Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULU

AN

Latar
Belakang

Sektor pertanian memiliki beberapa subsektor, salah satunya


adalah subsektor perkebunan. Perkebunan memiliki peranan strategis
dalam penyediaan pangan, seperti minyak goreng sawit dan gula yang
merupakan salah satu pilar stabilitas ketahanan pangan di Indonesia. Selain
itu, perkebunan juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Peran ini
relatif konsisten, baik ketika Indonesia mengalami krisis maupun keadaan
normal.
Pengolahan hasil perkebunan didefinisikan sebagai proses yang
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari bahan mentah
dengan meningkatkan jumlah panen, jumlah hasil yang diproduksi, atau
keduanya untuk meningkatkan nilai ekonomis dari produk tersebut dengan
meningkatkan kualitas dari hasi penanaman atau dengan menurunkan biaya
produksi. Oleh karena itu, industri pengolahan kelapa sawit merupakan
keharusan karena buah kelapa sawit memiliki nilai ekonomi rendah jika
tidak diolah menjadi CPO (Crude Palm oil) dan KPO (Kernel Palm Oil).
CPO dikenal sebagai minyak sawit kasar yang berwarna merah yang
berasal dari biji kelapa sawit. PKO tidak berwarna dan berasal dari
biji kelapa sawit. Pada Tabel 1, disajikan produksi minyak sawit dan biji
sawit tahun
2009 secara berurut adalah 13 872 600.00 ton dan 3 145 500.00 ton
dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 14 038 100.00 ton dan 3 183
100.00 ton (BPS
2013). Berdasarkan data tersebut, diperoleh peningkatan sebesar 1.19 %
untuk kedua komoditas tersebut.

Tabel 1 Produksi minyak kelapa sawit dan biji


kelapa sawit (ribu ton) tahun 2007 –
2011a

Tahun Minyak sawit Biji sawit


2007 11 437.90 2 593.20
2008 12 477.70 2 829.20
2009 13 872.60 3 145.50
2010 14 038.10 3 183.10
b 14 632.40 3 317.80
2011
aSumber: BPS (2013).
bData sementara.

Berkembangnya industri hilir (downstream industry), dan cerahnya


prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak
nabati dunia mendorong pemerintah Indonesia untuk mengembangkan
industri kelapa saiwt secara terintegrasi (agroindustri). Pengembangan
industri kelapa sawit secara terintegrasi dengan cara mensinergikan
berbagai potensi yang ada dilakukan untuk dapat menciptakan added
value bagi produk-produk yang berbasiskan kelapa sawit. Selain itu,
pengembangan industri kelapa sawit secara terintegrasi akan mendorong
pertumbuhan ekonomi, terciptanya lapangan pekerjaan, penurunan angka
pengangguran dan kemiskinan.
Industri hilir kelapa sawit memiliki karakteristik padat teknologi dan
padat modal. Industri hilir kelapa sawit Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi tiga
2

kelompok besar yaitu industri ekstraksi minyak sawit dari buat sawit
(pabrik pengolahan kelapa sawit), industri pengolahan minyak sawit, dan
industri pemanfaatan limbah kelapa sawit.
Industri hilir yang paling banyak diusahakan di Indonesia ialah
industri ekstraksi sawit dari buah sawit berupa pabrik kelapa sawit. Industri
ini tersebar di seluruh Indonesia dan berperan penting dalam peningkatan
nilai produk kelapa sawit dan pembangunan ekonomi nasional (penyerapan
tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi). Akan tetapi, keberlangsungan
pabrik-pabrik kelapa sawit senantiasa mengalami pasang surut akibat faktor
internal maupun faktor eksternal.
Pendirian pabrik kelapa sawit perlu didahului oleh analisis untuk
menilai tingkat kebutuhan optimumnya sehingga layak untuk beroperasi
dan menguntungkan pada kondisi internal dan eksternal yang sangat
dinamis. Pada tahap perencanaan, biaya pengolahan perlu dihitung untuk
mengetahui kelayakan proyek tersebut sedangkan pada tahap pelaksanaan
biaya pengolahan akan dipakai sebagai pantokan penjualan hasil produksi.
Analisis biaya dan kelayakan yang tepat terhadap suatu proyek
pabrik kelapa sawit diharapkan dapat digunakan oleh pengusaha sebagai
penunjang pengambilan keputusan dalam penentuan kapasitas produksi,
komponen biaya yang dikeluarkan, dan perubahan-perubahan internal
yang harus dilakukan untuk menghadapi perubahan eksternal yang terjadi.
Hal ini dilakukan agar pabrik dapat terus beroperasi, memberikan
keuntungan bagi pengusaha, menyediakan lapangan kerja, dan berperan
dalam pertumbuhan ekonomi.

Perumusan
Masalah

Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) merupakan salah


satu pabrik pengolahan kelapa sawit yang dimiliki PTPN IV (Persero).
Kapasitas terpasang pabrik ini ialah 30 ton TBS/jam. Keberlangsungan
usaha pabrik kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan
eksternal yang sangat cepat berubah. Oleh karena itu, sangat penting untuk
menganalisis biaya, kelayakan, dan sensitivitas usaha terhadap perubahan-
perubahan yang mungkin terjadi di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV
(Persero).

Tujuan
Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis biaya dan kelayakan


usaha Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero), Kabupaten
Labuhan Batu Utara dan menganalisis sensivitas biaya terhadap beberapa
kondisi sebagai langkah antisipasi terhadap perubahan internal dan
eksternal.

Manfaat
Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai referensi penentuan


kelayakan usaha pabrik kelapa sawit bagi pelaku usaha. Penelitian ini juga
dapat bermanfaat sebagai referensi studi ekonomi teknik bagi inovator alat
dan mesin pengolahan kelapa sawit.
3

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini ialah komponen biaya pada


proses pengolahan kelapa sawit hingga menjadi CPO (Crude Palm Oil) dan
KP (Kernel Palm) di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV
(Persero). Pengamatan/observasi dilakukan sejak kelapa sawit masuk
pabrik hingga menjadi CPO dan KP.

TINJAUAN
PUSTAKA

Pengolahan Kelapa
Sawit

Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar


30 bulan setelah ditanam dilapangan. Buah yang dihasilkan disebut
TBS (tandan buah segar) atau FFB (fresh fruit bunch). Produktivitas
kelapa sawit meningkat mulai umur 3 sampai 14 tahun dan akan menurun
kembali setelah 15 sampai 25 tahun. Setiap pohon sawit dapat
menghasilkan 10 sampai 15 TBS per tahun dengan berat 3 sampai 40
kg per tandan, bergantung umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1
000 sampai 3 000 brondolan dengan berat rata-rata berondolan berkisar 10
sampai 20 gram (Pahan 2006).
Menurut Pahan (2006), pada proses pengolahan kelapa sawit, stasiun
pengolahan TBS menjadi CPO dan KP umumnya terdiri dari stasiun utama
dan stasiun pendukung. Stasiun utama berfungsi sebagai penerimaan buah
(fruit reception), rebusan (sterilizer), pemipilan (thresher), pencacahan
(digester) dan pengempaan (presser), pemurnian (clarifier), dan pemisahan
biji dan inti (kernel). Stasiun pendukung berfungsi sebagai pembangkit
tenaga (power), laboraturium (laboratory), pengolahan air (water
treatment), penimbunan produk (bulking), dan bengkel (workshop).
Penanganan bahan baku TBS meliputi penimbangan TBS di jembatan
timbang, sortasi, dan pemasukan TBS ke Loading Ramp. Pengolahan
selanjutnya meliputi perebusan di Sterilizer, penebahan di Thresher,
peremasan di Digester, pengempaan di Screw Press, pengutipan dan
pemurnian minyak, dan pengolahan biji. Pengutipan dan pemurnian
minyak meliputi Sand Trap Cyclone, Vibro Screen, Crude Oil Tank,
Reception Oil Tank, diteruskan ke Oil Purifier, Vacuum Dryer, dan minyak
produksi ditampung di Oil Storage Tank, kemudian diteruskan ke Sludge
Separator, sludge yang masih mengandung minyak akan kembali ke Vibro
Screen, sedangkan sludge pada Bak Fat Pit yang masih mengandung
minyak akan dialirkan lagi kembali CST (Continuous Settling Tank).
Gumpalan biji yang berasal dari proses pengepresan akan dipecah-pecah
oleh CBC (Cake Breaker Conveyor), kemudan dilakukan pemisahan
serabut dan biji oleh Depercarper, dan masuk ke dalam Polishing Drum,
Nut Silo Dryer, LTDS (Light Tenera Dust Separator), Kernel Silo Dryer,
Kernel Winnowing, dan kemudian diperoleh inti sawit.
Proses pengolahan kelapa sawit di PKS Berangir PTPN IV (Persero)
tidak jauh berbeda dibanding PKS lainnya. Proses pengolahan kelapa sawit
di PKS Berangir PTPN IV (Persero) disajikan pada Lampiran 1 dan
Material balance pada Lampiran 2.
4
Mesin-Mesin Pengolahan Kelapa Sawit

Mesin-mesin yang digunakan oleh pabrik kelapa sawit untuk


mengolah kelapa sawit hingga menjadi CPO adalah Sterilizer, Thresher,
Digester, Screw Presser, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Clarifier Tank,
Sludge Tank, Pure Oil Tank, Oil Purifier, Vacuum Drier, Sludge
Separator/Decanter, dan Effluent Boiler. Sedangkan mesin-mesin yang
digunakan pabrik kelapa sawit untuk mengolah gumpalan biji hingga
menjadi KP adalah Deparicarper, Polishing Drum, Nut Silo, Nut
Cracker, Pneumatic Separating Column, Clay Bath, dan Kernel Silo
(Pahan 2006).

Analisis
Biaya
Metode pendekatan dalam analisis biaya adalah salah satu metode
penting dalam ranah ilmu ekonomi teknik (engineering economy). Analisis
biaya digunakan untuk mengukur pengeluaran yang digunakan dalam
evaluasi alternatifyang akan diambil dalam suatu investasi. Menurut
Young (1993) alternatif yang dapat dievaluasi adalah alternatif investasi
proyek, penggunaan teknologi maupun kebijakan perusahaan akan suatu
proses tertentu. Menurut DeGarmo et al. (1984) pengambilan keputusan
atas beberapa alternatif harus didasarkan pada jumlah investasi modal
terendah dan menghasilkan hasil yang optimum. Menurut Young (1993),
konsep dasar ekonomi teknik dalam evaluasi alternatif adalah nilai uang
terhadap waktu, analisis biaya, bunga, dan manfaat.

B
i
a
y
a
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan
uang
yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi 1986). Guna
mengidentifikasi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu
proyek dalam proses produksi, maka biaya dapat dikelompokkan
berdasarkan fungsi- fungsi pokok yang ada dalam perusahaan.
Biaya investasi adalah biaya modal yang dikeluarkan untuk
membiayai pengadaan barang modal. Biaya investasi umumnya
dikeluarkan di awal usaha dan cukup besar, misalnya, properti, mesin dan
alat, dan peralatan kantor.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh
perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam periode waktu
tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji, premi asuransi, bunga pinjaman,
perawatan alat dan mesin.
Biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya selaras
dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap periode waktu.
Contoh biaya tidak tetap adalah biaya bahan baku, sarana investasi, bahan
pembantu (BBM, spare- part mesin), dan upah tenaga kerja langsung.
Biaya setengah berubah adalah biaya yang jumlahnya berubah
seiring perkembangan produksi tetapi jumlahnya tidak proporsional dengan
volume produksi, misalnya perubahan volume melewati kapasitas fasilitas
yang ada sehingga diperlukan penambahan kapasitas mesin, biaya
perbaikan mesin, dan sebagainya (Giatman 2011). Biaya semi tidak tetap
sebaiknya dimasukkan ke dalam biaya tidak tetap.
5
Menurut Pramudya dan Dewi (1992), biaya total merupakan biaya
keseluruhan untuk mengoperasikan suatu mesin pertanian. Biaya total
terdiri dari jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Biaya pokok adalah biaya yang diperlukan suatu mesin pertanian
untuk setiap unit produk. Untuk menghitung biaya pokok suatu mesin
pertanian diperlukan data kapasitas mesin yang bersangkutan (Pramudya
dan Dewi 1992).

M
a
nf
a
at
Manfaat merupakan sesuatu yang menimbulkan kontribusi terhadap
tujuan
suatu bisnis. Manfaat bisa berupa manfaat langsung maupun tidak
langsung. Manfaat langsung adalah manfaat yang secara nyata dan
langsung dapat dirasakan sebagai akibat bisnis seperti penjualan,
peningkatan produksi, penurunan biaya. Manfaat tidak langsung adalah
manfaat yang secara tidak langsung ditimbulkan karena adanya suatu bisnis
seperti peningkatan kondisi ekonomi, terbukanya infrastruktur baru, dan
dukungan kebijakan pemerintah.

B
u
n
g
a
Menurut Pramudya dan Dewi (1992), apabila penggunaan uang atau
modal
dari suatu usaha berasal dari suatu pinjaman, maka harus diberikan imbalan
dari penggunaan modal tersebut dan biasa disebut bunga. Bunga modal
sederhana adalah bunga yang dibayarkan merupakan perbandingan
lurus antara modal pokok, tingkat bunga modal yang berlaku dalam
suatu periode, dan jumlah periode. Bunga modal majemuk adalah bunga
yang dibayarkan untuk setiap periode waktu dihitung berdasarkan pada
jumlah modal pada awal periode ditambah bunga modal pada periode
tersebut.

Nilai Uang Terhadap


Waktu
Nilai uang terhadap waktu adalah konsep yang menjelaskan
kecenderungan
penurunan nilai uang seiring dengan berjalannya waktu. Konsep nilai uang
terhadap waktu digunakan untuk memperkirakan nilai uang di masa
mendatang yang dianalisis pada masa sekarang maupun sebaliknya (Umar
2007).
Blank dan Tarquin (2002) menjelaskan bahwa interest rate atau suku
bunga adalah menifestasi dari nilai uang terhadap waktu. Bunga adalah
penambahan nominal uang karena aktivitas investasi yang dilakukan,
sedangkan suku bunga adalah persentase nilai uang yang bertambah akibat
aktivitas investasi.

Titik
Impa
s

Menurut Pramudya dan dewi (1992), titik impas adalah titik dimana
terjadi kesetimbangan antara dua alternatif yang berbeda. Jika berada
di luar titik tersebut, kondisi alternatif berbeda sehingga akan
mempengaruhi pengambilan keputusan. Suatu pengambilan keputusan
yang tepat akan memberikan keuntungan, dan sebaliknya akan
menimbulkan kerugian. Analisis titik impas dapat digunakan dalam
berbagai hal yang menyangkut dua pemilihan alternatif, diantaranya
penentuan volume produksi, pemilihan dua alat atau mesin yang sejenis,
dan pemilihan sistem sewa atau beli suatu alat atau mesin.
6

Analisis Kelayakan Finansial

Menurut Pramudya (2010), untuk menilai kelayakan suatu proyek


atau membuat peringkat (ranking) beberapa proyek yang harus dipilih
dapat digunakan beberapa kriteria. Kriteria yang umum digunakan ialah
Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Benefit Cost
Ratio (BC Ratio).

Net Present Value


(NPV)
Menurut Pramudya (2010), NPV merupakan perbedaan antara nilai
sekarang
(present value) dari manfaat dan biaya. NPV dapat dihitung dengan
persamaan berikut:

D
i
m
a
n
a
:
NPV = Net Present
Value (Rp) B =
Penerimaan (Rp)
C =
Biaya (Rp)
n = umur proyek
(tahun)
t =
tahun ke-t

Dari hasil perhitungan NPV yang diperoleh dapat diambil keputusan


sebagai berikut:
Jika NPV > 0, maka proyek layak untuk
dilaksanakan.
Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak untuk
dilaksanakan. Jika NPV = 0, maka proyek akan
mengalami titik impas.

Internal Rate of Return


(IRR)
Menurut Pramudya (2010), IRR merupakan suatu tingkat
pengembalian
modal yang digunakan dalam suatu proyek, yang nilainya dinyatakan
dalam % per tahun. Nilai IRR adalah merupakan nilai tingkat bunga,
dimana NPV-nya sama dengan nol. Dalam persamaan dapat dinyatakan
sebagai berikut:

Persamaan diatas dapat juga dinyatakan dalam bentuk-bentuk persamaan

berikut: PV manfaat – PV biaya = 0

Dari hasil perhitungan IRR yang diperoleh dapat diambil keputusan


sebagai berikut:
Jika IRR ≥ discount rate, maka proyek layak untuk
dilaksanakan. Jika IRR < discount rate, maka proyek tidak
layak dilaksanakan.

Benefit Cost Ratio (BC


Ratio).
Menurut Pramudya (2010), BC Ratio dapat ditentukan dengan
dua cara
yaitu Net Benefit Cost Ratio (Net BC) dan Gross Benefit Cost Ratio (Gross
BC). Dalam penggunaan, cara pertama lebih banyak digunakan
dibandingkan cara kedua. Persamaan Net Benefit Cost Ratio (Net BC)
tersebut dinyatakan sebagai berikut:

Dari hasil perhitungan BC Ratio, pengambilan keputusan dapat


dilakukan berdasarkan kriteria berikut:
Jika BC Ratio > 1, maka proyek layak untuk dilaksanakan
Jika BC Ratio < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan

Analisis
Sensitivitas

Menurut Gittinger (1986), analisis sensitivitas adalah meneliti


kembali suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan
terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Menurut Kadariah (1978), yang
dimaksud dengan analisis kepekaan atau sensitivitas adalah suatu tehnik
analisis untuk menguji secara sistematis apa yang terjadi pada kapasitas
penerimaan suatu proyek apabila terjadi kejadian-kejadian yang berbeda
dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan.
Gittinger (1986) menambahkan proyeksi selalu menghadapi
ketidakpastian yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah
diperkirakan. Pada bidang pertanian terdapat empat masalah utama yang
sensitif yaitu harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya, dan hasil.
Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan nilai pengganti (switching
value), dilakukan secara coba-coba terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi sehingga dapat diketahui kenaikan ataupun penurunan maksimum
yang boleh terjadi agar NPV sama dengan nol.

MET
ODE
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji dan
menganalisis biaya dan kelayakan pabrik kelapa sawit, bagaimana usaha
tersebut berjalan tepat agar tidak mengalami kerugian. Diagram alir analisis
biaya dan kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)
disajikan pada Lampiran 3.
Sumber data adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari observasi terhadap proses pengolahan kelapa sawit di
Pabrik Kelapa Sawit
8

Berangir PTPN IV (Persero), Kabupaten Labuhan Batu Utara.


Penelitian dilakukan pada Bulan Januari 2014 sampai April 2014.
Penelitian ini menggunakan beberapa asumsi dan pendekatan sebagai
dasar dalam melakukan perhitungan dan analisis. Asumsi dan pendekatan
yang digunakan terdiri dari:
1. Umur ekonomis mesin dan alat pada pengolahan sawit adalah 15
tahun dan nilai akhir mesin 10% dari harga awal.
2. Umur fasilitas bangunan dan gudang adalah 30 tahun dan nilai akhir
10% dari biaya awal pembangunan.
3. Umur ekonomis fasilitas penunjang seperti timbangan dan
lain-lain diasumsikan sesuai kondisi di lapangan.
4. Harga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga yang berlaku
pada saat berlangsungnya penelitian dan sebelum terjadi perubahan
harga selama penelitian.
5. Pendapatan dan pengeluaran dianggap tetap sepanjang umur
ekonomis alat.
6. Tingkat suku bunga (discount rate) adalah tingkat bunga yang
diperkirakan dan dipakai untuk mendiskon pembayaran dan penerimaan
dalam satu periode. Besarnya tingkat suku bunga adalah 13.5 % (Bank
Mandiri 2014).

A
l
a
t

Peralatan yang digunakan ialah komputer jinjing, kalkulator, kamera


digital,
stop watch, timbangan, dan Software Microsoft
Excel.

Prosedur
Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah
pengumpulan data dan tahap kedua adalah pengolahan/analisis data.

Pengumpula
n Data

Data yang diperlukan adalah data yang berhubungan dengan biaya


dan data operasional usaha mesin pengolahan sawit, antara lain jenis
pengolahan dan komponen-komponennya, biaya-biaya yang dikeluarkan
(biaya tetap dan biaya tidak tetap), kapasitas mesin per jam, rata-rata jam
kerja per hari, rata-rata pemakaian bahan bakar per jam, rata-rata jumlah
TBS yang diolah per hari dan sebagainya.

Data Biaya
Tetap
Data biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan pabrik
tanpa
dipengaruhi jumlah output produksi pabrik. Biaya tersebut ialah gaji
karyawan pimpinan dan pelaksana, biaya peralatan kantor dan
inventarisasi, biaya pemeliharaan bangunan pabrik, biaya pemeliharaan
mesin dan instalasi pabrik, premi asuransi pabrik.
9

Data Biaya Tidak


Tetap
Data biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan pabrik
mengikuti
perubahan output produksi pabrik. Biaya tersebut ialah biaya
pembelian TBS, biaya bahan kimia dan pelengkap, biaya listrik, biaya air,
biaya langsir, biaya angkat sampah dan tankos, biaya pengepakan, biaya
transportas hasil produksi, dan biaya penyusutan (mesin pengolahan dan
fasilitas bangunan).

Data Biaya
Investasi
Biaya investasi adalah biaya modal yang dikeluarkan untuk
membiayai
pengadaan barang modal. Biaya tersebut ialah biaya pembelian mesin
dan instalasi, biaya bangunan rumah, biaya bangunan perusahaan, biaya
jalan, jembatan, dan saluran air, serta biaya alat-alat pengangkutan dan
kendaraan.

Data Kapasitas
Pabrik
Kapasitas pabrik diperolah dengan menghitung jumlah CPO
yang
dihasilkan per jam dan jumlah TBS yang diolah per jam. Pada penelitian ini data
kapasitas pabrik menggunakan perhitungan jumlah TBS yang diolah per jam.

Data Jumlah Rata-Rata TBS yang Diolah per Hari dan Jam Kerja per
Hari
Untuk data rata-rata jumlah TBS yang di olah per hari dan jam kerja rata-
rata per hari diperoleh dengan pengambilan data harian, kemudian dibandingkan
dengan rata-rata jumlah TBS per tahun dan jam kerja per hari dalam setahun
melalui data sekunder. Dari data-data tersebut dapat diperkirakan jumlah
TBS yang diolah per hari dan jam kerja rata-rata per hari.

Data Penerimaan
Pabrik
Data penerimaan pabrik merupakan data hasil penjualan produk olahan
pabrik dan penerimaan pabrik melalui titip olah kebun seinduk. Produk olahan
tersebut ialah CPO dan KP.

Analisis DataBiaya Tetap


Biaya tetap adalah jenis-jenis yang selama satu periode akan
tetap jumlahnya. Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning
cost). Biaya ini tidak tergantung pada produk yang dihasilkan dan bekerja atau
tidaknya mesin serta besarnya relatif tetap. Biaya-biaya yang termasuk dalam
biaya tetap antara lain biaya penyusutan, biaya bunga modal, asuransi, pajak, dan
biaya bangunan.
Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan akibat penurunan
nilai dari suatu alat atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian. Hal-hal
yang menyebabkan nilai suatu mesin/alat berkurang antara lain adanya bagian-
bagian yang rusak atau aus, peningkatan biaya operasi dari sejumlah unit
output yang sama jika dibandingkan dengan mesin baru dan sebagainya.
Fasilitas yang terdapat pada penggilingan yang akan dicari biaya penyusutan
antara lain adalah bangunan, gudang, mesin pengolahan, timbangan, dan
fasilitas lain yang dimiliki
10

pabrik kelapa sawit. Persamaan biaya penyusutan dengan menggunakan


metode garis lurus dengan memperhitungkan bunga modal.
Bunga modal sebenarnya berupa biaya semu karena tidak benar-
benar dikeluarkan oleh pabrik kelapa sawit. Nilai biaya ini diperhitungkan
karena pabrik kelapa sawit telah melakukan investasi sejumlah uang untuk
membeli mesin dan fasilitas lain. Karena telah diinvestasikan, uang tersebut
tidak lagi dapat berkembang jika halnya uang tersebut disimpan di bank.
Pajak yang digunakan dalam perhitungan adalah Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB). Hal ini dikarenakan pajak lainnya yang dikeluarkan
perusahaan bersifat rahasia. Biaya bangunan adalah biaya yang
digunakan untuk membangun bangunan pabrik kelapa sawit.
Biaya Tidak
Tetap
Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya-biaya yang
dikeluarkan
pada saat alat dan mesin beroperasi dan jumlahnya bergantung pada jam
pemakaiannya (Pramudya dan Dewi 1992). Apabila jumlah satuan produk
yang diproduksi pada masa tertentu naik, maka jumlah biaya tidak tetap
juga naik. Perhitungan biaya tidak tetap dilakukan dalam satuan Rp/jam.
Contoh biaya yang termasuk biaya tidak tetap dalam pabrik kelapa
sawit antara lain biaya bahan bakar dan pelumas, biaya pemeliharaan dan
perbaikan dan upah operator.
Biaya bahan bakar dan pelumas akan dikeluarkan jika mesin
dioperasikan. Semakin lama dioperasikan maka makin banyak bahan
bakar yang dikonsumsi dan semakin sering dilakukang penggantian
pelumas. Selama mesin pengolahan sawit pasti ada terdapat bagian-bagian
yang aus dan perlu diganti. Pramudya dan Dewi (1992) menyebutkan
bahwa biaya perbaikan meliputi biaya penggantian barang yang aus, upah
tenaga kerja terampil untuk perbaikan khusus, pengecatan, pembersihan,
dan perbaikan karena faktor yang tidak terduga.

Biay
a
Tota
l
Perhitungan biaya total diperlukan adanya nilai perkiraan jam kerja
mesin
per tahun. Jam kerja ini bisa didapatkan dari perkiraan jumlah gabah yang
digiling per tahun.

Biaya
Poko
k
Biaya pokok adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi
suatu barang, sehingga barang tersebut dapat digunakan (Pramudya
dan Dewi
1992). Pada pabrik kelapa sawit, biaya pokok merupakan biaya diperlukan
untuk mengolah satu kilogram TBS.

Analisis Titik
Impas
Analisis titik impas dapat digunakan untuk mengetahui jumlah
produksi
dan penjualan minimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Titik
impas terjadi jika penerimaan sama dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan atau suatu nilai jumlah produksi dimana keuntungan yang
diperoleh sama dengan nol.
Analisis Kelayakan
Finansial
Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk kepentingan individu
atau
lembaga yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut. Penilaian
kelayakan
11

suatu proyek dapat digunakan sebagai alat ukur yang disebut kriteria investasi.
Untuk menentukan kriteria investasi, pada tahap awal perlu melakukan
penyusunan arus kas masuk dan keluar untuk setiap periode selama umur proyek.
Dari arus kas tersebut nilai sekarang (present value) dapat dihitung dengan
menggunakan discount factor. Beberapa kriteria untuk menilai
kelayakan investasi yang sering digunakan yaitu Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), dan BC Ratio.

Analisis
Sensitivitas
Pengulangan perhitungan perlu dilakukan karena dalam analisis
proyek
umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak
unsur ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Ketidakpastian tersebut misalnya terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai
biaya atau manfaat dan kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga
pada saat proyek/penelitian dilaksanakan, perubahan unsur harga dalam suatu
pabrik kelapa sawit, misalnya perubahan terhadap harga bahan bakar, kenaikan
upah, dan penurunan jumlah pengolahan tahunan.
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen peningkatan
dan penurunan faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam
kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak (Gittinger 1986).

HASIL DAN
PEMBAHASAN

Latar Belakang
Perusahaan

Profil
perusahaa
n
Unit Usaha Berangir merupakan salah satu unit dari PT.
Perkebunan
Nusantara IV (Persero) Medan Sumatera Utara yang bergerak dalam usaha
perkebunan kelapa sawit. Produk yang dihasilkan adalah minyak sawit dan inti
sawit.
Pada awalnya areal Unit Usaha Berangir merupakan kebun karet yang
dikelola oleh PT. Wongso Rubber Coy dan PT. Indah Putra. Pada tahun 1974
kebun tersebut diambil alih dengan ganti rugi oleh PT. Perkebunan Nusantara IV
(Persero) sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal
13
Nopember 1974 Nomor: SK/32/HGU/DA/1974 yang tercatat dalam kantor Sub
Agraria TK. II Labuhan Batu No. II dan terdaftar tanggal 26 Juni 1975 dengan
Nomor: 505/1975.
Kebun Berangir terletak di Kecamatan NA IX–X Aek Kota Batu
Kabupaten Labuhan Batu Utara. Jarak dari Kota Medan 264 km dan 17 km dari
Kota Rantau Prapat.
Saat ini Unit Usaha Berangir didukung sumberdaya manusia
sebanyak 634 orang, terdiri dari 15 orang karyawan pimpinan, 1 orang
papam, dan 618 karyawan pelaksana. Pada Gambar 1 disajikan struktur
organisasi Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero).

Anda mungkin juga menyukai