khususnya dalam analisis mineral dengan jalan memijarkan suatu contoh pada suhu
tertentu, sehingga zat yang mudah terbang akan terlepas sampai pada kondisi yang
konstan. Pengujian sederhana biasanya dilakukan dengan menempatkan beberapa gram
bahan dalam suatu wadah yang telah diketahui bobotnya kemudian dimasukkan dalam
tungku dengan suhu yang dapat dikontrol dan ditempatkan selama waktu tertentu.
Kemudian setelah itu didinginkan dan kemudian ditimbang kembali, proses pemanasan
dapat diulang untuk memastikan bahwa sudah tidak terjadi perubahan berat. Variasi dari
pengujian ini adalah perubahan berat yang diakibatkan oleh suhu, hal ini disebut
Thermogravimetri.
Hilang Pijar dilaporkan sebagai hilang nya bagian dari suatu material atau oksida dari
suatu mineral. Zat yang mudah terbang pada hilang pijar adalah air terikat dan karbon
dioksida dari karbonat, dan ini dapat digunakan sebagai pengujian kualitas.
DEFENISI SEMEN PORTLAND
Ada beberapa defenisi atau pengertian tentang semen portland antara lain :
1. Bahan yang mempunyai sifat Adhesive dan Cohesive digunakan sebagai
bahan pengikat (Bonding Material) yang dipakai bersama-sama aggregate (kasar
dan halus).
2. Semen adalah hydraulic binder (perekat Hidraulisis) yang berarti bahwa
senyawa-senyawa yang terkandung didalam semen tersebut dapat bereaksi
dengan air dan membentuk zat baru.
3. Semen portland adalah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menggiling
terak/klinker yang mengandung senyawa kalsium Silikat yang bersifat hidrolisis
ditambah dengan bahan tambahan gypsum yang berfungsi sebagai pengatur
pengikatan (memperlambat pengikatan).
4. Semen adalah suatu campuran bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat
hidrolisis, yang bila dicampur dengan air akan berubah menjadi bahan yang
mempunyai sifat perekat.
Dari beberapa pengertian dan defenisi diatas pada dasarnya mempunyai pengertian
yang sama bahwa :
semen adalah suatu bahan yang bersfat hidolisis (dapat mengeras dalam air)
yang digunakan sebagai bahan perekat/pengikat (Bonding Material)yang
ditambahkan gypsum sebagai material yang berfungsi mengatur waktu pengikatan
semen.
2.1 Semen
Semen berasal dari kata cement dalam bahasa Inggris yang berarti pengikat/perekat.
Perkataan cement itu sendiri diambil dari kata latin, yaitu cementum, yaitu nama yang
diberikan kepada batu kapur yang serbuknya telah dipergunakan sebagai bahan adukan
(mortar) lebih dari 200 tahun yang lalu di Romawi (sekarang Italia).
Dalam perkembangannya, arti perkataan cement mengalami sedikit perubahan,
misalnya pada abad pertengahan diartikan sebagai segala macam bahan
pengikat/perekat (seperti rubber cement termasuk pula ke dalam portland cement).
Semen adalah hydraulic binder (perekat hidrolis) yang berarti bahwa senyawa-senyawa
yang terkandung di dalam semen tersebut dapat bereaksi dengan air membentuk zat
baru yang bersifat perekat terhadap batuan. Oleh karena sifat hidrolis tersebut, maka
semen bersifat :
dapat mengeras bila dicampur dengan air
tidak larut dalam air
plastis sementara bila dicampur dengan air
semen Portland dengan bahan yang bersifat pozolan. Pozolan adalah suatu bahan
bangunan yang bersifat reaktif terhadap kapur dan dapat berupa alam atau buatan.
Pozolan alam atau yang lazim disebut tras, adalah hasil lapukan batuan gunung berapi
yang banyak mengandung silika, yang dalam keadaan halus bila dicampur dengan kapur
dan air setelah beberapa waktu akan membentuk masa yang padat, keras dan tidak larut
dalam air.
Sedangkan pozolan buatan adalah suatu bahan yang didapatkan melalui proses
pembuatan seperti semen merah, abu terbang (fly ash) dan sebagainya. Bahan tersebut
antara lain bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, dimana bahan bahanbahan pozolan ini sendiri tidak mempunyai sifat mengikat, akan tetapi dengan
bentuknya yang halus bila bercampur dengan air maka senyawa tersebut akan bereaksi
dengan Ca(OH)2 pada suhu kamar akan membentuk senyawa yang mempunyai sifat
seperti semen. Semen Portland Pozolan terbagi atas empat macam, yaitu :
1. Jenis IP-U : digunakan untuk semua pembuatan adukan beton
2. Jenis IP-K : digunakan untuk semua pembuatan adukan beton dengan tahan sulfat dan
hidrasi sedang
3. Jenis P-U : digunakan untuk semua pembuatan adukan beton dimana tidak diyaratkan
kekuatan awal yang tinggi.
4. Jenis P-K : digunakan untuk semua pembuatan adukan beton dimana tidak disyaratkan
kekuatan awal yang tinggi serta untuk tahan sulfat dan tahan hidrasi rendah.
b. Semen Portland kerak dapur tinggi
Semen yang dibuat dengan cara menggiling klinker dengan kerak dapur tinggi. Semen ini
digunakan untuk gedung-gedung yang menggunakan beton bertulang, bangunan air dan
beton praktekan.
c. Super Masonry Cement (SMC)
Super masonry cement adalah bahan pengikat hidrolis yang dapat dibuat dengan cara
menggiling bersama antara klinker semen portland, gips dengan bantuan kapur atau
bahan silika.
Kegunaan Super Masonry Cement antara lain :
- Sangat cocok untuk pekerjaan pembuatan pondasi konstruksi ringan, karena sifatnya
yang lebih plastis dan tidak cepat kaku pada waktu pengecoran serta memiliki kekuatan
tekan yang relatif sama dengan semen Portland.
- Karena sifatnya yang plastis dan mudah dikerjakan (workable), lebih cocok untuk
pekerjaan pemasangan batu bata, tegel dan bahan-bahan bangunan lainnya.
- Sangat cocok untuk semua pekerjaan plesteran, yaitu sebagai penutup permukaan
dinding baik luar atau dalam bangunan dari pasangan bata merah atau batu cetak, yang
berfungsi sebagai perata permukaan, memperindah dan memperkedap dinding, karena
sifatnya yang lebih plastis dan lebih kedap air.
- Memberikan hasil permukaan plester yang licin dan halus serta tanpa retak-retak,
karena sifatnya pengerutan dan penyusutannya.
- Sangat cocok untuk pekerjaan-pekerjaan pengecoran dan pencetakan karena sifatnya
yang workable, lebih plastis serta panas hidrasinya lebih rendah, sehingga hasilnya akan
lebih baik dan bebas dari keretakan-keretakan.
- Mempunyai pori-pori permukaan yang sangat kecil, sehingga akan menghemat
pemakaian bahan cat.
- Mempunyai pertumbuhan kekuatan tekan yang relatif lambat, sehingga bangunan yang
menggunakan Masonry Cement akan memiliki kekuatan akhir yang lebih besar.(3)
2.3.3 Sifat Fisika Semen Portland Campur
Beberapa sifat semen yang utama adalah :
1. Sifat Hidrasi Semen
Hidrasi semen adalah reaksi yang terjadi antara komponen-komponen atau senyawasenyawa dengan air menghasilkan hidrat. Reaksi hidrasi semen tersebut akan
menghasilkan panas yang akhirnya mempengaruhi kualitas (mutu) beton.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi hidrasi semen antara lain ;
a. Jumlah air ang ditambahkan
b. Temperatur
c. Kehalusan semen
d. Bahan aditif
Faktor-faktor tersebut akan mengakibatkan terbentuknya pasta semen dalam jangka
waktu tertentu akan mengalami pengerasan (setting). Proses hidrasi adalah proses
kristalisasi yang dibagi dalam tiga tahap proses, yaitu :
1) Secara kimia, bahan-bahan dalam semen bereaksi dengan air membentuk senyawa
hidrat
2) Secara fisika, senyawa hidrat yang terbentuk akan membentuk kristal karena
larutannya sangat jenuh
3) Secara mekanis, kristal yang terbentuk akan saling mengikat secara kohesi dan adhesi
membentuk struktur yang kokoh
Hidrasi ada temperatur yang tinggi akan menyebabkan kekuatanakhir semen menjadi
rendah dan beton akan menjadi retak. Berdasarkan hal ini, maka bahan yang dipakai
untuk pembuatan beton harus disimpan pada tempat dengan temperatur yang rendah
agar penguapan air tidak terlalu berlebihan.
2. Setting (pengikatan) dan Hardening (pengerasan)
Pada pencampuran adonan semen dengan air akan menimbulkan terjadinya gejala
kekuatan semen yang biasa dinyatakan dengan waktu pengikatan (setting time) yaitu
mulai terjadinya adonan sampai mulai kaku.
Ada dua jenis setting time yaitu :
Initial setting time (waktu pengikatan awal) adalah waktu mulai adonan terjadi
kekakuan tertentu dimana adonan sudah mulai tidak workable.
Final setting (waktu pengikatan akhir)adalah waktu mulai adonan terjadi sampai
kekuatan penuh
Hardening yaitu semen mulai mengeras dan memberikan kekuatan. Jadi setting time dan
hardening merupakan suatu rangkaian proses sejak terjadinya adonan sampai semen
tersebut mengeras dan memberikan kekuatan.
3. Kekuatan tekan
Kekuatan tekan adalah kemampuan material menahan suatu beban. Kekuatan tekan
yang diukur adalah kekuatan tekan terhadap pasta, mortar dan beton. Pasta adalah
campuran antara semen dan air pada perbandingan tertentu. Mortar adalah campuran
antara semen, air dan pasir pada perbandingan tertentu. Beton adalah campuran antara
semen, pasir, air dan agregat atau kerikil pada perbandingan tertentu. Kekuatan tekan
adalah sifat kemampuan menahan atau memikul statu beban tekan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan :
Kualitas semen
Meliputi kehalusan dan komposisi semen. Semakin halus partikel-partikel semen akan
menghasilkan kekuatan tekan yang semakin tinggi
Kualitas selain semen
Meliputi kualitas agregat, kekuatan tekan agregat dan pasta, kekerasan permukaan,
konsentrasi, ukuran agregat, water cement ratio, volume udara, cara pengerjaan seperti
pengadukan, compacting, pengeringan dan umur beton.
4. Penyusutan (Shrinkage)
Merupakan proses penyusutan volume beton karena adanya penguapan air yang ada
dalam adonan semen tersebut. Semen yang baik adalah jika memiliki penyusutan sekecil
mungkin. Proses penyusutan dipengaruhi oleh:
1. Komposisi semen
2. Jumlah pencampuran semen
3. Concrete mix
4. Curing condition (suhu, humdity,aliran air)
Untuk mengatasi penyusutan yang dapat menimbulkan keretakan tersebut maka kadar
gipsum dalam semen dapat dipertinggi.
5. Panas hidrasi
Panas hidrasi merupakan panas yang dihasilkan oleh reaksi hidrasi (reaksi eksoterm) jika
semen dicampur dengan air. Besarnya panas hidrasi dipengaruhi oleh:
a) Tipe semen
b) Komposisi kimia
c) Kehalusan semen
d) Jumlah air yang ditambahkan
adanya CaSO4. H2O dalam semen. False set dapat dihindari dengan mengatur
temperature semen saat penggilingan di cement mill agar gypsum tidak berubah
menjadi CaSO4. H2O. Selain itu gypsum yang digunakan harus cukup dan belum
terhidrasi.(3)
2.4 Pengaruh BTL (Bagian Tak Larut), SO3 dan Hilang Pijar pada SMC (Super Masonry
Cement)
BTL (bagian tak larut) merupakan senyawa yang tetap tinggal setelah semen tersebut
direaksikan dengan asam klorida (HCl) dan natrium hidroksida (NaOH). Bagian tak larut
terutama berasal dari clay berupa SiO2 yang tidak terikat dalam pembuatan klinker.
Biasanya senyawa ini hanya terdapat dalam jumlah kecil sehingga tidak mempengaruhi
mutu semen.
Sulfur trioksida (SO3), senyawa ini terutama berasal dari gypsum dan bahan bakar yang
dipakai pada pembentukan klinker. Fungsi utama senyawa ini adalah untuk menghambat
proses hidrasi mineral C3A dan sebagai pengatur setting time semen. Apabila
penambahan gypsum mencapai titik optimalnya, maka senyawa ini dapat membantu
terjadinya hidrasi C3S. Hal ini akan memberikan keuntungan-keuntungan sebagai
berikut:
1) Kekuatan tekan semen bertambah
2) Mengurangi terjadinya drying shrinkage (penyusutan)
3) Meningkatkan kelenturan (soundness) semen
Kadar SO3 dalam klinker yang baik adalah 0,6 % dan jika kadar SO3 dalam klinker tinggi
maka klinker akan sukar digiling. Jika kadar SO3 dalam SMC ini lebih dari 3% maka akan
menyebabkan semen ini mudah retak terutama pada pemakaian plesteran.
Hilang Pijar (Lost On Ignition / LOI) adalah berat yang hilang (dalam %) dari sampel pada
waktu dipijarkan pada suhu dan waktu tertentu. Hilang pijar pada semen terutama
disebabkan oleh terjadinya penguapan air kristal yang berasal dari gypsum serta
penguapan CO2. Pada semen yang baru diproduksi, nilai hilang pijar berkisar antara 0,50,8% sesuai dengan jumlah kristal yang terdapat dalam gypsum.(6)
2.4 Metode Gravimetri
Metode gravimetri adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada penimbangan
berat konstan unsur/senyawa yang ditentukan terhadap berat sampel yang dilakukan
dengan beberapa cara seperti pengendapan, penguapan dan elektrolisis dari suatu
sampel secara kimia maupun fisika.(7)
Cara penguapan
Pada cara ini komponen-komponen yang tidak diinginkan, dihilangkan sebagai uap. Uap
ini jika tidak diperlukan dibiarkan hilang begitu saja dalam udara dan zat yang tertinggal
ditentukan beratnya. Jika uap tersebut diperlukan, maka uap tersebut dialirkan ke dalam
zat penyerap yang sebelumnya telah ditentukan beratnya. Dari penambahan berat dapat
ditentukan jumlah uap tersebut. Contoh aplikasi metode ini adalah penentuan kadar air
(air kristal atau air yang ada dalam suatu bahan).
Cara Pengendapan
Pada cara ini komponen-komponen yang diinginkan diubah bentuknya menjadi bentuk
yang sukar larut. Bentuk ini kemudian harus dapat dipisahkan secara sempurna.
Secara umum langkah-langkah analisis gravimetri cara pengendapan adalah sebagai
berikut :
a. Sampel atau cuplikan ditimbang dengan teliti dan dilarutkan dalam pelarut agar terjadi
endapan
b. Ditambahkan pereaksi agar terjadi endapan
c. Memisahkan endapan yang terbentuk
d. Memurnikan atau membersihkan endapan
e. Menimbang endapan sesudah dikeringkan
f. Menghitung hasil analisis
Metode Elektrolisis
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi
endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus
listrikn dengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi
3,25 gr/cm3. Variasi ini akan berpengaruh proporsi campuran semen dalam campuran.
Pengujian massa jenis ini dapat dilakukan menggunakan Le Chatelier Flask (ASTM C 34897).
Fungsi semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu
massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Walaupun
komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena fungsinya sebagai
bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting. Semen yang digunakan untuk
pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang
diberikan.
Bahan baku pembuatan semen adalah batu kapur, pasir silika, tanah liat dan pasir
besi. Total kebutuhan bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi semen yaitu:
1. Batu kapur
Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus CaCO3
(Calcium Carbonat), pada umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4. Batu kapur yang
baik dalam penggunaan pembuatan semen memiliki kadar air 5%, dan
penggunaan batu kapur dalam pembuatan semen itu sendiri sebanyak 81 %.
2. Pasir silika
Pasir silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida). Pada umumnya pasir silika
terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2 semakin putih
warna pasir silikanya, semakin berkurang kadar SiO2 semakin berwarna merah atau
coklat, disamping itu semakin mudah menggumpal karena kadar airnya yang tinggi.
Pasir silika yang baik untuk pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 90%,
dan penggunaan pasir silika dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar 9%.
3. Tanah liat
Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen
SiO2Al2O3.2H2O. Tanah liat yang baik untuk digunakan memiliki kadar air 20 %,
kadar SiO2 tidak terlalu tinggi 46 %, dan penggunaan tanah liat dalam pembuatan
semen itu sendiri sebesar 9%.
4. Pasir besi
Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada umumnya
selalu tercampur dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya. Fe2O3 berfungsi
sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak semen. Kadar yang baik
dalam pembuatan semen yaitu Fe3O2 75%-80%. Pada penggilingan akhir
digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan semen. penggunaan pasir besi
dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar 1%.
1. Syarat-syarat dan karakteristik Semen Portland
Proses pembuatan semen portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Proses basah
Pada proses basah, sebelum dibakar bahan dicampur dengan air (slurry)
dan digiling hingga berupa bubur halus. Proses basah umumnya dilakukan jika
yang diolah merupakan bahan-bahan lunak seperti kapur dan lempung. Bubur
halus yang dihasilkan selanjutnya dimasukkan dalam oven berbentuk silinder
yang dipasang miring (ciln). Suhu ciln ini sedikit demi sedikit dinaikkan dan
diputar dengan kecepatan tertentu. Bahan akan mengalai perubahan sedikit demi
sedikit akibat naiknya suhu dan akibatnya terjadi sliding di dalam ciln. Pada suhu
100C air mulai menguap, pada suhu 850C karbondioksida dilepaskan. Pada suhu
sekitar 1400C, berlangsung permulaan perpaduan di daerah pembakaran, di
mana akan terbentuk klinker yang terdiri dari senyawa kalsium silikat dan kalsium
aluminat. Klinker tersebut selanjutnya didinginkan, kemudian dihaluskan menjadi
butir halus dan ditambah dengan bahan gipsum
Proses kering
Proses kering biasanya digunakan untuk jenis batuan yang lebih keras
misalnya untuk batu kapur jenis shale. Pada proses ini bahan dicampur dan
digiling dalam keadaan kering menjadi bubuk kasar. Selanjutnya, bahan tersebut
dimasukkan ke dalam ciln dan proses selanjutnya sama dengan proses basah.
Dalam pabrikasi akhir, semen portland digiling dalam kilang hingga halus
dan ditambah beberapa bahan tambahan. Bagai alir proses pabrikasi semen
portland dapat dilihat pada Gambar 1.4.
Tipe II
Tipe
III
Tipe
IV
Tipe
V
Bagian tak larut dibatasi dalam standard semen. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
dicampurnya semen dengan bahan-bahan alami lain yang tidak dapat dibatasi dari
persyaratan fisika mortar
6. Alkali (Na2O dan K2O)
Akali pada semen akan menimbulkan keretakan pada beton maupun pada mortar,
apabila dipakai agregat yang mengandung silkat reaktif terhadap alkali. Apabila
agregatnya tidak mengandung silikat yang reaktif terhadap alkali, maka kandungan alkali
dalam semen tidak menimbulkan kerugian apapun. Oleh karena itu tidak semua standard
mensyaratkannya
7. Mineral compound (C3S, C2S, C3A , C4AF)
Pada umumnya standard yang ada tidak membatasi besarnya mineral compound
tersebut, karena pengukurannya membutuhkan peralatan mikroskopik yang mahal.
Mineral compound tersebut dapat di estimasi melalui perhitungan dengan rumus,
meskipun perhitungan tidak teliti. Tetapi ada standard yang mensyaratkan mineral
compound ini untuk jenisjenis semen tertentu. misalnya ASTM untuk standard semen
type IV dan type V. Salah satu mineral yang penting yaitu C3A, adanya kandungan C3A
dalam semen pada dasarnya adalah untuk mengontrol sifat plastisitas adonan semen
dan beton. Tetapi karena C3A bereaksi terhadap sulfat, maka untuk pemakaian di daerah
yang mengandung sulfat dibatasi. Karena reaksi antara C3A dengan sulfat dapat
menimbulkan korosi pada beton.
Pada Tabel 1.1 s/d 1.4 diperlihatkan komposisi kimia tipikal semen portland biasa dan
komposisi oksida semen portland secara umum.
Tabel 1.1. Komposisi kimia tipikal semen portland biasa
Berat
Nama Kimia
Rumus Kimia
Notasi
Tricalcium silicate
3CaO.SiO2
C 3S
50
Dicalcium silicate
2CaO.SiO2
C 2S
25
Tricalcium aluminate
3CaO.Al2O3
C 3A
12
Tetracalcium aluminoferrite
4CaO.Al2O3.Fe2O3
C4AF
CaSO4.2H2O
CSH2
3,5
(%)
C3S
C2S
C3A
C4AF
3CaOSiO2
2CaOSiO2
3CaOAl2O3
4CaOAl2O3Fe2O3
Kecepatan reaksi
dengan air
sedang
lambat
cepat
Sedang
Sumbangan
terhadap
kekuatan awal
baik
jelek
baik
Baik
Sumbangan
terhadap
kekuatan akhir
baik
sangat
baik
sedang
Sedang
Panas hidrasi
sedang
rendah
tinggi
Sedang
Senyawa
Tipe
I
C3
S
C2
S
49
25
C 3A
C 4A
F
CaSO
12
Karakteristik
umum
Ca
O
MgO
2,9
0,8
2,4
Semen untuk
semua tujuan
Tipe
II
46
29
12
2,8
0,6
Relatif sedikit
pelepasan
panas,
digunakan untuk
struktur besar
Tipe
III
56
15
12
3,9
1,4
2,6
Mencapai kekuatan
awal yang tinggi
pada umur 3 hari
Tipe
IV
30
46
13
2,9
0,3
2,7
Dipakai pada
bendunganbet
on
Tipe
V
43
36
12
2,7
0,4
1,6
Dipakai pada
saluran dan
struktur
1. Kehalusan butiran
Kehalusan butiran semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu
pengikatan (setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar.
Jika permukaan penampang semen lebih besar, semen akan memperbesar
bidang kontak dengan air. Semakin halus butiran semen, proses hidrasinya
semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan
berkurang.
Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya
bleeding atau naiknya air ke permukaan, tetapi menambah kecenderungan
beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak
susut. Untuk mengukur kehalusan butir semen digunakan turbidimeter dari
Wagner atau air permeability dari Blaine.
2. Kepadatan atau berat jenis (density)
Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3,15 Mg/m3.
kepadatan akan berpengaruh pada proporsi semen dalam campuran. Menurut
ASTM C-188, untuk pengujian berat jenis dapat dilakukan menggunakan Le
Chatelier Flask.
3. Konsistensi
Konsistensi semen portland berpengaruh pada saat pencampuran awal,
yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat beton mengeras.
Konsistensi yang terjadi tergantung pada rasio antara semen dan air serta
kehalusan dan kecepatan hidrasi.
4. Waktu pengikatan (setting time)
Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras,
terhitung mulai bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta
semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Pengujian waktu ikat bertujuan
untuk menentukan jumlah air yang dibutuhkan untuk menghasilkan pasta
dengan konsistensi normal. Waktu ikat semen dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Waktu ikat awal (initial setting time) yaitu waktu dari pencampuran semen
dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat plastis. Waktu ikat
awal sangat penting untuk kontrol pekerjaan beton.
2. Waktu ikat akhir (final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta
semen hingga beton mengeras.
5. Panas hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air, yang
dipengaruhi oleh jenis semen yang dipakai dan kehalusan butir semen. Hasil reaksi
hidrasi, tobermorite gel merupakan jumlah yang terbesar, sekitar 50% Dari jumlah
senyawa yang dihasilkan. Reaksi tersebut dapat dikemukakan secara sederhana, sebagai
berikut :
2(CaO.SiO2) + 4H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2
2(3CaO.SiO2) + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2 (Tobermorite)
3CaO.Al2 O3 + 6H2O 3CaO.Al2 O3 .6H2O (Kalsium aluminat hidrat)
Semen portland pozzolan adalah suatu semen hidrolis yang terdiri dari
campuran yang homogen antara semen portland dengan pozolan halus, yang di
produksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan bersamasama, atau mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk
pozolan, atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar
pozolan 6 % sampai dengan 40 % massa semen portland pozolan. (SNI-150302-2004).
Menurut SNI 15-0302-1989, .Bahan yang mempunyai sifat pozolan adalah
bahan yang mengandung sifat silica aluminium dimana bentuknya halus dengan
adanya air, maka senyawa-senyawa ini akan bereaksi secara kimia dengan
kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai
sifat seperti semen. Semen Portland pozolan dapat digolongkan menjadi 2 (dua)
jenis yaitu sebagai berikut:
1. Semen portland pozolan jenis SPP A yaitu semen Portland pozolan yang dapat
dipergunakan untuk semua tujuan pembuatan adukan beton serta tahan sulfat
sedang dan panas hidrasinya sedang.
2. Semen portland pozolan jenis SSP B yaitu semen Portland pozolan yang dapat
dipergunakan untuk semua adukan beton tersebut tahan sulfat sedang dan panas
hidrasi rendah.
4. Semen portland
Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan
dalam pekerjaan beton. Semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik
yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat
hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih.
Bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersamasama dengan bahan utamanya. Pembuatan semen portland dilaksanakan
melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Penambangan di quarry
2. Pemecahan di crushing plant
3. Penggilingan (blending)
4. Pencampuran bahan-bahan
5. Pembakaran (ciln)
6. Penggilingan kembali hasil pembakaran
7. Penambahan bahan tambah (gipsum)
8. Pengikatan (packing plant)
Fungsi dari semen portland adalah untuk merekatkan butir-butir agregat
agar terjadi suatu massa yang kompak dan padat, selain juga untuk mengisi
rongga- rongga di antara butiran agregat (Tjokrodimuljo dan Kardiyono, 1988).
Semen portland ini merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan jalan
menghaluskan terak yang mengandung senyawa-senyawa kalsium silikat dan biasanya
juga mengandung satu atau lebih senyawa-senyawa calsium sulphat yang ditambahkan
pada penggilingan akhir.Semen portland adalah semen yang diperoleh dengan
menghaluskan terak yang terutama terdiri dari silikat-silikat, calsium yang bersifat
hidrolis bersama bahan tambahan biasanya gypsum.
Sifat fisika semen portland meliputi kehalusan butir, waktu pengikatan, kekalan,
kekuatan tekan, pengikatan semu, panas hidrasi, dan hilang pijar.
o
Sifat kimia semen portland meliputi kesegaran semen, sisa yang tak larut, dan yang
paling utama adalah komposisi syarat yang diberikan.
Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John
Smeaton insinyur asal Inggris menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa
ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat
saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.
Tahun 1797 James Parker, berkebangsaaan Inggris membuat semen hydraulic dengan
cara membakar batu kapur
dan
Tahun 1802 Semen diproduksi diPrancis dari butiran (nodule)
Tahun 1810 Edgar Dobbs, Dari Inggris membuat semen dari batu kapur dan tanah liat
Tahun 1813 Vicat, dari Prancis
Tahun 1822 James frost, dari Inggris mulai membuat semen dari batu kapur dan tanah
liat
Tahun 1850 David O Saylor, dari Pennsylvania batuan semen diproduksi dengan tungku
tegak
Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal
semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824
mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu
karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil
rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan.
Sebenarnya, Proporsi campuran Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap
mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah
lempung (Tanah Liat) yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir),
aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan
dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru.
Kira-kira 20 tahun kemudian setelah pembaharuan oleh Joseph Aspidin, barulah mulai
diproduksi semen dengan kualitas yang dapat diandalkan.
Dalam hal penelitian tentang pembuatan semen ini, prestasi dari I.C. Johson yang mulai
meletakkan dasar-dasar proses kimia dan fisika dalam pembuatan semen Portland.
pendirian pabrik semen
Tahun 1825 James Frost Ingrris di Swamcombe,Belgia
Tahun 1855 diJerman
Tahun 1871 David O Saylor , Di USA
Tahun 1875 Di Jepang
Kapasitas produksi pun mengalami kenaikan secara menyolok , pada tahun 1908 mulai
diintroduksi rotary kiln sebagai inovasi dari shaft kiln.
Pada tahun 1906, Corel Christoper lau, seorang ahli teknik pemerintah belanda
menemukan deposit batu kapur dan batu silica yang sangat besar disekitar indarungPadang.
Hal tersebut diatas mengundang minat pihak swasta Belanda untuk mengolahnya,
sehingga pada tanggal 18 maret 1910 mereka mendirikan suatu perusahaan dengan
nama NV. Nederlands Indishe Portland Cement Maatscappij (NV.NIPCM).
Pembungunan pabrik semen di Indonesia
Tahun 1911 Kapasitas Produksi 22.900 ton semen/tahun
Yang mana pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945 pabrik ini dikuasi olh Jepang
dengan manajemen dari Asano Cement
Ketika Proklamasi kerdekaan Indoseia tahun 1945 pabrik ini diambil alih oleh
karyawannya yang kemudaian menyerahkannya pada pemerintah RI
Pada tahun 1947 pabrik ini direbut kembali olh pemerintah Belanda, kemudai namanya
diganti menjadi NV. Padang Portland Cement Maatschhappij (NV.PPCM)
Tanggal 15 Juli 1958 Pabrik ini diambil kembali oleh pemerintah RI
o
2.Batulempung (15%)
Batulempung digunakan untuk mendapatkan komposisi Al2O3 dan SiO2. batulempung
yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
o Mempunyai kadar SiO2 tinggi (> 48%)
o Sedikit mengandung sulfit, sulfat dan alkali
3.pasir kuarsa (6%)
Pasir kuarsa digunakan sebagai bahan pengoreksi komposisi SiO2. pasir
kuarsa sangat
dibutuhkan apabila kandungan kwarsa pada batulempung rendah.
4. pasir besi(2%)
Pasir besi digunakan untuk memudahkan proses pelelehan bahan-bahan mentah pada
saat pengilingan.
5.gypsum
Pada semen portland gypsum ini dipakai untuk memperlambat proses pengerasan
semen. Gypsum ini merupakan material terakhir yang ditambahkan kedalam clinker dan
digiling secara bersama-sama sampai tercapai ukuran butir tertentu.
Visikositas meningkat
3. Senyawa sulfur (SO2, SO3, SO4), apabila terlalu tinggi dapat mengakibatkan:
o
Terbentuk labih banyak senyawa KCl dan NaCl yang dapat menyebabkan
masalah dalam operasional dimana seluruh senyawa akan menguap pada
tahap pembakaran