Anda di halaman 1dari 8

NAMA : LILY OKTARIZA

NPM : 1910070110037

DENTAL MATERIAL LOGAM

Logam merupakan substansi kimia opak mengkilap yang merupakan penghantar (konduktor)
panas atau listrik yang baik serta bila dipoles, merupakan pemantul atau reflektor sinar yang
baik. Semua logam dan logam campur yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah bahan
padat seperti kristal, kecuali gallium dan merkuri yang berwujud cairan pada temperatur tubuh.

Karakteristik Logam:

1. Konduktifitas termal dan elektrik tinggi.


2. Ductility : dapat dibengkokkan
3. Opacity : tidak dapat ditembus cahay a
4. Luster : dapat dibengkokan tanpa patah . tdk dpt ditembus cahaya. Permukaan yg kuat.
memantulkan cahaya. terang, berkilau (bright & shyni).
5. Jika logam tersebut dilarutkan/dicairkan menghasilkan atom dgn energi positif.
6. 80% dari periodic table logam .
7. Warna: putih, gray. kec: emas (kekuningan), tembaga (kemerahan) .
8. Pada suhu kamar berwujud padat kecuali raksa (berwujud cair).
9. High strength (kuat) and stabil and mudah dibentuk/cast.
10. Alloy mencampurkan logam dgn logam lain atau dengan non logam dengan mudah.

Syarat Logam Dalam Kedokteran Gigi :

1. Syarat kimia
Tahan terhadap korosi, tidak larut dalam cairan rongga mulut atau dalam cairan yang
dikomsumsi, tidak luntur dan korosi.
2. Syarat biologis
Tidak beracun terhadap pasien, dokter gigi, perawat maupun tekniker, tidak mengiritasi
rongga mulut dan jaringan pendukungnya, tidak menghilangkan reaksi alergi dan tidak
bersifat mutagen maupun karsinogen
3. Biokompatibilitas
Tidak mengandung substansi toksik yang larut dalam saliva sehingg tidak
membahayakan system tubuh, tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak, bebas dari
bahan yang berpotensi dalam menimbulkan sinsitifitas atau respon alergi dan tidak
memiliki potensi karsinogen.
4. Syarat mekanis
Harus mampu menerima beban yang tinggi.
5. Syarat estetik
Sesuai dengan perkembangan jaman dan memberi penampilan yang natural pada gigi.
6. Syarat fisik
Konduktivitas thermal dan kuat
7. Tahan suhu panas dan dingin.
8. Mudah disolder dan dipoles.
9. Titik leleh tinggi.
10. Pertahanan terhadap abrasi baik.

Manipulasi Logam

 Penuangan
Penuangan ini meliputi pekerjaan mencairkan logam dan membentuknya didalam
cetakan. Misal: besi, kuningan, alumunium dll dapat dituang ke dalam cetakanyang
terbuat dari pasir dan tanah liat. Cetakan dari tanah liat dan pasir ini rusak setiapkali
setelah pemakaian. Die casring menggunakan cetakan permanen dari logam.
 Pekerjaan Dingin
Pada umumnya logam dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik atau digulung.
Logamdapat ditarik melalui suatu die untuk mendapatkan bentuk kawat.
 Serbuk Metalurgi
Suatu bentuk logam dapat dipres dibawah tekanan tinggi untuk mendapatkan bahan
degan bentuk yang dikehendaki. Hasil ini tidak kuat karena hasil adhesi. Dengan
melakukan sintering kekuatan dapat ditingkatkan, dimana pemeresan dipanaskan dalam
atmosfir yang tidak teroksidasi di bawah titk cair dan menggumpalkan partikel.
 Electroforming
Suatu logam dapat dilapiskan pada permukaan yang bersifat penghantar dengan
proseselektrolisa.

Proses Manipulasi

a. Tahap pembuatan model sprue, ventilasi dan kawah

Adapun tujuan dari pembuatan sprue adalah menyediakan saluran melalui mana logam
cair akan mengalir ke cetakan yang sudah ada didalam cincin cor setelah model
malamnya dibuang, untuk tambalan yang besar / protesa misalnya gigi tiruan sebagian
lepasan dari logam dan untuk gigi tiruan cekat. Sedangkan tujuan diberikannya ventilasi
adalah untuk menghindari terjadinya back pressure, sehingga mengurangi dari hasil
tuangan dan mungkin juga akan menghindari ledakan, sehingga aman bagi operator.

Pada ujung sprue dibuat bentukan yang disebut reservoir. Reservoir pada ujung sprue
bertujuan untuk mencegah terjadinya porositas yang dapat terbentuk oleh karena adanya
kontraksi bila ruangan untuk reservoir yang ditempati oleh malam mempunyai ukuran
melintang sebesar atau lebih besar dari ukuran ruangan, maka alloy yang ada dalam
reservoir akan lebih lambat mengeras dari pada ruangan utama dan berlaku sebagai
cadangan alloy cair yang siap untuk mengisi ruangan atau mould space.

Pemilihan sprue seringkali bersifat empiris tetapi ada lima prinsip utama dalam
menentukan pilihan, sebagai berikut :

 Pilihlah sprue dengan diameter yang kira – kira sama dengan ukuran daerah yang paling
tebal dari model malamnya. Jika model malamnya kecil, tangkai sprue juga harus kecil
karena tangkai sprue yang besar yang direkatkan pada model yang kecil dan halus dapat
menyebabkan perubahan bentuk. Tetapi, jika diameter sprue terlalu kecil, daerah ini akan
memadat terlebih dahulu sebelum tuangannya sendiri dan bisa terbentuk porositas
penyusutan setempat (porositas ‘ tersedot ‘). Untuk mengatasi masalah ini diperlukan
area cadangan pada sprue.
 Jika mungkin, tangkai sprue harus direkatkan pada bagian model malam yang penampang
melintangnya terluas. Akan lebih baik bagi logam cair untuk mengalir dari bagian yang
tebal ke daerah - daerah tipis di sekelilingnya. Rancangan ini mengurangi risiko aliran
logam ke daerah mendatar dari bahan tanam atau daerah – daerah kecil seperti garis
sudut.
 Panjang sprue harus cukup panjang untuk memposisikan model malam dengan tepat
didalam cincin cor dengan jarak sekitar 6 mm dari tepi ujung cincin tetapi cukup pendek
sehingga logam campur cair tidak memadat sebelum mengisi penuh mold.
 Jenis sprue yang dipilih mempengaruhi teknik pembakaran yang digunakan. Tangkai
sprue yang terbuat dari malam lebih sering digunakan daripada yang plastik. Jika
digunakan sprue atau model dari plastik, dianjurkan untuk menggunakan teknik
pembakaran 2 tahap untuk memastikan pembuangn karbon yang sempurna, karena sprue
plastik melunak pada temperatur diatas titik cair malam inlay.
 Model malam dapat diberi sprue secara langsung ataupun tidak langsung. Pada
pemberian sprue langsung, tangkai sprue akan menyediakan hubungan langsung antara
daerah model dengan basis sprue atau daerah crucible former. Pada yang tidak langsung,
diletakkan sebuah penghubung atau batang cadangan diantar model atau crucible former.

Pada pembuatan sprue harus diperhatikan perlekatan tangkai sprue, posisi tangkai sprue
panjang serta arah dari tangkai sprue dan pelepasan model malam. Panjang sprue
tergantung pada panjang cincin cor. Jika tangkai sprue terlalu pendek, maka model
malam akan terlalu jauh dari ujung luar cincin sehingga gas – gas tidak dapat dialirkan
secara memadai untuk memungkinkan logam cair mengisi seluruh ruang cincin.jika gas
tidak dapat dikeluarkan secara menyeluruh, akan terjadi porositas. Karena itu, panjang
harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga ujung atas model malam berada sekitar 6
mm dari ujung terbuka dari cincin untuk bahan tanam gipsum.
b. Tahap Penanaman

Pada tahap penanaman model malam harus dibersihkan dari kotoran, debu, dan minyak.
Untuk itu dapat digunakan pembersih model malam komersial atau deterjen sintetik yang
diencerkan. Sisa cairan dapat dihilangkan dengan dikibaskan dan model dibiarkan
mengering diudara terbuka, sementara bahan tanam disiapkan. Lapisan tipis pembersih
yang tertinggal pada permukaan model malam dapat mengurangi tegangan permukaan
dari malam dan pembasahan yang lebih baik dari bahan tanam sehingga terjadi perlekatan
yang sempurna, termasuk pada bagian – bagian model yang kecil dan tipis.

Sementara model malam dikeringkan di udara terbuka, jumlah air destilasi (bahan tanam
gipsum) atau cairan silika koloiadal khusus (bahan tanam fosfat) diukur. Cairan ini
dituang kedalam mangkuk karet yang bersih dan kering, kemudian bubuk ditambahkan
ke dalam cairan secara bertahap dan hati – hati untuk mencegah terjebaknya udara
didalam adukan. Pengadukan dilakukan dengan lembut sampai semua bubuk basah, atau
bubuk yang tidak tercampur terdesak keluardari mangkuk secara tidak sengaja. Bahan
tanam ditunggu sampai mencapai final setting, lalu kawah di lepas dari bumbung tuang
dan dibiarkan selama 24 jam.

Yang perlu diperhatikan dalam proses penanaman adalah :

 pengadukan hampa udara, berfungsi untuk mengeluarkan gelembung-gelembung udara


yang terbentuk selama pengadukan dan mengeluarkan gas-gas berbahaya yang dihasilkan
dari reaksi kimia yang digunakan sebagai bahan tanam
 kompensasi penyusutan, kadang-kadang perubahan dimensi mould memang diperlukan
terutama untuk mahkota cor penuh.
 Teknik pengendalian dengan peambahan air, ekspansi mikroskopik linear akan
meningkat sejalan dengan jumlah air yang ditambahkan sampai tercapai ekspansi
maksimal
c. Tahap burning out dan Preheating

Tahap burning out dimulai dengan menghidupkan kompor gas dan letakkan bumbung
tuang diatas dengan bagian kawah menghadap ke api, biarkan hingga semua malam
terbuang dan pastikan seluruh mould space bersih dari malam. Sememtara itu siapkan
furnice, lalu naikkan suhunya hingga mencapai 700 o C kemudian masukkan bumbung
tuang kedalam furnice, lalu dilanjutkan dengan tahap preheating naikkan suhu furnice
hingga mencapai suhu 900o C, pada saat bahan tanam sudah terlihat membara, model
sudah siap di casting.

Selama pembakaran, sejumlah malam yang mencair akan diserap oleh bahan tanam dan
sisa karbon akibat pembakaran malam cair menjadi terperangkap di dalam bahan tanam
yang berpori – pori. Burning out akan mengubah karbon menjadi karbon monoksida atau
karbon dioksida. Gas – gas ini akan keluar melalui celah sisa malam yang mencair.

d. Tahap Casting

Casting menggunakan 2 logam Cu alloy. Logam campur dicairkan dengan semburan api
dalam crucible yang terpisah. Kemudian dituang kedalam mould dengan gaya centrifugal.
Setelah bumbung tuang telah mencapai suhu normal, lalu logam dikeluarkan dengan cara
membongkar bahan tanam. Hasil logam dicuci dan dibersihkan sampai sisa bahan tanam
tidak ada.Setelah pencucian, terlihat adanya bitik-bintik tidak teratur pada logam (logam
masih kasar) dan tidak sesuai dengan ukuran semula. Bitik-bintik ini disebabkan oleh
beberapa hal terutama kesalahan dalam penuangan. Terjadinya oksidasi pada logam
sebelum penuangan dapat menyebabkan permukaan logam menjadi kasar. Adapun
oksidasi ini dapat disebabkan beberapa hal yaitu penggunaan api yang bukan berwarna
biru atau kehijauan atau logam yang terlalu lama dipanaskan sehingga terjadi over
heating.

Dapat terjadi beberapa kesalahan/kegagalan lain selama proses pembuatan logam ini,
antara lain adanya gelembung udara pada pola malam oleh karena busa sabun yang dapat
menjadikan bentuk permukaan logam kasar, dapat pula bentuk permukaan mould space
retak atau pecah-pecah. Hal ini disebabkan oleh karena adonan gips dan air yang terlalu
encer sehingga gips tidak terlalu kuat atau dapat pula karena pemanasan pada oven terlalu
lama sehingga permukaan mould space retak. Casting atau yang sering disebut proses
pengecoran atau penuangan dalam kedokteran gigi dapat diartikan suatu proses
pendorongan logam yang sedang mencair ke dalam mould sehingga menjadi suatu
tuangan yang sering disebut logam tuang. Sehingga pada akhir dari casting alloy dapat
dihasilkan suatu bentukan yang terbentuk dari logam yang terjadi di dalam mould.
(Kamus Kedokteran Gigi-F.J Harty & R.Ogston).

Pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan
untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk
jadi. Logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki rongga
sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Proses pengecoran sendiri dibedakan menjadi dua
macam, yaitu traditional casting dan non-traditional/contemporary casting.

• Teknik traditional terdiri atas :


1. Sand-Mold Casting
2. Dry-Sand Casting
3. Shell-Mold Casting
4. Full-Mold Casting
5. Cement-Mold Casting
6. Vacuum-Mold Casting
• Teknik non-traditional terbagi atas :
1. High-Pressure Die Casting
2. Permanent-Mold Casting
3. Centrifugal Casting
4. Plaster-Mold Casting
5. Investment Casting
6. Solid-Ceramic Casting

Anda mungkin juga menyukai