Anda di halaman 1dari 6

Full View

laporan tutorial
...
From: Fahmi Sir <fahmisir@ymail.com>
...
Add to Contacts
To: Adpradana@yahoo.com

Manipulasi alloy

Metode pembuatan logam

Thermal methods beberapa oksida dapat langsung diubah


menjadi logam dengan pemberian bahan pereduksi

Hydro-metallurigical methods bijih direndam dalam


cairan pelarut yang di encerkan seperti asam shulpur.
Elektrolisa cairan tersebut akan menghasilkan logam yang
sangat murni.

Thermo-electrolitic dikerjakan dengan elektrolisa suatu


mineral yang dicairkan.

Logam merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang


memiliki sifat-sifat yang kita kenal keras, mengkilat, padat
dan sebagainya. Dalam praktikum ini, kita dapat melihat
sifat-sifat itu dengan jalan membuat model tuang dari logam.
Pembuatan logam ini dilakukan dalam beberapa tahapan,
tahapan-tahapan tersebut antara lain :
1. Tahap pembuatan model sprue, ventilasi dan kawah
Pada pembuatan model logam menggunakan inlay wax
dengan bentuk lingkaran dengan diameter 1 cm, jari jari
5 mm dan tebal 2 mm.
Sprue terbuat dari malam inlay dalam bentuk seperti model
pipa dengan diameter 2,5 mm dan panjang 1 cm.
Ventilasi dibuat dari malam merah dengan bentuk model
pipa, ukuran diameter 1 mm, panjang 1,5 cm.
Kawah terbuat dari malam merah dengan bentuk model
kerucut dengan kemiringan 45.
Adapun tujuan dari pembuatan sprue adalah menyediakan
saluran melalui mana logam cair akan mengalir ke cetakan
yang sudah ada didalam cincin cor setelah model malamnya
dibuang, untuk tambalan yang besar / protesa misalnya gigi
tiruan sebagian lepasan dari logam dan untuk gigi tiruan
cekat. Sedangkan tujuan diberikannya ventilasi adalah untuk
menghindari terjadinya back pressure, sehingga mengurangi
dari hasil tuangan dan mungkin juga akan menghindari
ledakan, sehingga aman bagi operator.
Pada ujung sprue dibuat bentukan yang disebut reservoir.
Reservoir pada ujung sprue bertujuan untuk mencegah
terjadinya porositas yang dapat terbentuk oleh karena adanya
kontraksi bila ruangan untuk reservoir yang ditempati oleh
malam mempunyai ukuran melintang sebesar atau lebih besar
dari ukuran ruangan, maka alloy yang ada dalam reservoir
akan lebih lambat mengeras dari pada ruangan utama dan
berlaku sebagai cadangan alloy cair yang siap untuk mengisi
ruangan atau mould space.
Pemilihan sprue seringkali bersifat empiris tetapi ada lima
prinsip utama dalam menentukan pilihan, sebagai berikut :
Pilihlah sprue dengan diameter yang kirakira sama
dengan ukuran daerah yang paling tebal dari model
malamnya. Jika model malamnya kecil, tangkai sprue juga
harus kecil karena tangkai sprue yang besar yang direkatkan
pada model yang kecil dan halus dapat menyebabkan
perubahan bentuk. Tetapi, jika diameter sprue terlalu kecil,
daerah ini akan memadat terlebih dahulu sebelum tuangannya
sendiri dan bisa terbentuk porositas penyusutan setempat
(porositas tersedot). Untuk mengatasi masalah ini
diperlukan area cadangan pada sprue.
Jika mungkin, tangkai sprue harus direkatkan pada bagian
model malam yang penampang melintangnya terluas. Akan
lebih baik bagi logam cair untuk mengalir dari bagian yang
tebal ke daerahdaerah tipis di sekelilingnya. Rancangan ini
mengurangi risiko aliran logam ke daerah mendatar dari
bahan tanam atau daerahdaerah kecil seperti garis sudut.
Panjang sprue harus cukup panjang untuk memposisikan
model malam dengan tepat di dalam cincin cor dengan jarak
sekitar 6 mm dari tepi ujung cincin tetapi cukup pendek
sehingga logam campur cair tidak memadat sebelum mengisi
penuh mold.
Jenis sprue yang dipilih mempengaruhi teknik pembakaran
yang digunakan. Tangkai sprue yang terbuat dari malam lebih
sering digunakan daripada yang plastik. Jika digunakan sprue
atau model dari plastik, dianjurkan untuk menggunakan
teknik pembakaran 2 tahap untuk memastikan pembuangan
karbon yang sempurna, karena sprue plastik melunak pada
temperatur di atas titik cair malam inlay.
Model malam dapat diberi sprue secara langsung ataupun
tidak langsung. Pada pemberian sprue langsung, tangkai
sprue akan menyediakan hubungan langsung antara daerah
model dengan basis sprue atau daerah crucible former. Pada
yang tidak langsung, diletakkan sebuah penghubung atau
batang cadangan diantar model atau crucible former.
Pada pembuatan sprue harus diperhatikan panjang serta arah
dari tangkai sprue. Panjang sprue tergantung pada panjang
cincin cor. Jika tangkai sprue terlalu pendek, maka model
malam akan terlalu jauh dari ujung luar cincin sehingga gas
gas tidak dapat dialirkan secara memadai untuk
memungkinkan logam cair mengisi seluruh ruang cincin. Jika
gas tidak dapat dikeluarkan secara menyeluruh, akan terjadi
porositas . Karena itu, panjang harus disesuaikan sedemikian
rupa sehingga ujung atas model malam berada sekitar 6mm
dari ujung terbuka dari cincin untuk bahan tanam gipsum.
Adapun arah dari tangkai sprue harus diarahkan menjauh dari
bagianbagian model malam yang tipis atau kecil,
dikarenakan logam cair dapat mengabrasi atau mematahkan
bahan tanam didaerah ini akan mengakibatkan kegagalan
pengecoran. Juga tidak boleh ditempatkan tegak lurus pada
permukaan yang datar dan lebar.

2. Tahap Penanaman
Pada tahap penanaman, model malam harus dibersihkan dari
kotoran, debu, dan minyak. Untuk itu dapat digunakan
pembersih model malam komersial atau deterjen sintetik
yang diencerkan. Sisa cairan dapat dihilangkan dengan
dikibaskan dan model dibiarkan mengering diudara terbuka,
sementara bahan tanam disiapkan. Lapisan tipis pembersih
yang tertinggal pada permukaan model malam dapat
mengurangi tegangan permukaan dari malam dan
pembasahan yang lebih baik dari bahan tanam sehingga
terjadi perlekatan yang sempurna, termasuk pada bagian
bagian model yang kecil dan tipis.
Sementara model malam dikeringkan di udara terbuka,
jumlah air destilasi (bahan tanam gipsum) atau cairan silika
koloiadal khusus (bahan tanam fosfat) diukur. Cairan ini
dituang kedalam mangkuk karet yang bersih dan kering,
kemudian bubuk ditambahkan ke dalam cairan secara
bertahap dan hatihati untuk mencegah terjebaknya udara di
dalam aduk-an. Pengadukan dilakukan dengan lembut sampai
semua bubuk basah, atau bubuk yang tidak tercampur
terdesak keluar dari mangkuk secara tidak sengaja. Bahan
tanam ditunggu sampai mencapai final setting, lalu kawah di
lepas dari bumbung tuang dan dibiarkan selama 24 jam.

3. Tahap Burning Out dan Preheating


Tahap burning out dimulai dengan menghidupkan kompor
gas dan letakkan bumbung tuang di atas dengan bagian
kawah menghadap ke api, biarkan hingga semua malam
terbuang dan pastikan seluruh mould space bersih dari
malam. Sementara itu siapkan furnice, lalu naikkan suhunya
hingga mencapai 700C, kemudian masukkan bumbung
tuang ke dalam furnice, lalu dilanjutkan dengan tahap
preheating, naikkan suhu furnice hingga mencapai suhu
900C, pada saat bahan tanam sudah terlihat membara, model
sudah siap di casting.
Adapun tujuan burning out dan preheating adalah untuk
menghilangkan sisa-sisa malam dan air, serta memberikan
ekspansi pada cetakan. Adanya ekspansi ini untuk
mengantisipasi sifat bahan logam, karena kita tahu bahwa
sifat logam yaitu kontraksinya pada saat dingin akan
mengecil. Adanya ekspansi yang cukup untuk menghindari
penge-cilan model sehingga tidak sesuai dengan bentuk yang
asli.
Selama pembakaran, sejumlah malam yang mencair akan
diserap oleh bahan tanam dan sisa karbon akibat pembakaran
malam cair menjadi terperangkap di dalam bahan tanam yang
berporipori. Burning out akan mengubah karbon menjadi
karbon monoksida atau karbon dioksida. Gasgas ini akan
keluar melalui celah sisa malam yang mencair.

4. Tahap Casting
Casting menggunakan 2 logam Cu alloy. Logam campur
dicairkan dengan semburan api dalam crucible yang terpisah.
Kemudian dituang ke dalam mould dengan gaya centrifugal.
Setelah bumbung tuang telah mencapai suhu normal, lalu
logam dikeluarkan dengan cara membongkar bahan tanam.
Hasil logam dicuci dan dibersihkan sampai sisa bahan tanam
tidak ada. Setelah pencucian, terlihat adanya bitik-bintik
tidak teratur pada logam (logam masih kasar) dan tidak
sesuai dengan ukuran semula. Bitik-bintik ini disebabkan
oleh beberapa hal terutama kesalahan dalam penuangan.
Terjadinya oksidasi pada logam sebelum penuangan dapat
menyebabkan permukaan logam menjadi kasar. Adapun
oksidasi ini dapat disebabkan beberapa hal yaitu penggunaan
api yang bukan berwarna biru atau kehijauan atau logam
yang terlalu lama dipanaskan sehingga terjadi over heating.
Dapat terjadi beberapa kesalahan/kegagalan lain selama
proses pembuatan logam ini, antara lain adanya gelembung
udara pada pola malam oleh karena busa sabun yang dapat
menjadikan bentuk permukaan logam kasar, dapat pula
bentuk permukaan mould space retak atau pecah-pecah. Hal
ini disebabkan oleh karena adonan gips dan air yang terlalu
encer sehingga gips tidak terlalu kuat atau dapat pula karena
pemanasan pada oven terlalu lama sehingga permukaan
mould space retak.

5. Tahap Finishing dan Polishing


Pada tahap ini dilakukan perapian model kasar logam dan
disesuaikan dengan ukuran semula. Kemudian logam dipoles
dengan menggunakan arkansas stone sampai permukaan
model terlihat halus. Lalu dilanjutkan dengan rubber warna
merah dan terakhir dengan rubber warna hijau. Setelah
permukaan logam terlihat halus dan mengkilat potong sprue
dengan menggunakan diamond disk kemudian dirapikan dan
dipulas pada daerah bekas potongan.

6. Hasil Akhir
Hasil akhir logam yang didapatkan adalah logam yang halus,
mengkilat dan terdapat sedikit porus. Hal ini dikarenakan
ketika mengaduk bahan tanam gipsum dengan bahan tanam
fosfat tidak merata (masih tersisa udara).

Anda mungkin juga menyukai