Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

IDENTIFIKASI BAHAN GALIAN DASAR BATU GAMPING


HINGGA MENJADI GYPSUM

PENYUSUN:

1. LUDFIA RISKY RAMADANY


2. MUHAMMAD FAHRUL ROZI
3. MUHAMMAD JULIAN BAGASKORO
4. VINCENTIUS SEPTIANO DIAMANTARA

GURU PEMBIMBING:

HAMRIANI RYKA S.T, M.T

SMKN 1 BALIKPAPAN

pg. 1
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................ 2


Kata Pengantar ...................................................................................... 3
BAB 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 4
1.2 Pengertian Batu Gamping ................................................................. 5
1.3 Metode Penambangan Batu Gamping .............................................. 6

BAB 2.
2.1 Pengolahan Batu Gamping Menjadi Semen .................................... 8

BAB 3
3.1 Tahapan Akhir Pengolahan Semen Menjadi Bahan Bangunan
Gypsum............................................................................................ 10

Kesimpulan ............................................................................................ 12
Daftar Pustaka ....................................................................................... 13

pg. 2
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

pg. 3
BAB 1

1.1 Latar Belakang

Batu gamping adalah batuan sedimen yang sebagian besar disusun


oleh kalsium karbonat yang berasal dari sisa- sisa organisme laut seperti
kerang, siput laut, dan koral yang sudah mati. Batu gamping terbentuk
secara organik, secara mekanik maupun secara kimia. Batu gamping yang
terjadi secara organik di alam yang merupakan pengendapan cangkang
ataupun siput dan ganggang yang berasal dari kerangka koral. Batu
gamping yang terjadi secara mekanik tidak jauh berbeda dengan jenis batu
gamping yang terbentuk secara organik, perbedaannya yang terjadi
diantara keduanya adalah terjadinya perombakan bahan batu gamping
yang kemudian terbawa arus dan biasanya mengendap tidak jauh dari
tempat semula. Batu gamping yang terjadi secara kimia merupakan jenis
dari batu gamping yang terjadi dalam kondisi iklim dan dalam suasana
lingkungan tertentu.
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Sumatera Utara
(2011), cadangan batu gamping di Sumatera Utara sangat banyak dan
tersebar luas di beberapa kabupaten, tetapi potensi dan kualitas batu
gamping tersebut belum diketahui secara baik dan akurat seperti di
Kabupaten Karo, Deli Serdang dan Langkat. Konsumsi batu gamping di
daerah digunakan sebagai bahan penetralis tanah dan digunakan sebagai
bahan agregat penimbun jalan di daerah untuk memperbaiki sarana
infrastruktur.
Kondisi ini menyebabkan pemanfaatan dan konsumsi batu
gamping tidak begitu besar dibandingkan penyebaran yang luas. Batu
gamping merupakan salah satu mineral industri yang digunakan oleh
sektor industri dan pertanian, bangunan, penstabil jalan raya, pengapuran,
pertanian, bahan keramik, industri kaca, pembuatan karbit, untuk
peleburan dan pemurnian baja, untuk bahan pemutih dalam industri kertas
pulp dan karet dan juga industri semen. Semen berasal dari kata
Caementum yang berarti bahan perekat yang mampu mempesatukan atau
mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu
produk yang mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau
pg. 4
lebih bahan sehingga menjadi suatu bagian yang kompak atau dalam
pengertian yang luas adalah material plastis yang memberikan sifat rekat
antara batuan-batuan konstruksi bangunan.

1.2 Pengertian Batu Gamping

Batu gamping pada umumnya adalah bukan terbentuk dari batuan


sediment seperti yang kita kira, tidak juga terbentuk dari clay dan sand,
tetapi terbentuk dari batu- batuan bahkan juga terbentuk dari kerangka
calcite yang berasal dari organisme microscopic di laut dangkal. Pulau
Bahama adalah sebagai contoh dari daerah dimana proses ini masih terus
berlangsung hingga sekarang. Sebagian perlapisan batugamping hampir
murni terdiri dari kalsit, dan pada perlapisan yang lain terdapat sejumlah
kandungan silt atau clay yang membantu ketahanan dari batugamping
tersebut terhadap cuaca. Lapisan gelap pada bagian atas mengandung
sejumlah besar fraksi dari silikat yang terbentuk dari kerangka mikrofosil,
di mana lapisan pada bagian ini lebih tahan terhadap cuaca.Batugamping
dapat terlarutkan oleh air hujan lebih mudah dibandingkan dengan batuan
yang lainnya.
Air hujan mengandung sejumlah kecil dari karbon dioksida selama
perjalanannya di udara, dan hal tersebut mengubah air hujan menjadi
bersifat asam. Kalsit adalah sangat reaktif terhadap asam. Hal tersebut
menjelaskan mengapa goa-goa bawah tanah cenderung untuk terbentuk
pada daerah yang banyak mengandung batugamping, dan juga
menjelaskan mengapa ba yang terbuat dari bahan batugamping rentan
terhadap air hujan yang menga daerah tropis, batugamping terbentuk
menjadi batuan yang kuat membentuk sejumlah pegunungan-pegunungan
batugamping yang indah. Diikuti pengaruh pressure yang tinggi.
batugamping termatomorfosakan menjadi batuan metamorf marble. Pada
kondisi tertentu. kalsit yang terdapat di dalam batugamping teral terasi
menjadi dolomitatau berubah menjadi batuan dolomit.
Batu gamping adalah batuan fosfat yang sebagian besar tersusun
oleh mineral kalsium karbonat (CaCO3). Bahan tambang ini biasa
digunakan untuk bahan baku terutama dalam pembuatan semen

pg. 5
abu/Portland (biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester). industri
keramik, obat-obatan, dan lain-lain. Batugamping (limestone) merupakan
batuan sedimen organik klastik. Secara umum batugamping
dikelompokkan berdasarkan mineral utama pembentuk batugamping yaitu
kalsit (calcite (CaCO) atau dolomite (MgCa(CO). Batugamping secara
geologi erat sekali hubungannya dengan dolomit. Batugamping mungkin
berubah menjadi dolomitan (MgO2.2% s/d 10,9%) atau dolomit (MgO
19,9%) karena pengaruh pelindian (leaching) atau peresapan unsur
magnesium dari air laut ke dalam batugamping tersebut.
Di samping itu dolomit juga diendapkan secara tersendiri atau
bersamaan dengan batugamping Adanya hubungan yang erat antara
batugamping dan dolomit ini, Pettijohn (1949) mengemukakan Batu
gamping terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara
mekanik atau secara kimia. Di alam yang pertamalah yang paling banyak
jenis ini berasal dari pengendapan. cangkang kerang dan siput,
foraminifera atau ganggang. Selain itu batugamping dapat terdiri dari
kerangka binatang koral, setelah binatang penghuninya mati. Jenis kedua
sama bahannya, hanya berbeda karena terjadi oleh perombakan dari yang
pertama yang kemudian diendapkan tidak jauh dari tempatnya semula.
Jenis ketiga terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu,
dalam air laut maupun air tawar.Selain itu mata air mineral dapat pula
mengendapkan batugamping, yang disebut sebagai endapan sinter kapur.

1.3 Metode Penambangan Batu Gamping

Quarry adalah system tambang terbuka yang diterapkan untuk


menambang endapan-endapan bahan galian industri atau mineral industri,
antara lain: penambangan batu gamping, marmer, granit, andesit dan
sebagainya. Quarry dapat menghasilkan material atau hasil tambang dalam
bentuk loose broken materials ataupun dalam bentuk dimensional stones.
Dimensi batuan yang diproduksi pada sistem penambangan quarry, pada
umumnya adalah mineral yang berbentuk prismatik pendek atau balok-
balok yang memiliki ukuran dan bentuk yang kasar.
Quarry pada dasarnya sama dengan open pits, namun yang
membedakannya adalah material yang ditambang. Open pit pada dasarnya
pg. 6
merupakan tambang terbuka yang menambang mineral logam.Sedangkan
quarry pada dasarnya merupakan sistem penambangan terbuka yang
menambang mineral non logam atau batuan, contoh material yang
biasanya ditambang pada quarry yaitu: marmer, batu granit, dan masih
banyak lagi yanglainnya. Produk yang dihasilkan pada system quarry pada
umumnya merupakan dimensi batuan nonlogam (Barton, 1968).
Pada umumnya, dimensi batuan granit, marmer, batu gamping,
batu pasir, batu ubin besar, dan slate yang diperkirakan semakin lama
semakin turun atau semakin susah untuk dipotong. Karena kesulitan atau
kendala dan biaya yang berasosiasi dengan proses pemotongan batuan,
quarry pada umumnya lebih mahal dibandingkan dengan metode lain di
tambang terbuka. dengan square set stoping, merupakan biaya terbesar
dalam penambangan. Quarry juga memiliki selektifitas yang tinggi,
metode dalam skala keci dengan produktifitas yang rendah.
Ada dua istilah yang dipakai pada cara penambangan secara kuari
ini, berdasarkan bentuk yang di hasilkan yaitu:
 Dimension stone, biasa pada penambangan batu mamer,
dimana dipergunakan gergaji atau dengan peledakan khusus,
sehingga dihasilkan bongkah-bongkah yang baik dan teratur.
Produksinya sangat selektif dengan jumlah yang terbatas. Pada
metode penambangan ini muka dari jenjang (bench face)
adalah hampir vertical.
 Broken stone adalah cara penambangan guna menghasilkan
batu pecah dan pada umunya dilakukan dengan cara peledakan.
Pada metoda penambangan ini, muka dari jenjang (face bench)
tidak pasti harus vertical, tetap diusahakan.

pg. 7
BAB 2

2.1 Pengolahan Batu Gamping Menjadi Semen


Pengolahan batu kapur menjadi semen dibagi menjadi lima tahapan, yaitu:

1. Penyiapan bahan
Pada tahapan peniapan bahan, dilakukan beberapa tehapan yaitu
penambangan. penghancuran, dan penyiapan bahan mentah. Pada
proses pembuatan semen penembangan bahan mentah merupakan
proses tahapan awal dimana tahapan ini sangat di tentukan oleh
keadaan deposit.

2. Penggilingan bahan
Hasil proses penambangan masuk kedalam crusher, hasil penggilingan
dengan crusher ini berupa bahan baku yang berukuran maksimal 80
mm. selanjutnya disimpan dalam blending storage. Setelah itu bahan
mentah digrinding di dalam autogeneous mill yang bertujuan untuk
mengurangi kadar H20 dan memperkecil ukuran bahan. Selanjutnya
bahan dimasukkan ke dalam row meal silo untuk melakukan proses
homogenizing hingga diperoleh umpan kiln yang komposisi kimianya
sesuai dengan yang dikehendaki.

3. Pembakaran bahan
Tahap ini merupakan tahap inti dari pembuatan semen, dan
berpengaruh langsung terhadap klinker yang dihasilkan. pembentukan
dan pendinginan Tahap pembakaran meliputi proses pemanasan.

4. Penggilingan terak
Penggiling terak meliputi beberapa tahapan yaitu:
Penyimpanan klinker dan Penggilingan terak

5. Pemuatan semen
Pemuatan semen meliputi kegiatan penyimpanan, pengantongan
pengangkutan. Semen yang telah dihasilkan kemudian disimpan dalam
silo semen dan kemudian dilakukan pengujian fisika maupun kimia.
pg. 8
Ekstraksi semen dari dalam silo semen, dibawa ke unit pengantongan,
seterusnya semen tadi dikemas dalam zak 50 kg dan atau satu ton.
Selain itu semen juga dipasarkan melalui mobil kapsul yang biasanya
berdasarkan permintaan, dalam hal ini biasanya dilakukan oleh unit
pengelolah proyek yang sedang dibangun.

pg. 9
BAB 3

3.1 Tahapan Akhir Pengolahan Semen Menjadi Bahan Bangunan


Gypsum
Proses pembuatan:
1. Kita harus mempersiapkan cetakan yang akan dipakai untuk membuat
gypsum dalam keadaan bersih dan kering. Kemudian cetakan yang
akan dipakai diolesidengan minyak yang telah di buat agar gypsum
tidak lengket dan mudah dilepaskan dari cetakan. Setelah itu
dipersiapkan dahulu bahan bahannya yaitu dengan menimbang casting
terlebih dahulu, dan menakar air yang akan dipergunakan sesuai
dengan bentuk dan ukuran gypsum, dengan perbandingan 1:2, artinya
jika kita menggunakan casting 2 kg maka untuk airnya sebanyak 1
liter.

2. Setelah bahan pada proses pertama pertama selesai dikerjakan maka


tahap selanjutnya adalah menuangkan adonan tersebut ke dalam
cetakan. Jika sedang menuangkan adonan harus di tempat yang datar
agar adonan yang di tuangkan benar benar merata. Kemudian tuangkan
adonan secara perlahan hingga merata dengan ketinggan kurang lebih
1 cm dari tepi cetakan.

3. Tahap selanjut nya adalah pemasangan roving. Dalam tahap ini alat
dan bahan yang perlu dipersiapkan adalah sisa adonan sebelumnya.
Roving yang sudah dipotong kira kira 25 cm yang jumlah nya sesuai
dengan ukuran tali (bisa menggunakan tali Ravia atau sejenisnya) yang
kuat karena nanti digunakan untuk menggantung hasil cetakan. Roving
juga harus disesuaikan dengan rakel yang berfungsi untuk meratakan.
Dalam tahap pemasangan roving ini, pertama kita ambil roving yang
sudah dipotong sesuai dengan ukuran kemudian kita letakkan roving
tersebut ke dalam cetakan yang sudah dilakukan pada tahap 2 dengan
cara menebarkan roving ke dalam cetakan yang sudah diisi adonan tadi
secara merata. Setelah roving kita tebarkan secara merata, selanjutnya
ialah merapikan tepi cetakan dari roving yang mungkin menjuntai
keluar
pg. 10
4. Dengan menggunakan "rakel". Tetapi untuk salah satu ujung sisi, kita
sisakan roving tadi untuk mengaitkan tali penggantungnya. Jadi tidak
semua tepi cetakan kita rapikan dari roving. Adapun cara mengaitkan
tali ialah letakkan tali secara melintang ke dalam sisa roving, kemudian
sisa roving kita gulung sekali ke arah dalam cetakan sehingga
membuat tali tadi menjadi melingkar. Setelah itu tuangkan sisa adonan
tadi ke dalam cetakan gypsum sampai penuh. Langkah selanjutnya
ialah mengeringkannya sampai kurang lebih 30 menit.

5. Tahap pelepasan gypsum dari cetakan. Setelah kurang lebih 30 menit ,


gypsum sudah kering dan siap dilepas dari cetakan. Ada 2 cara
melepaskan gypsum dari cetakan sesuai dengan model cetakan yaitu :

a. Cetakan model lurus :


Cetakan model lurus pelepasannya dimulai dari salah satu ujung
dengan membukanya secara perlahan, kemudian di gerakkan
telapak tanga kita hingga ujung satunya lagi, sampai semua
gypsum terlepas

b. Cetakan model oval atau melingkar:


Dengan cara di ketuk ketukkan perlahan dan hati hati, secara
menyeluruh ke semua bagian cetakan sampai gypsum terlepas.
Setelah gypsum terlepas gantungankan untuk menambah
kekeringannya.

pg. 11
KESIMPULAN

Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa semen terbuat dari batu gamping yang
termasuk bahan galian dasar dan bisa menjadi gypsum yg memiliki nilai ekonomi
dan gypsum memiliki banyak manfaat yaitu untuk bhan interior rumah dan lain
lain.

pg. 12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/333877772/Makalah-Batu-
Gamping
https://www.neliti.com/publications/274063/analisis-kualitas-
batugamping-sebagai-bahan-baku-utama-semen-portland-pada-pt-se
http://digilib.unimed.ac.id/5461/8/NIM.
%204113240004%20CHAPTER%20I.pdf
https://www.scribd.com/document/333877772/Makalah-Batu-
Gamping
https://dosengeografi.com/pngertian-batu-gampinng/
https://semenbaturaja.co.id/proses-produksi/

pg. 13

Anda mungkin juga menyukai