PENDAHULUAN
1
Karakteristik dan geometri akuifer sangat berperan dalam keberadaan airtanah
pada suatu cekungan airtanah serta sebagai media yang menentukan arah aliran
airtanah. Imbuhan airtanah pada akuifer sangat dipengaruhi oleh curah hujan,
limpasan air permukaan, evapotranspirasi, rekayasa manusia, dan sistem aliran air
permukaan. Distribusi hujan serta jumlah/besarnya curah hujan yang diterima pada
daerah tangkapan hujan merupakan salah satu penentu kuantitas airtanah yang
berkorelasi dengan daerah imbuhan (recharge area) dan daerah tangkapan
(catchment area).
Aliran airtanah yang melalui akuifer mempunyai laju aliran bervariasi yang
dipengaruhi oleh perlapisan batuan, tekanan, tekstur, dan struktur batuan. Setiap
perlapisan batuan terdiri dari beberapa batuan yang memiliki jenis dan sifat fisik
batuan, seperti kesarangan dan kelulusan batuan, yang berbeda dan menjadi
penentu kuantitas airtanah. Perbedaan ini dipengaruhi oleh aspek hidrologi,
misalnya, curah hujan, infiltrasi, perkolasi, dan evapotranspirasi. Sehubungan
dengan itu, airtanah juga dipengaruhi oleh aspek morfologi, yaitu aspek yang
berhubungan dengan relief permukaan/morfologi dan struktur geologi, seperti tata
guna lahan dan bentuk lahan. Oleh sebab itu, kondisi morfologi dan tata guna lahan
sangat menentukan sirkulasi airtanah, kuantitas, dan kualitas airtanah pada suatu
cekungan airtanah.
Perubahan morfologi dan tata guna lahan merupakan salah satu penyebab
perubahan imbuhan airtanah yang berkorelasi terhadap perubahan kuantitas dan
kualitas airtanah. Salah satu kegiatan yang dapat menyebabkan perubahan tersebut
adalah aktivitas penambangan batubara metode tambang terbuka. Metode
penambangan ini didasarkan pada penggalian arah vertikal hingga mencapai lapisan
endapan batubara yang diinginkan secara teknis dan ekonomis. Letak lapisan
batubara yang berada di lapisan akuifer menjadi penyebab terganggunya kualitas
dan kuantitas airtanah lokal apabila lapisan akuifer ini ikut tergali/terpotong secara
vertikal.
Salah satu perusahaan yang melakukan penambangan metode ini adalah PT.
Trubaindo Coal Mining (PT. TCM). Secara umum, pemilihan metode
penambangan didasarkan pada faktor teknik dan ekonomi. Metode penambangan
2
yang digunakan PT. TCM adalah metode tambang terbuka atau surface open-cut
mining yang dikombinasi dengan sistem back filling. Operasi penambangan sistem
back filling merupakan sistem penambangan dengan melakukan penutupan
langsung lubang bekas penggalian blok awal menggunakan tanah penutup hasil
penggalian dari blok berikutnya (Hartman, 1987). Sistem ini bertujuan untuk
mengurangi dampak lingkungan terutama munculnya cekungan-cekungan bekas pit
tambang, mempercepat pemulihan lahan, dan reklamasi bekas tambang. Ada lima
urutan kerja operasi penambangan tambang terbuka, yaitu pengupasan tanah
penutup, pengeboran, peledakan, pemuatan, dan pengangkutan.
Berdasarkan laporan eksplorasi bulanan PT. TCM periode Agustus 2012
menjelaskan, kedalaman pemboran Blok Selatan mencapai 80 meter dengan
ketebalan lapisan (seam) batubara bervariasi 2–10 meter. Dengan data ini,
perencanaan desain pit tambang bisa mencapai 70 meter di bawah permukaan laut.
Kedalaman pit yang mempunyai elevasi tersebut dapat mengakibatkan
terganggunya sistem airtanah, perubahan lapisan akuifer, dan lingkungan/tata guna
lahan setempat. Hilangnya lapisan akuifer, sebagai zona jenuh air, berakibat
terganggunya siklus hidrologi, terutama nilai limpasan air permukaan dan kuantitas
imbuhan airtanah. Sebagai kesimpulan, adanya perubahan kondisi akuifer akibat
penambangan metode tambang terbuka dapat berdampak pada terganggunya pola
aliran airtanah serta kualitas dan kuantitas airtanah daerah penelitian.
3
sebagai sumber air bersih. Dampak-dampak tersebut sangat terkait dengan kondisi
hidrologi, morfologi, dan hidrogeologi kawasan tambang.
Pemahaman mengenai kondisi hidrologi, kondisi batas hidrogeologis, dan
perubahan morfologi dampak aktivitas penambangan, merupakan informasi
penting untuk mengetahui pola aliran airtanah dan kondisi kuantitas-kualitas
airtanah sebelum penambangan hingga penutupan tambang. Kondisi batas
hidrogeologis berperan penting dalam penentuan batas air permukaan serta
keberadaan airtanah yang dipengaruhi topografi/morfologi dan litologi/akuifer.
Kondisi hidrologi dalam suatu wilayah, seperti daerah aliran sungai, daerah
tangkapan hujan, serta data meteorologi, menjadi faktor penentu daerah imbuhan
airtanah. Selain itu, perubahan tata guna lahan dan morfologi akibat keberadaan
operasi penambangan tambang terbuka sangat mempengaruhi perubahan kuantitas
dan kualitas airtanah, misalnya terbentuknya pit lakes/void dan air asam tambang.
Ditinjau dari distribusinya, jumlah ketersediaan airtanah di suatu daerah tidak
selalu sama. Ada daerah dengan potensi airtanah sangat besar, tetapi ada pula yang
potensinya sangat kecil. Kondisi ini tergantung dari tinggi–rendahnya curah hujan,
banyak–sedikitnya vegetasi, tipe/jenis tanah, kemiringan lereng, derajat kesarangan
(porositas) batuan, dan permeabilitas batuan penyusunnya. Informasi geologi terdiri
dari struktur geologi (lipatan, patahan, dan rekahan), sifat fisik batuan, serta
susunan batuan permukaan/bawah permukaan, menjadi dasar awal dalam
mengetahui kondisi bawah permukaan.
Perubahan morfologi dan geologi akibat operasi penambangan berakibat
perubahan pada geometri batuan/akuifer, perubahan muka airtanah, perubahan
batas akuifer, karakteristik akuifer, dan pola aliran airtanah. Perubahan ini ditandai
dengan terbentuknya cekungan-cekungan bekas penambangan, perubahan
topografi dari daerah perbukitan menjadi daerah dataran/rendah, kenaikan topografi
daerah penimbunan disposal/topsoil, dan hilangnya alur sungai-sungai kecil.
Kondisi ini berdampak terjadi perubahan batas hidrogeologis, terpotongnya lapisan
akuifer, dan perubahan susunan lapisan akuifer. Sehingga pada jangka panjang
mengakibatkan perubahan kuantitas dan kualitas air permukaan dan airtanah.
4
Selain itu, perubahan morfologi dan tata guna lahan juga menjadi penyebab
perubahan pola aliran airtanah dan kuantitas airtanah. Perubahan pola aliran
airtanah mengakibatkan terjadinya penurunan kuantitas airtanah. Kondisi ini akan
terlihat dampaknya pada musim kemarau, yakni terjadinya kekeringan pada sumber
mata air, sumur dangkal, dan terjadi perubahan interaksi antara air permukaan dan
airtanah, seperti effluent menjadi influent, atau sebaliknya.
Kuantitas limpasan air permukaan sangat dipengaruhi oleh
peruntukan/kegunaan lahan, kondisi fisik/tipe tanah, dan vegetasi lokal. Semakin
rendah limpasan air permukaan berarti makin terjaga kondisi tata guna lahan alami,
seperti di daerah penelitian yang mayoritas berupa hutan primer dan sekunder. Hal
ini disebabkan banyak air permukaan yang berasal dari hujan dan limpasan air
permukaan yang terserap oleh vegetasi. Sebaliknya, kondisi ini akan berubah ketika
air hujan dan limpasan air permukaan meningkat menjadi lebih tinggi akibat
perubahan hutan menjadi daerah bukaan tanpa vegetasi. Kondisi tersebut apabila
tidak dikendalikan akan menimbulkan limpasan air permukaan yang berlebih/besar
yang memicu bencana, seperti banjir.
Pemodelan airtanah daerah tambang terbuka dikembangkan untuk memahami
pola aliran airtanah serta menentukan sejauh mana interaksi antara sistem akuifer
dengan perubahan morfologi dan tata guna lahan. Model yang dihasilkan digunakan
untuk menilai potensi dampak pertambangan batubara tambang terbuka terhadap
airtanah dan untuk mengembangkan program pengawasan yang dilaksanakan
selama periode penambangan hingga penutupan tambang. Sesuai dengan uraian
tersebut dapat diambil kesimpulan, pemahaman batas hidrogeologis, kondisi
hidrologi, perubahan tata guna lahan, dan sumber kontaminan penyebab penurunan
kualitas air akan mendukung dalam memodelkan airtanah alami/sebelum
penambangan, penambangan aktif, dan penutupan tambang, yang diikuti model
penyebaran kontaminan terhadap airtanah. Oleh sebab itu, dengan mengetahui dan
memahami model-model tersebut akan bermanfaat untuk memprediksi pola aliran
airtanah.
5
1.3. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang berkaitan dengan daerah penelitian, antara lain:
1. Bagaimana kondisi hidrogeologi dan model pola aliran airtanah daerah Muara
Lawa sebelum terkena dampak penambangan tambang terbuka?
2. Bagaimana model pola aliran dan kuantitas airtanah dampak penambangan
aktif dan penutupan tambang terbuka di Muara Lawa?
3. Bagaimana pengaruh aktivitas penambangan batubara tambang terbuka
terhadap kualitas air (permukaan dan airtanah) dan pola penyebaran sumber
kontaminan dalam airtanah di daerah Muara Lawa?
6
Gambar 1.1. Kesampaian daerah penelitian
Daerah penelitian dibagi menjadi dua batas wilayah, yaitu daerah model dan
target model. Pertama, daerah model penelitian (kotak hitam pada Gambar 1.2),
merupakan daerah penelitian yang dibatasi oleh batas hidrogeologis yang dominan
dalam cekungan airtanah, seperti keberadaan/lokasi sungai besar dan perbukitan,
yang mempunyai pengaruh terhadap pola aliran tanah. Kedua, daerah target
penelitian (kotak merah pada Gambar 1.2), yang mempunyai luas daerah lebih kecil
dibandingkan daerah model, meliputi kawasan penambangan batubara tambang
terbuka di Blok Selatan PT. TCM. Daerah target penelitian adalah daerah yang
mengalami perubahan fisik, terutama tata guna lahan, morfologi, dan perlapisan
batuan/akuifernya akibat penambangan batubara tambang terbuka yang berdampak
pada perubahan pola aliran airtanah dan kualitas airtanah. Deskripsi batas daerah
model dan daerah target penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.2.
7
Gambar 1.2. Lokasi daerah model dan target penelitian
8
permukaan yang disebabkan tidak adanya keselarasan akuifer, seperti dijumpainya
struktur geologi (lipatan dan patahan) yang mempunyai pola tidak teratur.
Terdapat beberapa batasan lingkup kajian dalam penelitian ini yang meliputi:
(1) pengabaian geokimia batubara, retakan halus batubara yang mempunyai
permeabilitas sekunder, dan sifat-sifat batubara, seperti analisis proksimat, ultimat,
kalor, sulfur, dll; (2) pembatasan dalam pemodelan kontaminan airtanah dampak
penambangan tambang terbuka, yaitu tidak dilakukan pemodelan sebaran (plume)
kontaminan airtanah, namun hanya pada pola arah gerak partikel kontaminan dalam
airtanah.
9
bagi masyarakat sekitar dapat mengetahui daerah-daerah yang berpotensi
mengandung airtanah, mengetahui lokasi airtanah yang layak/tidak layak konsumsi;
(3) bagi para peneliti dapat menggunakannya sebagai dasar teori pemodelan
airtanah pada tambang terbuka dan sumber penyebab perubahan kualitas airtanah.
10
12
12
13
Tabel 1.1. Lanjutan
Penulis Tahun Tema Lokasi Tujuan utama Metode Hasil
Subyek: Hidrogeologi, Geokimia, dan Air Asam Tambang
Jamal et al. 1991 Air asam India Kajian mekanisme Survei: Terdapat variasi fisik dari batuan sumber air asam
tambang pada pembentukan air asam - Morfologi tambang:
tambang tambang, mineralogi - Batuan permukaan dampak - Warna putih batupasir banyak mengandung mika
batubara pembentuk air asam penambang dan feldspar
dampak penambangan Analisis: - Warna kuning/kemerahan air kolam pengendapan
open cast mining - Kualitatif air pada kolam banyak mengandung unsur besi (pirit)
pengendapan
- Mineralogi endapan batubara
Callaghan et 2000 Hidrogeologi Alabama, Mengetahui hubungan Survei: - Airtanah berasal dari air permukaan (lapisan tak
al. endapan Amerika antara litologi, - Morfologi jenuh) dan artesian (lapisan jenuh)
batubara pada permeabilitas sekunder - Batuan permukaan - Penurunan konduktivitas hidrolika searah dengan
penambangan batubara dengan airtanah Analisis: penurunan kedalaman (setiap 30 meter)
terbuka pada tambang batubara; - Karakteristik akuifer - Terdapat patahan dan retakan halus pada lapisan
analisis kualitas airtanah - Inti bor hasil pemboran batubara sumber aliran airtanah dalam pit
pada tambang batubara - Mineralogi - Terjadi kontak batupasir dan lanau yang
- Kualitas airtanah. mengandung mineral sulfida dengan airtanah
sebagai sumber air asam tambang.
Lee et al. 2001 Hidrogeokimia Chungju, Kajian geokimia air bekas Analisis: Variasi indek kejenuhan, antara lain:
bekas tambang Republik penambangan tambang - Indeks kejenuhan antara anion - Di bawah jenuh pada mineral lempung, gipsum
bijih perak Korea terbuka dan tambang kation air permukaan dan airtanah - Di atas jenuh untuk mineral dolomit, kuarsa, dan
bawah tanah dengan dengan mineral batuan tambang kalsedon
batuan induk pH air permukaan > 8 akibat mineral karbonat,
gibsit, dan kaolinit
Zulkarnain 2012 Sebaran dan Berau, Kajian sebaran PAF dan Analisis: - Penyebaran PAF didominasi batuan yang berada
& pemodelan Kalimantan NAF dalam lapisan - Interpolasi geokimia batuan (pH) di atas, bawah, dan antar lapisan batubara yang
Abdiyanto geokimia Utara batubara di tambang dari data pemboran mengikuti kemiringan perlapisan
batuan Binungan, Berau Coal. eksplorasi/geoteknik.
Subyek: Formasi batuan Cekungan Kutai di Kutai Barat
Nugroho 2006 Eksplorasi Kutai Barat, Meneliti daerah potensial Survei: Peta geologi:
dkk & geologi dan Kalimantan endapan batubara dan - Permukaan batuan - Formasi batuan, terdiri Balikpapan, Pulaubalang,
2008 cadangan Timur menghitung cadangan - Geomorfologi Pamaluan, Kampungbaru
batubara batubara mineable di Analisis: - Sebaran lapisan batubara tersebar di keempat
Kutai Barat. - Geologi lokal dengan pemboran formasi batuan tersebut secara bervariasi
inti Cadangan batubara layak tambang 37 juta ton
12
13