Disusun oleh :
Nihayatul Fadila (02211746000003)
Grazeila Dinda Dwi Puspita (02211746000018)
i
BAB I
PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
Tujuan penulisan laporan tugas khusus ini adalah untuk menghitung neraca massa,
neraca energy, efisiensi thermal dan efisiensi thermal penguapan pada Unit Raw Mill.
I.5 Sistematika
Sistematika Laporan Tugas Khusus ini terdiri atas 4 Bab dengan masing-masing
babnya memiliki sub-bab tersendiri. Bab-bab yang terdapat dalam Laporan Tugas Khusus
ini adalah:
BAB I. Pada Bab ini dibahas mengenai Latar Belakang, Ruang Lingkup, Tujuan,
Metode Pendekatan, dan Sistematika.
BAB II. Pada Bab ini dibahas mengenai deskripsi proses pada Unit Raw Mill
BAB III. Pembahasan Masalah berisi tentang interpretasi data dan informasi yang telah
dikumpulkan serta hasil dan pembahasan pada perhitungan neraca massa, neraca
energy, efisiensi thermal dan efisiensi thermal pada Unit Raw Mill.
BAB IV. Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran-saran untuk perbaikan ke depannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PT Semen Indonesia Pabrik Tuban menggunakan jenis proses kering untuk memenuhi
kebutuhan proses dan produksi. Proses kering yaitu menggunakan umpan masuk kiln
berupa bubuk kering dengan kadar air pada bahan baku maksimal 1%. Unit yang
digunakan untuk beroperasi pada proses ini antara lain Unit Perencanaan Tambang, Unit
Crusher, Unit Raw Mill, Unit Kiln, Unit Coal Mill, Unit Finish Mill, dan Unit Packer.
Keuntungan dari proses kering ini salah satunya heat consumption rendah sehingga bahan
bakar yang digunakan relatif sedikit. Bahan bakar salah satunya digunakan untuk
kebutuhan pengeringan pada proses pengolahan bahan di Unit Raw Mill.
II.1 Unit Produksi di Unit Raw Mill PT Semen Indonesia Pabrik Tuban
Operasi raw mill merupakan tugas Unit Kerja Operasi RKC. Operasi ini melakukan
proses penggilingan bahan baku yaitu suatu proses fisika untuk menurunkan ukuran
material dari ukuran maksimum 15 cm menjadi material yang berbentuk bubuk (90
micron). Uraian proses operasi raw mill dapat dijelaskan sebagai berikut. Reclaimer
membawa mix pile dan corection pile dari unit Crusher menuju ke bin yang ada di unit
Raw mill. Pada unit ini terdapat 4 buah bin yang masing – masing bin berisi bahan baku
yang berbeda – beda. Bin 1 (333BI1) berisi campuran (batu kapur, tanah liat, dan limbah
B3), bin 2 (333BI2) berisi batu kapur high grade, bin 3 (333BI3) berisi pasir besi dan bin 4
(333BI4) berisi pasir silika. Batu kapur high grade, pasir besi dan pasir silika berfungsi
sebagai bahan baku koreksi bila bahan baku utama (mix) kekurangan CaO, SiO2, Fe2O3,
dan Al2O3. Pada bagian bawah tiap bin terdapat Weight Feeder (WF1, WF2, WF3, dan
WF4) yang berfungsi untuk mengatur berapa banyak jumlah meterial yang akan diproses
pada Roller Mill. Alat yang digunakan untuk membawa material dari bin ke Roller mill
adalah Belt Conveyor (BC1). Selain berfungsi sebagai alat transportasi, Belt Conveyor juga
berfungsi sebagai tempat bercampurnya bahan baku utama dengan bahan baku koreksi.
Komposisi campuran adalah mix pile 76,48%, limestone 20,72%, iron sand 1,37%, dan
silica 1,44% (komposisi dalam % berat). Kemudian, material dibawa oleh Bucket Elevator
(BE1) dan BC4 menuju Roller Mill (343RM1).
Alat Roller mill menjalankan 4 fungsi yaitu penggilingan (grinding), pengeringan
(drying), pemisahan (separation), dan pengangkutan (transport). Tipe alat yang digunakan
LM 59.42 dan kapasitas untuk alat RM Tuban 1 adalah 600 TPH. Roll Mill tersusun atas
meja pada bagian bawah yang berputar dan 4 buah buffle yang terletak pada 4 sisi Roller
Mill. Pada bagian atas terdapat screen yang berfungsi untuk memisahkan material halus
dan kasar.
kadar air material sehingga tidak lengket. Sementara itu, suhu di dalam Roller Mill adalah
105⁰C. Bila umpan masuk dalam kondisi basah maka, maka jumlah umpan masuk
diturunkan. Debu (material) dan gas yang lolos dari separator akan keluar menuju cyclone,
sedangkan material kasar akan dikembalikan ke table melalui BC5, BC1, dan BE1 menuju BI1 dan
akan digrinding kembali. Udara panas yang masuk ke Roller Mill ditarik oleh fan (FN4 dan FN5).
Selain menarik udara panas, fan juga menarik material halus dari mesin Roll Mill, sehingga
material dapat melewati screen. Material yang keluar raw mill mempunyai kehalusan mesh
12% dari ayakan 325 mesh. Setelah melewati screen material masuk ke Cyclone (CN).
Cyclone Separator adalah alat yang menggunakan prinsip gaya sentrifugal dan tekanan
rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan material berdasarkan perbedaan berat
jenis dan ukuran.
Material yang memiliki berat jenis lebih tinggi masuk ke silo melewati Bucket
Elevator (BE1). Sementara itu, material yang memiliki berat jenis lebih rendah tertarik
oleh fan dan masuk ke Dust Bin. Sama seperti Cyclone, Dust Bin memisahkan material
berdasarkan berat jenis. Material dengan berat jenis lebih tinggi akan masuk ke silo dan
material dengan berat jenis lebih rendah akan masuk ke Electristatic Precipitator (EP).
Material dari 4 buah Cyclone yang dipasang paralel oleh Air Slide dibawa menuju Air Slide
untuk dikirim ke Bucket Elevator (BE1) melewati gate untuk dikirim ke Blending Silo
sebagai umpan kiln. Proses blending (pencampuran) yang terjadi di dalam blending terjadi
proses aerasi dengan cara udara dari luar dihisap oleh blower, kemudian dihembuskan pada
bagian bawah Blending Silo, tujuan aerasi adalah untuk melancarkan proses transport
material dari Blending Silo menuju Bin Kiln Feed. Selain itu, pada masing – masing
blending silo terdapat 7 buah outlet berupa air slide dengan kemiringan 6ᵒ, dan tiap–tiap
outletnya terdiri atas slide gate, shut off gate, dan flow gate merupakan gate yang berfungsi
untuk membuka dan menutup outlet sesuai prosentase yang diinginkan. Shut off gate
merupakan gate yang hanya berfungsi membuka (100%) atau menutup (0%) saja, dan
hanya digunakan saat terjadi problem. Sedangkan slide gate merupakan gate yang
berfungsi untuk membuka dan menutup outlet sesuai dengan yang dikehendaki dan
digerakkan secara manual apabila terjadi problem pada flow gate dan shut off gate. Outlet
yang berjumlah 7 ini dihubungkan dengan bin, dan sistem outlet ini bekerja secara
bergantian, akibatnya material yang berasal dari blending silo akan turun melalui outlet
atau air slide masuk kedalam bin berkapasitas 60 ton dengan membentuk pola melingkar.
Proses turunnya material dengan pola ini menyebabkan terjadinya pencampuran sempurna
didalam kiln feed bin. Untuk memperoleh hasil pencampuran yang baik, perlu menjaga isi
dari setiap blending silo, setidaknya setengah dari kapasitas blending silo, yaitu 10.000
ton. Apabila isi dari blending silo kurang atau lebih dari setengah, maka proses
pencampuran material menjadi tidak baik.
Dari kiln feed bin, material keluar lewat air slide masuk kedalam Loss Of Weight
untuk ditimbang. Setelah mengalami penimbangan, material keluar melalui air slide dan
masing – masing masuk kedalam bucket elevator, kemudian dilanjutkan menuju ke air
slide. Dari sini material melewati diverter valve, masuk bersama-sama dan bercampur
menjadi satu dalam air slide, kemudian dilanjutkan menuju air slide. Pada alat transportasi
ini terdapat spiltter gate yang berfungsi sebagai pemisah aliran material, yaitu dari satu
aliran menjadi dua aliran. Setelah aliran terpisah menjadi dua dengan laju yang telah
ditentukan maka aliran material pertama akan dialirkan menuju string I yaitu ILC (In Line
Calciner) dan aliran kedua akan dialirkan menuju SLC (Separator Line Calciner).
Raw Mill merupakan peralatan utama dari proses pembuatan semen, yaitu sebagai
proses pengolahan bahan baku. Raw Mill terdiri dari :
1. Hydraulic
2. Grinding table dan roller
3. Classifier
Persamaan
3
% CaCO = %
% MgCO3= %
ss k m
% Al2O3 = m n 3,7924
k in k%m
ss k m
% Fe2O3 = m n 2,4412
k in k%m
ss k m
% CaCO3 = m n 76,8174
k in k%
m
ss k m
% MgCO3 = m n 2,7637
k in k%m
ss im u i is k m
% Impuritis = m n k in 0,5726 km %
Reaksi I
CaCO3 → CaO + CO2
CaCO3 terkalsinasi = % kalsinasi x massa CaCO3 umpan kalsinasi
= 90 % x 450902,5549 kg/jam
= 405812,2994 kg/jam
CaO terbentuk =
m ss k sin si
k kmo
= k kmo 405812,2994 kg/jam
= 227254,8877 kg/jam
CO2 terbentuk = m ss k sin si
k kmo
= k kmo 405812,2994 kg/jam
= 178557,4117 kg/jam
CaCO3 sisa = massa CaCO3 umpan kalsinasi - massa CaCO3 terkalsinasi
= 450902,5549 kg/jam - 405812,2994 kg/jam
= 45090,2555 kg/jam
Reaksi II
MgCO3 → MgO + CO2
MgCO3 terkalsinasi = % kalsinasi x massa MgCO3 umpan kalsinasi
= 90 % x 16222,3830 kg/jam
= 14600,1447 kg/jam
MgO terbentuk =
m ss k sin si
k kmo
= k kmo 14600,1447 kg/jam
= 6952,4499 kg/jam
CO2 terbentuk = m ss k sin si
k kmo
= k kmo 14600,1447 kg/jam
= 7647,6948 kg/jam
MgCO3 sisa = massa MgCO3 umpan kalsinasi - massa MgCO3 terkalsinasi
= 16222,3830 kg/jam - 14600,1447 kg/jam
= 1622,2383 kg/jam
Reaksi I
C + O2 → CO2
C yang bereaksi = 20832,7509 kg/jam
O yang diperlukan =
2 m ss n ksi
k kmo
= k kmo 20832,7509 kg/jam
= 55554,00233 kg/jam
CO2 terbentuk = m ss n ksi
k kmo
= k kmo 20832,7509 kg/jam
= 76386,7532 kg/jam
Reaksi II
S + O2 → SO2
S yang bereaksi =
O2yang diperlukan =
m ss n ksi
k kmo
= k kmo 59,9101 kg/jam
= 59,9101 kg/jam
SO terbentuk =
2 m ss n ksi
k kmo
= k kmo 59,9101 kg/jam
= 119,8203 kg/jam
Reaksi III
H2 + O2 → H2O
H2 yang bereaksi = 1865,2022 kg/jam
O2 yang diperlukan = m ss n ksi
k kmo
= 1865,2022 kg/jam
k kmo
= 14921,62 kg/jam
H2O terbentuk =
m ss n ksi
k kmo
=k kmo 1865,2022 kg/jam
= 16786,82 kg/jam
N2 yang masuk =
n m suk
(tersier air) = 67782,99218 kg/jam
= 254993,1611 kg/jam
= 322776,1532 kg/jam
O2 sisa = total O2 yang masuk – total O2 yang diperlukan
= (67782,99 kg/jam - 8914,6281 kg/jam ) – 70535,53 kg/jam
= 6162,0902 kg/jam
2. Raw Mill
Diketahui : umpan preheater = produk raw mill = 656 ton/h = 656458,3 kg/jam
Maka,
3% CaCO = %
% MgCO3= %
Sehingga, komposisi produk raw mill berubah menjadi :
Komponen %massa Produk Raw Mill (kg/jam)
SiO2 13,64 89414,3315
Al2O3 3,65 23926,8556
Fe2O3 2,46 16126,0451
CaCO3 76,43 501012,4357
MgCO3 2,79 18308,9610
H2O 0,70 4588,7120
Impuritis 0,47 3080,9924
Total 100 656458,3333
Q1 Q2 Q3 Q5 Q6 Q7
Q4 RAW MILL Q8
a) Panas Masuk
Basis : 1 jam operasi
Temperatur referensi (Tref) = 25 °C
Q1 (Panas yang dibawa umpan kering masuk raw mill)
Massa umpan kering masuk = 651872,8266 kg/jam
Temperatur umpan masuk = 30 °C
SiO2
Massa = 89351,8736 kg/jam
Q SiO2 = m x Cp x (T-Tref)
= 89351,8736 kg/jam x
= 16114,7807 kg/jam x
= 18296,1718 kg/jam x
= 1768,6954 kg/jam x
(J/kg)
= 1048,1158 kg/jam x
(J/kg)
= 458,5507 kg/jam x
26,96 3 (J/kg)
= 458,5507 kg/jam x 0,0287 kcal/kg K
= 13,1621 kcal
Cl
Massa = 262,0290 kg/jam
Q Cl = m x Cp x (T-Tref)
= 262,0290 kg/jam x
4,385 3 (J/kg)
= 262,0290 kg/jam x 0,0395 kcal/kg K
= 10,3490 kcal
Total Q1 = Q SiO2 + Q Al2O3 + Q Fe2O3 + Q CaCO3 + Q MgCO3 + Q K2O + Q Na2O + Q SO3 +
Q Cl
= 62014423,4710 kcal
= 202,99783 kg/jam x
= 0,3184224 kg/jam x
] + [44,610981
kg/jam x ((1188,4-300,84x0,5559 kcal/kg)]
= 34134488,7136 kcal
O2
Massa = 16,375757 kg/jam
Q O2 = m x Cp x (T-Tref)
= 16,375757 kg/jam x
= 678,58909 kg/jam x
= 65507,23873 kg/jam x
= 5898439,115 kcal
b) Panas Keluar
Basis : 1 jam operasi
Temperatur referensi (Tref) = 25 °C
Q5 (Panas umpan kering keluar raw mill)
Massa umpan kering keluar = 651872,8266 kg/jam
Temperatur umpan keluar = 80 °C
SiO2
Massa = 89351,8736 kg/jam
Q SiO2 = m x Cp x (T-Tref)
= 89351,8736 kg/jam x
= 16114,7807 kg/jam x
= 18296,1718 kg/jam x
= 1768,6954 kg/jam x
(J/kg)
= 458,5507 kg/jam x
26,96 3 (J/kg)
= 458,5507 kg/jam x 0,3158 kcal/kg K
= 144,8085 kcal
Cl
Massa = 262,0290 kg/jam
Q Cl = m x Cp x (T-Tref)
= 262,0290 kg/jam x
4,385 3 (J/kg)
= 262,0290 kg/jam x 0,4345 kcal/kg K
= 113,8407 kcal
Total Q5 = Q SiO2 + Q Al2O3 + Q Fe2O3 + Q CaCO3 + Q MgCO3 + Q K2O + Q Na2O + Q SO3 +
Q Cl
= 666923247,5523 kcal
= x 100 %
= 3,17 %
n s nu n
% Efisiensi thermal =
n s m suk o x 100%
= x 100 %
= 96,83 %
n s nu n
% Thermal penguapan =
n s k u nu x 100% …()
Dimana, panas H2O penguapan = panas H2O masuk – panas H2 k u … (2)
Panas H2O masuk
Massa = 65507,2387 kg
Temperatur = 30 °C
Q H2O masuk = m x Cp x (T-Tref)
= 65507,2387 kg/jam x
= 5898375,7353 kcal
Panas H2O keluar
Massa = 4585,5067 kg
Temperatur = 80 °C
Cp = 0,47 kcal/kg C (Perray, Fig 13.05)
Q H2O keluar = m x Cp x (T-Tref)
= 4585,506711 kg x 0,47 kcal/kg C x (80-25) C
= 118535,3485 kcal
Maka, berdasarkan persamaan (2) : (5898439,115 - 118535,3485) kcal = 5779840,387 kcal
Panas H2O keluar jenuh
Secara ideal, H2O keluar pada T = 105 °C
Massa = 4585,5067 kg
Cp = 0,47 kcal/kg C (Perray, Fig 13.05)
λ = 2243,65 kJ/kg
= 1247,858732 kcal/kg
Q H2O keluar jenuh = panas laten H2O + panas sensible H2O
= [ m x Cp (T-Tref) ] + [ m x λ ]
= [4585,5067 kg x 0,47 kcal/kg C x (105-30)] + [4585,5067 kg x
1247,858732 kcal/kg]
= 5894479,642 kcal
Maka, berdasarkan persamaan (1) untuk efisiensi thermal penguapan :
= 98,06 %
Pada perhitungan Neraca Energi Raw Mill ini didapatkan kebutuhan energi yang
disupply sebesar 725601801,098 kcal dan didapat perhitungan massa gas hasil pembakaran
sebesar 942,8920781 kg untuk menginjeksi panas sebesar 652815441,4402 kcal.
Sedangkan panas keluar sebesar 702732456,5980 kcal. Maka didapat panas yang hilang
sebesar 22869344,4999 kcal yang akan berpengaruh pada efisiensi raw mill. Dari
perhitungan tersebut didapatkan efisiensi thermal dari raw mill sebesar 96,83%. Efisiensi
thermal merupakan perbandingan panas yang dipakai untuk penguapan dengan panas yang
disuplai (Roesyadi A, 2012).
Proses yang terjadi di Raw Mill selain menggiling bahan baku, selain itu terjadi
pengeringan, yaitu pengurangan kadar air dalam bahan baku atau dapat dihitung dari
kapasitas penguapan H2O. Dari perhitungan kapasitas penguapan dapat ditentukan efisiensi
penguapan. Efisiensi penguapan didefinisikan sebagai rasio kapasitas penguapan yang
sesungguhnya disbanding dengan kapasitas bila udara keluar dalam keadaan jenuh
(Roesyadi A, 2012). Dari perhitungan didapatkan kapasitas penguapan H2O sebenarnya
yaitu sebesar 5779840,387 kcal, sedangkan panas H2O keluar jenuh diperoleh sebesar
5894479,642 kcal. Maka didapatkan efisiensi penguapan (thermal penguapan) sebesar
98,06%.
Pengeringan menggunakan raw mill, didapatkan tingginya penurunan kadar air dari
bahan baku, hal ini dikarenakan banyaknya kadar air yang teruapkan pada raw material.
Kadar air awal pada raw material sebesar 10% kemudian turun menjadi kadar air 0,7%
setelah proses pengeringan terjadi. Hasil tersebut telah memenuhi batas maksimal pada
teknologi proses kering yang digunakan pada PT Semen Indonesia Pabrik Tuban, yaitu
memiliki kadar air maksimum sebesar 1%.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa dapat disimpulkan :
1. Pada perhitungan neraca massa dan neraca energi didapat bahwa efisiensi thermal
untuk peralatan Raw Mill adalah sebesar 96,85%, hal ini menunjukkan bahwa harga
yang relative baik, karena panas yang hilang atau yang bocor dari peralatan hanya
sebesar 3,17%, sebab umumnya batas toleransi panas yang hilang sebesar 12-22%
(Setiyana B, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa bagian-bagian saluran udara panas
pada Raw Mill masih berfungsi dengan baik.
2. Untuk efisiensi penguapan (thermal penguapan) yang berkaitan dengan proses Raw
Mill adalah sebesar 98,06%, yang dinilai relative baik karena berada dibawah harga
efisiensi thermal penguapan minimal yang diisyaratkan yaitu 50% (Setiyana B, 2007).
Umunya efisiensi ini sering dipakai dalam dunia industry.
3. Alat Raw Mill yang dianalisis layak untuk dioperasikan, karena nilai efisiensinya
berada di batas minimal yang disyaratkan.
IV.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran yaitu dikarenakan
pengoperasian proses Raw Mill di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Pabrik Tuban sudah
relative baik, untuk itu perlu dijaga dalam penggunaan panas pada Raw Mill seperti
maintenance Raw Mill secara rutin agar tidak terjadinya penurunan efisiensi thermal.
Berikut adalah hal-hal yang dapat mengakibatkan adanya panas hilang ke sekeliling dan
menyebabkan penurunan efisiensi thermal antara lain :
Kemungkinan adanya kebocoran dalam saluran udara panas Raw Mill
Feed masuk masih banyak mengandung senyawa alkali yang mengakibatkan
terbentuknya coating di Raw Mill.