Anda di halaman 1dari 60

Pengecoran Logam

Difa Dini Asfari


160110130029
Pendahuluan
 Casting (pengecoran) adalah suatu proses dimana pola lilin restorasi
diubah menjadi replikasi dalam logam paduan gigi.
 Proses pengecoran digunakan untuk membuat restorasi gigi seperti inlay,
onlay, mahkota, jembatan, dan gigi tiruan sebagian lepasan.
 Dalam kedokteran gigi, hampir semua pengecoran dilakukan dengan
menggunakan beberapa bentuk atau adaptasi dari teknik lost-wax yang
mulai digunakan pada abad ke 20.
 Prosedurnya :
lilin dibakar  menguap  rongga cetak  logam cair  beku 
bahan pendam dibuang  benda logam.
 Soldering adalah metode menggabungkan dua atau lebih cast atau
potongan tempa menggunakan logam paduan lain yang disebut solder.
Pembuatan Pemasangan
Pemendaman
pola lilin sprue pin
Pembakaran Pengecoran
Finishing
(Burn out) (casting)
Pembuatan Pola Lilin
Tujuan
 Yang dimaksud pola lilin yaitu suatu model dari restorasi yang
dibuat dari lilin yang kemudian direproduksi menjadi logam
atau bahan lain.
 Tujuan pembuatan pola lilin adalah:
 untuk mendapatkan restorasi yang tepat
 Dapat beradaptasi dengan preparasi
 Mempunyai hubungan yang tepat dengan gigi lawan dan gigi
tetangga serta mengembalikan bentuk anatominya.
Metoda
 Direct technic  pola dibuat pada gigi didalam mulut. Metoda
ini hanya bisa digunakan untuk restorasi inlay kecil.
 Indirect technic  sebuah model (die) dibuat terlebih dahulu,
dan pola dibuat pada die tersebut. Metoda ini digunakan
untuk semua type restorasi.
Tahap Pembuatan

Menekankan mencelupkan membentuk


mengukir lilin
lilin lunak die lapis demi lapis
Pemasangan Sprue
Penempatan Sprue Pin
 Tidak tegak lurus  sudut tumpul
 Jauh dari akhiran preparasi  karena tipis
 Pada bagian tertebal
 Tidak di fossa, fissure, ataupun permukaan anatomis
Penempatan Sprue Pin (cont.)
 Model malam dapat dipasang sprue secara langsung dan
tidak langsung.
 langsung  sprue menghubungkan model langsung dengan
crucible former
misal: pada restorasi mahkota, inlay, onlay.
 tidak langsung  sprue menghubung-kan model dengan crucible
former malalui penghubung atau batang cadangan
misal: pada restorasi jembatan.
Pemasangan Sprue
 Tangkai sprue direkatkan pada model malam secara melebar
untuk logam campur emas yang berkepadatan tinggi
 Tangkai sprue direkatkan pada bagian model malam yang
penampang melintangnya terluasmengurangi resiko
turbulensi
Pemasangan Sprue (cont.)
 Panaskan ujung logam
 Tempelkan pada lilin sehingga terbentuk pola lilin
 Teteskan lilin cair
 Tempelkan logam panas
Persyaratan Sprue
Ukuran sprue:

Diameter tergantung: alat cor dan


ukuran pola lilin

Slinger:  1 – 1,5 mm (2 mm)

Panjang: 6 – 8 mm (10 mm)


 Pembentuk kawah/cruncible former/sprue base
 Dari karet, plastik, kayu, lilin
 dasar sprue
 Slinger: 1200, mesin cor: 800 – 900  harus tegak

 Tabung cor/selubung cor/ casting ring


 Syarat: logam  titik cair logam cor, tidak berkarat, tebal 1 mm
 Diameter bermacam-macam  pola lilin
 Bentuk lain: asbes, split ring dari karet
Kegunaan Sprue Channel

Untuk menghasilkan lilin cair dari mold ke luar

Untuk mengalirkan logam cair dari luar ke dalam


mold

Sebagai cadangan logam cair saat pengecoran


Macam-Macam Sprue

Logam

Lilin

Plastik
Sprue base / Kawah / Crucible
Former
Sprue
→ saluran yang akan dilalui logam cair yang mengalir ke
cetakan (mould) yang ada pada bumbung tuang (cincin cor /
casting ring) setelah model malamnya dibuang.
Posisi Sprue
Posisi tidak tegak lurus
(sudut tumpul)

Posisi jauh dari akhiran

Posisi di bagian tertebal

Tidak di fossa, fissure, permukaan anatomis


Persyaratan Sprue

Diameter dan
• Jenis dan ukuran model malam
panjang sprue • Jenis mesin tuang yang digunakan
tergantung • Ukuran dari bumbung tuang
pada

Tangkai sprue harus direkatkan pada bagian


model malam yang penampang
melintangnya terluas
 Panjang sprue harus cukup untuk memposisikan model malam
dengan tepat di dalam bumbung tuang tapi cukup pendek
sehingga logam cair tidak memadat sebelum masuk mould.

 Bila memakai sprue plastik harus dengan tehnik pembakaran /


burn out dua tahap agar pembuangan karbon sempurna
Kegunaan Sprue
Crucible Former/ Sprue Base
 Sprue : saluran yang akan dilalui logam cair yang mengalir ke
cetakan (mould) yang ada pada bumbung tuang (cincin cor /
casting ring) setelah model malamnya dibuang.
 Crucible Former: digunakan dalam pengecoran logam dengan
proses “lost wax”. Berbentuk kerucut dari logam atau plastik yang
menjadi tempat menempelnya sprue
 Sudut kemiringan sprue pada:
 slinger : 120ᴼ
 Mesin cor: 80- 90ᴼ
 Bahan karet/ plastik/ kayu/ lilin akan menjadi dasar sprue
 Prinsip menentukan pilihan sprue :
 Diameter yang kira-kira sama dengan bagian yang paling tebal
dari model malamnya.
 Tangkai sprue harus direkatkan pada bagian model malam yang
penampang melintangnya terluas.
Diameter dan panjang sprue tergantung pada :

 Jenis dan ukuran model malam


 Jenis mesin tuang yang digunakan
 Ukuran dari bumbung tuang
 Panjang sprue harus cukup untuk memposisikan model
malam dengan tepat di dalam bumbung tuang dengan jarak 6
mm dari tepi ujung bumbung tuang tapi cukup pendek
sehingga logam cair tidak memadat sebelum masuk mould.

 Bila memakai sprue plastik harus dengan tehnik pembakaran


/ burn out dua tahap agar pembuangan karbon sempurna.
Prosedur Penanaman
Model malam harus bersih dari kotoran, debu dan minyak
 perlu pembersih model malam komersial atau detergen
cair
 dibiarkan mengering.
 mengurangi tegangan permukaan model malam
 pembasahan oleh bahan tanam akan lebih baik
 perlekatan yang sempurna pada bagian model yang kecil
dan tipis
 Pengadukan bahan tanam :
Pengadukan secara mekanis dan hampa udara akan
menghilangkan gelembung udara yang timbul selama
pengadukan.
Penanaman / Pemendaman
Model Malam
 Seluruh model malam diulasi dengan selapis bahan tanam.
 Bumbung tuang ditempatkan pada crucible former, lalu bahan
tanam dituang sedikit demi sedikit diatas vibrator.
 Diisi sampai penuh dan diratakan setinggi bumbung tuang .
 Bahan tanam akan setting dan mengeras setelah waktu tertentu.
(sekitar 1 jam untuk sebagian besar bahan gipsum dan fosfat)
 Siap dilakukan pembakaran.
 Kalau tidak langsung dilakukan pengecoran sebaiknya disimpan
dalam humidor dengan kelembaban 100%
Prosedur Pengecoran
Crucible & sprue Mencairkan logam
Membersihkan tuangan
dilepas dengan hati-hati campur / alloy

Semua kotoran pada


lubang masuk Crucible tuang
dibersihkan

Mesin tuang / mesin


Pemanasan
cor / casting machine

Jarak waktu tuang yang


Teknik pemanasan
diperbolehkan
Pemanasan
 Dilakukan pembuangan malam dengan cara dipanaskan pada tungku
sampai suhu tertentu pada oven/furnace
 Untuk bhn tanam gipsum 468o – 650o C
 Untuk bahan fosfat 700o – 870o C, tergantung jenis logam campur
yang digunakan.
 Selama pembakaran, malam yang cair akan diserap oleh bahan tanam
dan sisa karbon akibat pembakaran malam cair akan terperangkap
dalam bahan tanam.
 Dengan tehnik pemanasan yang tinggi, temperatur mould yang tinggi
cukup untuk mengubah carbon menjadi karbon monoksida atau karbon
dioksida.

 Air yang terperangkap dalam pori-pori bahan tanam akan mengurangi


penyerapan malam, dan ketika menguap akan ikut mengalirkan dan
membuang malam dari mould.

 Gas ini akan keluar melalui pori-pori bahan tanam yang dipanaskan
Teknik Pemanasan
 Teknik higroskopik panas-rendah
 Teknik ekspansi termal panas-tinggi
 Bahan tanam gipsum
 Bahan tanam fosfat
Jarak Waktu Tuang
yang Diperbolehkan

 Segera dilakukan casting setelah dilakukan pemanasan dalam


oven

 Bila mould bahan tanam dingin  kontraksi termal, mould


mengkerut  perubahan dimensi
Pengecoran Logam
→Pengecoran logam campur (dental alloy) gigi
dalam rangka pembuatan restorasi gigi dari logam

Tujuan → membuat duplikat/tiruan logam dari struktur gigi yang


sudah hilang secara akurat
Tahap-Tahap Casting

Penanaman Pemanasan
Pembuatan Pemasanga Penuangan
Tahap- model bumbung
model n sprue dan /
tahap yang pada tuang dan
malam crucible pengecora
dilalui : bumbung bahan
restorasi former n / casting
tuang tanam
Alat yang Digunakan

Tang
Sungkup
solbrig

Alat dengan
tekanan gas
Mesin Cor
Mesin sentrifugal
 Mesin diputar 2-5 putaran
 Logam dicairkan oleh semburan api di dalam crucible
keramik berlapis kaca, yang dicekatkan pada lengan mesin cor
 Setelah logam mencapai temperatur cor dan cincin yang
sudah dipanaskan berada pada posisinya, mesin dilepaskan dan
per akan memicu gerakan putar
 Logam cair memasuki mold  gradien tekanan hidrostatik di
sepanjang tuangan
 Gradien tekanan hidrostatik  gradien kecepatan
pemindahan panas
 Jalannya pemadatan : mahkota tipis  mahkota tebal
Mesin cor yang dipanaskan oleh
tahanan elektrik
 Kelebihan :
 Pencairan logam secara otomatis terjadi di dalam crucible
 Crucible di dalam tungku berhadapan langsung dengan
cincin cor
 Pemadatan dari ujung tuangan ke alas tuang yang lebih
tebal dapat lebih terjamin
 Kekurangan
 Tidak dapat digunakan untuk mencairkan alloy yang
mengandung banyak palladium atau alloy palladium-perak
 temperatur cair melebihi 1504°C
 Juga untuk alloy nikel kromium atau kobalt-
kromium
Mesin Pencairan dengan Induksi

 Populer untuk mengecor logam perhiasan


 Lebih sering digunakan untuk mencairkan logam dasar
 Logam dicairkan melalui ladang induksi
 Saat mencapai temperatur cor, logam didorong melalui
tekanan udara, hampa udara atau keduanya ke dalam mold
pada ujung lain dari cincin
Alat Cor Manual  Alat Cor Ayunan
 Kelebihan: mudah dan murah
 Kekurangan:
 Sprue tidak boleh terlalu besar
 Kawat tidak boleh curam
 Terjadi pengotoran belerang
Penyelesaian
 Tabung cor diambil bara hilang air buka
sikat
 Pickling HCl atau H2SO4 35-50% oksida hilang
Pemolesan
 Dilakukan agar permukaan licin, halus, mengkilap sehingga
tidak ada retensi terhadap plak
 Tahap
 Memotong : disc
 Meratakan : batu-batu
 Menghaluskan : roda karet merah
 Mengkilapkan : roda karet hijau
Distorsi

Permukaan
kasar
Kegagalan Hasil
Pengecoran
Porositas

Hasil Coran
Tidak Lengkap
Porositas

External Internal

perubahan
Melemahkan
warna pada
restorasi
coran
Klasifikasi Porositas berdasarkan
penyebabnya
Penyusutan Udara yg terjebak
Gas dalam cetakan
solidifikasi (porositas tekanan
balik)
Penyusutan
Pin lubang
porositas yg
porositas
terlokalisasi

Porositas yg
Gas inklusi
kembali

Bagian bawah
Mikroporositas permukaan
porositas
Alloy yg digunakan kurang

Alloy tidak dapat masuk ke dalam


bagian kecil pada cetakan

Cetakan tidak dipanaskan pada suhu


pengecoran
Hasil Coran Tidak Lengkap
Kembali karena adanya gas dalam
lubang cetakan

Tekanan cetakan yang kurang kuat

Alloy tidak cukup untuk dicairkan


Penyolderan
→Proses penggabungan logam yang melibatkan pengaliran
logam pengisi antara dua atau beberapa komponen logam
Istilah Lain yang Berhubungan
 Brazing : proses penyatuan dua macam logam dengan menambahkan
komponen ketiga dan temperatur yg digunakan diatas 425oC

 Soldering : proses penyatuan dua macam logam dengan menambahkan


komponen ketiga dan temperatur yg digunakan dibawah 425oC

 Flux soldering : bahan yg digunakan untuk menghilangkan lapisan oksida


yg tidak diingikan sewaktu bahan pengisi logam mencair dan siap
mengalir ke tempatnya

 Solidus : fase dimana logam campur menjadi padat sepenuhnya sewaktu


pendinginan atau mulai meleleh saat dipanaskan
Istilah Lain yang Berhubungan
 Pencairan : fase kesetimbangan dimana logam dari sistem logam
campur mulai memadat saat pendinginan atau menjadi cair saat
pemanasan

 Penyatuan pengecoran : proses penyatuan dua komponen protesa


sebagian cekat dgn pengecoran logam yg meleleh ke dlm regio
penguncian antara komponen-komponen yg ditanam

 Welding : penggabungan dua / beberapa potong logam dgn


mengaplikasikan panas atau tekanan (atau keduanya) dgn atau
tanpa bahan pengisi logam untuk mendapatkan penggabungan
terlokalisir pd antarmuka melalui difusi atau fusi
Persyaratan Penyolderan
Mudah mengalir di temperatur yang relatif rendah

Keadaan cair yang cukup untuk mengalir dengan bebas


ketika meleleh

Tahan terhadap karat dan korosi

Warna yang sesuai

Kekuatan yang cukup terhadap struktur yang disolder


Tipe Solder
Soft Solder
Hard Solder
Solder Emas / Free-flowing
Solder Perak
Prosedur Teknik Penyolderan
 Membersihkan dan menyiapkan permukaan logam yg akan
disolder

 Melakukan preparasi dan mengulaskan flux pada permukaan


celah antara kedua bagian

 Mengendalikan temperatur yg tepat

 Mengendalikan waktu untuk memastikan diperolehnya


aliran solder yg cukup dan pengisian daerah penyolderan yg
sempurna
Tahap-tahap Prosedur Penyolderan
5. Mengontrol
waktu untuk
1. Bersihkan 3. memastikan aliran
dan siapkan Menyiapkan adequate dari
permukaan posisi yang solder dan
yang akan tepat untuk pengisian
disambung sambungan sambungan

2.
4.
Kumpulkan
Mengontro
bagian-bagian
l suhu yang
yang akan
baik
disambung
Kegagalan Dalam Penyolderan
 Pemanasan berlebih/kurang selama penyolderan
 Tidak bersih dari material restorasi
 Pendeknya waktu ketika penyalaan api untuk difusi substrat
logam dengan bahan pengisi logam
 Tidak dilakukan analisis radiografi sebelum pengambilan
tindakan (disolder atau dicor) terhadap gigi tiruan sebagian
cekat
 Salah memberi flux

Anda mungkin juga menyukai