Anda di halaman 1dari 4

Logam merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang memiliki sifat-sifat yang kita kenal keras, mengkilat,

padat dan sebagainya. Dalam praktikum ini, kita dapat melihat sifat-sifat itu dengan jalan membuat model tuang dari logam. Pembuatan logam ini dilakukan dalam beberapa tahapan, tahapantahapan tersebut antara lain : 1. Tahap pembuatan model sprue, ventilasi dan kawah Pada pembuatan model logam menggunakan inlay wax dengan bentuk lingkaran dengan diameter 1 cm, jari jari 5 mm dan tebal 2 mm. Sprue terbuat dari malam inlay dalam bentuk seperti model pipa dengan diameter 2,5 mm dan panjang 1 cm. Ventilasi dibuat dari malam merah dengan bentuk model pipa, ukuran diameter 1 mm, panjang 1,5 cm. Kawah terbuat dari malam merah dengan bentuk model kerucut dengan kemiringan 45. Adapun tujuan dari pembuatan sprue adalah menyediakan saluran melalui mana logam cair akan mengalir ke cetakan yang sudah ada didalam cincin cor setelah model malamnya dibuang, untuk tambalan yang besar / protesa misalnya gigi tiruan sebagian lepasan dari logam dan untuk gigi tiruan cekat. Sedangkan tujuan diberikannya ventilasi adalah untuk menghindari terjadinya back pressure, sehingga mengurangi dari hasil tuangan dan mungkin juga akan menghindari ledakan, sehingga aman bagi operator. Pada ujung sprue dibuat bentukan yang disebut reservoir. Reservoir pada ujung sprue bertujuan untuk mencegah terjadinya porositas yang dapat terbentuk oleh karena adanya kontraksi bila ruangan untuk reservoir yang ditempati oleh malam mempunyai ukuran melintang sebesar atau lebih besar dari ukuran ruangan, maka alloy yang ada dalam reservoir akan lebih lambat mengeras dari pada ruangan utama dan berlaku sebagai cadangan alloy cair yang siap untuk mengisi ruangan atau mould space. Pemilihan sprue seringkali bersifat empiris tetapi ada lima prinsip utama dalam menentukan pilihan, sebagai berikut : Pilihlah sprue dengan diameter yang kirakira sama dengan ukuran daerah yang paling tebal dari model malamnya. Jika model malamnya kecil, tangkai sprue juga harus kecil karena tangkai sprue yang besar yang direkatkan pada model yang kecil dan halus dapat menyebabkan perubahan bentuk. Tetapi, jika diameter sprue terlalu kecil, daerah ini akan memadat terlebih dahulu sebelum tuangannya sendiri dan bisa terbentuk porositas penyusutan setempat (porositas tersedot). Untuk mengatasi masalah ini diperlukan area cadangan pada sprue. Jika mungkin, tangkai sprue harus direkatkan pada bagian model malam yang penampang melintangnya terluas. Akan lebih baik bagi logam cair untuk mengalir dari bagian yang tebal ke daerah daerah tipis di sekelilingnya. Rancangan ini mengurangi risiko aliran logam ke daerah mendatar dari bahan tanam atau daerahdaerah kecil seperti garis sudut. Panjang sprue harus cukup panjang untuk memposisikan model malam dengan tepat di dalam cincin cor dengan jarak sekitar 6 mm dari tepi ujung cincin tetapi cukup pendek sehingga logam campur cair tidak memadat sebelum mengisi penuh mold. Jenis sprue yang dipilih mempengaruhi teknik pembakaran yang digunakan. Tangkai sprue yang terbuat dari malam lebih sering digunakan daripada yang plastik. Jika digunakan sprue atau model dari plastik, dianjurkan untuk menggunakan teknik pembakaran 2 tahap untuk memastikan pembuangan

karbon yang sempurna, karena sprue plastik melunak pada temperatur di atas titik cair malam inlay. Model malam dapat diberi sprue secara langsung ataupun tidak langsung. Pada pemberian sprue langsung, tangkai sprue akan menyediakan hubungan langsung antara daerah model dengan basis sprue atau daerah crucible former. Pada yang tidak langsung, diletakkan sebuah penghubung atau batang cadangan diantar model atau crucible former. Pada pembuatan sprue harus diperhatikan panjang serta arah dari tangkai sprue. Panjang sprue tergantung pada panjang cincin cor. Jika tangkai sprue terlalu pendek, maka model malam akan terlalu jauh dari ujung luar cincin sehingga gasgas tidak dapat dialirkan secara memadai untuk memungkinkan logam cair mengisi seluruh ruang cincin. Jika gas tidak dapat dikeluarkan secara menyeluruh, akan terjadi porositas . Karena itu, panjang harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga ujung atas model malam berada sekitar 6mm dari ujung terbuka dari cincin untuk bahan tanam gipsum. Adapun arah dari tangkai sprue harus diarahkan menjauh dari bagianbagian model malam yang tipis atau kecil, dikarenakan logam cair dapat mengabrasi atau mematahkan bahan tanam didaerah ini akan mengakibatkan kegagalan pengecoran. Juga tidak boleh ditempatkan tegak lurus pada permukaan yang datar dan lebar. 2. Tahap Penanaman Pada tahap penanaman, model malam harus dibersihkan dari kotoran, debu, dan minyak. Untuk itu dapat digunakan pembersih model malam komersial atau deterjen sintetik yang diencerkan. Sisa cairan dapat dihilangkan dengan dikibaskan dan model dibiarkan mengering diudara terbuka, sementara bahan tanam disiapkan. Lapisan tipis pembersih yang tertinggal pada permukaan model malam dapat mengurangi tegangan permukaan dari malam dan pembasahan yang lebih baik dari bahan tanam sehingga terjadi perlekatan yang sempurna, termasuk pada bagianbagian model yang kecil dan tipis. Sementara model malam dikeringkan di udara terbuka, jumlah air destilasi (bahan tanam gipsum) atau cairan silika koloiadal khusus (bahan tanam fosfat) diukur. Cairan ini dituang kedalam mangkuk karet yang bersih dan kering, kemudian bubuk ditambahkan ke dalam cairan secara bertahap dan hatihati untuk mencegah terjebaknya udara di dalam aduk-an. Pengadukan dilakukan dengan lembut sampai semua bubuk basah, atau bubuk yang tidak tercampur terdesak keluar dari mangkuk secara tidak sengaja. Bahan tanam ditunggu sampai mencapai final setting, lalu kawah di lepas dari bumbung tuang dan dibiarkan selama 24 jam. 3. Tahap Burning Out dan Preheating Tahap burning out dimulai dengan menghidupkan kompor gas dan letakkan bumbung tuang di atas dengan bagian kawah menghadap ke api, biarkan hingga semua malam terbuang dan pastikan seluruh mould space bersih dari malam. Sementara itu siapkan furnice, lalu naikkan suhunya hingga mencapai 700C, kemudian masukkan bumbung tuang ke dalam furnice, lalu dilanjutkan dengan tahap preheating, naikkan suhu furnice hingga mencapai suhu 900C, pada saat bahan tanam sudah terlihat membara, model sudah siap di casting. Adapun tujuan burning out dan preheating adalah untuk menghilangkan sisa-sisa malam dan air, serta memberikan ekspansi pada cetakan. Adanya ekspansi ini untuk mengantisipasi sifat bahan logam, karena kita tahu bahwa sifat logam yaitu kontraksinya pada saat dingin akan mengecil. Adanya ekspansi yang cukup untuk menghindari penge-cilan model sehingga tidak sesuai dengan bentuk yang asli.

Selama pembakaran, sejumlah malam yang mencair akan diserap oleh bahan tanam dan sisa karbon akibat pembakaran malam cair menjadi terperangkap di dalam bahan tanam yang berporipori. Burning out akan mengubah karbon menjadi karbon monoksida atau karbon dioksida. Gasgas ini akan keluar melalui celah sisa malam yang mencair. 4. Tahap Casting Casting menggunakan 2 logam Cu alloy. Logam campur dicairkan dengan semburan api dalam crucible yang terpisah. Kemudian dituang ke dalam mould dengan gaya centrifugal. Setelah bumbung tuang telah mencapai suhu normal, lalu logam dikeluarkan dengan cara membongkar bahan tanam. Hasil logam dicuci dan dibersihkan sampai sisa bahan tanam tidak ada. Setelah pencucian, terlihat adanya bitik-bintik tidak teratur pada logam (logam masih kasar) dan tidak sesuai dengan ukuran semula. Bitikbintik ini disebabkan oleh beberapa hal terutama kesalahan dalam penuangan. Terjadinya oksidasi pada logam sebelum penuangan dapat menyebabkan permukaan logam menjadi kasar. Adapun oksidasi ini dapat disebabkan beberapa hal yaitu penggunaan api yang bukan berwarna biru atau kehijauan atau logam yang terlalu lama dipanaskan sehingga terjadi over heating. Dapat terjadi beberapa kesalahan/kegagalan lain selama proses pembuatan logam ini, antara lain adanya gelembung udara pada pola malam oleh karena busa sabun yang dapat menjadikan bentuk permukaan logam kasar, dapat pula bentuk permukaan mould space retak atau pecah-pecah. Hal ini disebabkan oleh karena adonan gips dan air yang terlalu encer sehingga gips tidak terlalu kuat atau dapat pula karena pemanasan pada oven terlalu lama sehingga permukaan mould space retak. 5. Tahap Finishing dan Polishing Pada tahap ini dilakukan perapian model kasar logam dan disesuaikan dengan ukuran semula. Kemudian logam dipoles dengan menggunakan arkansas stone sampai permukaan model terlihat halus. Lalu dilanjutkan dengan rubber warna merah dan terakhir dengan rubber warna hijau. Setelah permukaan logam terlihat halus dan mengkilat potong sprue dengan menggunakan diamond disk kemudian dirapikan dan dipulas pada daerah bekas potongan. 6. Hasil Akhir Hasil akhir logam yang didapatkan adalah logam yang halus, mengkilat dan terdapat sedikit porus. Hal ini dikarenakan ketika mengaduk bahan tanam gipsum dengan bahan tanam fosfat tidak merata (masih tersisa udara). BAB V KESIMPULAN Berdasarkan praktikum logam yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahan logam merupakan bahan yang mudah dimanipulasi. Bila dilakukan dengan prosedur yang baik dan benar, maka akan menghasilkan bentukan logam yang baik. 2. Logam pada umumnya memiliki sifat-sifat antara lain keras, mengkilap, pada temperatur ruang berupa padatan, berat, sebagai penghantar panas dan listrik yang baik, opaqe (tidak tembus cahaya), ductility, elektro-positif, serta memiliki titik didih dan titik lebur yang tinggi.

3. Pembuatan logam dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu : Tahap pembuatan model logam, sprue, ventilasi, dan kawah, Tahap wetting, Tahap penanaman bahan pendam, Tahap burning out dan preheating, Tahap casting logam, dan Tahap finishing dan polishing. 4. Hasil maksimal yang akan didapatkan adalah model logam dengan permu-kaan yang halus dan mengkilat, tidak porus, dan sesuai dengan ukuran. DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 2003. Philips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10. Jakarta : EGC. Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Jakarta : Balai Pustaka. Craig, Robert, dkk. 1979. Dental Materials Properties And Manipulation. London : CV. Mosby Company. Tim Penyusun. 2009. Buku Petunjuik Skill Lab Bahan dan Teknologi Kedokteran Gigi I. Jember : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai