Anda di halaman 1dari 22

PT.

Semen Gresik

Anggota

Materi

Daftar Pustaka

Fitri Fazri Suswati


1510631140056
Geri Septiana
1510631140058
Gulbudin Hekmatiar 1510631140061
Hengky
1510631140067
Ilham Herlambang
1510631140070
Jeremy Hendrik
1510631140076

PT. Semen Gresik


7 Agustus 1957

8 Juli 1991

PT. Semen Gresik (Persero) Tbk diresmikan di Gresik oleh


Presiden Ir. Soekarno.
Tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
serta merupakan BUMN pertama

24 September 1994

Diresmikan Pabrik Tuban


I

15 September 1995

Mengubah komposisi kepemilikan saham dan berkonsolidasi


dengan PT. Semen Padang dan Semen Tonasa

17 September 1998

Pemerintah melepas kepemilikan sahamnya di SGG sebesar 14%

27 Juli 2006

Memuat

Terjadi transaksi penjualan saham Cemex S.A. de C .V. pada


Blue Valley Holdings PTE Ltd

PT.
Semen
Gresik
Menjadi Perusahaan Persemenan
Terkemuka di Indonesia dan di Asia
Tenggara.

Visi

Misi

Memproduksi,
Mewujudkan manajemen perusahaan berstandar internasional
Meningkatkan keunggulan bersaing dalam industry semen domestik dan internasional;
Memberdayakan dan mensinergikan unit-unit usaha strategis
Mengembangkan komitmen terhadap peningkatan Laporan Praktik Kerja Lapangan di
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Lokasi
Jalan Veteran Gresik 61122, merupakan lokasi pabrik
pertama yang beroperasi sebelum pabrik Tuban.

Portland ; menurut Standar Industri Indonesia SII-0013- 1981

Produk

didefinisikan sebagai semen hidrolis yag dihasilkan dengan cara


menggiling klinker yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis
dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan gypsum dan dapat
ditambahkan dengan bahan tambahan lain.

Memuat

Ordinary Portland Cement (OPC)

Pozzolan Portland Cement (PPC)

Special Blended Cement (SBC)

Ordinary Portland Cement


(OPC)
Merupakan semen hidrolis yang digunakan secara luas untuk semua kontruksi
umum,yang tidak memerlukan persyaratan atau sifat-sifat khusus, seperti ketahanan
sulfat, panas hidrasi, dan sebagainya.
Kegunaan : untuk bangunan perumahan, gedung-gedung bertingkat, jembatan,
landasan pacu, dan jalan raya.
Kriteria : Berdasarkan SNI 15-2049-2004, OPC harus mempunyai kandungan SO3
maksimal 3,00 dan LOI maksimal sebesar 5,00.
Sedangkan hasil uji produk SG diperoleh SO3 = 2,12 dan LOI = 3,67. Untuk blaine
minimal harus 280 dan hasil dari pengukuran produk SG adalah 337. Dalam
pengemasan semen OPC menggunakan kantong lem/jahit dengan isi 50kg, kantong
jumbo dengan isi 1000kg, dan dalam bentuk curah degan menggunakan mobil
kapsul dengan berbagai kapasitas untuk dikirim ke beberapa kota di Indonesia.

Pozzolan Portland Cement (PPC)


Merupakan suatu bahan suatu bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan menggiling bersamasama terak semen portland, gypsum, dan bahan yang mempunyai sifat pozzolan, biasanya
digunakan trass.
Kegunaan : untuk bangunan umum dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas
hidrasi sedang, misalnya jembatan, jalan
raya, perumahan, dermaga, beton, massa, bendungan, bangunan irigasi, dan pondasi pelat penuh.
Karakteristik : Tahan terhadap asam maupun garam, cocok untuk bangunan-bangunan dekat
laut. Berdasarkan SNI 15-2049-2004 PPC harus mempunyai kandungan SO3 maksimal 4,00 dan
LOI maksimal sebesar 5,00. Sedangkan hasil uji produk SG diperoleh SO3 = 1,96 dan LOI =
2,10. Untuk Blaine minimal harus 280 dan hasil dari pengukuran produk SG adalah 341. Semen
tipe ini mempunyai kuat tekan awal rendah akan tetapi kuat tekan selanjutnya lebih stabil. Dalam
pengemasan semen PPC menggunakan kantong lem/jahit dengan isi 40kg, kantong jumbo dengan
isi 1000kg, dan dalam bentuk curah dengan menggunakan mobil kapsul dengan berbagai
kapasitas.

Special Blended Cement (SBC)

Merupakan semen khusus yang dibuat untuk pembangunan mega proyek


jembatan Surabaya Madura (Suramadu) dan cocok digunakan untuk
bangunan dilingkungan air laut. Dalam pengiriman dan pengemasannya
berupa semen curah dengan menggunakan mobil kapsul dengan berbagi
kapasitas. Semen ini dibuat berdasarkan pesanan dari pelanggan.

Bahan Baku Pembuatan Semen

Bahan baku utama

Batu Kapur
Tanah Liat
(Clay)

Bahan Korektif

Pasir besi (Fe2O3) atau copper slag


Pasir Silika (SiO2)
High Grade Limestone (CaCO3)

Bahan Tambahan

Trass
Gypsum

Uraian Proses Pembuatan


Semen
Proses Penyiapan Bahan
Baku (Unit Crusher)
1) Penambangan bahan baku
- Lokasi yang akan digali
- Arah kemajuan penambangan
2) Proses Crusher
Merupakan proses pengecilan ukuran (size
reduction) dengan cara penggilingan menggunakan
Limestone Crusher agar batu kapur dapat
dimanfaatkan untuk proses lebih lanjut. Tipe
limestone Crusher yang digunakan di pabrik
Tuban adalah Hammer Mill Crusher.

i.Penyiapan daerah penambangan


- Cleaning (Pembabatan)
- Stripping
- Penyiapan jalan produksi
- Penyiapan sump
- Drainage
ii.Operasi penambangan
- Drilling
- Blasting
- Penggalian dan Pemuatan
- Hauling (Pengangkutan)

Proses penyiapan bahan baku terdiri dari 3 tahap proses utama, yaitu:
1. Proses Alir Batu Kapur (limestone)
2. Proses Alir Tanah Liat (clay)
3. Proses Alir Limestone Clay Mix

Batu
Kapur

penyiapan bahan baku


utama
Dump Truck
Hopper

Belt Conveyor
Dicampur dgn
gahan lainnya

Wobbler Feeder yang berfungsi sebagai


penyaring (ayakan) dan pengumpan batu kapur
ke Crusher.
Hammer Mill

Memuat

Surge Bin
Bag
Filter
Belt Conveyor
Secondary
Crusher

Dicampur dengan tanah liat hasil produk Clay


Cutter membentuk limestone clay mix

Untuk dihancurkan kembali

Tanah
Liat

Pengambilan tanah
liat (Clay Storage)
Dump
Truck
Hopper
Apron Conveyor
Clay Cutter

Dipotong-potong menjadi
partikel dengan diameter < 90
mm

Secondary Crusher

Dihancurkan kembali menjadi


partikel dengan diameter < 60
mm

Limestone Clay
Mix Storage

Disimpan dalam bentuk pile


(gundukan) sekaligus dipreblending.

Belt Conveyor

Belt Conveyor
di
reclaiming
Scrapper
Reclaimer
Mix Bin

Peralatan yang Digunakan

Limestone Crusher
- Fungsi
Fungsi dari Limestone Crusher adalah sebagai alat pemecah batu kapur dari ukuran umpan
maksimum 1200 mm x 1200 mm menjadi ukuran 75 mm tidak boleh lebih dari 5%.

Clay Cutter
- Fungsi
Sebagai alat pemotong tanah liat.

Secondary Crusher
- Fungsi
Merupakan salah satu peralatan yang hanya terdapat pada pabrik Tuban II dan III. Alat ini
berfungsi sebagai pemecah kedua campuran batu kapur dan tanah liat dengan tujuan agar
material mix tidak terjadi gumpalan yang besar lagi. Alat ini digunakan dua rotor.

Tripper
- Fungsi
Sebagai alat pencurah material dan untuk membuat pile di storage batu mix dari produk
crusher.

Proses Pengolahan Bahan Baku (Unit Raw


Mill)
Proses Pengolahan Bahan di dalam Roller Mill Limestone Clay Mix dari
Limestone Clay Mix Storage
mempunyai kapasitas total storage 100.000 ton dengan 2 stock pile yang masing-masing
50.000 ton dari reclaiming dengan Scrapper Reclaimer. Produknya dibawa Belt Conveyor
ke Belt Conveyor dan dimasukkan ke dalam Mix Bin.
Proses Homogenizing di Blending Silo
Material yang telah diklasifikasikan antara yang halus dan yang kasar oleh Classifier dalam
Roller Mill, yang kasar akan turun ke Belt Conveyor 5 dan 6 kemudian ke Belt Conveyor
(341 BC 1 dan 2) untuk ditransportasikan ke Belt Conveyor (341 BC 3) lalu dikirim ke
Bucket Elevator (341 BE 1) dan Belt Conveyor (341 BC 4) untuk digiling kembali oleh
Roller Mill (RM)

Proses Pemisahan
Produk
melewati Gate

Cyclone
Bucket Elevator
Blending Silo

Air Slide

Kiln Feed Bin


Loss of Weight

Air Slide

Bucket Elevator

String I , ILC (In Line


Calciner)

String II, SLC (Separator


Line Calciner)
raw material system

Proses Pembakaran (Unit


Kiln)

Proses pembakaran awal (Preheater)


Pada suspension menggunakan Preheater , debu yang terikut oleh gas panas dari Kiln
disaring oleh kanvas yang berada dalam Drop Out Box agar yang masuk ke dalam
Preheater hanya berupa gas panas. Sedangkan debu klinker turun ke Chain Conveyor
untuk dimasukkan ke dalam Clinker Cooler.
Proses pemanasan pada Preheater ILC menggunakan gas panas yang berasal dari udara
primer yang dihembuskan oleh Fan, yang berfungsi sebagai pengumpan bahan bakar
batu bara ke Kiln,
Pada Stage I digunakan Double Cyclone dengan ukuran yang lebih kecil, Material jatuh
ke bawah menuju Down Pipe dan tertarik oleh Fan masuk ke Stage II kemudian
ke bawah melalui Down Pipe dan tertarik oleh Fan menuju ke Stage III, lalu dari Stage
III, material jatuh melalui Down Pipe menuju ke Calsiner ILC, kemudian material
menuju Stage IV,

Proses pembakaran akhir (Rotary Kiln)


Material yang keluar dari Cyclone Stage IV SLC lewat Riser Duct diumpankan ke dalam Kiln,
material akan mengalami proses pembakaran menjadi klinker . mengalami kalsinasi lebih
lanjut hingga 100%, terjadi perubahan material ke fasa cair, Setelah itu material melewati
burning zone, terjadi reaksi dalam fasa cair menghasilkan senyawa klinker (C2S, C3S, C4AF,
C3A), Setelah keluar dari burning zone, klinker atau terakberubah menjadi bentuk kristal,

Proses pendinginan (Clinker Cooler)


Klinker panas yang keluar dari Kiln, turun ke Clinker Cooler untuk
pendinginan, lalu masuk dan menempel ke dalam Electrostatic Precipitator,

Proses Penggilingan
Akhir
Proses Penyiapan Klinker dan Bahan Aditif
Klinker matang yang dikeluarkan dari Clinker Cooler , dibawa dump truck dimasukkan ke
dalam Hopper dicampur terak dari Clinker Storage Silo menuju ke Bin Clinker .
Dengan bantuan Diverting Gate material dapat dipisahkan ke Bin di Tuban I dan II.

Proses Size Reducting di HCR


Klinker, gips, dan batu kapur (OPC) atau tras (PPC) masuk ke dalam Bin
masing-masing. Dan dari Bin ditimbang dengan menggunakan Weight Feeder
sehingga dapat dikontrol pada CCR yaitu mengatur feed yang keluar dari bin
dengan persentase yang direkomendasikan olh laboratorium.
Material keluar Mill dipindahkan ke sebuah O-Sepa Separator di mana ukuran
produk yang sesuai ditransportasikan ke sebuah Fuller Plenum Pulse Dust
Collector melalui aliran udara. Sisa dari Separator dimasukkan kembali ke dalam
Mill untuk digiling lebih lanjut. Produk Dust Collector Mill masuk ke Bucket
Elevator yang mengumpan ke O-Sepa Separator.

Proses Penggilingan Akhir di Ball Mill


Setelah masuk ke HRC, Klinker yang mengalami pre-grinding menjadi lebih halus,
kemudian dengan Belt Conveyor klinker tersebut masuk ke Ball Mill. Sedangkan pada
bahan pembantu, gips dengan kecepatan 9,43 t/h dan tras (PPC) atau batu kapur
(OPC) 1,90 t/h setelah mengalami penimbangan Weight Feeder melalui Belt
Conveyor dan Bucket Elevator masuk ke dalam Ball Mill bercampur dengan klinker
untuk digiling.
Campuran semen halus yang berukuran 325 mesh dari Ball Mill melalui Air Slide dan
Bucket Elevator masuk ke dalam separator. Dari separator semen dipisahkan antara
yang halus dan yang kasar, yang kasar melalui Air Slide digiling kembali di Ball Mill,
sedangkan yang halus ditarik oleh Fan masuk ke Cyclone untuk dipisahkan antara gas
dan semen dari separator. Semen masuk ke Silo dengan menggunakan Air Slide untuk
ditampung, sedangkan gas keluar dan sebagian gas di recycle kembali menuju ke
Separator. Semen yang lolos karena tarikan fan ditangkap oleh Bag Filter, lalu
dengan menggunakan Air Slide semen tersebut masuk ke silo untuk ditampung,
sedangkan udara keluar melalui fan.

Proses Pengemasan (Unit


Packer)

Proses Pengerasan
Pada unit kerja pengemasan (Unit Packer), proses dimulai dari Silo (Silo3,4,5, dan 6). Dari
Silo yang berjumlah 4, tetapi pada setiap pengoperasiannya hanya digunakan 2 Silo secara
bergantian.
Dari Bucket Elevator, material (semen) ditransportasikan pada masingmasing line ke
Vibrating Screen untuk dipisahkan antara material halus dan kasar. Untuk material yang kasar
akan dibuang melalui pipa buang, sedangkan untuk material yang halus dari Vibrating Screen
akan ditransportasikan ke 2 Bin sentral melalui Air Slide. Material (semen) dari Bin sentral
ditransportasikan lewat Air Slide ke Bin Packer, kemudian secara gravitasi material (semen)
turun ke mesin Packer yang berkapasitas 2.000 sak tiap jam.Pada mesin Packer, zat yang
berkapasitas 40 kg ini dimasukkan padabagian injeksi semen, kemudian secara otomatis sak
terisi oleh semen melalui lubang-lubang yang terdapat pada sudut kantong. Apabila terisi
penuh, lubangkantong tersebut akan menutup dengan sendirinya, setelah itu oleh mesin
Packer
sak semen dilempar ke Belt Conveyor mrnuju ke Belt Weight untuk ditimbang.Setelah
ditimbang, sak semen melalui Belt Conveyor menuju mesin SX untukdiseleksi, sak semen
yang kurang dari kapasitas yang telah ditentukan (40 kurang lebih 1 kg) akan di-reject secara
otomatis dengan dilewatkan pada blade-blade pemecah sak yang bekerja seacara berlawanan
untuk memisahkan kantong dan semen.

Laporan PT. Semen Gresik.


Doc
http///:Wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai