Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan cirri dari proses pengecoran, yaitu :
Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat terpisah
dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan. Bahan inti harus tahan
menahan temperatur cair logam paling kurang bahannya dari pasir.
Sprue (Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal.
Saluran ini juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang diinginkan.
Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah untuk
mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue. Kecepatan aliran
logam yang tinggi dapat terjadi erosi pada sprue dan terbawanya kotoran-kotoran logam
cair yang berasal dari tungku kerongga cetakan.
Kebanyakan pasir yang digunakan dalam pengecoran adalah pasir silika (SiO 2). Pasir
merupakan produk dari hancurnya batu-batuan dalam jangka waktu lama. Alasan
pemakaian pasir sebagai bahan cetakan adalah karena murah dan ketahanannya
terhadap temperature tinggi. Ada dua jenis pasir yang umum digunakan yaitu naturally
bonded (banks sands) dan synthetic (lake sands). Karena komposisinya mudah diatur,
pasir sinetik lebih disukai oleh banyak industri pengecoran.
Pemilihan jenis pasir untuk cetakan melibatkan bebrapa factor penting seperti
bentuk dan ukuran pasir. Sebagai contoh , pasir halus dan bulat akan menghasilkan
permukaan produk yang mulus/halus. Untuk membuat pasir cetak selain dibutuhkan
pasir juga pengikat (bentonit atau clay/lempung) dan air. Ketiga Bahan tersebut diaduk
dengan komposisi tertentu dan siap dipakai sebagi bahan pembuat cetakan.
Ada tiga jenis cetakan pasir yaitu green sand, cold-box dan no-bake mold.
Cetakan yang banyak digunakan dan paling murah adalah jenis green sand mold
(cetakan pasir basah). Kata “basah” dalam cetakan pasir basah berati pasir cetak itu
masih cukup mengandung air atau lembab ketika logam cair dituangkan ke cetakan itu.
Istilah lain dalam cetakan pasir adalah skin dried. Cetakan ini sebelum dituangkan logam
cair terlebih dahulu permukaan dalam cetakan dipanaskan atau dikeringkan. Karena itu
kekuatan cetakan ini meningkat dan mampu untuk diterapkan pada pengecoran produk-
produk yang besar.
Dalam cetakan yang tidak dikeringkan (no-bake mold), resin sintetik cair dicampurkan
dengan pasir dan campuran itu akan mengeras pada temperatur kamar. Karena ikatan
antar pasir terjadi tanpa adanya pemanasan maka seringkali cetakan ini disebut
juga cold-setting processes. Selain diperlukan cetakan yang tinggi, beberapa sifat lain
cetakan pasir yang perlu diperhatikan adalah permeabilitas cetakan (kemampuan untuk
melakukan udara/gas).
C. Pola
Pola merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat. Pola dapat
dibuat dari kayu, plastic/polimer atau logam. Pemilihan material pola tergantung pada
bentuk dan ukuran produk cor, akurasi dimensi, jumlah produk cor dan jenis proses
pengecoran yang digunakan.
Jenis-jenis pola :
Biasanya digunakan untuk bentuk produk yang sederhana dan jumlah produk
sedikit. Pola ini dibuat dari kayu dan tentunya tidak mahal.
Terdiri dari dua buah pola yang terpisah sehingga akan diperoleh rongga cetak
dari masing-masing pola. Dengan pola ini, bentukproduk yang dapat dihasilkan
rumit dari pola tunggal.
3. Match-piate pattern
Jenis ini popular yang digunakan di industri. Pola “terpasang jadi satu” dengan
suatu bidang datar dimana dua buah pola atas dan bawah dipasang berlawanan
arah pada suatu pelat datar. Jenis pola ini sering digunakan bersama-sama
dengan mesin pembuatan cetakan dan dapat menghasilkan laju produksi yang
tinggi untuk produk-produk kecil.
D. Inti
Untuk produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti pada blok mesin
kendaraan atau katup-katup biasanya diperlukan inti. Inti ditempatkan dalam rongga
cetak sebelum penuangan untuk membentuk permukaan bagian dalam produk dan akan
dibongkar setelah cetakan membeku dan dingin. Seperti cetakan, inti harus kuat,
permeabilitas baik, tahan panas dan tidak mudah hancur (tidak rapuh).
Agar inti tidak mudah bergeser pada saat penuangan logam cair, diperlukan
dudukan inti (core prints). Dudukan inti biasanya dibuatkan pada cetakan seperti pada
gambar 8. pembuatan inti serupa dengan pembuatan cetakan pasir yaitu menggunakan
no-bake, cold-box dan shell. Untuk membuat cetakan diperlukan pola sedangkan untuk
membuat inti dibutuhkan kotak inti.
Setelah proses perancangan produk cor yang menghasilkan gambar teknik produk (a)
dilanjutkan dengan tahapan-tahapan berikutnya :
b. Menyiapkan bidang dasar datar atau pelat datar dan meletakan pola atas (cope)
yang sudah ada dudukan inti dipermukaan pelat datar tadi.
e. Inti yang telah jadi disatukan (inti yang dibuat berupa inti setengah atau paroan
inti)
f. Pola atas yang ada dipermukaan pelat datar ditutupi oleh rangka cetak atas (cope)
dan ditambahkan system saluran seperti saluran masuk dan saluran tambahan
(riser). Selanjutnya diisi dengan pasir cetak.
g. Setelah diisi pasir cetak dan dipadatkan, pola dan system saluran dilepaskan dari
cetakan
h. Giliran drag diisi pasir cetak setelah menempatkan rangka cetak diatas pola dan
pelat datar.
i. Setelah disi pasir cetak dan dipadatkan, pola dilepaskan dari cetakan
k. Cope dipasangkan pada drag dan dikunci kemudian dituangkan logam cair.
l. Setelah membeku dan dingin, cetakan dibongkar dan produk cor dibersihkan dari
sisa-sisa pasir cetakan.
m. Sistem saluran dihilangkan dari produk cor dengan berbagai metoda dan produk
cor siap untuk diperlakukan lebih lanjut.
Ada dua faktor yang mempengaruhi fluiditas logam cair, yaitu temperatur dan
komposisi unsur. Temperatur penuangan secara teoritis harus sama atau diatas garis
liquidus. Jika temperatur penuangan lebih rendah, kemungkinan besar terjadi solidifikasi
didalam gating sistem dan rongga cetakan tidak terisi penuh. Cacat ini disebut juga
dengan nama misrun. Cacat lain yang bisa terjadi jika temperatur penuangan terlalu
rendah adalah laps dan seams. Yaitu benda cor yang dihasilkan seakan-akan
membentuk alur-alur aliran kontinu logam yang masuk kedalam rongga cetak, dimana
alur satu dengan alur lai berdampingan daya ikatannya tidak begitu baik.
Jika temperatur penuangan terlalu tinggi pasir yang terdapat pada dinding gating sistem
dan rongga cetakan mudah lepas sewaktu bersentuhan dengan logam cair dan
permukaanya menjadi kasar. Terjadi reaksi yang cepat antara logam tuang, dengan zat
padat, cair dan gas diadalam rongga cetakan. Dari pengujian ini dapat dicari
daerah temperatur penuangan yang menghasilkan produk dengan cacat yang seminim
mungkin.
Faktor utama yang lain yang mempengaruhi besaran fluiditas adalah
komposisipaduan. Logam cair yang memiliki fluiditas yang tinggi adalah logam murni
dan alloys komposisi eutectic. Alloys yang dibentuk dari larutan padat, dan memiliki
range pembekuanyang besar memiliki fluiditas yang jelek.
Ada beberapa metoda dalam mengukur fluiditas. Metoda ini dibedakan berdasarkan bentuk rongga cetak yang
digunakan untuk mengetahui mampu alir logam cair. Ada rongga cetak yanmg berbentuk spiral dan ada juga
rongga cetak yang berbentuk lorong yang memanjang. Pemilihan metoda ini sangat tergantung
Beberapa bentuk cetakan untuk pengukuran Fluiditas
dari bentuk benda kerja dan bahan cetakan yang akan digunakan. Dalam melakukan
pengukuran mampu alir dipraktikum ini digunakan metode dengan rongga cetak yang
berbentuk spiral. Meskipun hasil pengukuran dengan metoda diatas dipengaruhi oleh
sifat-sifat cetakan, namun pengukuran tersebut sangat praktis, karena langsung
menggambarkan bagaimana mampu alir logam cair dalam rongga cetak dengan bahan
cetakan sebenarnya. Harga fluiditasnya dinyatakan dengan panjang (dalam mm) spiral
yang terisi logam. Atas dasar hal ini, fluiditas juga dikenal dengan istilah Fluid life.
Besi cor
o Paduan besi yang mengandung C >: 1,7 % dan 1-3 %Si. Unsur lain
dapat ditambahkan dengan maksud untuk meningkatkan sifat-sifat seperti
kekuatan, kekerasan atau ketahanan korosi. Unsur yang umumnya ditambahkan
yaitu Cr, Cu, Mo dan Ni.
o Besi cor memiliki selang temperature cair yang relaitf lebih rendah daripada baja
dan relatif lebih “encer” ketika cair.
o Sifat mekanik besi cor tergantung pada jenis struktur mikronya yaitu bentuk dna
distribusi elemen-elemen penyusunnya. Salah satu elemen yang memiliki
pengaruh yang berarti adalah grafit. Jumlah ,ukuran dan bentuk grafit
mempengaruhi kekuatan dan keuletan besi cor. Selain grafit, matriks juga ikut
mempengaruhi sifat mekaniknya. Matris besi cor sama dengan yang terdapat
pada baja, yaitu feritik, perlitik, feritik+perlitik dan martensitik. Matriks yang
terjadi tergantung pada :
Komposisi kimia
Compacted graphite cast iron (memiliki struktur mikro antara besi cor
Sifat mekanik :
e = 1 – 6% (perpanjangan)
Komposisi kimia
Derajat inokulasi
Laju pembekuan
Untuk mendapatkan sifat yang diinginkan, biasanya pada besi cor diterapkan
perlakuan panas karena dari kondisi hasil pengecoran (as-cast) tidak diperoleh sifat yang
diinginkan. Proses perlakuan panas yang umum diterapkan :
Annealing
Tempering
Besi cor putih terbentuk ketika unsur karbon (C) tidak mengendap
sebagaigrafit selama proses pembekuan, akan tetapi tetap berkaitan
dengan unsur besi (Fe), krom (Cr) atau molibden (Mo) membentuk
karbida.
Besi cor putih bersifat keras dan getas dan memiliki tampilan patahn
seperti kristal berwarna putih.
Besi cor kelabu merupakan paduan dari unsur-unsur besi (Fe), karbon ©
dan silicon (Si) yang mengandung “ karbon tak berkaitan” dalam
bentuk grafit. Nama besi cor kelabu didapat dari tampilan patahan
berwarna kelabu.
Besi cor kelabu untuk keperluan otomotif dan konstruksi umum lainnya
dibagi menjadi 10 kelas/garde yang didasarkan pada kekuatan tarik
minimumnya.
Kekuatan, kekerasan dan struktur mikro dari besi cor kelabu dipengaruhi
oleh beberapa factor seperti komposisi kimia, desain, cetakan,
karakteristik cetakan dan laju pendinginan selama dan setelah
pembekuan.
Besi cor nodular memiliki komposisi unsure yang sama dengan besi cor kelabu.
Unsure tersebut yaitu karbon dan silikon.
Perbedaan besi cor nodular dan kelabu terletak pada bentuk grafit (untuk
menghasilkan bentuk grafit yang berbeda, digunakan proses yang berbeda pula)
Salah satu jenis baja adalah baja karbon yaitu paduan besi-karbon yang
mengandung unsure karbon kurang dari 1,7 % (beberapa literature menyebutkan
kandungan karbon maksimum 2.0 %). Sebagai tambahan selain karbon, baja cor
mengandung
Struktur mikro baja cor yang memiliki kandungan karbon kurang dari 0,8 % (baja
hypoeutektoid) terdiri dari FERIT dan PERLIT. Kadar karbon yang lebih tinggi
menambah jumlah perlit.
Ø Struktur mikro baja cor yang memiliki kandungan karbon lebih dari 0,8 % (baja
hipereutektoid) terdiri dari SEMENTIT (Fe3C) dan PERLIT. Kadar karbon yang
lebih tinggi menambah jumlah sementit.
Ø Baja cor dengan kadar C=0,20 % diatas diperoleh dari pendinginan didalam
tungku dari temperatur 950oC setelah pengecoran. Bagian yang hitam adalah
PERLIT dan yang putih adalah FERIT. Sedangkan baja cor dengan kadar C=0,8 %
didinginkan dalam tungku 900oC struktur yang terlihat jelas yaitu PERLIT.
1. Tungku krusibel
2. Tungku kupola
o Tungku ini terdiri dari suatu saluran/bejana baja vertical yang didalamnya terdapat
susunan bata tahan api
o Muatan terdiri dari susunan atau lapisan logam, kokas dan fluks
o Kupola dapat beroperasi secara kontinu, menghasilkan logam cair dalam jumlah
besar dan laju peleburan tinggi
Muatan Kupola
Kadar karbon dan siliko yang rendah adalah menguntungkan untuk mendapat
coran dengan prosentase Carbon dan Si yang terbatas. Untuk besi cor
kekuatan tinggi ditambahkan dalam jumlah yang banyak.
3. Skrap balik
Yang dimaksud skrap balik adalah coran yang cacat, bekas penambah,
saluran turun, saluran masuk atau skrap balik yang dibeli dari pabrik
pengecoran.
4. Paduan besi
Paduan besi seperti Fe-Si, Fe-Mn ditambahkan untuk mengatur komposisi.
Prosentase karbon berkurang karena oksidasi logam cair dalam cerobong dan
pengarbonan yang disebabkan oleh reaksi antar logam cair dengan kokas.
Prosentase karbon terutama diatur oleh perbandingan besi kasar dan skrap
baja. Tambahan harus dimasukkan dalam perhitungan untuk mengimbangi
kehilangan pada saat peleburan. Penambahan dimasukkan 10 sampai 20 %
untuk Si dan 15 sampai 30 % untuk Mn.
Dari Pembekuan ingot dihasilkan 3 daerah dengan karakteristik yang berbeda. Daerah-
daerah tersebut adalah :
1. Chill Zone
Daerah ini terdiri dari butir-butir equiaxial yang tumbuh secara acak ditengah-
tengah ingot. Pada daerah ini perbedaan temperatur yang ada tidak menyebabkan
terjadinya pertumbuhan butir memanjang.
Pengaruh Penyusutan
Pada paduan-paduan dengan selang temperatur pembekuan lebar, mushy zone dapat
menempati seluruh bagian ingot sehingga tidak terbentuk pipe.
Pada struktur pembekuan terdapat dua jenis segregasi yaitu segregasi makro
(perubahan komposisi pada tiap bagian spesimen) dan segregasi mikro (seperti yang
terjadi antara lengan dendrit sekunder). Ada empat faktor yang menyebabkan timbulnya
segregasi makro, yaitu :
Tujuan :
1. Pemeriksaan rupa
a. Pemeriksaan rupa/fisik
a. Pemeriksaan ketukan
3. Pemeriksaan material
Cacat-cacat Coran
Tanur tinggi
Bahan-bahan seperti kokas, bijih besi dan bahan tambahan (kapur) dimasukkan
melalui bagian ini. Pada bagian ini juga dilengkapi dengan lubang-lubang untuk
melakukan udara.
b. Bagian tengah
Bagian tengah ini memiliki bangun berbentuk kerucut yang makin kebawah
makin besar. Fungsinya dibuat demikian adalah :
c. Bagian bawah
Bagian ini mempunyai bangun berbentuk kerucut yang makin kebawah semakin
mengecil dan gunanya dibuat demikian adalah :
Bagian dalamnya terbuat dari bata tahan api kualitas tinggi karena dinding
bagian ini harus tahan terhadap temperatur tinggi ( 3000 oF) dan tahan terhadap
reaksi kimia seperti tahan terhadap asam-asam, terutama bila bijih besinya
mengandung fosfor.
d. Bagian Tungku
Bagian ini berbentuk silinder yang merupakan tabung persegi empat. Pada bagian
dalamnnya dipasang bata tahan api kualitas tinggi dan memiliki ketebalan 1m.
Dibuat tebal dan menggunakan bata tahan api karena :
1. Biji besi
Besi didapat dengan mengambil dari biji besi yang umumnya berbentuk oksida dari
alam dan besi murni hanya didapat dalam jumlah yang kecil. Pemisahan unsur besi
dari biji besi dilakukan dalam sebuah tungku yang dinamai dengan SMELTING
(proses reduksi). Adapun biji besi tersebut ditemukan dalam bentuk sebagai berikut :
1. Berbentuk batu
Hematit (Fe2O3, batu besi merah) mengandung unsur besi antara 45 %-65 % dan
sedikit mengandung fosfor.
b. Berbentuk pasir
Pasir besi (TiO2) mengandung oksida besi = 70 % yang bercampur dengan oksida
titan (Ti2O2) antara 9 % - 11 %
c. Berbutir halus
2. Batu Kapur
Biji besi hasli proses reduksi belum dapat diaktakan bersih secara keseluruhan dan
masih terdapat kotoran-kotoran. Untuk menghilangkan kotoran-kotoran tersebut
maka pada saat diproses dalam tanur tinggi ditambahkan batu kapur (CaO atau
dolomite, CaCO3) sehingga akan membentuk terak
3. Bahan Bakar
Bahan bakar yang digunakan dalam proses tanur tinggi adalah kokas dan arang kayu
Arang kayu
Jumlahnya terbatas
Hanya dapat digunakan untuk tanur tinggi yang memiliki tinggi 17-20m
Kokas
Sewaktu pembuatan kokas terdapat hasil tambahan seperti gas, ter, dll.
Kekurangan bahan bakar kokas yaitu mengandung belerang (S) dan ini sangat buruk
pengaruhnya terhadap pembuatan baja atau besi cor.
Anthrosit
Kekurangan bahan bakar anthrosit adalah tidak berpori dan hanya sedikit terdapat di
dunia
4. Udara panas
Udara panas digunakan untuk membantu pembakaran (CO 2) dan pembentukan gas
CO sebagai gas untuk reduksi biji besi. Untuk mereduksi bijih besi diperlukan udara
panas yang banyak dan udara panas yang digunakan mempunyai
O
temperatur 900 C. Untuk mendapat udara panas dengan temperatur yang tinggi
adalah dengan memanaskan udara dingin di tungku pemanas yang dinamakan
tungku COWPER. Udara dingin yang dimasukkan didatangkan dari kompresor torak.
Keuntungan menggunakan udara panas dalam proses tanur tinggi adalah untuk
menghemat bahan bakar untuk mempercepat proses reduksi atau pencairan biji besi.