BAB IV
Proses pembuatan kaca di PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. terbagi menjadi
dua proses, yaitu Hot Process dan Cold Process.
Hot Process merupakan awal dari proses pembuatan kaca, dari raw material
lalu masuk ke unit batch house, melting (peleburan bahan baku), lalu masuk ke
proses pembentukan kaca di bagian drawing, dan sampai proses terbentuknya
lembaran kaca yang sudah didinginkan di Lehr.
Batch House merupakan awal dari proses pembuatan kaca, karena disinilah
semua bahan baku dan bahan tambahan akan dicampur dan diaduk menjadi
homogen. Unit ini bertanggung jawab untuk mempersiapkan campuran bahan
baku/batch (silica sand, dolomite, soda ash, calumite, salt cake, feldspar) dan
cullet (pecahan kaca) untuk semuanya dilebur secra bersamaan pada proses
selanjutnya. Sebelum masuk di unit batch house, terdapat unit raw material,
dimana unit raw material mempunyai tugas untuk meyediakan semua bahan
baku/batch dan cullet untuk proses pembuatan kaca. Selain itu, tugas raw
material adalah sebagai tempat penyimpanan material, peneriman material untuk
feeding keproduksi, mengorder material, dan mengirim material.
Proses yang terjadi di unit batch house, meliputi proses penimbangan raw
material (scaling), pencampuran (mixing) bahan baku dan bahan tambahan, serta
pengangkutan atau transportasi bahan baku menuju proses peleburan didalam
Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana 55
Laporan Kerja Praktek
Periode Agustus 2012 PT. Asahimas Flat Glass, Tbk
furnace. Sebelum masuk ke unit penimbangan, bahan baku harus terlebih dahulu
diayak, dengan tujuan untuk memisahkan material yang berukuran kecil dengaan
yang berukuran besar, serta memisahkan kotoran dari bahan baku supaya bahan
baku sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Setelah proses pengayakan,
lalu masing-masing bahan baku masuk kedalam tempat penyimpanan atau silo
untuk selanjutnya akan ditimbang.
Jenis Komposisi
Mg(OH)2 10 ton
Al(OH)2 10 ton
Fe2O3 10 ton
Carbon 2 ton
Extra 2 ton
Pada tahap pencampuran, semua bahan baku akan dicampur seberat 3,6
ton/batch dan proses pencampuran bahan baku dilakukan selama 4 menit.
Baru setelah semua bahan baku dicampur, lalu masuk kedalam tahap proses
peleburan bahan baku.
Melting adalah proses peleburan antara batch dan cullet menjadi bentuk
yang homogen, disebut molten glass. Proses peleburan batch dan cullet
terjadi didalam furnace, panas pembakaran didalam furnace berasal dari
burner yang ada disetiap sisinya (kanan-kiri) atau sering disebut dengan port.
Jumlah port ada 6 disetiap sisinya (kanan-kiri) dan dilengkapi dengan
regenerator pada masing-masing sisinya. Regenerator berfungsi sebagai untuk
menaikkan dan menurunkan panas udara. Suhu pembakaran didalam furnace
dapat mencapai 16000C, karena temperature didalam furnace sangat tinggi,
maka furnace dibuat dengan menggunakan batu tahan api yang disebut
refractories.
Furnace terbagi atas tiga area, yaitu melter, neck, dan refiner. Melter
adalah ruangan dimana batch dan cullet dilebur secara bersama-sama untuk
menjadi molten glass. Temperature di dalam melter merupakan temperature
yang paling tinggi karena ruangan tersebut adalah ruangan untuk peleburan
batch dan cullet. Neck adalah area yang terdapat ditengah-tengah antara
melter dengan refiner pada area ini, tidak ada lagi pembakaran melainkan
ada 6 buah stirrer untuk mengaduk molten glass supaya lebih homogen lagi.
Sedangkan area refiner, terjadilah gelembung-gelembung (bubble) yang
tersisa didalam molten glass dihilangkan. Bubble terjadi akibat pembakaran
yang tidak sempurna pada saat peleburan batch dan cullet di melter.
Furnace tersusun atas batu tahan api. Sifat-sifat yang harus dimiliki batu
tahan api adalah:
2. Finning Stage
4. Refining Stage
Pada tahap ini, proses pembentukan kaca terjadi didalam metal bath,
dimana didalam metal bath ini, molten glass akan dialirkan dari refiner
menuju metal bath lalu diambangkan diatas cairan timah. Molten glass yang
diambangkan diatas timah disebut dengan ribbon glass. Ribbon glass akan
dibentuk sesuai tebal dan ukuran tertentu sesuai pesanan pelanggan. Ketika
ribbon glass dijatuhkan kedalam metal bath, maka ribbon glass akan
membentuk kesetimbangan sebesar 6,8 mm. Ribbon glass memiliki sifat yang
elastis. Proses pembuatan kaca ini menggunakan float process, dimana
didalam metal bath, ribbon glass diambangkan diatas cairan timah. Pemilihan
timah sebagai cairan float didasarkan pada beberapa kriteria sebaagai berikut:
4. Cairan timah tidk bereaksi dengan ribbon glass dan tidak menempel
pada kaca
Proses yang terjadi didalam metal bath dibagi menjadi 16,5 bay, seluruh
bay terbagi atas 6 zone. Seluruh proses pembentukan kaca yang terjadi
didalam 6 zone ini ada pembagian tertentu dari masing-masingnya, yaitu:
1. Spout zone
Area ini berada diantara canal dan metal bath yang bertujuan
sebagai tempat pengontrol kapasitas produksi. Didalam spout terdapat
tweel, tweel yang digunakan da 2 macam yaitu back tweel dan front
tweel. Back tweel hanya digunakan sebagai cadangan. Posisi tweel
harus diatur agar ribbon glass yang memasuki metal bath tidak terlalu
banyak.
Sebelum memasuki area ini, posisi ribbon glass harus diatur agar
tidak menabrak side wall ketika memasuki area penyempitan.
Aksesoris yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
dengan dipasangnya carbon push yang diletakkan pada bay 12 dan
dipasang radiation gate pada akhir bay 11. Radiation gate di bay 11
berfungsi untuk mencegah panas yang berasal dari upstream mengalir
ke daerah downstream.
Pada area ini kaca sudah mencapai softening point yaitu sekitar
7600C, dimana kaca sudah mulai terbentuk solid dan sudah tidak dapat
dibentuk kembali kecuali dengan pemanasan kembali. Untuk menjaga
kestabilan kaca pada are ini maka dipasang pendingin yang bernama
exit cooler yang dipasang pada bay 12-bay 16 yang berjumlah 10 buah
disetiap sisi-sisinya. Pada area ini kaca sudah siap untuk keluar dari
cairan timah menuju area pendinginan di Lehr, proses terpisahnya
kaca dari cairan timah yang disebut dengn Take off Length (TOL),
sedangkan Take off Length (TOL) dapat terjadi dengan bantuan 3
buah Lift Out Roll (LOR).
4.1.4. Lehr
Pada proses Lehr, terdiri dari opened lehr dan closed lehr. Pada bagian
closed lehr, kaca tidak mengalami kontak langsung dengan udara, sedangkan
pada bagian opened lehr kaca akan berkontak langsung dengan udara.
Cold Process merupakan proses kaca setelah keluar dari Lehr, lalu
memasuki proses Washing, Cutting, Quality Control, dan Packing.
4.2.1. Washing
4.2.2. Cutting
Setelah proses washing dan pelapisan kaca, kaca akan memasuki tahap
pemotongan sesuai dengn permintaan pelanggan. Pada tahap ini kaca akan
dipotong dengan cara vertikal dan horizontal. Tahap pertama adalah
pemotongan secara horizontal dengan menggunakan Cross Cutter dengan cara
menggoreskan kaca, dalam proses penggoresan kaca, pada mata pisau
dilengkapi juga dengan minyak yang bernama minyak ACPE yang bertujuan
supaya dalam penggoresan kaca, serpihan kaca tidak beterbangan yang dapat
membuat defect pada kaca atau bahkan bisa melukai seseorang karena
serpihan tersebut dapat beterbangan, lalu selanjutnya hasil goresan tersebut
akan dipatahkan oleh snapping main line. Proses pematahan ini sangat
sederhana, dimana roll pematah dibuat lebih tinggi dari roll lainnya sehingga
kaca dapat patah. Untuk menghindari tabrakan antar kaca yang telah dipotong
maka kecepatan kaca diatur 2 kali lebih besar dari pada dengan kecepatan roll
dengan tujuan agar kaca yang dipotong tidak saling bersinggungan atau
tabrakan. Lalu selanjutnya masuk ke NF Cutter untuk memotong kaca bagian
pinggir, sistem pemotongannya sama dengan Cross Cutter, yaitu dengan
pengoresan terlebih dahulu, baru setelah itu dipotong/dipatahkan dengan edge
snapping. Tapi sebelum kaca dipatahkan, ada 1 tahap sebelumnya yaitu
marking, dimana bagian tersebut untuk memberikan tanda bahwa ada bagian
kaca yang memiliki defect untuk selanjutnya akan diproses/dicek defect
tersebut pada bagian Quality Control. Setelah kaca telah dipotong, lalu masuk
ke Main Line untuk selanjutnya ditata/diatur dalam box penyimpanan yang
akan dikirim ke bagian Quallity Control.
Pada unit ini memiliki tujuan yaitu mengontrol kualitas kaca dan
mengurangi klaim dari pelanggan, jika kualitas kaca yng dihasilkan banyak
defect, maka petugas akan langsung melaporkan pada bagian produksi untuk
segera ditindak lanjuti dan kemudian dicari asal penyebab terjadinya defect. Di
unit ini, pemeriksaan terhadap mutu atau kualitas kaca meliputi sifat fisik kaca
yang terdiri dari 2 jenis, yaitu inspeksi random sampling dan examiner:
1. Primary Defect
e. Dross, yairu cacat oksida timah pada permukaan cairan timah dan
melekat pada kaca.
f. Roll Imprint, yaitu cacat pada permukan kaca dalam bentuk roll
marking yang disebabkan oleh endapan pada bottom roll. Roll
Imprint biasanya terbentuk pada kondisi kaca yang bertemperatur
tinggi
m. Scar, yaitu goresan akibat benda keras yang terjadi pada awal
penarikan kaca pada temperatur tinggi.
2. Secondary Defect
b. Crack, yaitu cacat retakan akibat benturan benda keras atau panas
kejut.
d. Chipping, yaitu cacat gumpil pada sudut kaca akibat cutter line.
e. Shell Chips, yaitu cacat gumpil pada sisi kaca akibat cutter line
g. Shark Teeth, yaitu cacat bergerigi akibat serpihan kaca pada saat
cutter line.
j. Water Straim, yaitu cacat akibat adanya sisa air pencucian yang
mengering secara tidak merata pada permukaan kaca atau adanya
suatu percikan atau tetesan cairan yang menempel yang
mengering pada permukaan kaca.
4.2.3.2. Examiner
1. Pull, yaitu jumlah kaca yang aakaan diproses finishing selama 1 hari
dalam satuan ton, dengan pull sekian maka akan didapat hasil produk
kaca dengan netto (bagian kaca yang akan dipotong dan
dijual/dipasarkan), gross (total lebar kaca), dan edge lost (sisa kaca
yang tidak terpakai/terbuang)
3. Edge Light, yaitu alat pengecekan defect pada kaca seperti bubble,
drip, scratch, dan inclision.
4.2.4. Packing
Proses packing bertujuan untuk mengemas produk kaca didalam box atau pallet
supaya kualitas produk tetap terjaga sampai ketangan pelanggan, untuk
menghindari terjadinya goresan maupun gesekan, haris diletakkan pelapis
untuk melapisi kaca yang satu dengan yang lainnya. Pelapis tersebut
menggunakan kertas dan powder (serbuk putih) untuk melindungi kualitas kaca
dari goresan maupun gesekan. Setelah pengemasan selesai, maka kaca akan
siap disimpan dan didistribusikan kepada pelanggan.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Bahan baku untuk memproduksi kaca pada PT. Asahimas Flat Glass,
Tbk. khususnya pada bagian F3 adalah soda lime silica glass, karena
komponen bahan baku utamanya adalah silica sand (Si), dolomite
(Mg, Ca), dan soda ash (Na), cullet, sedangkan bahan baku tambahan
yang digunakan adalah feldspar, salt cake, dan calumite.
Batch House
Melting,
Drawing
Lehr
Washing
Cutting
Quality Control
Packing
b) Examiner.
Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana 72
Laporan Kerja Praktek
Periode Agustus 2012 PT. Asahimas Flat Glass, Tbk
5.2. Saran
3. Selektif terhadap bahan baku agar produk yang dihasilkan bisa lebih
maksimal.
Kerja Praktek yang saya jalani ini merupakan suatu pembelajaran yang
sangat bermanfaat bagi saya karena langsung berada dilapangan untuk
kedepannya nanti didalam dunia pekerjaan khususnya pada dunia industri saat ini.