Anda di halaman 1dari 5

Ø  Genre merupakan organisasi yang memformulasikan bentuk-bentuk bahasa untuk mengemban

tugas atau fungsi sosial.


Ø  Perbedaan genre makro dan genre mikro: jika genre makro mencakup semua jenis teks dalam
keseluruhan, sedangkan genre mikro merupakan teks yang berdiri sendiri secara tunggal sesuai
dengan jenis-jenis yang ada. Genre mikro pula lebih mendetail dalam penjelasan dalam teks.

GENRE MAKRO
1.      Pengertian: genre yang digunakan untuk menamai semua jenis teks dalam keseluruhan.
2.      Jenis-jenis Genre Makro :
§  Genre Percakapan Telepon
§  Genre Wawancara
§  Genre Berita
§  Genre Layanan Jual-Beli
§  Genre Artikel
§  Surat Lamaran Kerja
§  Surat Dinas
§  Genre Ulasan
Genre Percakapan Telepon
      Percakapan dapat terjadi antara dua orang atau lebih. Percakapan dapat dibagi berdasarkan
dua kondisi yaitu formal dan informal. Percakapan formal akan terjadi jika berada di tempat
formal atau dengan orang yang lebih tua. Adapun untuk percakapan informal dapat terjadi di
mana saja dan kapan saja. Percakapan antara dua orang di telepon merupakan contoh dari
percakapan formal dan bisa juga termasuk dalam percakapan tidak formal. Berkomunikasi
melalui telepon termasuk dalam jenis komunikasi tidak langsung. Meski begitu, kalimat yang
diucapkan melalui pesawat telepon harus mencerminkan etiket kesantunan dan juga keefektifan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi melalui telepon, yaitu salam
pembuka pembicaraan, menyatakan identitas diri, saat menerima telepon, menutup
pembicaraan,waktu bertelepon, sikap bertelepon, dan efisien.
      Contoh 1:
Dina     : Halo, Selamat siang, Bu. Saya Dina, bisa berbicara dengan Jelita?
Ibu       : Bisa, tunggu sebentar ya.
Dina     : Iya, Bu.
Jelita    : Halo, ada apa Dina?
Dina     : Maaf ya aku mengganggu jam istirahatmu. Aku hanya mau mengingatkan jangan lupa
nanti sore untuk membawa semua nota pengeluaran kegiatan kemah kemarin. Karena, hari ini
mau aku rekap.
Jelita    : Iya tidak apa Dina, nanti aku akan membawa semua nota dan catatan yang diperlukan
saat rapat. Terima kasih ya sudah mengingatkan.
Dina     : Iya, sama-sama. Sudah ya. Selamat siang. Terima kasih.
Jelita    : Iya, sama-sama. Selamat siang.

Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam membuat percakapan dalam telepon. Kita tidak
diperbolehkan menebak siapa si penerima telepon tanpa mengecek terlebih dahulu. Langsung
berbicara tanpa mengecek siapa si penerima dapat menyebabkan ketidaksopanan. Contoh di atas,
merupakan contoh percakapan melalui telepon yang benar dan sesuai dengan etika kesantunan.
Berikut ini, adalah contoh percakapan dalam telepon yang kurang atau tidak santun:
Contoh 2:
Sherly  : Hallo? Ini Jelita ya?
Ibu       : Maaf, ini siapa?
Sherly  : Oh, ini Sherly, Jelita ada? Bisa panggilkan?
Ibu       : Jelita belum pulang, dia masih mengikuti bimbingan belajar. Ada pesan?
Sherly  : Yah, ya udah deh, pesan aja ya kalau besok jangan lupa bawa buku paketnya soalnya
saya mau pinjam. Sampaikan ya Bu.
Ibu       : Iya, nanti saya sampaikan
Sherly  : Makasih ya
Ibu       : Sama-sama

Pada contoh kedua, terlihat jelas bahwa penelpon bersikap dan menggunakan kata-kata yang
tidak sopan. Percakapan pada contoh kedua tidak sesuai dengan etika kesantunan.
Berikut ini satu lagi contoh percakapan antara dua orang di telepon:
Contoh 3:
Percakapan ini terjadi pada pukul 22.30

Jelita    : Halo, selamat malam Pak.


Bapak  : Selamat malam. Ini siapa dan apa?
Jelita    : Maaf pak, ini Jelita. Saya mau menanyakan tentang PR yang harus dikumpulkan besok.
Saya kurang jelas. Jadi, saya minta Dina untuk membantu saya menjelaskannya
Bapak  : Tapi Dina sudah tidur. Karena besok ujian. Dina tidur lebih awal
Jelita    : Baiklah, kalau begitu. Mungkin besok pagi saya coba telepon kembali. Terima kasih
dan selamat malak Pak
Bapak  : Iya, sama-sama. Selamat malam

Contoh di atas menunjukkan tidak adanya etika kesantunan dalam berkomunikasi melelui
      
telepon. Pertama, penelepon tidak menyampaikan permohonan maaf kepada penerima telepon.
Kedua, penelepon menelepon melebihi jam 22.00 dengan keperluan tidak mendesak atau tidak
begitu penting.

Genre Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara
narasumber dan pewawancara.
Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara
melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
Wawancara biasanya dilakukan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau
sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya dilakukan atas permintaan atau
keinginan wartawan yang bersangkutan.
Bentuk-bentuk wawancara antara lain:
1.         Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.
2.         Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.
3.         Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon.
4.         Wawancara pribadi.
5.         Wawancara dengan banyak orang.
6.         Wawancara dadakan / mendesak.
7.         Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat,
seniman, olahragawan dan sebagainya.
Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
·         Wawancara bebas
Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun
harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-
hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali. Wawancara bertujuan agar responden memiliki
kontrol atas proses wawancara. Dalam hal ini, responden memiliki kontrol yangsignifikan terhadap
materi, panjangnya jawaban, iklim wawancara, dan formalitas. Pertanyaan cenderung terbuka dan netral
untuk memberikan kesempatan maksimal pada responden dankebebasan untuk merespon. Wawancara
non direktif yang khas adalah jurnalistik, sejarah lisan, investigasi, konsultasi, ulasan kerja, dan
pemecahan masalah.

·         Wawancara terpimpin


Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang
lengkap dan terinci. Wawancara terpimpin bertujuan agar pewawancara dapat mengontrol alur
wawancara, iklim, formalitas, dan arah wawancara. Pertanyaan kemungkinan akan ditutup dengan
singkat,jawaban langsung. Meskipun kadang responden yang aktif tetap dapat mengambil kontrol atas
wawancara yang dilakukan. 
·         Wawancara
bebas terpimpin
Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas
dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa
pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.
Wawancara bebas terpimpin bertujuan untuk mendapatkan informasi dari responden,
kemudian secara perlahan mengontrol wawancara sesuai dengan kontrol pewawancara. Hal ini
misalnya terjadi ketika terjadi sesi wawancara tentang minat seorang responden, dalam hal ini
mahasiswa, dalam mengambil jurusan kuliah, tetapi pewawancara perlu untuk memberikan
informasi tentang kebijakan universitas. Dalam hal ini, pewawancara menggunakan pendekatan
bebas di awal untuk membuat responden leluasa mengungkapkan keinginannya, kemudian
beralih ke pendekatan terpimpin untuk memberikan informasi organisasi, dan kembali
menggunakan pendekatan bebas dalam menjawab permasalahan yang dialami oleh responden
untuk menjawab pertanyaan responden.
Keuntungan yang diperoleh dalam pendekatan kombinasi ini adalah wawancara diatur
sesuai dengan peran masyarakat, namun pewawancara tetap memiliki peran. Namun demikian,
dibutuhkan kemampuan fleksibilitas dalam memilih pendekatan yang paling tepat, serta
memiliki kemampuan untuk mengetahui dengan tepat kapan harus beralih dari satu pendekatan
kepada pendekatan lain.
                        Sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:
·         Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang
diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden,
baik yang menyenangkan atau tidak.
·         Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
·         Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama.
Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun
keberadaannya.
·         Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan
sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang, responden berhak
membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya.
Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.

Bentuk wawancara ada 2, yaitu:


1. Wawancara tradisional
            Charles Redding telah mengembangkan suatu skema situasional dimana wawancara
dibagi sesuai dengan fungsinya:
Dalam hal ini, definisi tentang wawancara meliputi berbagai jenis wawancara yang
banyak membutuhkan pelatihan dan kemampuan khusus. Wawancara tradisional dalam hal ini
adalah wawancara yang dilakukan seperti pada umumnya, yaitu face to face. Redding
mengelompokkan tipe dan kegunaan wawancara (formal dan informal) sebagai berikut:
1. Wawancara memberi informasi
            Wawancara bertujuan untuk saling bertukar informasi secara akurat dan efektif. Dalam
wawancara ini , kedua belah pihak mengambil bagian, seperti dalam kegiatan orientasi,
pelatihan, pengarahan, dan pembekalan. Dalam wawancara ini, yang dilakukan adalah bertukar
fakta, data, laporan, dan opini dari satu pihak ke pihak lain. Setting wawancara jenis ini adalah
pada wawancara kesehatan.
2. Wawancara mengumpulkan informasi
            Wawancara bertujuan untuk mengumpulkan keakuratan, kedalaman, dan informasi
berguna melalui teknik pertanyaan yang dibuat dan dipersiapkan secara matang sebelum
wawancara, eskipun kadang dibuat langsung di tempat secara hati-hati sesuai perasaan, tindakan,
sikap, dan kondisi responden. Wawancara jenis ini biasanya dilakukan dalam kegiatan survey,
penelitian, investigasi, diagnosis, jurnalistik.
3. Wawancara bertujuan untuk menyeleksi pelamar potensial 
Wawancara bertujuan untuk menyeleksi pelamar potensial untuk posisi organisasi dan
pelamar yang berusaha mendapatkanposisi. Wawancara ini juga dilakukan untuk penempatan
seorang karyawan, yang melibatkan kenaikan jabatan, perubahan struktur organisasi, serta
penugasan.
4. Meninjau perilaku responden
            Wawancara bertujuan untuk meninjau perilaku respnden, seperti dalam setting
perusahaan atau pendidikan. Kedua belah pihak terlibat dalam proses penilaian kinerja atau
tujuan kienrja masa depan. 
5. Meninjau perilaku Pewawancara
            Wawancara bertujuan untuk menilai/ mengoreksi tindakanpewawancara. Misalnya
tentang adanya keluhan dari klien/ responden.
6. Persuasif
            Wawancara bertujuan untuk mengubah atau memperkuat pemikiran, perasaan, atau
bertindak dari pihak lain. Wawancara persuasif dalam bentuk informalmungkin seperti seorang
teman yang berusaha membujuk teman lain dalam menghadiri konser. Wawancara sales
penjualan mendatangi langsung calon pembeli agar tertarik terhadap produk yang dijualnya.

Berikut adalah gambaran singkat wawancara tradisional

Anda mungkin juga menyukai