Anda di halaman 1dari 12

SISTEM PENGATURAN DITEBAR

TE091468
Sistem Kontrol Flow dan Temperatur pada Proses Pengolahan
Bahan Semen di PT. Semen Indonesia Unit Tuban 2

OLEH
MUHAMAD ZULFIQAR RUSRETIN
(2214105047)

DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................2
1.1

Latar Belakang.............................................................................................................2

1.2

Deskripsi Sistem..........................................................................................................2

1.3 Proses Raw Mill................................................................................................................4


1.3.1 Diagram Fungsional................................................................................................4
1.3.1 Deskripsi Proses.......................................................................................................5
1.4 Diagram P&ID (Piping and Instrumentation Diagram)..................................................6
1.3

Alarm...........................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................8

P a g e 1 | 12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pabrik Semen Gresik yang diresmikan tanggal 7 Agustus 1957 adalah pabrik semen
pertama yang dibangun setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada tanggal
24 Oktober 1969, Semen Gresik merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertama
yang merubah statusnya menjadi Perseroan Terbatas dan pada tahun 1991, PT Semen Gresik
menjadi BUMN pertama yang Go Public. Kemudian pada tahun 1994, perusahaan ini
berhasil menyelesaikan perluasan pabrik semen di Tuban (Pabrik Semen Tuban I) dan terus
berkembang hingga dari hasil perluasan tersebut dapat dibangun Pabrik Semen Tuban II dan
kemudian Tuban III. Pabrik Semen Gresik unit I dan II terletak di desa Sidomoro kecamatan
kebomas kabupaten Gresik dengan luas bangunan 150.000 m2 yang terletak di area 750 Ha.
Pabrik semen gresik unit III terletak di desa Sumber Arum kecamatan kerek kabupaten Tuban
Jawa Timur dengan luas bangunan 400.000 m2 yang terletak di area 1.500 Hektar. Adapun
pabrik unit III yang terletak di Kerek Tuban. Sementara ini yang beroperasi adalah pabrik
Tuban I, II dan III sedangkan untuk Tuban IV tidak beroperasi karena kendala modal dan
lainnya. Semen Gresik, Semen Padang, dan Semen Tonasa digabung menjadi satu yaitu
dengan nama PT Semen Indonesia (Persero),Tbk.[1]
1.2 Deskripsi Sistem
Proses pembuatan semen sebenarnya mencampur bahan dan mengubah ukuran bahan dari
besar menjadi kecil hingga ukuran mikron. Proses pembuatan semen ada dua macam yaitu
proses basah dan proses kering. Proses yang digunakan PT. Semen Gresik Pabrik Tuban
adalah proses kering. Jenis semen yang diproduksi semen portland yaitu Ordinary Portland
Cement (OPC) dan Pozzolan Portland Cement (PPC). Semen OPC dipakai untuk semua
konstruksi, tidak memerlukan persyaratan khusus, anatara lain digunakan untuk bangunan
gedung, perumahan, jalan raya, serta komponen bangunan seperti beton. Jenis semen PPC
merupakan suatu bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan menggiling bersama-sama terak
semen Portland dan semen ini tahan terhadap asam ataupun garam, cocok untuk bangunan
bangunan dekat laut.[2]

Gambar 1 Proses Pembuatan Semen secara Keseluruhan

P a g e 2 | 12

Secara umum, beberapa proses pembuatan semen bisa dilihat pada Gambar 1 diatas
dengan penjelasan ringkas seperti dibawah ini :
a. Unit Crusher
Unit penyediaan bahan baku (crusher). Bahan baku semen yang digunakan terdiri
dari bahan baku utama (berupa batu kapur (limestone), tanah liat (clay), pasir
silika, pasir besi) dan bahan tambahan berupa gypsum (berupa batuan gips ini
ditambah setelah campuran bahan mentah dibakar menjadi terak yang bertujuan
untuk memperlambat pengerasan semen saat penggilingan terak dan trass yaitu
bahan hasil letusan gunung berapi dalam bentuk butiran halus yang digunakan
untuk produksi semen jenis PPC). Bahan-bahan tersebut mengalami proses
pencampuran (crusher).
b. Unit SILO per bahan pembuatan
Merupakan tempat penyimpanan bahan pembuatan semen setelah melalui proses
crusher, sebelum dikirim menuju raw mill.
c. Raw Mill
Material-material dari crusher ke dalam raw mill bersamaan dengan gas panas
dari suspension preheater. Selama proses pencampuran bahan pada raw mill
terjadi juga proses pengeringan dimana keluaran material yang diharapkan
berukuran 90 mikron dengan kadar air yang dimiliki 1%.
d. Homogenizing SILO
Proses Basah, slurry dicampur di mixing basin,kemudian slurry dilairkan ke
tabung koreksi; proses pengoreksian. Sedangkan pada proses kering terjadi di
blending silo dengan sistem aliran corong.
e. Rotary Kiln
Tahap paling rumit dalam produksi semen portland adalah proses pembakaran,
dimana terjadi proses konversi kimiawi sesuai rancangan dan proses fisika untuk
mempersiapkan campuran bahan baku membentuk klinker. Proses ini dilakukan
di dalam rotary kiln dengan menggunakan bahan bakar fosil berupa padat
(batubara), cair (solar), atau bahan bakar alternatif. Batubara adalah bahan bakar
yang paling umum dipergunakan karena pertimbangan biaya. Pada proses ini
akan mempengaruhi produksi kualitas semen dengan memperhatikan temperatur
yang telah ditentukan pada setiap bagian di dalamnya.
f. Grater Cooller
Reaksi-reaksi yang terjadi:
Reaksi alite dengan air :
2Ca3OSiO4 + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2
Reaksi ini relatif cepat, menyebabkan penetapan dan perkembangan
penguatan pada beberapa minggu pertama.

Reaksi dari belite :


2Ca2SiO4 + 4H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2
P a g e 3 | 12

Reaksi ini relatif lambat, dan berperan untuk meningkatkan penguatan


setelah satu minggu. Hidrasi trikalsium aluminat dikontrol oleh penambahan
kalsium sulfat, yang dengan seketika menjadi cairan pada saat penambahan air.
Pertama-tama, etringit dibentuk dengan cepat, menyebabkan hidrasi yang
lambat.
Ca3(AlO3)2 + 3CaSO4 + 32H2O Ca6(AlO3)2(SO4)3.32H2O
Sesudah itu etringit bereaksi secara lambat dengan trikalsium aluminat
lebih lanjut untuk membentuk monosulfat.
Ca6(AlO3)2(SO4)3.32H2O + Ca3(AlO3)2 + 4H2O 3Ca4(AlO3)2(SO4).12H2O
Reaksi ini akan sempurna setelah 1-2 hari. Kalsium aluminoferit bereaksi
secara lambat karena adanya hidrasi besi oksida.
2Ca2AlFeO5 + CaSO4 + 16H2O Ca4(AlO3)2(SO4).12H2O + Ca(OH)2 +
2Fe(OH)3
g. Packer
Tahap pengantongan semen dimulai dari silo penyimpanan semen yang
berkapasitas 18.000 ton. Pemasukan semen ke dalam kantong ini telah diatur
dengan berat 49,75 kg atau 50,75 kg. Jika berat semen kurang dari yang telah
ditentukan, maka semen yang sudah dalam kantong tersebut terpantau dengan
penimbang semen tersebut dan akan dikeluarkan melalui bagian reject.
1.3 Proses Raw Mill
1.3.1 Diagram Fungsional
Bahan baku berupa pasir silika, pasir besi, tanah liat, dan batu kapur yang telah
diolah pada proses crusher akan mengalami beberapa proses pencampuran, penghalusan,
dan pengeringan. Proses inilah yang terjadi pada raw mill sebelum diumpankan ke proses
kiln Terlihat pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 untuk scope yang spesifik.

Gambar 2 Tampilan Proses Raw Mill di Unit Tuban 2


P a g e 4 | 12

1.3.1 Deskripsi Proses

Material berukuran 90 mikron

Blending Silo
Material dari crusher

Raw
Mill
Preheater

Gambar 3 Proses Raw Mill


Proses raw mill dilengkapi dengan beberapa proses di dalamnya sebagai berikut :
a.
Grinding Table
Berbentuk seperti piring, dipinggirnya terdapat lubang-lubang sebagai tempat
dihembuskannya udara panas untuk pengeringan material.
b.
Grinding roller
Bagian ini berfungsi untuk menggiling dengan memanfaatkan adanya daya tekan ke
bawah dan gaya putar antara roller dan grinding table.
c.
Clasiffier
Terletak dibagian atas mill berfungsi mengatur kehalusan produk atau untuk
memisahkan antara material yang sudah halus dari material yang masih kasar.
d.
ID Fan Mill
Bagian ini digunakan untuk menarik material dari dalam mill sehingga bercampur
dengan udara lalu masuk ke cyclone separator.
e.
Cyclone Separator
Berfungsi untuk memisahkan produk dari udara dengan cara berputar.
Material limestone/Clay Mix dan pasir besi sebagai umpan dengan laju alir 570 ton/jam
masuk melalui cerobong feed pada raw mill kemudian material jatuh ditengah-tengah
grinding table. Pada saat yang bersamaan gas panas masuk ke raw mill melalui celah-celah
grinding table. Kebutuhan gas panas untuk pengeringan material di raw mill dipasok oleh
sisa gas dari preheater dengan suhu 330oC. Sistem penggilingan ini dilengkapi dengan
pemanas udara. Jika panas yang dibawa gas dari preheater tidak mencukupi, gas dapat
dipanaskan lebih dahulu dengan pemanas udara, kurangnya panas yang diperoleh gas dari
preheater dapat terjadi karena berhentinya proses kiln. Gas panas ini akan mengeringkan
material yang ada diatas grinding table. Kehalusan produk ini diatur oleh classifier yang
berputar dengan kecepatan 900 rpm sehingga akan dihasilkan produk dengan kehalusan 90
P a g e 5 | 12

mikron dan kandungan air maksimal 1%. Material yang halus akan ditarik keatas menuju
cyclone separator oleh ID Fan Mill yang berrfungsi untuk mengalami pemisahan antara
material dan gas. Sedangkan material yang belum halus karena pengaruh gaya beratnya akan
turun kebawah dan diumpan lagi ke raw mill untuk digiling kembali. Proses selanjutnya
Material akan masuk ke dalam blending silo.
1.4 Diagram P&ID (Piping and Instrumentation Diagram)
Proses pada Gambar 3.1 berikut material yang ada di dalam raw mill perlu adanya
pengaturan laju alir pada saat material masuk ke dalam proses ini dan pengaturan suhu karena
gas panas tersebut diperoleh dari preheater. Dibawah ini merupakan diagram P&ID laju alir
dan suhu :

Gambar 4 P&ID Laju Alir dan Suhu pada Proses Pengolahan Bahan
Keterangan :
TC : Temperature Controller
FC : Flow Controller
TT : Temperature Transmitter
FT : Flow Transmitter

: Electric Line
Pneumatic Line

Secara garis besar diagram blok pada proses ini sebagai berikut :

Gambar 5 Diagram Blok Single Loop Pengaturan Laju Aliran Material Mentah
P a g e 6 | 12

Gambar 6 Diagram Blok Sistem Single Loop Pengaturan Temperature Penghasil Gas Panas
Laju alir yang masuk ke dalam raw mill memiliki set point sebesar 570 ton/jam dan
set point suhu dari preheater sebesar 330C. Saat laju alir material dari proses crusher yang
masuk ke dalam proses ini perlu dijaga agar diperoleh komposisi produk raw mill yang sesuai
dengan standar umpan klin. Material pada raw mill akan mengalami size reduction dan
penguapan air. Dalam proses ini untuk pengeringan raw material yang digiling menggunakan
sisa udara panas dari preheater. Keluaran bahan material tersebut sangat berpengaruh pada
suhu yang diatur.
1.3 Alarm
Fungsi dari adanya alarm adalah saat suhu dari preheater kurang dari set point yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 330C. Dengan demikian keluaran bahan material tersebut sesuai
dengan standar umpan kiln.
NO
1
2
3
4
5
6

Type Alarm
Low
Temperature
Normal
Temperature
High
Temperature
Low Flow
Normal
Flow
High Flow

Kondisi
Suhu pada proses preheater < 330C.
Suhu pada proses preheater
330C < X < 350C
Suhu pada proses preheater > 350C.
Suhu pada proses preheater < 145
kg/detik .
Suhu pada proses preheater
152 < X < 160 kg/detik.
Suhu pada proses preheater > 165
kg/detik .

Status
Low Temperature
Yellow Lamp : ON
Low Temperature
Green Lamp : ON
High Temperature
Red Lamp : ON
Low Flow
Yellow Lamp : ON
Low Flow
Green Lamp : ON
High Flow
Red Lamp : ON

P a g e 7 | 12

BAB II
PERANCANGAN SISTEM
Temperature Indicator Control (Indikator Kontrol Suhu)
Temperatur pada sistem akan diatur pada proses rawmill untuk menjaga bahan

campuran semen sesuai standar yang diumpankan menuju rotary kiln yaitu sebesar 90
mikron.
TIC Pada Rawmill
Suhu pada sistem rawmill ini memiliki range normal antara 335 350 derajat celcius.
Dengan skala pembacaan antara 0 400 derajat celcius. Pengaturannya dilakukan secara
otomatis dengan menggunakan 2 titik alarm yang mewakili 2 titik temperatur kritis pada
rawmill, sehingga perlu adanya aksi. Titik tersebut adalah sebagai berikut :
Range 1 (LL)

: sinyal untuk menaikkan suhu pemanasan (temperatur range 0 330

derajat celcius)
Range 2 (HH)

: sinyal untuk menurunkan suhu pemanasan (temperatur range 350

370 derajat celcius)


Suhu normal pada proses rawmill ini adalah 335 350 derajat celcius.
Sensor yang digunakan untuk pembacaan suhu dari preheater adalah Thermocouple
Jumlah

: 1 buah

Bahan

: Copper-Nikel

Range Suhu : 0 - 750 oC


Tipe

: Type J

Media

: steam bersuhu 0 - 350 oC

Flow Indicator Control (Indikator Kontrol Aliran)


Laju material yang masuk pada rawmill harus dijaga pada range 550 570 ton per

jam atau setara 152 160 kg/detik. Laju material perlu dijaga agar proses memiliki efisiensi
waktu dan memiliki biaya produksi yang optimal.
TIC Pada Rawmill
Laju material pada sistem rawmill ini memiliki range normal antara 152 160 kg/detik.
Dengan skala pembacaan antara 0 200 kg/ detik. Pengaturannya dilakukan secara
otomatis dengan menggunakan 2 titik alarm yang mewakili 2 titik laju aliran kritis pada
rawmill, sehingga perlu adanya aksi. Titik tersebut adalah sebagai berikut :
Range 1 (LL)

: sinyal untuk menaikkan laju aliran (laju aliran < 145 kg/detik.)

Range 2 (HH)

: sinyal untuk menurunkan laju aliran (laju aliran > 165 kg/detik.)

Suhu normal pada proses rawmill ini adalah 152 160 kg/detik.
P a g e 8 | 12

Sensor yang digunakan untuk pembacaan laju aliran dari crusher adalah Clamp on flowmeter
Jumlah

: 1 buah

Bahan

: Metal

Range laju aliran

: 0 500 kg/detik

Media

: cairan, sludge dengan laju aliran 150 160 kg/detik.

Langkah langkah mendesain project pada software DCS Yokogawa Centum3000


1

Buat project baru pada sistem view di oracle virtual box dan buat project default.

Rancangan input dan output pada FCS

Rancangan function block pada FCS

Rancangan Faceplat pada HIS

Rancangan konfigurasi pada HIS


P a g e 9 | 12

HMI pada DCS Yokogawa

P a g e 10 | 12

DAFTAR PUSTAKA
[1] PT Semen Indonesia, Sejarah PT Semen Indonesia , http:// www.semenindonesia.com/, 30
Maret 2016.
[2] Sigit, Proses Pembuatan Semen, http://vampiregiet.blogspot.co.id/, 30 Maret 2016.
[3] Pasha, Proses Pada Vertical Raw Mill, http://www.slideshare.net/mkpasha/vrm, 24 Maret
2016

P a g e 11 | 12

Anda mungkin juga menyukai