Anda di halaman 1dari 24

Modul 5

Manajemen Energi
Teknologi Pemanfaat & Daur Ulang Panas

WHB

Waste heat
Heat pump
recovery

Absortion
refrigerator
Heat recovery
technology
Air preheater

Heat
Economizer
exchanger

Heat pipe
TEKNOLOGI DAUR ULANG PANAS
HEAT PIPE
Kinerja Energi Aplikasi Keuntungan

Derah kerja s/d 300oC Digunakan di textile drying Proses heat transfer cepat
dan foundry exhaust dan pertukaran kalornya
merata
Heat Pipe Pada Fan Ventilasi

• Fan ventilasi dengan heat pipe exchanger


• Perpindahan panas antara udara luar (32 C) dengan udara sejuk (25 C)
dari ruangan yang dikondisikan.
• Dengan heat recovery dari heat exchanger 5 C, maka beban ventilasi
berkurang sebesar :
(27 – 25)/(32 – 25) = 28 %.
HEAT PUMP

5
Plate Heat Exchanger
• Type heat exchanger untuk low pressure
fluid.
• Terdiri dari plat perpindahan panas
multiple layer.
• Dapat memanaskan air (40-50) C dari
sumber gas buang suhu (50-60) C
• Karakteristik heat exchanger tersebut
dapat diaplikasikan untuk menghemat
energi.
REKUPERATOR TABUNG KERAMIK

Untuk aplikasi suhu tinggi s/d 1300OC


Udara dapat dilakukan panas mula s/d 850OC
Konstruksi terdiri dari tabung-tabung pendek silicon carbide dengan
flexible seals
Biaya investasi tinggi

7
REKUPERATOR REGENERATIF

8
ROTARY Heat Exchanger
Rotary Heat Wheel

10 21-25 Juli 2003


TEKNOLOGI DAUR ULANG PANAS
ROTARY Heat Exchanger
TEKNOLOGI KONVERSI POWER & DAUR ULANG

Teknologi Power & Waste


heat recovery

Cogen Repowering
Pembangkit Daya
 Indikator kinerja pembangkit daya adalah :
energi (input ) yang diperlukan untuk
menghasilkan satu satuan output daya
listrik.

Indikator kinerja tersebut dikenal dengan


 Spesific fuel consumption (SFC) – liter/kWh
Atau heat rate (kcal/kWh; atau kJ/kWh)
 Efisiensi (%).
Heat Rate Digolongkan Atas Dua :

 Heat rate Gross (Gross Plant Heat Rate - GPHR) : Yaitu heat
rate yang dihitung dengan menggunakan output daya berupa kWh
diukur pada terminal output generator pembangkit.
GPHR = Heat input/kW output (kcal/kWh).

 Heat rate Netto (Net Plant Heat Rate - NPHR) : Yaitu heat rate
yang dihitung dengan menggunakan output daya berupa kWh net
diukur setelah pemakaian sendiri (own used) pembangkit.
NPHR = Heat input/Net kW output (kcal/kWh).
Basis Pengukuran SFC Yang Umum Digunakan Ada Dua Yaitu :
• SFC berbasis beban.
• SFC berbasis periode.
SFC berbasis beban : Yaitu SFC yang diukur pada beban tetap dengan mengukur laju (flow/jam) bahan bakar dibagi
dengan daya output generator. Dengan demikian formula SFC dapat ditulis sebagai berikut :

laju ( flow) bahan bakar, (liter / h)


SFC   liter / kWh
Output generator , (kW )
Formula SFC diatas digunakan untuk pengujian unjuk kerja (komisionong test) sebelum serah terima dan untuk
mengukur efisensi individu tanpa dipengaruhi oleh perubahan beban maupun untuk mengetahui perbaikan SFC saat
sebelum dan sesudah pelaksanaan overhaul .

SFC berbasis periode : SFC ini diukur pada periode tertentu yaitu dengan mengukur laju (flow) bahan bakar pada periode
waktu dibagi dengan output (kWh) yang dihasilkan generator selama periode waktu tersebut. Dengan demikian formula
SFC berbasis periode dapat ditulis sebagai berikut :

Jml. b. bakar pada suatu periode waktu (liter )


SFC   liter / kWh 
produksi kWh generator pada suatu periode waktu

Formula SFC berbasis waktu di atas digunakan untuk monitoring pemakaian bahan bakar pada suatu periode ,
dan
Untuk merencanakan penyediaan bahan bakar untuk periode yang akan datang.
SFC dan Heat Rate

Untuk menkonversikan SFC menjadi heat rate (HR) atau efisiensi termal (th),
gunakan formula sebagai berikut :
• Heat Rate =HHV
SFC x Kalor
: Nilai HHV ..kcal/kWh
Atas Bahan Bakar (kcal/liter)

860
th   100 % (%)
HR
• Efisiensi termal :
Efisiensi Bahan bakar PLTU (kcal/kWh)

Beban
dalam % kCal/kWh
40 992
60 1.400
80 1.812
100 2.242
Pemakaian bahan bakar
PLTG  100 MW

Beban
ltr//kWhTerpasang ltr/kWh kcal/kWh
(%)
10.0 0.189 1.888 16236
20.0 0.208 1.040 8944
30.0 0.225 0.750 6450
40.0 0.252 0.630 5418
50.0 0.275 0.550 4730
60.0 0.322 0.537 4618
70.0 0.353 0.504 4334
80.0 0.383 0.479 4119
90.0 0.412 0.458 3938

100.0 0.433 0.433 3723


Konsumsi Energi Spesifik Untuk Berbagai Beban.

• Pembangkit daya (genset, TLTU dll)


tidak dapat memberikan performa
optimum dalam setiap beban.
• Jika pembanmgkit dioperasikan
dengan variasi beban maka konsumsi
energi spesifik (Liter bbm per HP
jam) akan berubah-ubah mengikuti
perubahan beban
Rugi-rugi Teknik (Technical loss)

Contoh Genset Neraca Energi Mesin Genset


Genset
• Konsumsi energi spesifik optimum suatu genset
terjadi pada kapasitas disain yaitu pada beban
penuh, dan antara 80 – 100 % beban.
• Pengoperasian genset pada beban 50 % akan
mengakibatkan konsumsi energi spesifik
meningkat sekitar 10 % dibandingkan dengan
energi spesifik pada beban penuh.
• Pembebanan parsial atau kurang dari beban
penuh mengakibatkan konsumsi energi spesifik
genset meningkat. Pada beban 25 % konsumsi
energi spesifik meningkat sekitar 30 hingga 50
% dibandingkan dengan energi spesifik pada
beban penuh.
GPHR dan NPHR vs Beban PLTU
Efisiensi
 Efisiensi pembangkit didefinisikan sebagai perbandingan
antara output (kWh) dengan energi input yang digunakan
 Secara tipikal efisiensi konversi berbagai jenis pembangkit
adalah sebagai berikut :

Unit pembangkit Size (MW) Efisiensi (%)


Uap 200 – 800 30 – 40
Gas turbin 50 – 100 22 – 28
Combined cycle 300 – 600 36 – 50
Disel 10 – 30 27 – 37
Nuklir 500 – 1100 31 - 34
Supply Daya pada Peralatan Listrik

• Kwalitas daya yang dipasok ke sistem penggerak motor


berkaitan dengan kinerja peralatan energi yang
dioperasikan.
• Kwalitas supply daya listrik perlu dianalisa apakah
sudah sesuai dengan yang diharapkan.
• Parameter kwalitas daya terdiri atas :
Ketidak-seimbangan arus.
Ketidak-seimbangan tegangan.
Faktor Daya yang rendah.
Tingkat harmonik (THD) arus.
Tingkat harmonik (THD) tegangan.

Anda mungkin juga menyukai