Anda di halaman 1dari 10

LANGKAH IV

MENGAJUKAN PERTANYAAN DESKRIPTIF

TUJUAN:

1. Untuk melaksanakan etnografis


2. Untuk memahami proses perkembangan hubungan dengan informan
3. Untuk m,engumpulkan sampel dari percakapan informan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan deskriptif

Wawancara etnografis meliputi dua proses yang berbeda namun saling melengkapi, yaitu
mengembangkan hubungan dan memperoleh informasi. ‘mengembangkan hubungan’ mendorong
informan untuk menceritakan budaya yang dimilikinya, sedangkan ‘memperoleh informasi’
membantu pengembangan hubungan. Dalam langkah ini kita akan mempelajari hubungan dan
membahas sifat dasar pertanyaan-pertanyaan etnografis, khususnya pertanyaan deskriptif.

Proses hubungan

Hubungan merujuk pada suatu hubungan harmonis antara etnografer dengan informan. Hal ini
berarti bahwa pengertan dasar dari suatu kepercayaan telah berkembang sehingga memungkin
adanya arus informasi secara bebas. Baik etnografer maupun informan mempunyai perasaan yang
positif terhadapt wawancara, dan bahkan mungkin menikmatinya. Dalam hal ini, hubungan tidak
perlu berarti persahabatan yang erta atau kedekatan yang mendalam diantara dua orang. Bila rasa
saling hormat dapt berkembang diantara dua orang yang secara khusus Saling tidak menyukai
satu sama lain, hubungan tetap dapat terjalin walaupun tidak ada kasih sayang.

Oleh karena hubungan yang harmonis didefinisikan secara budaya dalam setiap masyarakat,
maka tidaklah mungkin untuk mengidentifikasi berbagai persyaratan umum yang dapat
membangun hubungan. Oleh karena itu, etnografer harus memebri perhatian khusus pada
hubungan persahabatan di masing-masing suasana budaya untuk mempelajari berbagai segi yang
bersifat lokal, segi-segi yang terikat pada budaya yang membangun hubungan. Sebagai contoh,
ketika saya melakukan wawancara dengan informan yang berasal dari suku Indian Kwakiutl di
British Columbia, saya mengamati kawan-kawan dan anggota kekerabatan duduk bersama dalam
keadaan diam untuk waktu yang lama. Walaupun sulit, saya belajar untuk duduk dengan diam dan
berbicara lebih lambat. Hubungan yang saya peroleh dengan menggunakan pola lokal ini memberi
kontribusi dalam memperoleh keberhasilan wawancara.

Satu-satunya karakteristik hubungan yang universal kemungkinan adalah bahwa hubungan itu
berubah dan berfluktuasi sepanjang waktu. Pada pertemuan pertama, seorang calon informan
mungkin tampak menunjukkan semangatdan minat untuk bekerjasama. Selama wawancara
pertama, informan yang lain, setelah beberapa kali wawancara yang dilakukan dengan cara yang
harmonis, justru menjadi curiga dan bosan.

Walaupun kadang-kadang tidak dapat prediksi, hubungan sering kali berkembang secara terpola.
Saya akan menegaskan suatu model proses hubungan dalam wawancara etnografis. Model ini
akan memberikan permasalahan yang muncul dalam hubungan antara etnografer dan informan.
Proses hubungan, apabila berjalan dengan baik, biasanya akan melalui beberapa tahapan berikut
ini.

Saya akan membahas beberapa tahapan ini dengan memfokuskan pada interaksi yang
berlangsung selama wawancara. Dalam melakukan hal ini, kita tidak boleh mengabaikan konteks
yang lebih luas dari penelitian lapangan itu. kebanyakan etnografer akan melakukan pengamatan
terlibat pada waktu yang sama. Dengan cara demikian, mereka menemui informan kunci ketika
mereka bekerja, mengunjungi kiawan, menikmati waktu istirahat, dan melakukan berbagai aktivitas
biasa. Pertemuan ini sangat banyak membantu terjalinnya hubungan, jika dibandingkan dengan
pertemuan yang terjadi selama wawancara yang aktual. Dalam kondisi semacam ini, hubungan
dapat berkembang dengan sangat cepat menuju suatu kerja sama baik. dalam hal ini,hubungan
masih berlangsung melalui beberapa tahapan. Sering kali seorang etnografer ingin melakukan
wawancara dengan orang yang tidak ditemuinya di saat pengamatan teribat. Namun demikian,
hubungan masih berlangsung secara positif.

Keprihatinan

Wawancara etnografis selalu dimulai dengan perasaan ketidakpastian, perasaan keprihatinan.


Perasaan ini muncul baik pada etnografer yang sudah berpengalaman maupun pemula. Setiap kali
saya melakukan kontak dengan seorang gelandangan dan menanyakan kepadanya kapan dia
dapat bercakap-cakap dengan saya, saya prihatin dan merasakan bahwa setiap calon informan
mempunyai perasaan yang hampir sama. Kadang-kadang keprihatinan hanya tampak sekilas;
tetapi pada saat yang lain informan menunjukkan kegelisahan dan kecurigaan yang sangat
kentara. Saya ingat pada seorang gelandangan yang tampak begitu gelisah. Saya menerangkan
tujuan saya dan mulai mengajukan beberapa pertanyaan, tetapi saya hanya mendapatkan jawaban
yang singkat dan kaku.

Keprihatinan yang ekstrem memang jarang terjadi, tetapi perasaan ketidakpastian yang menyertai
kontak pertama dalam satu atau dua kali wawancara merupakan hal yang biasa. Informan tidak
mengerti apa yang diharapkan, tidak memahami secara sungguh-sungguh tujuan dan motif yang
ada pada diri etnografer. Baik etnografer maupun informan tidak yakin bagaimana orang lain akan
mengevaluasi jawaban yang diberikan.

Kenyataan bahwa wawancara etnografis dimulai dengan adanya beberapa ketidak pastian dalam
hubungan itu dapat membantu para etnografer pemula untuk bersikap dan menerima kenyataan
ini. pada saat yang sama, ada beberapa hal yang dapat membantu untuk melalui tahapan
keprihatinan dalam wawancara. Hal yang paling penting adalah agar informan bersedia untuk
berbicara. Sebagaimana yang akan kita lihat nanti dalam langkah ini, beberapa pertanyaan
deskriptif secara khusus amat bermanfaat untuk memulai percakapan dan membuat informan
bebas untuk berbicara. Biasanya tidak menjadi masalah apa yang dibicarakan oleh seseorang;
yang diharapkan adalah bahwa informan berbicara banyak pada dua pertemuan yang
pertama.ketika informan berbicara, maka etnografer mempunyai kesempatan untuk
mendengarkan, menunjukkan perhatian, serta menunjukkan respons dengan cara yang tidak
dipertimbangkan. Respons semacam ini merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi
keprihatinan seorang informan. Mereka menyampaikan persetujuan dan kepercayaan. Oleh karena
itu, salah satu prinsip yang paling penting untuk wawancara pertama adalah membuat agar
informan terus berbicara.

Penjajagan

Keprihatinana biasanya memberikan jalan secara cepat kearah pejajagan. Dalam tahap proses
hubungan ini, baik etnografer maupun informan mulai mencoba hubungan yang baru. Secara
bersama-sama mereka mencoba menemukan bagaimana orang lain dari hubungan yang terjalin
itu. penjajagan adalah saat untuk mendengarkan, mengamati dan menguji. Apa yang diharapkan
untuk hal yang saya katakan? Dapatkah ia dipercaya? Akan dapatkah dia menjawab pertanyaan-
pertanyaan saya? Apa yang sesungguhnya diharapkannya dari wawancara ini? apakah saya
menjawab pertanyaan itu sebagaimana seharusnya? Apakah dia benar-beanr ingin mengetahui
hal-hal yang saya ketahui? Beberapa pertanyaan ini sering kali tidak terkatakan, tetapi ada.
Penjajagan merupakan proses alamiah untuk mengenali suatu bidang baru. Walaupun masing-
masing pihak mulai melakuklan penjajagan secara langsung, namun tetap muncul suatu masalah,
yakni bahwa kedua memasuki tahapan penjajagan yang sedang berkembang sepenuhnya. Hal ini
mungkin terjadi ketika masing-masing pihak menjadi tertawa terhadap sesuatu yang dikatakan,
atau ketika informan tampak menyinggung suatu permasalahan yang menarik, atau ketika
etnografer secara mental mengabaikan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan dan justru
membicarakan sesuatu hal yang lain. Bila perasaan bersama seperti itu muncul, maka terciptalah
perasaan senang. Kemudian keduanya dapat mulai menjajagi dengan kebebasan yang lebih
besar.

Ada tiga prinsip penting yang memudahkan terciptanya proses hubungan selama tahapan ini.
pertama, membuat penjelasan berulang. Datu pernyataan sederhana mungkin sudah dirasakan
mencukupi:

“sebagaimana saya katakan sebelumnya, saya tertarik untuk menemukan cara anda
membicarakan berbagai hal,cara anda melihat berbagai hal. Saya ingin memahami berbagai hal
dari sudut pandang Anda.”

Dalam hal ini, kita tidak berani mengasumsikan bahwa informan menghargai bentuk wawancara
etnografis hanya atas dasar penjelasan yang pertama. pengulangan sebelum masing-masing
wawancara, selama wawancara, dan pada akhir wawancara akan memberikan banyak
keuntungan.

Kedua, menegaskan kembali hal-hal yang dikatakan oleh informan. Dengan menggunakan prinsip
ini, etnografer akan memilih kalimat dan istilah kunci yang digunakan oleh informan dan
menegaskan kembali. Penegasan kembali dengan cara seperti ini akan mendorong munculnya
penjelasan hal-hal yang telah dikatakan oleh informan. Penegasan kembali menunjukkan adanya
perhatian dalam mempelajari bahasa dan budaya informan.

Penegasan kembali mewujudkan sikap yang tidak ditentukan sebelumnya sehingga memberikan
kontribusi pada terbentuknya hubungan. Ketika seorang etnografer menegaskan kembali hal-hal
yang dikatakan oleh seorang informan, maka ia sudah menyampaikan suatu pesan yang tegas dan
tidak menyatakan.

“saya memahami hal yang Anda katakan. Saya sedang belajar. Hal yang Anda katakan itu sangat
bernilai bagi saya.”
Penegasan kembali harus dibedakan dengan interpretasi ulang, yakni suatu proses yang
didalamnya pewawancara menegaskan hal-hal yang diaktakan orang lain dengan kata-kata yang
berbeda. Interprtasi ulang akan mendorong informan untuk menerjemahkan, sedangkan
penegasan kembali akan mendorong informan untuk membicarakan hal-hal tertentu dengan
bahasa awam, bahasa kesehariannya.

Prinsip ketiga, jangan mencari maknanya, tetapi carilah kegunaannya. Para etnografer pemula
sering kali terlalu memperhatikan makna dan motif. Mereka cenderung untuk menekan informan
dengan pertanyaan-pertanyaan seperti “ apa yang Anda maksud dengan hal itu?” dan Mengapa
Anda melakukan hal itu?” pertanyaan-pertanyaan itumengandung unsur penentuan yang
tersembunyi. Pertanyaan-pertanyaan itu lebih keras daripada kata-kata, dan seolah-olah
meneriakkan, “Anda belum bicara dengan jelas. Anda belum menerangkan secara tepat. Anda
menyembunyikan alasan-alasan yang sesungguhnya dalam hal yang Anda katakan kepada saya.”

Wawancara etnografis berbeda dari pendekatan lain karena tidak adanya pertanyaan menyelidik,
seperti menggunakan kata tanya “mengapa” dan “apa yang anda maksudkan”.

Sekarang saya hendak membedakan antara pertanyaan mengapa (why question) dengan
pertanyaan makna (meaning question) dengan suatu strategis untuk menanyakan kepada informan
perihal cara mereka menggunakan bahasa keseharian mereka. Suatu istilah asing yang muncul
dalam wawancara dengan para gelendangan adalah “days hanging”. Saya mendengar seorang
informan mengatakan,

“i had twenty days hanging soI pled guilty and asked the judge for the alcoholism treatment center.”

Gelandangan yang lain menyebutkan kembali,

“well, I left town because I had a lot of days hanging.”

Beberapa gelandangan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat langsung. Mulanya,


saya menanyakan berbagai hal seperti:

“why did you have twenty days hanging?”

“ why did you leave town?”

Dan

“what do you mean you had twenty days hanging?”


Bagaimanapun, gaya bertanya seperti ini akan memaksa jawaban informan demi kepentingan
saya.

“well, I had twenty days hanging because I’d made the bucket four times in a row.”

“I left town ‘cause I knew I’d do hard time.”

Dan terjemahan semacam itu masih membutuhkan adanya penyelidikan lebih lanjut dengan
pertanyaan “mengapa”:

“why did you have twenty days?”

“what do you mean, did hard time?”

Pertanyaan semacam itu memberitahukan kepada informan bahwa etnografer belum memperoleh
kejelasan. Dengan cara yang halus, yang tidak terucapkan, pertanyaan semacam ini menekan
informan untuk menggunakan keahlian mereka dalam menerjemahkan.

Begitu waktu berlalu, saya memperoleh gamabran bahwa yang terbaik bagi saya bukanlah mencari
maknanya, tetapi mencari kegunaannya. Makna budaya muncul dari pemahaman dalam hal orang
menggelandangan itu, saya akan menegaskan kembali, baru kemudian menanyakan bagaimana
kalimat itu digunakan.

Pertanyaan mengenai kegunaan merupakan prinsip pengarah yang mendasari semua wawancara
etnografis. Ketika dikombinasikan dengan penegasan kembali dan pembuatan penjelasan yang
berulang, maka wawancara etnografis biasanya bergerak dengan cepat menuju tahap penjajagan.

Kerja Sama

Dengan berjalannya waktu, proses hubungan akan bergerak ke tahapan berikutnya, yaitu kerja
sama (coorperation). Beberapa informan sering kali bekerjasama sejak awal wawancara yang
pertama, tetapi tahapan ini melibatkan kerja sama yang lebih kompleks yang didasarkan pada rasa
saling percaya. Dengan hilangnya ketidakpastian, maka etnografer dengan informan mengetahui
apa yang diharapkan dari masing-masing pihak. Mereka satu sama lain sama sekali tidak merasa
khawatir akan berbuat salah, atau salah dalam menanyakan, atau salah dalam menjawab
pertanyaan. Semakin lama kedua orang itu akan semakin memperoleh kepuasan dalam
pertemuan untuk membicarakan sesuatu. Informan mungkin menawarkan informasi personal dan
merasa bebas untuk menanyakan berbagai pertanyaan dari etnografer. Dan yang paling penting,
keduanya sama-sama mengetahui bahwa tujuan wawancara itu adalah untuk menemukan budaya
informan dalam bahasa informan. Sekarang informan dapat secara spontan mengoreksi etnografer
itu:

“tidak, saya tidak mau mengatakan ‘polisi menangkap saya’, tetapi ‘seorang pengacau menjemput
saya’”.

Partisipasi

Tahapan akhir dari proses hubungan adalah partisipasi. Setelah berminggu-minggu bekerja
secaraq rapat dengan informan, kadang-kadang suatu dimensibaru ditambahkan kedalam
hubungan itu, satu dimensi yang didalamnya informan mengenal dan menerima peran mengajar
dari etnografer itu. ketika hal itu terjadi, ada suatu perasaan kerja samaserta partisipasi penuh
yang meningkat dalam penelitian itu. informan mulai mengambil peran yang lebih tegas, yakni
memberi informan baru agar menjadi perhatian bagi etnografer itu dan memberi bantuan dalam
upaya menemukan pola-pola dalam kebudayaan mereka. Informan mungkin mulai menganalisis
kebudayaannya, tetapi selalu dari kerangka acuannya sendiri. Di sela-sela waktu wawancara,
informan selalu mencari informasi yang relevan dengan tujuan etnografi. Tidak semua informan
mencapai tahapan akhir dalam partisipasi. Jikapun mencapainya, informan sepertimenjadi
pengamat terlibat dalam lingkup budayanya sendiri. Dalam hal seperti ini, peran etnografer
selanjutnya adalah membantu informan/pengamat terlibat untuk mencatat hal-hal yang
diketahuinya.

Membangun hubungan merupakan suatu proses yang kompleks, proses yang harus selalu
dimonitor oleh etnografer ketika mulai melakukan penelitian lapangan. Dalam melakukan
wawancara etnografis, proses ini dipermudah oleh prinsip-prinsip berikut: menyimpan pembicaraan
informan; jangan menanyakan makna, tetapi mencari kegunaannya. Jika dikombinasikan dengan
pertanyaan-pertanyaan etnografis, permasalahan hubungan biasanya akan berkembang secara
luwes dari tahapan keprihatinan hingga mencapai tahapan kerjasama, bahkan sampai tahapan
partisipasi.

Beberapa pertanyaan etnografis

Dalam kebanyakan bentuk wawancara, pertanyaan adalah hal yang berbeda dari jawaban.
Pewawancara mengajukan pertanyaan, pihak lain-nya menjawab pertanyaan itu. pemisahan ini
sering kali berarti bahwa pertanyaan dan jawaban berasal dari dua sistem makna budaya yang
pertanyaan san jawaban berasal dari dua sistem makna yang berbeda. Para peneliti dari suatu
lingkup budaya yang berbeda dan menggambarkan kerangka acuan yang berbeda dalam
memberikan jawaban. Jenis wawancara seperti ini mengasumsikan bahwa pertanyaan dan
jawaban merupakan unsur-unsur yang terpisah dalam pemikiran manusia. Dalam studi mengenai
budaya lain, hal ini sering kali mengakibatkan distorsi.

Wawancara etnografis, di lain pihak, dimulai dengan asumsi bahwa urutan pertanyaan-jawaban
merupakan satu unsur tunggal dalam pemikiran manusia. Pertanyaan selalu mengimplikasikan
jawaban. Statemen apapun selalu mengimplikasikan pertanyaa. Asumsi ini tetap berlaku dan benar
adanya sekalipun pertanyaan dan jawaban masih belum ditegaskan. Dalam wawancara etnografis,
pertanyaan maupun jawaban harus ditemukan dari informan. Mary Black dan Duane Metzger
meringkas sudut pandang ini,....

Ketika mempelajari kebudayaan lain ada tiga cara untuk menemukan permasalahan. Pertama,
etnografer dapat mencatatan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang dalam
kehidupan setiap hari. Kedua, etnografer dapat meneliti secara langsung pertanyaan-pertanyaan
yang digunakan oleh para partisipan dalam suatu lingkup kebudayaan.

Strategi ketiga untuk menemukan permasalahan adalah cara sederhana meminta informan untuk
membicarakan suatu lingkup budaya tertentu.

Pertanyaan deskriptif

Pertanyaan deskriptif mengambil “keuntungan dari kekuatan bahasa untuk menafsirkan setting”
(charles O. Frake 1964a: 143). Etnografer perlu mengetahui setidaknya satu setting yang
didalamnya informan menjalankan aktivitas rutinnyanya.

Satu prinsip kunci dalam mengajukan pertanyaan deskriptif adalah memperluas pertanyaan
cenderung memperluas jawaban. Walaupun pertanyaan seperti, “dapatkah Anda menceritakan
kepada saya, seperti apa penjara itu?” merupakan suatu pertanyaan deskriptif, namun pertanyaan
ini membutuhkan perluasan. Jadi, tidak dalam bentuk yang sesingkat itu, maka saya dapat
mengatakan,.....

Pertanyaan deskriptif bertujuan untuk memperoleh sampel ungkapan dalam jumlah yang besar
dalam bahasa asli informan.

1. Pertanyaan grand tour


Suatu pertanyaan grand tour mendalihkan suatu pengalaman yang dialami oleh etnografer
ketika kali pertama mempelajari suatu lingkup budaya. Pertanyaan grand tour mendorong
informan untuk terus menerus berbicara. Ada empat tipe cara pertanyaan itu diajukan:
1.1 pertanyaan grand tour tipikal. Perihal bagaimana hal itu biasanya terjadi.
1.2 Pertanyaan grand tour spesifik. Pertanyaan spesifik mengenai hari ini, serangkaian
peristiwa yang paling baru, atau yang paling diketahui oleh informan.
1.3 Pertanyaan grand tour terbimbing. Meminta informan untuk memberikan jawaban grand
tour aktual.
1.4 Pertanyaan grand tour yang berhubungan dengan tugas. Pertanyaan ini meminta informan
untuk melakukan beberapa tugas sederhana yang membantu deskriptif.
2. Pertanyaan mini tour

LANGKAH IV MENGAJUKAN PERTANYAAN DESKRIPTIF HAL 107-124

- TUJUAN
- PROSES HUBUNGAN
 KEPRIHATINAN
 PENJAJAGAN
 KERJASAMA
 PARTISIPASI
- BEBERAPA PERTANYAAN ETNOGRAFI
- PERTANYAAN DESKRIPTIF
1. PERTANYAAN GRAND TOUR
2. PERTANYAAN MINI TOUR
3. PERTANYAAN CONTOH
4. PERTANYAAN PENGALAMAN
5. PERTANYAAN BAHASA ASLI

Anda mungkin juga menyukai