GENRE MAKRO
1. Pengertian: genre yang digunakan untuk menamai semua jenis teks dalam keseluruhan.
2. Jenis-jenis Genre Makro :
§ Genre Percakapan Telepon
§ Genre Wawancara
§ Genre Berita
§ Genre Layanan Jual-Beli
§ Genre Artikel
§ Surat Lamaran Kerja
§ Surat Dinas
§ Genre Ulasan
Genre Percakapan Telepon
Percakapan dapat terjadi antara dua orang atau lebih. Percakapan dapat dibagi berdasarkan
dua kondisi yaitu formal dan informal. Percakapan formal akan terjadi jika berada di tempat
formal atau dengan orang yang lebih tua. Adapun untuk percakapan informal dapat terjadi di
mana saja dan kapan saja. Percakapan antara dua orang di telepon merupakan contoh dari
percakapan formal dan bisa juga termasuk dalam percakapan tidak formal. Berkomunikasi
melalui telepon termasuk dalam jenis komunikasi tidak langsung. Meski begitu, kalimat yang
diucapkan melalui pesawat telepon harus mencerminkan etiket kesantunan dan juga keefektifan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi melalui telepon, yaitu salam
pembuka pembicaraan, menyatakan identitas diri, saat menerima telepon, menutup
pembicaraan,waktu bertelepon, sikap bertelepon, dan efisien.
Contoh 1:
Dina : Halo, Selamat siang, Bu. Saya Dina, bisa berbicara dengan Jelita?
Ibu : Bisa, tunggu sebentar ya.
Dina : Iya, Bu.
Jelita : Halo, ada apa Dina?
Dina : Maaf ya aku mengganggu jam istirahatmu. Aku hanya mau mengingatkan jangan lupa
nanti sore untuk membawa semua nota pengeluaran kegiatan kemah kemarin. Karena, hari ini
mau aku rekap.
Jelita : Iya tidak apa Dina, nanti aku akan membawa semua nota dan catatan yang diperlukan
saat rapat. Terima kasih ya sudah mengingatkan.
Dina : Iya, sama-sama. Sudah ya. Selamat siang. Terima kasih.
Jelita : Iya, sama-sama. Selamat siang.
Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam membuat percakapan dalam telepon. Kita tidak
diperbolehkan menebak siapa si penerima telepon tanpa mengecek terlebih dahulu. Langsung
berbicara tanpa mengecek siapa si penerima dapat menyebabkan ketidaksopanan. Contoh di atas,
merupakan contoh percakapan melalui telepon yang benar dan sesuai dengan etika kesantunan.
Berikut ini, adalah contoh percakapan dalam telepon yang kurang atau tidak santun:
Contoh 2:
Sherly : Hallo? Ini Jelita ya?
Ibu : Maaf, ini siapa?
Sherly : Oh, ini Sherly, Jelita ada? Bisa panggilkan?
Ibu : Jelita belum pulang, dia masih mengikuti bimbingan belajar. Ada pesan?
Sherly : Yah, ya udah deh, pesan aja ya kalau besok jangan lupa bawa buku paketnya soalnya
saya mau pinjam. Sampaikan ya Bu.
Ibu : Iya, nanti saya sampaikan
Sherly : Makasih ya
Ibu : Sama-sama
Pada contoh kedua, terlihat jelas bahwa penelpon bersikap dan menggunakan kata-kata yang
tidak sopan. Percakapan pada contoh kedua tidak sesuai dengan etika kesantunan.
Berikut ini satu lagi contoh percakapan antara dua orang di telepon:
Contoh 3:
Percakapan ini terjadi pada pukul 22.30
Contoh di atas menunjukkan tidak adanya etika kesantunan dalam berkomunikasi melelui
telepon. Pertama, penelepon tidak menyampaikan permohonan maaf kepada penerima telepon.
Kedua, penelepon menelepon melebihi jam 22.00 dengan keperluan tidak mendesak atau tidak
begitu penting.
Genre Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara
narasumber dan pewawancara.
Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara
melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
Wawancara biasanya dilakukan oleh satu atau dua orang wartawan dengan seseorang atau
sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya dilakukan atas permintaan atau
keinginan wartawan yang bersangkutan.
Bentuk-bentuk wawancara antara lain:
1. Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.
2. Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.
3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon.
4. Wawancara pribadi.
5. Wawancara dengan banyak orang.
6. Wawancara dadakan / mendesak.
7. Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat,
seniman, olahragawan dan sebagainya.
Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
· Wawancara bebas
Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun
harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-
hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali. Wawancara bertujuan agar responden memiliki
kontrol atas proses wawancara. Dalam hal ini, responden memiliki kontrol yangsignifikan terhadap
materi, panjangnya jawaban, iklim wawancara, dan formalitas. Pertanyaan cenderung terbuka dan netral
untuk memberikan kesempatan maksimal pada responden dankebebasan untuk merespon. Wawancara
non direktif yang khas adalah jurnalistik, sejarah lisan, investigasi, konsultasi, ulasan kerja, dan
pemecahan masalah.