NIM : D0116007
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara A
Mata Kuliah : Metode Penelitian Administrasi
Frake, “Sebuah deskripsi suatu kebudayaan, sebuah etnografi, dihasilkan oleh sebuah
catatan etnografis dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam suatu masyarakat dalam suatu
periode waktu tertentu, yang tentu saja meliputi berbagai tanggapan informan terhadap
etnografer dengan berbagai pertanyaan, tes dan perlengkapannya (1964b: 111). Proses arus
balik dalam menuliskan etnografis:
Hubungan timbal balik ini menegaskan bahwa masing-masing langkah dalam studi
etnografi melibatkan terjemahan dan menuntut adanya suatu pertimbangan yang cermat
terhadap proses terjemahan.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam membuat catatan Etnografis adalah sebagai berikut:
Prinsip Identifikasi Bahasa: Prinsip ini dapat ditegaskan secara sederhana, yaitu
mengidentifikasikan bahasa yang digunakan untuk masing-masing judul lapangan.
Tujuannya adalah agar didapat catatan etnografis yang menggambarkan berbagai
perbedaan yang sama dalam penggunaan bahasa sebagaimana situasi lapangan yang
aktual.
Prinsip Harfiah: Dalam pembuatan suatu penelitian harusnya kita membuat sebuah
catatan harfiah tentang hal-hal yang dikatakan oleh informan. Salah satu cara terbaik
dalam membuat suatu catatan harfiah adalah dengan merekam semua kegiatan
wawancara.
Jenis-Jenis Catatan Lapangan. Ada beberapa catatan lapangan yang berbeda yang
akan menjadi sebuah catatan etnografis, yaitu:
Laporan ringkas, yaitu semua catatan yang dilakukan selama wawancara actual atau
observasi lapangan yang menunjukkan sebuah versi ringkas apa yang sesungguhnya
terjadi.
Laporan yang diperluas, Secepat mungkin setelah tiap-tiap pertemuan dilapangan,
etnografer harus menuliskan secara detail dan mengingat kembali berbagai hal yang
tidak tercatat secara cepat. Transkrip wawancara merupakan contoh dari suatu
laporan perluasan yang paling lengkap.
Jurnal Penelitian Lapangan adalah catatan yang berisi pengalaman, ide, kekuatan-
kekuatan, kesalahan, kebingungan, terobosan-terobosan, dan berbagai permasalahan
yang muncul dalam penalitian lapangan tersebut. Jurnal ini merupakan ungkapan apa
yang peniliti rasakan terhadap informan (perasaan).
• Analisis dan Intepretasi merupakan catatan yang berisi mengenai makna budaya,
berbagai interpretasi dan pandangan mengenai budaya yang dipelajari. Pada catatan
ini merupakan tempat peneliti untuk menuangkan buah-buah pemikiranya tentang
budaya yang sedang diteliti dapat bersumber dari perspektif teori, informan dan lain-
lain.
Dalam langkah ketiga ini diperlukan perekaman, catatan ringkas, agar tidak lupa
informasi yang didapatkan. Penulisan jurnal penelitian lapangan harus mencantumkan
tanggal penelitian, lokasi penelitian, jam dimulainya penelitian dan jam berakhirnya
penelitian.
Langkah 4: Mengajukan Pertanyaan Deskriptif
Dalam wawancara etnografis meliputi dua proses yang berbeda namun saling
melengkapi, yaitu mengembangkan hubungan dan mencari informasi. Proses hubungan
menunjuk pada hubungan yang harmonis antara etnografer dan informan. Meskipun tidak
selalu dapat diprediksikan, hubungan terkadang berkembang secara terpola. Proses hubungan
yang baik biasanya berjalan dengan tahapan yaitu keprihatinan, penjajagan, kerjasama, dan
partisipasi.
Keprihatinan: Wawancara etnografis selalu dimulai dengan suatu ketidakpastian yang
menimbulkan keprihatinan. Hal yang paling penting dalam tahap ini bukanlah apa
yang dibahas, melainkan seberapa banyak informan bersedia berbicara dalam
pertemuan pertama.
Penjajagan merupakan suatu proses untuk mengenali suatu bidang baru yang dapat
dilakukan dengan mendengarkan, mengamati, dan menguji.
Kerjasama harus dibangun lebih kompleks yang didasarkan atas rasa saling percaya
sehingga informan tidak lagi takut saat menjawab pertanyaan dari etnografer maupun
memberikan feed back bagi etnografer.
Partisipasi merupakan satu dimensi dimana informan mengenal dan menerima peran
mengajari etnografer itu.
Pertanyaan etnografis dapat ditanyakan dengan menemukan permasalahan yang
dapat ditemukan dengan cara sebagai berikut:
Etnografer dapat mencatat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang-orang dalam
kehidupan setiap hari.
Etnografer dapat meneliti secara langsung pertanyaan-pertanyaan yang digunakan
oleh para partisipan.
Meminta informan untuk membicarakan suatu lingkup budaya tertentu.
Pertanyaan deskriptif bertujuan untuk memperoleh sampel ungkapan dalam jumlah
besar melalui bahasa asli informan. Prinsip kunci adalah dengan memperluas pertanyaan
cenderung memperluas jawaban. Ada 5 pertanyaan deskriptif dan sub tipe, berdasarkan pada
lingkup budaya yang dipilih untuk diteliti, yakni:
Pertanyaan Grand Tour: Pertanyaan ini mendalihkan pengalaman etnografer ketika
pertama kali mempelajari suatu lingkup budaya.
Grand tour tipikal
Grand tour spesifik
Grand tour terbimbing
Grand tour yang berhubungan dengan tugas
Pertanyaan Mini-Tour: Identik dengan pertanyaan grand tour, berkaitan dengan unit
pengalaman yang jauh lebih kecil.
Pertanyaan Contoh: Pertanyaan ini mengambil beberapa tindakan atau peristiwa
tunggal yang diidentifikasikan oleh informan dan meminta sebuah contoh.
Pertanyaan Pengalaman: Tipe pertanyaan sekedar menanyakan kepada informan
mengenai pengalaman apa pun yang mereka miliki dalam beberapa setting tertentu.
Pertanyaan Bahasa-Asli: Pertanyaan bahasa-asli didesain untuk meminimalisir
pengaruh kemampuan informan untuk menerjemahkan.
Langkah 5: Melakukan Analisis Wawancara Etnografis
Penentuan tema budaya ini boleh dikatakan merupakan puncak analisis etnografi.
Keberhasilan seorang peneltii dalam menciptakan tema budaya, berarti keberhasilan dalam
penelitian. Tentu saja, akan lebih baik justru peneliti mampu mengungkap tema-tema yang
orisinal, dan bukan tema-tema yang telah banyak dikemukakan peneliti sebelumnya.
Beberapa etnografer menyampaikan suatu pengertian tentang keseluruhan budaya atau
suasana budaya dengan menggunakan pendekatan inventarisir (inventory approach) kemudian
mengidentifikasikan dan membaginya ke dalam kategori-kategori seperti kekerabatan,
kebudayaan material, dan hubungan sosial. Dalam hal ini, perlu menemukan tema-tema konseptual
yang digunakan oleh anggota masyarakat dalam menghubungkan domain-domain ini.
Tema–Tema Budaya
Konsep tentang tema memiliki akar dalam gagasan yang umum, yakni bahwa kebudayaan
adalah lebih dari potonga-potongan kebiasaan. Untuk tujuan penelitian etnografi, tema budaya
didefinisikan sebagai prinsip kognitif yang bersifat tersirat maupun tersurat, berulang dalam
sejumlah domain dan berperan sebagai suatu hubungan diantara berbagai subsistem makna
budaya.
Prinsip Kognitif
Tema-tema budaya merupakan unsur-unsur dalam peta kognitif yang membentuk suatu
kebudayaan. Parinsip kognitif adalah suatu yang dipercaya oleh masyarakat, dan diterima sebagai
sesuatu yang sah dan benar. Prinsip kognitif juga sebagai suatu asumsi umum mengenai
pengalaman mereka.
Tersirat atau Tersurat
Tema-tema budaya kadang kala tampak seperti peribahasa rakyat, pepatah, atau ekspresi
yang berulang. Kebanyakan tema budaya masih berada dalam level pengetahuan yang tersirat.
Dalam hal ini etmografer harus membuat kesimpulan mengenai berbagai prinsip yang ada.
Tema sebagai hubungan
Tema berperan sebagai hubungan semantik umum diantara berbagai domain. Salah satu
syarat untuk menemukan domain adalah dengan mencari hubungan diantara berbagai domain itu.
Pada bab terdahulu saya mengaskan bahwa analisi etnografis terdiri atas pencarian: (a) bagian-
bagian suatu kebudayaan (b) hubungan diantara berbagai bagian itu. (c) hubungan dari bagian-
bagian itu dan keseluruhannya. Pada bab in saya akan menyajikan sejumlah strategi untuk
melaksanakan analisis tema.
Beberapa Strategi Untuk Membuat Suatu Analisi Tema
Teknik pembuatan suatu analisis tema kurang berkembang secara baik dibandingkan
dengan teknik yang digunakan pada tipe-tipe analisis lain yang disajikan dalam buku ini. Hal
berikut adalah beberapa strategi yang telah saya peroleh dari penelitian saya sendiri, dari karya
para etnografer lain, serta berbagai saran dari mahasiswa saya. Bidang analisis budaya ini
membutuhkan sangat banyak eksperimentasi daari para etnografer.
Melebur
Strategi ini yakni dengan memutuskan diri kita dari kepentingan dan perhatian yang lain,
dengan mendengarkan informan bejam-jam sampai selesai, dengan berpartisipasi dalam
suasana budaya dan dengan membiarakan kehidupan kita dialihkan oleh kebudayaan bariu
itu, tema-tema seringkali akan muncul.
Strategi berikutnya adalah strategi yang dirancang untuk melaksanakan suatu peleburan
total di dalam data anda. Jika mungkin, adalah ide yang baik untuk melaksanakan strategi
berikutnya tanpa memutus waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan lain.
Membuat Inventarisasi Budaya
Pada titik ini, penelitian terhadap catatan etnografis anda telah berkembang menjadi
demikian besar. Pada saat ini, inilah waktunya untuk membuat suatu inventarisasi berperan
besar untuk meninjau kembali pada hal-hal yang telah anda punyai, menunjukkan
kesenjangan dalam data, serta membantu dalam pelaksanaan peleburan secara lebih
mendalam yang amat dibutuhkan dalam menemukan tema-tema budaya.
Hal-hal berikut adalah beberpa cara khusus untuk menginventarisasikan data anda, dan
anda pun dapat menambahkan hal lain ke dalam daftar ini:
Buatlah daftar berbagai domain budaya
Buatlah suatu daftar berbagai domain yang mungkin tidak teridentifikasikan
Kumpulkan sket peta-peta
Buatlah daftar contoh-contoh
Inventarisir data yang beraneka macam
Membuat Suatu Analisis Komponen untuk Berbagai Domain Bahasa Asli Informan
Setelah melakukan inventarisasi, anda telah mempunyai dasar untuk melakukan analisis
komponen dengan menggunakan semua istilah pencakup sebagai suatu rangkaian kontras.
Domain makro ini dapat dirujuk sebagai sesuatu yang diketahui oleh informan.
Mencari Kemiripan diantara Berbagai Dimensi Kontras
Strategi lain untuk menemukan tema-tema budaya adalah dengan mempelajari berbagai
dimensi kontras dari semua domain yang telah anda analisis secara detail.
Mengidentifikasi domain-domain yang mengatur
Beberapa domain dalam suatu suasana budaya akan mengorganisir berbagai macam
informasi secara dinamis secara khusus, hal ini terjadi pada domain-domain yang
didasarkan pada hubungan “X merupakan tahapan Y”. Salah satu strategi yang paling
penting untuk menemukan tema-tema budaya adalah dengan memilih satu domain yang
mengorganisir untuk analisis intensif. Jadi, kini anda dapat mengujinya dalam
hubungannya dengan yang lain untuk menemukan tema-tema budaya.
Membuat diagram skematis suasana budaya
Strategi lain untuk menemukan tema-tema budaya adalah dengan memvisualisasikan
hubungan-hubungan antara berbagai domain.
Mencari tema-tema universal
Jika dalam hubungan semantik universal tampak beberapa tema budaya universal maka
akan semakin besar pula hubungan antara berbagai domain. Daftar berikut merupakan
suatu kumpulan data yang bersifat sementara dan parsial dari berberapa tema universal atau
mendekati universal yang telah diidentifikasi oleh etnografer. Daftar ini sekedar tema-tema
yang bersifat usulan yang dapat anda temukan dalam suasana yang anda pelajari.
Konflik Sosial: Sering muncul ditengah-tengah penduduk. Konflik seringkali
masuk ke dalam tema-tema budaya dnegan cara mengorganisir sistem makna
budaya. Salah satu strateginya, dalam mempelajari masyarakat manapun adalah
dengan mencari konflik yang terjadi diantara penduduknya.
Berbagai kontradiksi budaya: Pengetahuan budaya tidak pernah konsisten dalam
setiap detailnya. Sebagian besar kebudayaan mengandung penegasan, keyakinan
dan ide yang bertentangan.
Menata hubungan sosial impersonal: Dalam banyak setting perkotaan, hubungan
impersonal membentuk suatu bagian besar dari seluruh kontak kemanusiaan.
Hampir semua budaya manapun, penduduk telah mengembangkan berbagai
strategi untuk berhubungan dengan orang yang mereka tidak kenal. Tema ini, dapat
berulang dalam berbagai domain budaya.
Mendapatkan dan mempertahankan status: Setiap masyarakat memiliki berbagai
macam status dan simbol practice. Setiap orang berupaya keras untuk mencapai dan
mempertahankan simbol tersebut. Domain budaya seringkali merefleksikan sistem
status kebudayaan dan menjadi dasar budaya yang lainnya.
Menyelesaikan masalah: Kebudayaan adalah suatu alat untuk menyelesaikan
masalah. Para etnografer biasanya berupaya menemukan permasalahan yang di
desain oleh pengetahuan budaya seseorang untuk diselesaikan. Kita dapat
menghubungkan banyak domain kebudayaan dengan menunjukkan masing-masing
domain berhubungan dengan berbagai masalah untuk diselesaikan.
Salah satu cara terbaik untuk menulis suatu etnografi adalah dengan membaca etnografi
lain. Pilihlah etnografi yang menyampaikan makna budaya lain. Pilihlah etnografi yang ditulis
dengan cara yang menjadikan budaya itu hidup sehingga membuat anda memahami orang dan cara
mereka hidup. Sifat dasar tulisan etnografi adalah sebagai bagian dari proses penerjemahan.
Proses Penerjemahan
Penerjemahan meliputi keseluruhan proses penemuan makna suatu kebudayaan dan
menyampaikan makna-makna ini kepada orang-orang dalam kebudayaan lainnya. Sebagai
penerjemah, etnografer mempunyai tugas ganda. Di satu pihak, etnografer harus masuk ke dalam
suasana budaya yang ingin diketahuinya. Etnografer harus memasuki bahasa dan pemikiran
informannya. Etnografer harus juga menjadikan simbol-simbol dan makna informan sebagai
miliknya. Salah satu alasan utama untuk menyajikan strategi analisis intensif yang dikumpulkan
secara gradual dari semantik etnografi adalah karena strategi merupakan alat yang sangat kuat
untuk mempelajari bahasa dan budaya lain. Tugas kedua dari penerjemah etnografis adalah
menyampaikan makna budaya yang telah ditemukan etnografer kepada para pembaca yang tidak
mengenal budaya atau suasana budaya itu.
Beberapa Tahapan Dalam Penulisan Etnografi
Ketika kita bergerak dari hal umum ke hal yang khusus, setidaknya terdapat enam tahapan
berbeda yang dapat diidentifikasikan dalam penulisan etnografis.
Tahap 1: Statemen-statemen universal. Statemen-statemen ini meliputi semua statemen
mengenai umat manusia, tingkah laku mereka, kebudayaan mereka atau statemen-statemen
yang mencakup semua hal.
Tahap 2: Statemen-statemen deskriptif lintas budaya. Tahapan abstraksi kedua meliputi
statemen-statemen mengenai dua masyarakat atau lebih. Statemen dalam tahap abstraksi
ini meliputi berbagai penegasan yang luas menurut beberapa masyarakat, tetapi tidak harus
untuk semua masyarakat.
Tahap 3: Statemen umum mengenai suatu masyarakat kelompok budaya. Jenis statemen
ini tampak spesifik, tetapi sebenarnya masih sangat umum.
Tahap 4: Statemen umum mengenai suatu suasana budaya yang spesifik. Kadangkala kita
dapat meringkas statemen-statemen umum pada level empat dengan kutipan dari seorang
informan. Statemen itupun masih merupakan statemen yang sifatnya sangat umum.
Penggunaan kutipan dari informan akan membantu memberikan pengertian yang cepat
serta pengenalan yang lebih erat kepada pembaca perihal kebudayaan itu, akan tetapi kita
harus mengarahkannya pada level yang lebih spesifik.
Tahap 6: Statemen insiden spesifik. penulisan yang efektif yang berfungsi
mengkomunikasikan makna suatu kebudayaan kepada pembaca akan tercapai dengan cara
membuat statemen ini menjadi statemen umum ke yang khusus. Akan tetapi dalam
pengerjaannya dilakukan dengan proporsi tertentu. Pencampuran berbagai tahap dalam
suatu proporsi yang dikehendaki tergantung pada tujuan etnografer.
Langkah-Langkah Dalam Menulis Suatu Etnografi
Langkah 1: Memilih khalayak. Karena khalayak akan memengaruhi setiap aspek dalam
etnografi, maka memilih khalayak merupakan hal pertama yang harus dilakukan.
Langkah 2: Memilih thesis. Dalam upaya untuk berkomunikasi dengan khalayak, anda
perlu mempunyai sesuatu untuk dikatakan. Seringkali, deskripsi etnografi seperti
percakapan yang berbelit-belit, tanpa tujuan. Walaupun menarik perhatian etnografer lain,
namun tulisan semacam itu tidak menarik perhatian bagi banyak pihak yang lain. Thesis
adalah suatu kesan utama. Beberapa sumber untuk menemukan suatu thesis.
Pertama, tema-tema besar yang telah anda temukan dalam penelitian etnografis merupakan
thesis-thesis yang mungkin. Kedua, suatu thesis untuk etnografi mungkin berasal dari
seluruh tujuan etnografi. Ketiga, suatu thesis dapat berasal dari literatur-literatur ilmu-ilmu
sosial.
Langkah 3: Membuat daftar topik dan garis besar. Etnografi apa saja hanya perlu
membahas aspek-aspek tertentu dari suatu kebudayaan. Selanjutnya anda hanya
menggunakan bahan yang anda kumpulkan saja. Langkah ini melibatkan peninjauan
kembali catatan-catatan lapangan anda serta inventaris budaya yang telah anda susun, dan
juga daftar topik yang anda anggap harus dimasukkan ke dalam deskripsi akhir. Jika sudah
didaftar, anda kemudian dapat membuat suatu garis besar yang dibangun di sekitar thesis
anda.
Langkah 4: Menulis naskah kasar untuk masing-masing bagian. Suatu naskah kasar hanya
dimaksudkan untuk naskah yang masih kasar, dan belum dipoles.
Langkah 5: Merevisi garis besar dan membuat anak judul. Jika suatu naskah kasar telah
dibuat untuk masing-masing bagian, maka baik sekali untuk membuat suatu garis besar
baru. Istilah-istilah asli informan seringkali dapat digunakan sebagai sub judul dalam
etnografi, sehingga membantuk menciptakan suatu pandangan yang merefleksikan
pengetahuan budaya informan anda.
Langkah 6: Mengedit langkah kasar. Kembangkan naskah kasar, garis besar dan sejumlah
sub judul yang telah ada. Kerjakan masing-masing bagian dan pada waktu yang sama tetap
mengingat seluruh deskripsi yang akan dibuat. Buatlah perubahan secara langsung pada
halaman-halaman yang sebelumnya telah anda tulis. Jika anda ingin menambahkan satu
paragraf atau satu kalimat, tuliskan paragraf atau kalimat itu pada bagian belakang halaman
atau pada sepotong kertas terpisah dengan disertai instruksi mengenai posisi paragraf atau
kalimat itu harus diletakkan.
Langkah 7: Menulis pengantar dan kesimpulan.
Langkah 8: Menuliskan kembali tulisan mengenai contoh-contoh. Contoh-contoh ini
meliputi tulisan pada tahapan abstraksi yang paling rendah.
Langkah 9: Menulis langkah akhir. Tahapan ini hanya meliputi pekerjaan pengetikan
tulisan diatas kertas atau menyuruh orang lain untuk pengetikan.