Anda di halaman 1dari 35

CETAKAN PROSES POLA FHOTO PROSEDUR

PASIR CETAKAN MODUL 11 SAND CASTING1

PERTEMUAN 13 & 14 PASIR DAN FHOTO PROSEDUR


PROSEDUR SAND CASTING2
SALURAN PROSES PENGECORAN UJI BAHAN FHOTO PROSEDUR
PEMBUATAN CETAKAN SAND CASTING3

PROSES PENGECORAN
)CASTING PROCESSES(

SETELAH MEMPELAJARI PROSES PENGECORAN KONTINYU (CONTINUOUS


:CASTING PROCESSES), DIHARAPKAN MAHASISWA DAPAT
Mengerti jenis-jenis pengecoran kontinyu.1
Mengenal produk, aplikasi dilapangan dan mesin-mesin yang digunakan .2
Dapat menentukan aliran proses pengecoran kontinyu.3

BACK TO
INTRODUC.

 
L . PROSES PENGECORAN

Proses pengecoran meliputi : pembuatan cetakan, persiapan dan peleburan


logam, penuangan logam cair kedalam cetakan, pembersihan coran dan proses daur
ulang pasir cetakan. Produk pengecoran disebut coran atau benda cor. Berat coran itu
sendiri berbeda, mulai dari beberapa ratus gram sampai beberapa ton dengan komposisi
yang berbeda dan hampir semua logam atau paduan dapat dilebur.
Pengecoran merupakan proses tertua yang dikenal manusia dalam pembuatan
benda logam, bahkan telah ditemukan benda cor yang diduga berasal dari tahun 2000
S.M. Proses pengecoran itu adlah proses yang fleksibel dan berkemampuan tinggi
sehingga merupakan proses dasar yang penting dalam pengembangan industri logam
dan mesin di Indonesia yang mulai digalakan memasuki Pelita IV dan seterusnya.

Home  
Penelitian dibidang pengecoran menghasilkan teknik pengecoran baru atau adaptasi dari
teknik pengecoran yang sudah ada, sehingga industri pengecoran masih mampu
bertahan. Laju produksi yang meningkat, penyelesaian permukaan yang lebih baik,
toleransi dimensi yang ketat dan sifat mekanik yang lebih baik, meyebabkan orang
langsung memikirkan proses pengecoran untuk membuat suatu benda.
Proses pengecoran secara garis besar dapat dibedakan dalam proses pengecoran
dan proses pencetakan. Pada proses pengecoran tidak digunkan tekanan sewaktu
mengisi rongga cetakan, sedang pada proses pencetakan, logam cair ditekan agar
mengisi rongga cetakan. Karena pengisian logam berbeda, sehingga pad proses
pencetakan, cetakan umumnya dibuat dari logam. Pada proses pengcoran cetakan
biasanya dibuat dari pasir meskipun ada kalanya digunakan pula plaster, lempung.
Keramik atau bahan tahan api lainnya.

Home  
I. CETAKAN PASIR
Ada dua cara pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir. Pembagian
dilakukan berdasarkan jenis pola yang digunakan :
1. Pola yang dapat digunakan berulang-ulang
2. Pola sekali pakai

Pada cara pertama, pasir dipadatkan disekitar pola yang kemudian dikeluarkan. Rongga
yang terjadi kemudian diisi dengan logam cair menghasilkan benda cor. Pola sekali
pakai dibuat dari polisetirin atau bahan lain yang setara dan tidak dikeluarkan. Pada
waktu logam cair dituang ke dalam cetakan, pola tersebut menguap.
Urutan pembahasan proses pengecoran adalah sebagai berikut :
1. Prosedur pembuatan cetakan
2. Pembuatan pola
3. Pasir
4. Inti

Home  
5. Peralatan (mekanik)
6. Logam
7. Penuangan dan pembersihan benda cor

II. PROSEDUR PEMBUATAN CETAKAN


Cetakan diklasifikasikan berdasarkan bahan yang digunakan :
1. Cetakan pasir basah (green- sand mold)
Cetakan dibuat dari pasir cetak basah. Prosedur pembuatannya dapat dilihat pad ga1.
mbar 1.
2. Cetakan kulit kering (Skin dried mold)
Ada dua cara dapat ditempuh di sini :
a. Pasir disekitar pola setebal  10 mm dicampur dengan pengikat sehingga bila pasir
mengering terbentuk permukaan yang keras. Bagian lainnya terdiri dari pasir basah
biasa.
b. Seluruh cetakan dibuat dari pasir basah kemudian permukaannya yang
bersinggungan dengan pola disemprot atau dilapisi bahan yang mengeras bila
dipanaskan. Pelapis terdiri dari minyak cat, molas , sagu atau bahan sejenis.
Permukaan harus dikeringkan dengan hembusan udara atau pemanasan.

Home  
3. Cetakan Pasir Kering (Dry-sand molds)
Cetakan dibuat dari pasir yang kasar dengan bahan pengikat. Karena harus
dipanaskan dalam dapur sebelum digunakan, tempat cetakan terbuat dari logam.
Cetakan pasir kering tidak menyusut sewaktu kena panas dan bebas dari gelembung
udara. Baik cetakan permukaan kering maupun cetakan pasir kering banyak digunakan
dipengecoran baja.
4. Cetakan Lempung ( Loam molds)
Untuk benda cor yang besar digunakan cetakan lempung. Kerangka cetakan terdiri
dari batu bata atau besi yang dilapis dengan lempung kemudian diperhalus
permukaannya. Cetakan kemudian dikeringkan agar kuat menahan beban logam cair.
Pembuatan cetakan lempung memakan waktu yang lama sehingga agak jarang
digunakan.
5. Cetakan furan ( Furan molds)
Pasir yang kering dan tajam dicampur dengan asam fosfor yang dalam hal ini
merupakan reagens pemercepat. Resin furan ditambahkan secukupnya dan campuran
diaduk hingga resin merata. Pasir dibentuk dan dibiarkan mengeras, biasanya setelah
1 atau 2 jam bahan cukup keras. Pasir resin furan dapat digunakan sebagai dinding
atau permukaan pada pola sekali pakai.

Home  
6. Cetakan CO2
Pasir yang bersih dicampur dengan natrium silikat dan campuran dipadatkan
disekitar pola. Kemudian dialirkan gas CO2 dan campuran tanah akan mengeras.
Cetakan CO2 diterapkan untuk bentuk yang rumit dan dapat menghasilkan
permukaan yang licin.
7. Cetakan logam
Cetakan logam terutama digunakan pad proses cetak tekan (die casting) logam
dengan suhu cair rendah. Coran yang dihasilkan mempunyai bentuk yang tepat
dengan permukaan yang licin sehingga pekerjaan pemesinan berkurang.
8. Cetakan khusus
Cetakan khusus dapat dibuat dari plastik, kertas, kayu, semen, plaster atau karet.
Cetakan khusus ini akan dibahas pada bab selanjutnya.

Home  
III. Proses Pembuatan Cetakan
1. Pembuatan cetakan di meja (bench molding)
Dilakukan untuk benda cor yang kecil
2. Pembuatan cetakan dilantai (Floor molding)
Dilakukan untuk benda cor berukuran sedang atau besar
3. Pembuatan cetakan sumuran (Pit molding)
Benda cor yang besar sekali biasanya dituang dalam sumuran. Sumuran tersebur
merupakan drag dan diatasnya dibuat suatu kup. Sisi sumuran diperkuat dengan lapisan
bata dan alas ditutupi lapisan sinter yang tebal yang dihubungkan dengan pipa-pipa
pelepas gas ke lantai pabrik. Cetakan sumuran tahan terhadap tekanan tinggi yang
ditimbulkan oleh gas panas dan biaya pembuatannya tidak terlalu mahal.

4. Pembuatan cetakan dengan mesin (Machien molding)


Kini sebagian besar pekerjaan yang tadinya dilakukan dengan tangan, dilakukan
dengan mesin. Memadatkan pasir, membalik cetkan dan membuat saluran masuk
dilakukan dengan mesin dan jauh lebih efisien dibandingkan dengan cara terdahulu.

Home  
Gambar 1. Prosedur pembuatan cetakan pasir. A. Belahan pola diletakan diatas papan
cetakan, drag siap untuk diisi pasir. B. Drag telah dibalik dan pasangan
belahan pola diletakan diatasnya. Kup siap untuk diisi pasir, C. Cetakan
telah siap pakai lengkap dengan inti kering ditempatnya.

Home  
VI. Pembuatan Cetakan
Sebagai contoh akan diuraikan pembuatan roda gigi seperti pad Gambar 1,
dibawah ini. Cetakan dibuat dalam rangka cetak (flask) yang terdiri dari dua bagian,
bagian atas disebut kup dan bagian bawah disebut drag. Pak kotak cetak yang terdiri
dari tiga bagian, bagian tengahnya disebut cheek. Kedua bagian kotak cetakan disatukan
pada tempat tertentu dengan lubang dan pin.

V. Prosedur Pembuatan Cetakan


Pertama-tama, belahan pola diletakan diatas papan kayu yang rata Kemudian
rangka cetak bawah diletakan diatas kayu (Gambar 1.a)Drag diisi penuh dengan pasir,
yang dimampatkan secara manual atau mesin, tergantung pad besar kecilnya cetakan.
Pemampatan pasir memerlukan pengalaman. Bila pasir kurang padat, cetakan mudah
rusak pad waktu pengerjaannya atau rusak akibat aliran logam cair. Bila terlalu padat,
gas atau uap sulit menguap, hal ini dapat menyebabkan terjadinya cacat dlam benda cor.

Home  
Belahan pola kemudian dilepaskan. Sebelum cetakan ditutup, perlu dibuat saluran
masuk (gate) antara rongga cetakan dan saluran turun. Penampang saluran masuk dekat
cetkan jangan terlalu besar untuk memudahkan pematahannya. Untuk mengimbangi
penyusutn logam, pad kup dibuat lubang yang memuat logam cadangan dan lubang ini
disebut riser atau penambah.
Permukaan rongga cetakan dibasahi, diseka atau ditaburi serbuk pelapis. Serbuk
pelapis terdiri dari tepung silikon dan grafit dengan komposisi tertentu tergantung pad
jenis logam yang dicor. Pelapisan permukaan bertujuan menghaluskan penyelesaian
permukaan benda cor dan mengurangi timbulnya cacat-cacat permukaan.
Pad Gambar 1.c, tampak cetakan yang telah selesai sebelum logam dicor,
cetakan harus diberi beban pemberat untuk menghindarkan terangkatnya kup yang dapat
menyebabkan terjadinya aliran logam diantara kedua belahan cetakan.

VI. Cetakan Pola Sekali Pakai


Pola sekali pakai umumnya terdiri dari satu bagian, ditempatkan diatas papan
alas dan drag dibuat sebagaimana biasanya. Setelah drag selesai, dibalik, dan

Home  
Setelah pemampatan pasir selesai, pasir yang berlebihan diratakan. Untuk memudahkan
pelepasn gas sewaktu penuangan, pasir ditusuk-tusuk dibeberapa tempat.
Cetakan bagian bawah kemudian dibalik, dengan demikian kup dapat
dipasangkan dan cetakan diselesaikan. Sebelum dibalik, ditaburkan pasir kering dan
diatasnya diletakan papan. Drag dibalik dan alas cetakan diangkat dan tampaklah pola.
Permukaan pasir diratakan dan ditaburi pasir kering. Pasir kering yang ditaburkan
adalah pasir silika kering yang halus dan tidak ada kekuatannya. Pasir ini mencegah
melekatnya pasir dari kedua bagian cetakan.
Setelah itu kup diletakan diatas drag (Gambar 1.b), pasak (pin) dipasang
sehingga tidak terjadi pergeseran. Pad cetakan bagian atas perlu perlu dibuat alur turun
(sprue) yang merupakan saluran pengalir logam cair, suatu pin tirus (sprue pin)
ditempatkan  25 mm dikiri – kanan pola. Kemudian kup diisi pasir, dipadatkan dan
diberi lubang pelepasan gas, sama halnya dengan persiapan cetakan bagian bawah tadi.
Cetakan hampir selesai, tinggal mengeluarkan pola dan pin alur turun, pertama-
tama pin saluran turun dikeluarkan, kemudian dibuat cawan tuang pad ujung alur turun
sehingga terjadi lubang yang agak besar untuk menuangkan logam cair. Kup kemudian
dilepaskan dan dibalik. Sebelum belahan pola dilepas, pasir disekitar rongga cetakan
diseka dengan kain lembab untuk menjaga agar tepi-tepi rongga cetakan tidak rontok.

Home  
dilanjutkan dengan pembuatan kup. Jangan lupa membuat lubang-lubang pelepas udara.
Meskipun lazimnya digunakan pasir basah, pasir jenis lainnya banyak dignakan juga,
khususnya pad bagian permukaan pola. Tidak diperlukan pasir pemisah antara kup dan
drag karena pola hanya dibuka ketika akan mengeluarkan benda coran. Saluran turun
dan bagian dari sistem saluran masuk lainnya biasanya merupakan bagian dari pola.
Pola polistirin termasuk saluran turun dan saluran tuangnya ditinggalkan dalam cetakan.
Logam cair dituangkan dengan cepat kedalam saluran turun, polistirein menguap dan
logam cair mengisi rongga cetakan, Gambar 2.

Gambar 2. Cetakan pola sekali pakai

Home  
Setelah logam membeku dan dingin, benda cetak dikeluarkan dan dibersihkan.
Logam dituang dengan cepat untuk mencegah terjadinya pembakaran polistiren yang
mengakibatkan terjadinya residu karbon. Gas yang terjadi akibat penguapan bahan,
terdorong keluar melalui pasir yang permeabel dan lubang-lubang pelepasan gas.
Biasanya pola diberi lapisan bahan tahan api agar dapat diperoleh permukaan yang
mulus. Selain itu diperlukan pemberat yang cukup dan ikatan samping yang kuat untuk
mengimbangi tekanan-tekanan tinggi yang terjadi dalam pola.

Keuntungan dari proses ini meliputi :


1. Sangat tepat untuk mengecor benda-benda dalam jumlah kecil
2. Tidak memerlukan pemesinan lagi
3. Menghematbahan coran
4. Permukaan mulus
5. Tidak diperlukan pembuatan pola belahan kayu yang rumit
6. Tidak diperlukan inti atau kotak inti
7. Pengecoran jauh lebih sederhana

Home  
1. Pengikisan dinding saluran masuk dan permukaan rongga cetakan harus ditekan
dengan mengatur aliran logam cair atau dengan menggunakan inti pasir kering.
2. Aliran logam cair yang masuk harus diatur sedemikian sehingga terjadi solidifikasi
terarah. Solidifkasi hendaknya mulai dari permukaan cetakan kearah logam cair
sehingga selalu ada logam cair cadangan untuk menutupi kekurangan akibat
penyusutan
3. Usahakanlah agar slag, kotoran atau partikel asing tidak dapat masuk kedalam
rongga cetakan

Cawan tuang yang berdampingan dengan lubang saluran turun biasanya terdapat pada
cetakan yang besar untuk memudahkan penuangan dan untuk mencegah masuknya terak
kedalam cetakan. Cawan tuang selalu harus dalam keadaan terisi sehingga logam cair
mengalir terus-menerus. Gambar 3, terlihat adanya saluran penyaring untuk mencegah
masuknya terak atau partikel lainnya kedalam saluran turun kedua. Dapat

Home  
Kerugiannya adalah :
1. Pola rusak sewaktu dilakukan pengecoran
2. Pola lebih mudah rusk, oleh karena itu memerlukan penanganan yang lebih
sederhana
3. Pad pembuatan pola tidak dapat dignakan mesin mekanik
4. Tidak ada kemungkinan untuk memeriksa keadaan rongga cetakan

VII. SALURAN MASUK, PENAMBAH DAN KARAKTERISTIK PEMBEKUAN


Sistem saluran masuk (gating sistem) untuk mengalirkan logam cair ke dalam
rongga cetakan, terdiri dari cawan tuang, saluran turun, pengalir dan saluran masuk
tempat logam mengalir memasuki rongga cetakan. Fungsi sistem saluran masuk perlu
dirancang dengan mantap dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut :
Aliran logam hendaknya memasuki rongga cetakan pad dasar atau dekat dasarnya
dengan turbulensi seminimal mungkin. Hal perlu diperhatikan, khususnya pad benda
tuang yang kecil.

Home  
juga digunakan sumbat yang terbuat dari pasir kering atau keramik untuk
mengatur aliran logam cair sehingga hanya cairan yang bersih saja yang dapat memasuk
rongga cetakan.
Pada cetakan biasanya terdapat penambah (riser) untuk cadangan logam cair
seandainya terjadi penyusutan. Penampangnya harus cukup besar, sehingga logam tetap
tetap dalam keadaan cair selama mungkin dan letaknya dekat rongga cetakan yang agak
besar dimana diperlukan akan terjadi penyusutan yang cukup berarti.

Gambar 3. Cara pengaliran logam cair ke dalam rongga cetakan

Home  
Penambah buntu terdapat dikotak cetakan atas atau kup. Biasanya ditempatkan langsung
diatas saluran masuk logam cair kedalam rongga cetakan. Oleh karena itu logam cair
dari penambah buntu mudah memasuki rongga cetakan bila diperlukan.
Penyusutan terjadi bila logam membeku dan bila solidifikasi tidak diatur dengan
baik dapat terjadi rongga penyusutan yang cukup besar. Seharusnya solidifikasi
dikendalikan sedemikian sehingga rongga terjadi disaluran turun, saluran masuk atau
penambah. Pada Gambar 4, terlihat gradien suhu dan garis isoterm dalam suatu benda
coran serta arah aliran panas logam. Umumnya rongga penyusutan terjadi didaerah
dimana terjadi pembekuan logam cair paling akhir atau daerah yang paling tinggi
suhunya. Desain cetakan harus dimodifikasi sedemikian sehingga hal-hal sperti ini
dapat dihindarkan.
Kadang-kadang dipasangkan chill (batang logam) untuk mengendalikan
solidifikasi, dengan demikian panas dapat disalurkan dengan cepat. Selain itu dapat
ditempatkan bahan kimia eksotemik dekat benda coran sehingga suatu daerah tertentu
tetap panas.

Home  
Gambar 4. Isoterm yang menunjukan daerah dimana mungkin terjadi rongga penyusutan

VIII. POLA
1. Jenis Pola
Pada Gambar 5, tampak 7 jenis pola. Pola yang paling sederhana, A, merupakan pola
tunggal. Banyak sekali bentuk pola yang terdiri dari beberapa bagian, tergantung pada
bentuknya. Kadang-kadang pola dibuat dari dua bagian untuk memudahkan pembuatan
cetakan ( 5.B). Bagian atas dari pola terletak dalam kotakcetakan atas, sebagian lagi

Home  
dibawah. Bidang pemisah menentukan belahan pola. Pada C tampak pola dengan dua
bagian yang terlepas sehingga memudahkan pengeluaran pola dari cetakan.
Untuk membuat cetakan dalam jumlah banyak, dapat dignakan pola lengkap
dengan sistem saluran (Gambar D). Biasanya pola jenis ini dibuat dari logam sehingga
lebih kuat sekaligus mencegah pelenturan akibat kelembaban . Saluran masuk atau
saluran pengalir untuk logam cair terdiri dari bagian penghubung antara masing-masing
pola. Pelat penyambung (match plate) memudahkan pekerjaan pembuatan cetakan
dengan mesin. Pada gambar E terlihat pelat penyambung, dengan belahan pola masing-
masing. Pelat penyambung terdiri dari pelat logam atau kayu dengan pola serta saluran
yang dipasangkan secara tetap. Pada ujungnya terdapat lubang untuk pemasangannya
pada kotak cetakan standar. Papan penuntun dapat digunakan padpadla tunggal atau
ganda seperti tampak pad gambar F. Pola dengan papan penuntun lebih sulit
pembuatannya. Cetakan dengan bentuk beraturan dapat dibuat dengan menggunakan
pola putar seperti tampak pad gambar G. Pola putar digunakan untuk membuat cetakan
mangkok bulat yang besar. Dan pola sipat datar dapat digunakan untuk membuat alur
atau tonjolan. Keuntungannya adalah mengurangi biaya pembuatan pola tetap yang
cukup mahal.

Home  
Gambar 5. Jenis Pola, A. Pola tunggal; B. Pola belah atau pola terpisah; C. Pola
terlepas; D. Pola dengan sistem saluran; E. Pola dengan papan penyambung; F. Papan
penuntun untuk pola roda; G. Pola sipat; sipat lengkung untuk inti pasir basah yang
besar dan sipat datar untuk alur.

Home  
Bentuk pola tergantung pada pengalaman pembuat pola, biaya yang tersedia dan jumlah
cetakan yang akan dibuat. Benda cor yagn besar biasanya dibuat tersendiri. Untuk
benda berbentuk simetri dapat digunakan pola sipat atau sejenis. Pada pembuatan pola
dengan mesin biasanya digunakan pola dengan papan penyambung. Sekaligus dapat
dibuat beberapa benda cor. Meskipun cukup mahal biaya pembuatannya, pola semacam
ini tahan lama.

2. Ketepatan Ukuran Coran


Pada pembuatan pola harus diperhatikan beberapa hal antara lain : pengaruh penyusutan
logam cair, ketirusan, penyelesaian, distorsi dan kelonggaran, sehingga kita dapat
memperoleh benda cor yang benar-benar sesuai dengan benda yang akan dibuat.

Home  
3. Penyusutan
Karena hampir semua jenis logam menyusut pada waktu pembekuan, pada
waktu membuat pola perlu ditambahkan ukuran penyusutan. Untuk kemudahan, untuk
besi cor dapat digunakan mistar susut yang 1,04% atau 0,0104 min/mm lebih panjang
dari ukuran standar. Direncanakan suatu roda gigi yang bila pemesinan telah selesai,
mempunyai diameter luar 150 mm. Untuk brons perlu ditambah 1,56%, baja 2,08%,
aluminium dan magnesium 1,30%.
Nilai-nilai tersebut merupakan nilai rata-rata dan berubah sedikit tergantung pad
desain benda cor, tebal dinding dan susunan logam. Bila membuat pola logam dari
benda asal, maka perlu diperhitungkan faktor penyusutan ganda.

4. Tirus
Bila pola yang dapat diangkat dikeluarkan dari cetakan, kadang-kadang tepi
cetakan pasir yang bersentuhan dengan pola terangkat. Oleh karena itu untuk
memudahkan pengeluaran pola, maka sisi tegak pola dimiringkan. Untuk permukaan
luar, biasanya dipakai penambahan sebesar 1,04% hingga 2,08%. Untuk lubang
disebelah dalam dapat digunakan kemiringan sampai 6,25%.

Home  
5. Penyelesaian
Permukaan coran yang akan mengalami permesinan biasanya diberi tanda
tertentu. Tanda tersebut berarti bahwa pola harus dipertebal, sehingga cukup bahan
untuk diselesaikan. Umumnya penambahan adalah 3,0 mm. Untuk pola yang besr suaian
tersebut harus ditambah karena ada kemungkinan bahwa benda cor akan melengkung.

6. Distrosi
Distorsi terjadi pada benda coran dengan bentuk yang tidak teratur karena
sewaktu membeku terjadi penyusutan yang tidak merata. Kemungkinan ini perlu
diperhitungkan sewaktu membuat pola.

7. Kelonggaran
Bila pasir disekitar pola ditumbuk-tumbuk kemudian pola dilepaskan, pad
umumnya ruangan pola akan lebih besar sedikit. Pada benda cor yang besar atau benda
cor yang tidak mengalami penyelesaian, hal ini dapat diatasi dengan membuat pola yang
kecil sedikit

Home  
8. Bahan Pola
Langkah pertama dalam pembuatan suatu benda cor adalah persiapan pola. Pola
ini agak berbeda dibandingkan dengan benda cornya sendiri. Perbedaan tersebut
mencakup suaian pola untuk mengimbangi penyusutan dan pemesinan dan penambahan
lainnya untuk memudahkan pengecoran.
Pola biasanya dibuat dari kayu karena relatif murah dan mudah dibentuk.
Karena penggunaan pola biasanya terbatas, pola tidak perlu dibuat dari bahan awet.
Sebaliknya pola yang diperlukan untuk produksi dalam jumlah yang banyak
biasanya dibuat dari logam karena lebih awet dalam penggunaan.

9. POLA SEKALI PAKAI


Pola sekali pakai, ditinggalkan dalam cetakan dan dibiarkan menguap. Oleh
karena itu pola jenis ini merupakan pola tunggal yang telah dilengkapidengan sistem
saluran masuk, pengalir dan penambah.

Home  
a. Bahan yang digunakan
Pola sekali pakai dibuat dari stirofoam atau polistiren dengan berat jenis antara 16
sampai 19,2 kg/m3. Kekuatan tekan bahan ini adalah 89 sampai 124 Mpa. Polistiren
dapat diperoleh dalam bentuk lembaran berukuran 1,2 x 1,3 m dengan tebal  450 mm.
Bahan perlu dibiarkan selama 45 hari (setelah pembuatan). Untuk pola kecil dalam
jumlah banyak dapat digunakan bola-bola kecil dari polistiren. Bola-bola kecil ini
dibentuk dalam cetakan logam, dipanaskan dengan uap atau lsitrik.
Untuk menghaluskan permukaan benda cetak, cetakan disikat, diseka atau
disemprot dengan larutan zirkonium. Untuk menutupi pola dapat digunakan pasir basah,
pasir dicampur dengan natrium silikat, pasir furan, pasir lepas atau debu.
b. Suaian Pola
Suaian untuk pola sekali pakai hanya meliputi penyusutan, penyelesaian dan torsi.

Home  
IX. PASIR

1. Jenis Pasir
Pasir silika (SiO2), ditemukan dibanyak tempat dan tersebar diseluruh Nusantara. Pasir
ini sangat cocok untuk cetakan karena tahan suhu tinggi tanpa terjadi penguraian, murah
harganya, awet dan butirannya mempunyai bermacam tingkat kebesaran dan bentuk.
Namun, angka muaianya tinggi dan memiliki kecenderungan untuk melebur menjadi
satu dengan logam. Karena kandungan debu yang cukup tinggi, dapat berbahaya bagi
kesehatan.
Pasir silika murni tidak dapat dimanfaatkan untuk membuat ctakan karena tidak
memiliki daya pengikat. Pencampuran lempung sebanyak 8 sampai 15% dapat mengikat
daya ikatnya. Jenis lempung yang sering dimanfaatkan adalah kaolin, ilit dan bentonit.
Bentonit adalah sejenis abu vulkanik yang telah lapuk.

Home  
Pasir cetak alam telah mengandung sejumlah lempung, sehingga untuk membuat
cetakan baik untuk besi baja maupun nonferous tinggal menambahkan air saja. Karena
pasir cetak alam banyak mengandung bahan-bahan organik, pasir ini kurang baik untuk
penggunaan pad suhu tinggi. Pasir cetak buatan, terdiri dari butiran silika yang telah
dicuci dan ditambah lempung sebanyak 3 sampai 5%. Jumlah air yag ditambahkan
untuk memperoleh kekuatan yang cukup memadai kurang dari 5%, sehingga gas yang
dilepaskan juga berkurang.
Jenis cetakan turut menentukan ukuran pasir. Untuk cetakan yang kecil dan
rumit digunakan pasir yang halus sehingga didapat benda cetak yang baik. Benda cor
yang besar memerlukan pasir cetak yang lebih kasar, ini untuk memudahkan pelepasan
gas. Buriran tajamberbentuk tak teratur sangat baik oleh karena mereka saling bertautan
dan meningkatkan kekuatan cetakan.

Home  
2. Pengujian Pasir
Pasir cetak perlu diuji secara berkala untuk mengetahui sifat-sifatnya. Sifat pasir
cetak berubah akibat tercampur kotoran-kotoran atau karena pengaruh suhu yang tinggi.
Pengujian yang lazim diterapkan adalah pengujian mekanik untuk menentukan sifat-
sifat pasir sebagai berikut :
a. Permeabilitas. Porositas pasir memungkinkan pelepasan gas dan uap yang terbentuk
dalam cetakan.
b. Kekuatan . Pasir harus memiliki daya kohesi, kadar air dan lempung mempengaruhi
sifat-sifat kohesi
c. Ketahanan terhadap suhu tinggi. Pasir harus tahan terhadap suhu tinggi tanpa
melebur.
Ukuran dan bentuk butiran. Ukuran butiran pasir harus sesuai dengan sifat permukaan
yang dihasilkan. Butiran harus berbentuk tidak teratur sehingga memiliki kekuatan
ikatan yang memadai.

Home  
3. Pengujian Kekerasan Cetakan dan Inti
Pada Gambar 6, tampak alat pengukur kekerasan cetakan. Prinsip kerjanya adalah
sederhana; bola baja  5,08 cm ditekan kedalam permukaan cetakan oleh per (gaya 2,3
N). Kedalaman penetrasi yang diukur dalam milimeter menjadi indikasi daripada
kekerasan. Cetakan dengan pemadatan sedang mempunyai nilai kekerasan : 75.

Gambar 6. Alat pengukur kekerasan cetakan pasir basah.

Home  
4. Analisa Ayak
Analisa ayak dilakukan untuk menentukan persentase distribusi ukuran butiran.
Mula-mula pasir dicuci sampai bebas dari lempung, kemudian dikeringkan. Untuk
analisa digunakan satu set ayakan standar NBS dengan ukuran (mesh) 6, 12, 20, 30, 40,
50, 70, 100, 140, 200, 270. Ayakan tersebut ditumpuk dan diletakan pada pengguncang.
Mula-mula pasir diletakan di ayakan yagn paling kasar diatas, dan setelah diguncangkan
selama 15 menit, berat pasir yang tertinggal dimasing-masing ayakan ditimbang dan
dinyatakan dalam persen berat.

5. Pengukuran Kadar Air


Kadar air pasir cetak tergantung pada jenis cetakan dan jenis logam yang dicor.
Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, kadar air perlu dikendalikan dengan cermat.
Salah satu cara yang paling teliti adalah dengan menimbang pasir sebelum dan sesudah
dikeringkan. Pada alat pengukur kelembaban terdapat elemen pemanas dan peniup
untuk mengeringkan pasir. Dari selisih berat dapat dihitung persentase kadar air. Kadar
air sebaiknya berkisar antara 2 dan 8%, tergantung pad jenis cetakan.

Home  
6. Pengujian Kadar Lempung
Alat untuk menentukan kadar lempung terdiri dari dapur pemanas, timbangan
dan pencuci pasir. Sejumlah pasir dikeringkan kemudian dicampur dengan larutan soda
kaustik, setelah beberapa lama, larutan soda kaustik yang mengandung lempung
dibuang. Proses ini diulangi tiga kali. Contoh dikeringkan, ditimbang dan dibandingkan
dengan berat mula untuk menentukan kadar lempung.

7. Pengujian Permeabilitas
Pasir cetak yang baik harus mampu mengalirkan uap dan gas-gas yang
dilepaskan oleh logam panas. Hal ini tergantung pada beberapa faktor, antara lain ;
bentuk butiran pasir, kehalusan, tingkat pemampatan, kadar air dan jumlah unsur
pengikat. Permeabilitas ditentukan oleh jumlah udara yang melalui contoh pasir cetak
dalam keadaan standar. Pasir cetak berbutir kasar dengan sendirinya mempunyai nilai
permeabilitas yang lebih baik. Pencampuran pasir halus dengan pasir kasar akan dapat
mengubah nilai permeabilitas. Harga maksimum dicapai pad 5% kelembaban.

Home  
Ada juga peralatan yang dengan langsung mencatat permeabilitas pasir cetak, seperti
pada Gambar 7.

Gambar 7. Peralatan untuk mengukur permeabilitas pasir cetak

8. Kekuatan Pasir
Untuk menentukan daya tahan dan daya ikat pasir basah maupun pasir kering
diadakan percobaan tekan, percobaan tarik, percobaan geser atau percobaan kekuatan
melintang. Yang umum digunakan sebagai patokan adalah kekuatan tekan. Karena pasir
bersifat rapuh perlu diadakan persyaratan pengujian khusus.

Home  
Pada Gambar 8, tampak mesin pengukur kekuatan pasir. Contoh standar berukuran
panjang 50 mm, diameter 50 mm. Beban diberikan dengan laju pembekuan yang
konstan. Disamping itu terdapat pula peralatan tambahan untuk melakukan percobaan
tarik, percobaan geser dan sebagainya, baik untuk pasir basah atau kering maupun untuk
inti.

Gambar 8. Mesin pengukur kekuatan pasir

Home  
DAFTAR PUSTAKA

• Groover, M.P., (1999), Fundamentals of Modern Manufacturing, John


Wiley and sons, New York

• Kalpakjian, S., Schmid, S.R., (2001), Manufacturing Engineering and


Technolody, 4th edition, Prentice Hall, New Jersey.

• Kalpakjian, S., Schmid, S.R., (2003), Manufacturing Process for


Engineering Material, 4th edition, Prentice Hall, New Jersey

• Schey, J.A., (2000), Introduction to Manufacturing Process, 4th


edition, McGraw Hill, New York

Home  

Anda mungkin juga menyukai