India Kajian mekanisme Survei: Terdapat variasi fisik dari batuan sumber air asam
tambang pada pembentukan air asam - Morfologi tambang:
tambang tambang, mineralogi - Batuan permukaan dampak - Warna putih batupasir banyak mengandung mika
batubara pembentuk air asam penambang dan feldspar
dampak penambangan Analisis: - Warna kuning/kemerahan air kolam pengendapan
open cast mining - Kualitatif air pada kolam banyak mengandung unsur besi (pirit)
pengendapan
- Mineralogi endapan batubara
Callaghan et 2000 Hidrogeologi Alabama, Mengetahui hubungan Survei: - Airtanah berasal dari air permukaan (lapisan tak
al. endapan Amerika antara litologi, - Morfologi jenuh) dan artesian (lapisan jenuh)
batubara pada permeabilitas sekunder - Batuan permukaan - Penurunan konduktivitas hidrolika searah dengan
penambangan batubara dengan airtanah Analisis: penurunan kedalaman (setiap 30 meter)
terbuka pada tambang batubara; - Karakteristik akuifer - Terdapat patahan dan retakan halus pada lapisan
analisis kualitas airtanah - Inti bor hasil pemboran batubara sumber aliran airtanah dalam pit
pada tambang batubara - Mineralogi - Terjadi kontak batupasir dan lanau yang
- Kualitas airtanah. mengandung mineral sulfida dengan airtanah
sebagai sumber air asam tambang.
Lee et al. 2001 Hidrogeokimia Chungju, Kajian geokimia air bekas Analisis: Variasi indek kejenuhan, antara lain:
bekas tambang Republik penambangan tambang - Indeks kejenuhan antara anion - Di bawah jenuh pada mineral lempung, gipsum
bijih perak Korea terbuka dan tambang kation air permukaan dan airtanah - Di atas jenuh untuk mineral dolomit, kuarsa, dan
bawah tanah dengan dengan mineral batuan tambang kalsedon
batuan induk pH air permukaan > 8 akibat mineral karbonat,
gibsit, dan kaolinit
Zulkarnain 2012 Sebaran dan Berau, Kajian sebaran PAF dan Analisis: - Penyebaran PAF didominasi batuan yang berada
& pemodelan Kalimantan NAF dalam lapisan - Interpolasi geokimia batuan (pH) di atas, bawah, dan antar lapisan batubara yang
Abdiyanto geokimia Utara batubara di tambang dari data pemboran mengikuti kemiringan perlapisan
batuan Binungan, Berau Coal. eksplorasi/geoteknik.
Subyek: Formasi batuan Cekungan Kutai di Kutai Barat
Nugroho 2006 Eksplorasi Kutai Barat, Meneliti daerah potensial Survei: Peta geologi:
dkk & geologi dan Kalimantan endapan batubara dan - Permukaan batuan - Formasi batuan, terdiri Balikpapan, Pulaubalang,
2008 cadangan Timur menghitung cadangan - Geomorfologi Pamaluan, Kampungbaru
batubara batubara mineable di Analisis: - Sebaran lapisan batubara tersebar di keempat
Kutai Barat. - Geologi lokal dengan pemboran formasi batuan tersebut secara bervariasi
inti Cadangan batubara layak tambang 37 juta ton
12

- Kualitas batubara potensial Nilai stripping ratio antara 7,8 hingga 14

13

Anda mungkin juga menyukai