Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah : Introduction to Communication Science (EFK100)

1. Jawablah soal berikut: Mark L. Knapp menyebutkan ada 10 tahapan relationship.


Tahapan tersebut dibagi dua yaitu Pertama, proses perkenalan (coming together) hingga
tahap intimacy. Kedua, tahap dari intimacy hingga perpisahan (coming apart). Jelaskan
dan berilah contoh.

Jawaban :

• Proses Perkenalan (Coming Together) to intimacy

1. Contact, yakni tahapan yang dimulai oleh kedua individu, tentunya diantara kedua
individu tersebut akan saling memperkenalkan diri kepada partner komunikasinya
kemudian berlanjut ke tahap interaksi awal. Pada tahap contact, akan terciptas sebuah
first impression (mesan pertama) ketika melihat dan berkomunikasi dengan partner,
bisa berupa penggambaran visual seperti bentuk fisiknya, caranya berbicara, dan wangi
tubuhnya seperti apa (perceptual). Selain itu pada tahap ini individu akan dapat menilai
mental dari seorang partner komunikasi, sehingga individu tersebut dapat
menyesuaikan sikapnya kepada partner komunikasinya (interaksional). Contohnya
ketika seseorang baru saja mengenal teman baru di kelasnya, tentunya seseorang
tersebut akan memiliki kesan pertama yang tercipta atas pertemuan tersebut.
2. Involvement, dalam tahapan ini terjadi hubungan timbal balik, dimana individu mulai
merasa bahwa dirinya ada dan menginginkan untuk berkembang mencapai hubungan
yang lebih baik, mulai saling mengenal, dan memahami sifat, dan hal apapun yang
disukai oleh partner. Dalam tahap Involvement terdapat 4 tahap untuk memastikan
seberapa dalam dan serius hubungan tersebut :
1. Directness, dimana dalam sebuah pertemanan yang baru bertemu, individu bisa
menanyakan secara langsung kepada partner tersebut, “Apakah Kamu senang
berkumpul di kelas ini?” Sehingga dalam tahapan tersebut suatu hubungan dapat
mulai saling terbuka.
2. Indirect Suggestion, yang mana seseorang yang inging lebih dalam untuk
mengenal teman barunya itu dengan sedikit menyelipkan humor di pertanyaan atau
di obrolan yang disampaikan. Misalnya, lelucon mengenai mereka yang akan terus
berteman di masa depan sampai mempunyai anak kelak.
3. Public Relations, tahapan ini merupakan tahapan dimana individu saling
mengenalkan kepada kerabat satu sama lain. Contohnya, mengenalkan teman baru
tersebut ke orang tua kita, sehingga orang tua kita dapat mengetahuinya juga.
4. Third Party, dalam tahapan ini memungkinkan kita bertanya kepada kerabat yang
telah kita kenalkan tadi. Contohnya jika menanyakan kepada orang tua, kita
bertanya pendapat mereka mengenai sikap teman baru tersebut.

• Intimacy to Coming Apart

3. Intimacy, pada tahap keintiman, komunikasi terasa lugas dan sederhana. Tahap
keintiman dibagi menjadi 2, yaitu tahap tahap komitmen interpersonal dan koneksi
sosial. Di tahap keintiman, kedua individu suda berada di hubungan yang lebih dalam.
Merasa memiliki kesamaan dalam berpikir dan sikap yang mirip dengan partner
komunikasi. Akan tetapi di tahapan ini terdapat Security, dimana salah satu dari mereka
akan merasa takut apabila ditinggalkan. Contohnya dalam pertemanan, biasanya jika
sudah di tahap ini, pertemanan tersebut berubah menjadi persahabatan.
4. Deterioration, pada tahapan ini kedua individu akan merasakan adanya
ketidaksesuaian satu sama lain, biasanya akan diawali dengan timbulnya sebuah
masalah. Deterioration diawali dengan kecurigaan biasanya, atau bayangan dan
pemikiran masing – masing dari individu terhadap sikap partnernya. Pada akhirnya
sebuah hubungan harus memilih antara diperbaiki atau memutuskan untuk berpisah.
Contohnya, dalam pertemanan ketika salah satu individu merasa bahwa temannya
tersebut selalu bergantung kepadanya dan akan menjadi beban baginya.
5. Repair, di tahap ini merupakan tahap dari perbaikan sebuah hubungan yang
sebelumnya mengalami kemerosotan. Apabila dari masing – masing individu
merasakan kerenggangan hubungan mereka, maka akan menjadi lebih baik apabila dari
masing – masing individu mengintropeksi diri masing – masing dan mencari tahu apa
kesalahan yang telah diperbuat kepada partnernya. Pada tahapan ini, masing – masing
individu bisa mengungkapkan keluh kesah yang dirasakan kepada partnernya dan
meninjau ulang apa yang telah dihasilkan dari hubungan tersebut. Apabila tahapan
repair ini diambil, maka hubungan yang sebelumnya renggang itu akan kembali baik
seperti biasa. Contohnya, dalam pertemanan biasanya akan merasa rindu akan
temannya, dan memutuskan bertemu dan mengobrol kembali untuk memperbaiki
hubungan.
6. Dissolution, yakni tahapan yang mana ketika melewati tahapan repair, tidak ada solusi
yang didapatkan dan berakhir buntu dan malah merugikan satu sama lain. Dan jalan
terbaiknya adalah memutuskan hubungan. Dampak yang terjadi dari adanya dissolution
ini biasanya antar individu yang sebelumnya memiliki hubungan yang baik, akan
bersikap acuh tak acuh ketika bertemu, dan tidak saling memperdulikan satu sama lain
lahi. Contohnya, ketika sebuah pertemanan yang memutuskan untuk berpisah, biasanya
pertamanan akan benar – benar terputus kontak dan tidak berhubungan lagi.

Sources : Slide Pembelajaran Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi Pertemuan 8

CPMK 10 (Bobot 20 Poin)

2. Jawablah soal berikut Jelaskan bagaimana cara mengurangi kecemasan saat harus
melakukan Public Speaking?

Jawaban :

Public Speaking merupakan kegiatan berkomunikasi secara lisan yang dikemukakan secara
langsung di hadapan umum. Contoh kegiatan Public Speaking adalah pidato dan presentasi di
kelas. Untuk mengurangi kecemasan ketika melakukan Public Speaking, kita perlu memahami
beberapa tahapan untuk melakukan Public Speaking, di antaranya adalah :

1. Select Your Type and Purpose

Pada tahapan ini, kita perlu mengetahui tujuan yang kita inginkan dengan melakukan public
speaking serta mengetahui topi kapa yang ingin disampaikan. Topik yang disampaikan perlu
memiliki ketajaman dan spesifik. Topik ang baik biasanya sensitive. Sedangkan tujuan public
speaking diantaranya :

• Informative Speech : yakni public speaking yang tujuannya memberikan pemahaman,


penjelasan, mempertegas, dan mengoreksi kesalahpahaman, serta mendemosntrasikan
cara kerja. Tujuan tersebut, menggunakan beberapa penguatan misalnya ilustrasi,
definisi, kesaksian, dan lainnya.
• Persuasive Speech : yakni public speaking yang tujuannya untuk mempengaruhih sikap
dan perilaku dari audiens dengan merubah keyakinan khalayak, agar mereka
melakukan sesuatu. Pidato persuasive menekankan kepada bukti, pendapat, fakta serta
himbauan psikologis. Contohnya adalah pidato mengajak untuk menanam pohon.
2. Analyze Your Audience

Setelah menentukan topik, selanjutnya kita perlu menganalisis audiens yang akan
mendengarkan sesuatu yang kita sampaikan. Untuk menganalisis audiens, dapat dilihat dari
faktor sosiologinya, misalnya :

• Budaya, melihat kebangsaan, suku, dan identitas budaya serta implikasinya terhadap
topik, tujuan, serta metode penyajian.
• Jenis kelamin, mengetahui terlebih dahulu apakah audiens didominasi oleh jenis
kelamin laki - laki atau perempuan. Dan memikirkan apakah topiknya sudah sesuai
dengan pria atau Wanita.
• Gender, mempertimbangkan perbedaan gender yang terkait dengan topik dan tujuan
yang ingin dicapai.
• Religion, biasanya agama akan mempengaruhi respon dari pidato. Sebelumnya perlu
diperhatikan agama yang umum dianut oleh audiens kita dan impilkasinya terhadap
topik pidato.
• Usia, biasanya perbedaan usia akan mempengaruhi sikap dan kepercayaan. Audiens
yang usianya berbeda akan memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbeda pula.
Maka, perlu diperhatikan dalam segi bahasa yang disampaikan agar tepat untuk usia
audiens.

Selanjutnya menganalisa dari faktor psikologi audiens, yakni :

• Mencari tahu apakah mereka bersedia untuk mendengarkan


• Mencari tahu apa yang disukai oleh mereka
• Mencari tahu latar belakang ilmu dan pendidikan dari audiens

3. Research Your Topic

Untuk berpidato atau melakukan public speaking, kita perlu meriset terlebih dahulu mengenai
topik yang akan disampaikan. Riset dari topik ini bertujuan agar pidato yang disampaikan dapat
bermutu dan bermanfaat bagi audiens. Tahapannya adalah :

• Mengetahui tujuan dari riset


• Menentukan apa yang kita tahu
• Memulai dengan melakukan overview
• Mencari keterangan dari sumber – sumber kredibel
4. Formulate Your Thesis and Main Points

Jika bentuk pidato yang disampaikan bersifat persuasive, maka tesisnya dapat berupa usulan
yang harus diterima oleh audiens dan menekankan apa yang harus dipelajari oleh audiens.
Sedangkan apabila pidato bersifat informatif, maka tesisnya merupakan ide – ide pokok yang
harus dipahami dimana kita menyampaikan sesuatu yang dapat membuat audiens yakin. Untuk
pidato informatif, kitab isa menyatakan tesis di awal dan untuk pidato informatif, bila audiens
tampak netral maka nyatakan tesis di awal juga, apabila audiens terkesan bertentangan dengan
topik pidato, maka, tunda terlebih dahulu untuk menyampaikan tesis sampai audiens dapat
terbuka terhadap sudut pandang kita,

5. Support Your Main point

Untuk pidato persuasive, berikanlah audiens perhatian terhadap hal yang mereka ketahui.
Berikan juga dukungan berupa bukti dan penampilan yang dapat memotivasi sehingga
timbuknya rasa kepecayaan dari audiens. Sedangkan untuk pidato informatif, berikanlah
dukungan yang sifatnya memperkuat dengan cara menguraikan atau memberikan ilustrasi,
mendefinisikan, serta memberikan contoh. Gunakanlah penyajian audiovisual, dengan
menggunakan grafik, peta, obyek, ataupun film agar lebih menarik.

6. Organize Your Speech

Pola aturan yang dapat membantu menyusun pokok-pokok pidato adalah topical, temporal
pattern, dan pemecahan masalah. Temporal pattern merupakan penyusunan pola pembicaraan
disesuaikan dengan urutan waktu/ temporal. Polanya adalah masa lalu, masa kini, dan masa
yang akan datang. Pola topik merupakan pola pembicaraan dalam beberapa topik – topik yang
mana di setiap topiknya dibagi menjadi beberapa sub topik.

Pola pemecahan masalah adalah pola yang diganakan dalam pidato persuasive dimana
menyajikan ide pokok dalam bentuk pemecahan masalah. Pembicaraan dibagi menjadi 2
bagian, pertama adalah tentang permasalahan, dan yang kedua adalah tentang pemecahan
masalahnya.

7. Word Your Speech

Ketika melakukan pidato, usahakan menggunakan bahasa atau kalimat yang mduah dipahami
dan dicerna oleh audiens. Gunakan kata – kata yang sederhana tetapi tetap bisa menyampaikan
isi dari pidato. Selain itu, kita juga dapat menggunakan bahasa personal dan informal
tergantung kepada siapa pidato kita disampaikan. Dan yang terpenting adalah kalimat yang
dugunakan tidak menyinggung perasaan dari audiens.

Dengan melakukan tahapan – tahapan untuk memulai public speaking tersebut, audiens
tentunya akan merasa nyaman dan relate dengan topik yang kita sampaikan. Kenyamanan
audiens sangat berpengaruh kepada kita sebagai pembicara, biasanya jika audiens tidak
merespons sesuai dengan yang kita inginkan, disitulah akan muncul kecemasan. Selain itu,
minum dan mengatur nafas kita ketika akan melakukan public speaking juga akan sangat
berpengaruh terhadap kondisi kita ketika berpidato.

Sources : Slide Pembelajaran Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi Pertemuan 10

CPMK 11 (Bobot 20 Poin)

3. Jawablah soal berikut

a) Jelaskan apa yang dimaksud dengan Grapevine. Apakah Grapevine dapat dihindari? Berikan
argument sambil memberi contoh.

b) Apa perbedaan upward message, downward message, dan lateral communication dalam
bentuk komunikasi formal dalam sebuah organisasi.

c) Mengapa penting bagi sebuah karyawan untuk mengerti budaya organisasi?

Jawaban :

a. Grapevine merupakan salah satu pola komunikasi informal yang ada dalam sebuah
organisasi, pola komunikasi ini juga biasa disebut dengan pola komunikasi buah
anggur. Istilah tersebut diambil berdasarkan kemiripan pola komunikasi tersebut
dengan buah anggur yang bercabang dan tidak karuan. Grapevine biasa juga disebut
sebagai rumor. Pola komunikasi model Grapevine menyebarkan informasi lebih cepat
dibandingkan dengan saluran komunikasi formal. Menurut Davis (1953), grapevine
merupakan bagian yang secara alami akan selalu ada di keseluruhan sistem komunikasi
organisasi, itu adalah bentuk siginifikan dari adanya kerja kelompok, membantu
membangun kerjasama tim dan memotivasi orang ± orang, dan membentuk identitas
korporat. Grapevine memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah
sebagai sarana untuk penyampaian emosi dan ekspresi dari anggota organisasi yang
berada di bawah tekanan dan bisa saja pada akhirnya menimbulkan permusuhan antar
anggota organisasi dan petingginya. Grapevine juga mampu menerjemahkan beberapa
keinginan atau peraturan dari pihak manajemen ke dalam bahasa yang lebih mudah
untuk dipahami karyawan (Goldhaber 1993, p.168).

Adanya Grapevine ini dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni mengenai tingkat kepentingan
informasi yang ada di dalam sebuah organisasi, semakin penting informasinya maka akan
semakin meningkat komunikasi Grapevine ini. Kedua dikarenakan kurangnya informasi yang
disajikan di saluran formal organisasi, dan menyebabkan keadaan menjadi ambigu. Terakhir
adlah karena iklim organisasi yang mendukung dan kurangnya kepercayaan anggota organisasi
terhadap informasi yang ada di saluran formal.

Pola komunikasi dapat dikatakan pola komunikasi grapevine apabila memiliki 3 karakterisitik
yakni :

1. Komunikasi tidak dikendalikan oleh apapun


2. Biasanya diterima oleh khalayak sebagai informasi yang dipercaya meskipun dari
saluran tidak resmi.
3. Digunakan untuk mengkoordinir kepentingan kelompok
4. Dapat menyebar secara cluster
5. Informasi yang dibawa akurat tapi cenderung berlebihan

Lalu, apakah Grapevine dalam sebuah organisasi dapat dihindarkan? Menurut pendapat Saya
tidak bisa. Mengapa demikian, dikarenakan sebagai seseorang yang pernah berkecimpung
dalam sebuah organisasi, kita tidak dapat menghindar dari masalah yang ada dalam sebuah
organisasi. Hal tersebut memicu adanya desas – desus dan dapat tersebar secara cepat kepada
anggota organisasii meskipun melewati saluran yang informal. Hal positifnya adalah, para
anggota organisasi dapat mengungkapkan emosinya terhadap suatu masalah yang terjadi dalam
sebuah organisasi melalui saluran informal. Akan tetapi, Grapevine tentu bisa diatasi, dengan
cara menjaga informasi harus memiliki keterbukaan, fakta positif dan dapat dipercaya, serta
pimpinan harus tahu akan desas – desus yang ada.

Sources :

Slide Pembelajaran Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi Pertemuan 11

https://media.neliti.com/media/publications/77056-ID-karakteristik-informasi-grapevine-
dalam.pdf
b. Perbedaan Upward Message, Downward Message, dan Lateral Communication
• Upward Message, merupakan aliran komunikasi formal ke atas dari kewenangan yang
lebih rendah ke kewenangan yang lebih tinggi. Jenisnya adalah : komunikasi yang
menyangkut pekerjaan, masalah yang terkait dengan pekerjaan, dan perasaan yang
terkait dengan pekerjaan. Fungsinya adalah : memperoleh informasi tentang kegiatan,
keputusan, dan pelaksanaan kerja karyawan, menyediakan input bagi pembuatan
keputusuan, memberikan pertimbangan untuk keperluan organisasi, membangun jalan
keluar untuk keluhan dan pengaduan, penyampaian pengaduan.
• Downward Message, merupakan aliran komunikasi kebalikan dari Upward Messge,
dimana downward message penyampaian pesan atau informasisnya dikirim dari
kewenangan yang lebih tinggi ke yang lebih rendah. Fungsinya adalah mmemberikan
pengarahan, perintah, indoktrinasi, inspirasi, dan evaluasi, memberikan informasi
mengenai cara melakukan suatu pekerjeaan, informasi mengenai kebijakan organi,
tujuan, serta hak – hak karyawan, menilai kinerja karyawan.
• Lateral Communication, yakni komunikasi yang terjadi antara petinggi dan petinggi
serta anggota dan anggota. Fungsinya adalah mengkoordinir perencanaan dan
pelaksanaan tugas, mengatasi masalah, saling memahami, mengatasi perbedaan,
mengembangkan hubungan kerja yang produktif dan mendukung, dan fasilitasi :
berbagi wawasan, metode & masalah.

Sources :

Slide Pembelajaran Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi Pertemuan 11

C. Pentingnya Budaya Organisasi Bagi Karyawan

Budaya organisasi merupakan suatu sistem yang mengandung nilai – nilai yang dapat dipahami
secara bersama – sama oleh seluruh anggota organisasi meliputi keseluruhan simbol, peristiwa,
tradisi, standarisasi pola perilaku verbal dan nonverbal, cerita rakyat, aturan, dan ritual yang
memberi organisasi ciri – ciri atau kepribadian. Budaya organisasi sengaja disosialisasikan dan
diharapkan dapat diimplementasikan pada perilaku setiap anggota organisasi dalam kehidupan
berorganisasi. Budaya organisasi terbagi ke dalam 2 level, yakni yang terlihat (visible)
merupakan sesuatu yang terbuka dan perilakunya dapat diamati. Contohnya adalah
memberikan status pada karyawan misalnya memberikan nomor induk karyawan, kontrak
kerja, dan sebagainya. Kedua adalah yang tidak terlihat (Invisible) yakni sebuah budaya
organisasi yang didasari oleh kumpulan keyakinan. Contohnya adalah memberikan ucapan –
ucapan motivasi kepada karyawan yang dilakukan oleh petinggi.

Fungsi dari budaya organisasi adalah :

• Anggota organisasi dapat merasa memiliki identitas individual serta identitas kolektif
• Anggota organisasi dapat berkontribusi dalam membagi dan mengembangkan struktur
• Membantu anggota organisasi untuk memahami kebiasaan dan tradisi dari organisasi
• Memupuk kedekatan antar anggota organisasi
• Meningkatkan kesadaran untuk membina hubungan sosial yang baik antar sesame
anggota

• Menjaga sikap dan perilaku baik yang mengedepankan hubungan profesional yang
tetap bersahabat.

Budaya organisasi merupakan hal yang penting bagi karyawan. Karena dengan adanya budaya
organisasi karyawan, karyawan akan diterima dan dapat bekerja secara efektif. Selain itu,
dengan karyawan yang paham akan budaya dari sebuah organisasi, karyawan tersebut akan
terhindar dari culture shock dari sebuah organisasi. Selain itu, dengan pemahaman karyawan
terhadap budaya organisasi, perilaku karyawan akan diarahkan sesuai visi dan misi serta tujuan
dari organisasi.

Sources :

Slide Pembelajaran Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi Pertemuan 11

http://lspesq.id/pentingnya-budaya-organisasi-untuk-meningkatkan produktivitas

CPMK 12 (Bobot 20 Poin)

4. Jawablah pertanyaan berikut.

a) Sebutkan dan jelaskan apa saja perluasan fungsi dari media massa?

b) Apa yang dimaksud dengan literasi media?

Jawaban :

a.
• Fungsi Mempopulerkan dan Pengesahan/ Pembenaran
Fungsi mempopulerkan artinya setiap media massa salah satunya program berita di dalamnya
memiliki informasi yang berdampak kepada kepopuleran serta kebenaran ideologi dan
pemahaman mengenai hal – hal tertentu dan mengacuhkan hal yang lain. Program berita pada
media massa memberikan kontribusi terhadap popularitas serta pengakuan tentang budaya
melalui seleksi mengenai apa yang menjadi berita dan yang bukan berita.

• Fungsi Entertainment dan Advertising (Hiburan dan Periklanan)

Program yang ada di media massa misalnya program hiburan, berkontribusi penting bagi
jaringan budaya. Terdapat berbagai macam ulasan tentang bagaimana seseorang harus bertahan
hidup, melihat, berfikir, berbicara, serta berhubungan dengan lainnya. Iklan yang ada
membentuk budaya konsumerisme yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi konsumen
atau pengguna suatu produk. Selain itu, spot iklan juga menjadi sebuah wahana pencitraan,
keestetisan barang, pengemasan, serta rekayana barang.

b. Hobbs (1996) Menurut Hobbs, literasi media dapat dikatakan sebagai suatu proses
mengakses, menganalisis secara kritis tentang pesan media literasi, dan menciptakan
pesan menggunakan alat media. Sedangkan menurut Aspen Media
Literacy Leadership Institute (1992), literasi media adalah kemampuan itu untuk
mengakses, meneliti, mengevaluasi dan menciptakan media di dalam bermacam
wujud yang berlian dengant kemampuan tiap-tiap individu dalam beragam tahapan
aktivitas literasi media.

Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa literasi media merupakan
kemampuan seseorang dalam memahami dampak dan pengaruh dari media massa.
Seseorang mampu untuk mengakses, menganalisa, mengevaluasi, dan menangkap apa
yang disampaikan media terkait sesuatu hal.

Literasi media dapat membuat khalayak mampu berinteraksi dengan baik dan kritis
dengan media dan tidak menyerap secara mentah – mentah apa yang disajikan oleh
media. Media sifatnya linier, sedangkan individu sifatnya pasif. Oleh karenanya,
kemampuan literasi media dapat menghindarkan seseorang dari hoax.

1. Kemampuan untuk Menganalisa, dimana khalayak dapat menganalisa struktur pesan


yang dikemas dalam sebuah media, serta mengambil makna dari pesan – pesan tersebut.
Contohnya adalah dalam membandingkan sebuah ceramah yang disampaikan oleh
seorang ulama, yang disesuaikan dengan ajaran agama yang bersangkutan.
2. Kemampuan Menilai atau Mengevaluasi, yakni kemampuan seseorang dalam
menghubungkan informasi yang ada di media mass aitu dengan kondisi dirinya sendiri,
serta membuat sebuah penilaian disesuaikan dengan akurasi dan kualitas suatu
informasi.

Sources :

https://pakarkomunikasi.com/literasi-media

Slide Pembelajaran Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi Pertemuan 12

5. Jawablah soal berikut

Apabila Anda bekerja pada sebuah perusahaan yang mengharuskan Anda untuk bepergian ke
luar daerah atau luar negeri, bagaimana cara Anda menghadapi kemungkinan adanya culture
shock antara budaya Anda, dengan budaya di tempat tujuan Anda. Misalnya: Anda berasal dari
suku Jawa namun ditugaskan oleh perusahaan untuk membantu cabang di Aceh. Atau, silakan
sesuaikan dengan kondisi atau preferensi Anda masing-masing.

Jawaban :

Culture shock adalah emosi yang membuat seseorang merasa tertekan dan kaget ketika
dihadapkan dengan lingkungan dan budaya baru. Seseorang yang mengalami gegar budaya
biasanya akan merasa cemas, bingung, dan frustasi. Hal tersebut dikarenakan, simbol dan
bentuk interaksi sosial yang ia ketahui dari budaya asalnya hilang dari dirinya.

Untuk menghadapi culture shock, hal yang biasa saya lakukan adalah mencari tahu terlebih
dahulu mengenai sebuah budaya di suatu daerah, seperti apa yang menjadi kebiasaan di daerah
tersebut dan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di daerah tersebut. Namun, apabila
keadaannya mendadak biasanya saya akan mengalami culture shock. Saya pernah mengikuti
suatu perlombaan dimana saya dikelompokkan dengan orang – orang dari budaya yang
berbeda. Kebetulan saya dikelompokkan dengan teman dari Sumatera Utara dan Nusa
Tenggara Timur. Pada awalnya saya merasa tidak cocok dengan mereka yang biasa berbicara
dengan nada tinggi, karena saya orang Sunda yang biasa berbicara dengan nada yang rendah.
Akan tetapi, pada saat itu saya tidak bisa memilih ingin dikelompokkan dengan siapa, dan pada
saat itu juga saya merasa kaget dan tidak terbiasa apabila berkomunikasi dengan mereka karena
itu suatu hal yang mendadak dan hal baru bagi saya. Namun, saya tidak bisa terus – menerus
untuk menutup diri. Saya melakukan penyesuaian terhadap mereka, dengan tidak
menghilangkan kebiasaan saya sendiri berbicara dengan intonasi yang rendah. Pada akhirnya,
mereka dapat menyesuaikan ketika berkomunikasi dengan saya, dan sayapun tidak merasa
kaget lagi apabila mereka berbicara dengan intonasi yang tinggi.

Sources :

https://www.kompas.com/skola/read/2022/03/18/200000369/culture-shock-pengertian-dan-
cara-mengatasinya?page=all

Anda mungkin juga menyukai