Anda di halaman 1dari 32

DESENTRALISASI FISKAL

Kelompok 5
Andreas Bayu Darmawan D0116007
Dante Hargery M. D0116017
Dimas Ratu Tiemority D0116021
Kristin Injilia K. P. D0116049
Nikmatuz Zuhra Ainy D0116073
Realdy Bagus D. P. D0116081
Retno Anggono Raras D0116083
DESENTRALISASI
PENGERTIAN DESENTRALISASI

• Secara umum, desentralisasi adalah pelimpahan wewenang atas


pengambilan keputusan (ADB, 2011).
• Secara formal, desentralisasi sebagaimana dikemukakan dalam
Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada
pasal 1 huruf e adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh
Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
• Desentralisasi merupakan sebuah alat untuk mencapai salah satu
tujuan bernegara, khususnya dalam rangka memberikan pelayanan
umum yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan
keputusan publik yang lebih demokratis.
JENIS DESENTRALISASI

Politik

A. Simanjuntak (2001) Administrasi

Fiskal
PRINSIP DESENTRALISASI

Dekonsentrasi

Berdasarkan Sifat Devolusi

Pendelegasian
FAKTOR PENDORONG
DESENTRALISASI

• Latar belakang atau pengalaman suatu negara, peranannya


dalam globalisasi dunia
• Kemunduran dalam pembangunan ekonomi
• Tuntutan terhadap perubahan tingkat pelayanan masyarakat
• Tanda-tanda adanya disintegrasi di beberapa negara
• Banyaknya kegagalan yang dialami oleh pemerintahan
sentralistis dalam memberikan pelayanan masyarakat yang
efektif.
DESENTRALISASI
FISKAL
PENGERTIAN DESENTRALISASI
FISKAL

• Desentralisasi fiskal adalah suatu proses distribusi anggaran


dari tingkat pemerintah yang lebih tinggi kepada pemerintah
yang lebih rendah untuk mendukung fungsi atau tugas
pemerintahan dari pelayanan publik.
• Perkembangan penyelenggaraan desentralisasi fiskal
menunjukan kedewasaan politik pemerintah dalam upaya
kearah demokratisasi ekonomi yang terkandung didalamnya.
TUJUAN DESENTRALISASI FISKAL

Mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan pelayanan


publik. Peningkatan perencanaan, pelaksanaan, dan anggaran
pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjamin bahwa
sumber-sumber daya pemerintah yang terbatas dapat digunakan
dengan lebih efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan
lokal.
KEUNTUNGAN DITERAPKAN DAN
BERHASILNYA DESENTRALIASI FISKAL

Efisiensi Alokasi Sumber Daya


Efisiensi

Persaingan Antar Pemerintah


Daerah

Dimensi Ekonomi Stabilitas Makro Ekonomi

Keadilan
PRINSIP UTAMA DESENTRALISASI
FISKAL

• Mempromosikan otonomi daerah,


• Perencanaan bottom-up,
• Partisipasi penuh seluruh masyarakat dalam proses yang
demokratis,
• Kendali dari Pemerintah Daerah yang lebih besar terhadap
sumber-sumber keuangan, serta
• Pembagian sumber daya yang lebih berimbang antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.
MODEL DESENTRALISASI FISKAL

Federalisme Fiskal Keuangan Federal


SYARAT KEBERH AS IL AN DESENTRALI S ASI FISKAL
(BIRD DAN VAIL L ANCOURT)

Biaya dari
pengambilan
Pengambilan
keputusan tersebut
keputusan harus
sepenuhnya harus
demokratis
ditanggung
masyarakat
SYARAT KEBERH AS IL AN DESENTRALI S ASI FISKAL
(SID IK)

• Desain,
• Proses implementasi,
• Dukungan politis,
• Kesiapan administrasi pemerintahan,
• Pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia,
• Mekanisme koordinasi,
• Perubahan sistem nilai dan perilaku birokrasi dalam memenuhi keinginan
masyarakat, dan
• Pemerintah daerah harus didukung oleh sumber-sumber keuangan yang
memadai.
PEDOMAN DESENTRALISASI FISKAL

• Pemerintah pusat capable dalam melakukan pengawasan dan


enforcement.
• Terdapat keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan
dalam melakukan pungutan pajak dan retribusi daerah.
DESENTRALISASI FISKAL
DI INDONESIA
DESENTRALISASI FISKAL DI
INDONESIA

• Tahun 2001 merupakan awal pelaksanaan desentralisasi fiskal


sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan
Undang-Undang No. 25 tahun 1999 yang secara serentak
diberlakukan di seluruh provinsi di Indonesia.
• Melalui otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintahan
daerah memiliki wewenang untuk menggali pendapatan dan
melakukan peran alokasi secara mandiri dalam menetapkan prioritas
pembangunan.
• Selain itu juga diharapkan lebih memeratakan pembangunan sesuai
dengan keinginan daerah untuk mengembangkan wilayah menurut
potensi masing-masing.
MISI DESENTRALISASI FISKAL DI
INDONESIA

Memberdayakan dan
Menciptakan efisiensi dan Meningkatkan kualitas menciptakan ruang bagi
efektivitas pengelolaan pelayanan umum dan masyarakat untuk ikut serta
sumber daya daerah kesejahteraan masyarakat (berpartisipasi) dalam proses
pembangunan
SUMBER KEUANGAN/PEMBIAYA AN
DAERAH

Pendapatan Asli Dana Perimbangan


Dana Alokasi Umum
Daerah Atau
(DAU)
(PAD) Dana Bagi Hasil (DBH)

Dana Alokasi Khusus


Pinjaman Daerah
(DAK)
TUJUAN DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA
( G R A N D D E S I G N D E S E N T R A L I S A S I F I S K A L YA N G D I T E R B I T K A N O L E H D I R E KT O R AT
J E N D E RA L P E R I M B A N G A N K E U A N G A N )

Ketimpangan vertikal dan horizontal Pendapatan dan pembiayaan yang


yang minimum efisien dan efektif

Siklus dan proses belanja daerah yang


Harmonisasi belanja pusat dan daerah
efisien dan efektif
TUJUAN DESENTRALISASI FISKAL
( R O B E RT S I M A N J U N TA K )

• Untuk memenuhi aspirasi daerah menyangkut penguasaan atas


sumber-sumber keuangan daerah
• Mendorong akuntabilitas, dan transparansi pemerintah daerah
• Meningkatkan partisipasi masyarakat dala proses pembangunan
daerah
• Mengurangi krtimpangan antar daerah
• Menjamin terselenggaranya pelayanan publik minimum di setiap
daerah
• Meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum.
KOMPONEN DESENTRALISASI FISKAL
DI INDONESIA

Otonomi dan kecukupan Otonomi dalam Privileges untuk melakukan


dalam penerimaan pengeluaran pinjaman
A L A S A N A DA N YA P E N G A R U H N E G ATI F
D E S E N T RA LI S A S I FI S KA L TE R H A DA P
P E RT UM B U H A N E KO N OM I D I N E G A RA
BERKEMBANG

• Komposisi belanja pemerintah yang tidak jelas


• Pertumbuhan yang rendah yang diakibatkan oleh penerimaan
yang kurang tepat karena tiadanya koordinasi antar level
pemerintahan
• Efisiensi anggaran desentralisasi fiscal yang terjadi karena
alokasi penerimaan anggaran dan penggunannya di daerah
sering mendapatkan halangan dari pemerintah pusat
• Dalam prakteknya seringkali pemerintah daerah tidak responsif
terhadap kebutuhan dan keinginan masyarakat setempat.
KONDISI PELAKSANAAN
DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA
KONDISI PELAKSANA AN
DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA

• Dalam UU No.33/2004 telah dinyatakan dengan tegas bahwa DAU


dibagikan dengan formula yang didasarkan atas alokasi dasar dan
kesenjangan fiskal (fiscal gap). Alokasi dasar ditetapkan terutama
berdasarkan besarnya belanja pegawai, sedangkan kesenjangan fiskal
dihitung dari selisih antara kebutuhan fiscal dan kapasitas fiskal.
Dengan masih adanya peran belanja pegawai, mendorong pemerintah
daerah untuk terus menambah jumlah pegawainya, terlepas dari
pertimbangan efisiensi pegawai. Selain itu, keberadaan variabel belanja
pegawai dalam formula DAU dianggap pula sebagai pencetus motivasi
untuk melakukan pemekaran daerah, karena bagi daerah otonom baru
sebagai hasil pemekaran, mereka akan otomatis membutuhkan
pegawai yang pembiayaannya dijamin oleh alokasi DAU.
KONDISI PELAKSANA AN
DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA

• Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk memungut


dan menentukan tarif secara terbatas (tariff maksimum telah
ditentukan oleh UU) untuk beberapa jenis pajak daerah yang
ditentukan oleh UU. Hal ini menyebabkan daerah hanya
memiliki instrumen yang terbatas untuk mengelola sisi fungsi
pendapatan.
KONDISI PELAKSANA AN
DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA

• DAU berusaha menyeimbangkan distribusi PAD dan


pendapatan yang berasal dari sumber daya alam.
Kabupaten/kota yang tidak kaya dengan sumber daya alam
menerima DAU lebih besar jika DAU itu didistribusikan murni
berdasarkan formula kesenjangan fiskal.
KONDISI PELAKSANA AN
DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA

• D.I. Yogyakarta juga mengalami pengaruh dalam desentralisasi fiskal.


Terdapat dampak pelaksanaan desentralisasi fiskal terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. PAD mempunyai hubungan yang positif dan berpengaruh
secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi hanya di Kabupaten
Sleman dan Kota Yogyakarta. Dana alokasi umum berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten
Bantul, kabupaten Sleman, kabupaten Gunung Kidul dan Kota
Yogyakarta. Peranan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi
adalah positif dan siugnifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
seluruh kabupaten/kota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
KONDISI PELAKSANA AN
DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA

• Papua merupakan salah satu daerah yang banyak mendapat manfaat dari
pelaksanaan desentralisasi. Papua juga menerima dana otonomi khusus.
Tambahan dana ini tidak hanya menambah pengeluaran pembangunannya
tetapi juga pengeluaran rutinnya, terutama gaji. Sementara Papua menerima
peningkatan anggaran dalam jumlah besar, pengeluaran mereka dengan
kategori yang berjudul “lain-lain” meningkat dengan sangat tajam, dua kali
lipat jika dibandingkan antara tahun 1999 dan 2001. Pos-pos yang
diklasifikasikan sebagai pengeluaran “lain-lain” termasuk pengeluaran yang
tidak tersangka, pensiun, dan bantuan, dan pengeluaran lain yang tidak
termasuk dalam klasifikasi sebelumnya. Dana taktis untuk dinas atau kantor
merupakan contoh pengeluaran yang dilaporkan sebagai “lain-lain”. Dana
Taktis tidak melanggar hukum tetapi sulit untuk melacak pengeluarannya
dan sangat rentan terhadap penyalahgunaan.
KONDISI PELAKSANA AN
DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA

• Mantan Bupati Kabupaten Sragen, Untung Wiyono terlibat


kasus korupsi APBD Kabupaten Sragen tahun 2003-2010 yang
senilai 11,2 Milyar yang mengakibatkan kerugian Negara
sebesar 42 Miliar. Dana 42 Miliar tersebut merupakan total
pinjaman dari BPR Joko Tingkir dan BPR Karangmalang kepada
para tersangka di luar kedinasan dengan jaminan deposito kas
daerah pemkab setempat. Akibat dari tindakan tersebut
Untung Wiyono dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara serta
denda sebesar 200 juta. Selain itu yang bersangkutan
diwajibkan mengganti uang kerugian Negara senilai 11 Miliar.
KONDISI PELAKSANA AN
DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA

• Daerah kaya dan Daerah miskin


Fenomena yang timbul dari desentralisasi fiscal selanjutnya adalah
adanya daerah miskin dan daerah kaya. Hal ini Karena potensi PAD
yang dimiliki setiap daerah berbeda beda. Daerah yang memiliki
sumber daya alam yang besar akan menerima DBH yang besar.
Perbedaan sumber pendapatan di tiap daerah dapat mengakibatkan
perbedaan tingkat pembangunan manusis dan pertumbuhan ekonomi
yang dapat berakhir dengan kecemburuan sosial. Ketimpangan ini
oleh pemerintah pusat diselesaikan melalui mekanisme pemberia
DAU. Daerah yang memiliki PAD besar/DBH yang besar, akan
mendapatkan DAU yang lebih sedikit daripada daerah lain.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai