Anda di halaman 1dari 17

BATUAN VULKANIK

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Geologi Teknik yang diampu oleh
Ibu. Dr. Indriati Martha Patuti, S.T., M.Eng

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

 EFRIKA PAKAYA 511418048


 MUDATSIR 511418068
 CHAIRUL HILMAN ADAM 511418024
 MIZWAR LATJENGKE 511419016
 ASRI TULULI 511419018
 MOH. ASRAM TONGKODU 511419024
 PUTRI MELATI SUKMA HALID 511419029
 SUBHAN SAFRUDDIN 511419037
 AJENG PRAMESTI M. LABATJO 511419051
 MOCH. RIZKY AIRLANGGA 511419058
 TASYA EKA A.P.H MAMONTO 511419072
 RIZKY AMALIA ABDUL 511419074
 NABIL RAIHAN PANDJAB 511419077

S1- TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

1
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WR.WB

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia ini tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan Pengantar Geologi
Teknik. Makalah ini membahas mengenai “ Batuan Vulkanik “. Penulis mengucapkan
banyak terimah kasih kepada ibu dosen, Ibu Dr. Indriati Martha Patuti, S.T., M.Eng . atas
segala arahan dan bimbingan sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Penulis
berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dan utamanya kepada penulis
sendiri. Penulis menyadari, bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah
ini. Hal ini Karena keterbatasan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna
penyempurnaan makalah ini.

Wassalamualikum WR.WB

Gorontalo, 12 Februari 2020

Kelompok III

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. 2


DAFTAR ISI ………………………………………………………………… 3

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 latar belakang …………………………………………………………. 4
1.2 rumusan masalah ……………………………………………………… 4
1.3 tujuan masalah ……………………………………………………........ 4

BAB II. PEMBAHASAN


2.1.1 Definisi …………………….………………………………………...... 5
2.1.2 Klasifikasi……………………….…………………………………....... 5-6
2.1.3 Sifat Fisik ..……….……………………………………………………. 6-8
2.1.4 Struktur Batuan …………………………………………………………9
2.1.5 Komposisi Mineral ……………………………………………………..9-10
2.1.6 Tekstur Batuan …………………………………………………………10
2.1.7 Dasar Keteknikan ………………………………………………………11-15
2.1.8 Penggunaan Batuan …………………………………………………….15
BAB III. PENUTUP
3.1 kesimpulan ……………………………………………………………. 16
3.2 saran …………………………………………………………………... 16

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih besar daripada
bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat diamati
langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui secara cepat dan jelas.
Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang
berbeda satu sama lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses
terbentuknya.
Batuan beku sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-
hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara mempergunakannya saja, dan
sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-beluk mengenai batuan beku ini. Secara
sederhana batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan proses pembentukan Batuan vulkanik?


2. Jelaskan proses klasifikasi Batuan Vulkanik?
3. Apa saja sifat fisik Batuan Vulkanik?
4. Apa saja struktur Batuan Vulkanik?
5. Apa saja komposisi mineral yang berada di Batuan Vulkanik?
6. Bagaimana tekstur pada Batuan Vulkanik?
7. Sebutkan dan jelaskan dasar keteknikan Batuan Vulkanik?
8. Dan,Apa saja penggunaan Batuan untuk bidang keteknikan?

1.3 TUJUAN

1. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai perbedaan definisi antara apa itu
yang dimaksud dengan Batuan Vulkanik
2. Menambah wawasan pembaca mengenai Batuan Vulakanik
3. Menggali pengetahuan tentang Batuan Vulkanik

4
BAB II
PEMBAHASAN

I. 2.1.1 Definisi dan Proses Pembentukan Batuan

Batuan vulkanik atau batuan beku vulkanik adalah batuan yang terbentuk dari magma
yang meletus dari gunung berapi. Dengan kata lain, yang membedakannya dengan batuan
beku lainnya adalah memiliki asal vulkanik. Seperti semua jenis batuan, konsep batuan
vulkanik adalah konsep artifisial, dan di alam, batuan vulanik juga mencakup batuan
subvulkanik (hipabisal) dan batuan metamorf . Untuk alasan ini, di geologi, batuan vulkanik
dan batuan hipabisal dangkal tidak selalu diberlakukan secara terpisah. Dalam konteks perisai
benua di zaman Prakambrium, istilah "vulkanik" dipakai hanya sebatas untuk batuan
metavulkanik

II 2.1.2 Klasifikasi Batuan

1. Klasifikasi batuan beku menurut cara atau proses terjadinya


Jika dilihat dari cara atau proses terjadinya, batuan beku ini dapat dibedakan menjadi tiga
jenis yakni :
 Deep seated Rock, yakni batuan beku yang terbentuk jauh di dalam lapisan atmosfer
bumi. Deep seated rock ini disebut juga dengan batuan plutonik. Batuan plutonik ini
merupakan batuan beku yang proses terbentuknya atau proses terjadinya ada di dalam
dapur magma.
 Dike rock, yakni batuan beku yang terbentuk di dekat permukaan. Dike rock ini juga
batuan beku gang atau korok. Batuan beku jenis ini merupakan batuan beku yang
terbentuk di gang ataupun celah- celah antar lapisan di dalam kulit bumi.
 Effusive rock, yakni batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi. Effusive rock
ini juga disebut dengan batuan vulkanik atau batuan beku luar atau batuan lelehan.
Batuan jenis ini merupakan batuan beku luar yang proses pembentukannya berada di
luar permukaan bumi

2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan SiO2 nya


Jenis batuan beku yang dibedakan berdasarkan kandungan SiO2nya. Jika dilihat dari
klasifikasi ini, batuan beku dibedakan menjadi empat macam, yakni:
 Batuan beku asam. Batuan beku asam merupakan jenis batuan beku yang kandungan
SiO2nya lebih dari 66%. Contoh dari batuan ini adalah riolit.
 Batuan beku intermediate. Batuan beku intermediate merupakan batuan beku yang
kandungan SiO2nya antara 52% hingga 66%. Contoh dari batuan ini adalah dasit.
 Batuan beku basa. Batuan beku basa merupakan jenis batuan beku yang kandungan
SiO2nya antara 45% hingga 52%. Contoh dari batuan ini adalah andesit.
 Batuan beku ultra basa. Batuan beku ultra basa merupakan jenis batuan beku yang
kandungan SiO2 nya kurang dari 45%. Contoh dari batuan jenis ini adalah batu basalt.

5
3. Klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warnanya
Jenis- jenis batuan beku yang dilihat dari indeks warna batuan itu sendiri. Jika dilihat dari
klasifikasi sudut ini, batuan beku dibedakan menjadi 3 hingga 4 macam. Mengapa 3 hingga 4
macam? Karena ada beberapa pendapat dari para ahli yang menyatakan jenis- jenis dari
batuan beku berdasarkan indeks warnanya ini.

III 2.1.3 Sifat Fisik dan Keteknikan Batuan


 1. Sifat Fisik Batuan
- Granit

1. Nama Batuan : Batu Granit


2. Warna batuan
a) Warna segar : Pulib kecokelatan
b) Warna lapuk : Pulib kecokelatan
I. Struktur batauan : Masif
II. Tekstur
a) Derajat kristalisasi : holokristalin
b) Granularitas : fanerik – afanitik
c) Bentuk Kristal : Anhedral – subhedral
d) Relasi : inequigranular
III. Komposisi mineral : kursa 30%, Piroksin 20%, Plagioklas 25%,biotit 10%,
hornblende 15%
IV. Jenis batuan : batauan beku asam

6
- Gabro

1. Nama Batuan : Batu Gabro


2. Warna batuan
a) Warna segar : abu -abu
b) Warna lapuk : cokelat kuning
3. Struktur batauan : Masif
4. Tekstur
1. Derajat kristalisasi : holokristalin
2. Granularitas : fanerik
3. Bentuk Kristal : subhedral
4. Relasi : eqiugranular
5. Komposisi mineral : plagioklas 30%, kuarsa 40%, hornblende 15%, biotit 15%
6. Jenis batuan : batauan beku asam

- Andesit

1. Nama Batuan : Batu Andesit


2. Warna batuan
a) Warna segar : cokelat keabu - abuan
b) Warna lapuk : cokelat
3. Struktur batauan : Masif
4. Tekstur
a) Derajat kristalisasi : holokristalin
b) Granularitas : afantik
c) Bentuk Kristal : Euhedral – subhedral
d) Relasi : eqiugranular

7
5. Komposisi mineral : kuarsa 40%, piroksin 25%, hornblende 15%, biotit 15%, mineral
lain 15%
6. Jenis batuan : batauan beku Intermedit
- Diorit

1. Nama Batuan : Batu Diorit Profir


2. Warna batuan
a) Warna segar : putih keabu - abuan
b) Warna lapuk : cokelat keabu – abuan
3. Struktur batauan : Masif
4. Tekstur
a) Derajat kristalisasi : Hipokristalin
b) Granularitas : faneroporfiritik
c) Bentuk Kristal : Euhedral - Anhedral
d) Relasi : Inequigranular
5. Komposisi mineral : plagioklas 25%, kuarsa 30%, hornblende 20%, biotit 10%,
prioksin 10%, mineral lain 10%
6. Jenis batuan : batauan beku Intermediet

- Obsidan

1. Nama Batuan : Batu Obsidan


2. Warna batuan
a) Warna segar : Hitam mengkilat
b) Warna lapuk : Hitam
3. Struktur batauan : Masif
4. Tekstur
a) Derajat kristalisasi : Holohialin
b) Granularitas : -
c) Bentuk Kristal : -

8
d) Relasi : -
5. Komposisi mineral : Gelas Silika
6. Jenis batuan : batauan beku
IV. 2.1.4 Struktur Batuan Vulkanik

a). Masif atau pejal, umumnya terjadi pada batuan beku dalam. Pada batuan beku luar yang
cukup tebal, bagian tengahnya juga dapat berstruktur masif.
b). Berlapis, terjadi sebagai akibat pemilahan kristal (segregasi) yang berbeda pada saat
pembekuan.
c). Vesikuler, yaitu struktur lubang bekas keluarnya gas pada saat pendinginan. Struktur ini
sangat khas terbentuk pada batuan beku luar. Namun pada batuan beku intrusi dekat
permukaan struktur vesikuler ini kadang-kadang juga dijumpai. Bentuk lubang sangat
beragam, ada yang berupa lingkaran atau membulat, elip, dan meruncing atau menyudut,
demikian pula ukuran lubang tersebut. Vesikuler berbentuk melingkar umumnya terjadi pada
batuan beku luar yang berasal dari lava relatif encer dan tidak mengalir cepat. Vesikuler
bentuk elip menunjukkan lava encer dan mengalir. Sumbu terpanjang elip sejajar arah sumber
dan aliran. Vesikuler meruncing umumnya terdapat pada lava yang kental.
d). Struktur skoria (scoriaceous structure) adalah struktur vesikuler berbentuk membulat atau
elip, rapat sekali sehingga berbentuk seperti rumah lebah.
e). Struktur batuapung (pumiceous structure) adalah struktur vesikuler dimana di dalam
lubang terdapat serat-serat kaca.
f). Struktur amigdaloid (amygdaloidal structure) adalah struktur vesikuler yang telah terisi
oleh mineral-mineral asing atau sekunder.
g). Struktur aliran (flow structure), adalah struktur dimana kristal berbentuk prismatik
panjang memperlihatkan penjajaran dan aliran.

Struktur batuan beku tersebut di atas dapat diamati dari contoh setangan (hand
specimen) di laboratorium. Sedangkan struktur batuan beku dalam lingkup lebih besar, yang
dapat menunjukkan hubungan dengan batuan di sekitarnya, seperti dike (retas), sill, volcanic
neck, kubah lava, aliran lava dan lain-lain hanya dapat diamati di lapangan.

V. 2.1.5 Komposisi Mineral

Berdasarkan jumlah kehadiran dan asal-usulnya, maka di dalam batuan beku terdapat
mineral utama pembentuk batuan (essential minerals), mineral tambahan (accessory minerals)
dan mineral sekunder (secondary minerals).
I. Essential minerals, adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan
magma, dalam jumlah melimpah sehingga kehadirannya sangat menentukan
nama batuan beku.
II. Accessory minerals , adalah mineral yang juga terbentuk pada saat pembekuan
magma tetapi jumlahnya sangat sedikit sehingga kehadirannya tidak
mempengaruhi penamaan batuan. Mineral ini misalnya kromit, magnetit,
ilmenit, rutil dan zirkon. Mineral esensiil dan mineral tambahan di dalam
batuan beku tersebut sering disebut sebagai mineral primer, karena terbentuk
langsung sebagai hasil pembekuan daripada magma.
III. Secondary minerals adalah mineral ubahan dari mineral primer sebagai akibat
pelapukan, reaksi hidrotermal, atau hasil metamorfisme. Dengan demikian
mineral sekunder ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma.
Mieral sekunder akan dipertimbangkan mempengaruhi nama batuan ubahan

9
saja, yang akan diuraikan pada acara analisis batuan ubahan. Contoh mineral
sekunder adalah kalsit, klorit, pirit, limonit dan mineral lempung.
IV. Gelas atau kaca, adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau
amorf. Mineral ini sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan
hanya terjadi pada batuan beku luar atau batuan gunungapi, sehingga sering
disebut kaca gunungapi (volcanic glass).
V. Mineral felsik adalah adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk
batuan beku, berwarna cerah atau terang, tersusun oleh unsur-unsur Al, Ca, K,
dan Na. Mineral felsik dibagi menjadi tiga, yaitu felspar, felspatoid (foid) dan
kuarsa. Di dalam batuan, apabila mineral foid ada maka kuarsa tidak muncul
dan sebaliknya. Selanjutnya, felspar dibagi lagi menjadi alkali felspar dan
plagioklas.
VI. Mineral mafik adalah mineral primer berwarna gelap, tersusun oleh unsur-
unsur Mg dan Fe. Mineral mafik terdiri dari olivin, piroksen, amfibol
(umumnya jenis hornblende), biotit dan muskovit.

Pemerian dan pengenalan mineral pembentuk batuan beku tersebut secara


megaskopik sudah harus dikuasai oleh para praktikan, seperti diberikan pada kuliah dan
praktikum kristalografi-mineralogi serta dipraktekkan lagi pada acara I pengenalan mineral
pembentuk batuan, praktikum petrologi ini. Untuk mengetahui genesa masing-masing
mineral pembentuk batuan tersebut di atas, praktikan dianjurkan untuk mempelajari Reaksi
Seri Bowen yang terdapat di dalam buku-buku literatur Petrologi (misal Middlemost, 1985,
Magmas and magmatic rocks, Longman, Inc., London, 266 p).

VI. 2.1.6 Tekstur Batuan Vulkanik

1. Afanitik-(fine grain texture)-(aphanitic dari bahasa Yunani phaneros yang berarti


terlihat, dan yang berarti tidak) dapat diartikan mineral-mineralnya tidak dapat
diamati dengan mata telanjang. Memperlihatkan pembekuan yang cepat namun masih
sempat membentuk Kristal yang kecil. Melalui pengamatan dibawah mikroskop dapat
dikenali sebagai feldspar dan kuarsa.
2. Porfiritik, merupakan tekstur yang khusus dimana terdapat campuran antara butiran
kasar di dalam massa dengan butiran yang lebih halus. Butiran yang relative
sempurna dinamakan fenokrist (phenocrysts),sedangkan butiran yang lebih kecil
disebut massa dasar (groundmass). Tekstur porfiritik menunjukkan bahwa magma
yang sebagaian membeku bergerak ke atas dengan cepat lalu mendingin dengan cepat
pula. Sehingga menghasilkan fenokris yang dikelilingi oleh massa dasar. Pegmatite,
merupakan batuan beku dalam yang terdiri dari mineral-mineral yang berukuran
tidak lazim,besar-besar,sampai 2 cm atau lebih.
3. Gelas (Glassy),tidak berbutir atau tidak mempunyai Kristal(amorf). Terjadi akibat
magma membeku dengan cepat saat menyentuh atmosfer. Suhu dan tekanan di
atmosfer jauh lebih rendah dibandingkan dengan dapur magma. Akibatnya tidak
sempat membentuk Kristal atau amorf seperti obsidian. Kadang lava mendingin atau
membeku dengan cepatnya sehingga atom-atomnya tidak sempat membentuk
mineral,sehingga yang terbentuk ialah mineraloid. Batuan beku luar yang sebagian
atau seluruhnya terdiri dari gelas dinamakan obsidian.

10
VII. Dasar Keteknikan Batuan
Sifat indeks batuan
Sifat indeks batuan adalah sifat fisik batuan yang ditentukan oleh jenis dan origin batuan .
Sifat indeks dipengaruhi paling utama oleh asal muasal batuan (origin), tekstur batuan dan
komposisi mineral. Sifat-sifat indeks tersebut antara lain:
·         Porositas & Permeabilitas
                 Porositas batuan diartikan sebagai perbandingan antara volum rongga-rongga pori
terhadap volum total batuan. Bagaimana suatu porositas terbentuk sangat dipengaruhi oleh
proses-proses yang dilalui oleh batuan selama masa pembentukannya. Porositas primer pada
batuan sedimen klastik dipengaruhi oleh teksturnya. Porositas primer pada batuan beku lebih
banyak terbentuk pada lubang-lubang gas batuan vulkanik. Sementara pada batuan metamorf
berupa mikro porositas yang terbentuk selama proses rekristalisasi. Porositas sekunder bisa
juga terbentuk oleh kekar atau sesar yang disebabkan oleh gaya tektonik.
                 Porositas (terutama yang terbuka) akan mendorong fluida untuk memasukinya dan
secara perlahan akan menyebabkan pelapukan. Dengan demikian batuan yang mempunyai
porositas dan rekahan lebih besar akan mempunyai kekuatan tahan yang lebih kecil dan
sebaliknya. Tabel dibawah menjelaskan beberapa contoh batuan dengan % porositas yang
berbeda-beda. Dapat terlihat bahwa batuan beku dan metamorf (segar dan tanpa fracture)
mempunyai % porositas yang lebih kecil daripada batuan sedimen. Hal ini tentunya
membuktikan bahwa batuan beku dan metamorf dalam keadaan segar dan
tanpa fracture merupakan batuan yang baik untuk konstruksi suatu bangunan.

11
Permeabilitas adalah kemampuan batuan untuk meloloskan air, semakin besar permeabilitas,
maka akan mengurangi kekuatan batuan.
·         Void index
Adalah ukuran seberapa besar kekompakan dari material-material penyusun batuan dan
seberapa besar fracture yang terbentuk pada batuan akibat kompresi/tekanan selama jutaan
tahun. Diagram dibawah menggambarkan hubungan antara void indeks dalam % (sumbu x)
dengan besarnya gabungan gaya tekan dan tarik (sumbu y).

 Kesimpulan dari diagram ini adalah semakin kecil nilai void index, maka batuan akan lebih
kuat menerima gaya kompresi maupun gaya tarik. Kenaikan nilai void index juga
mempengaruhi nilai modulus elastisitas batuan dimana hubungannya adalah berbanding
terbalik. Di bawah ini merupakan contoh jenis batuan dengan nilai void index  yang berbeda.

·         Unit berat, Densitas dan Specific gravity


Densitas merupakan perbandingan antara massa dan volume batuan. Densitas menentukan
seberapa besar kekuatan yang digunakan untuk menghancurkan batuan. Semakin besar

12
densitas suatu batuan (serta batuan dalam keadaam segar), maka batuan itu akan semakin
kuat dan juga sebaliknya. Beberapa contoh densitas antara lain batuserpih 2750 kg/m 3, granit
2650 kg/m3, batupasir 2200 kg/m3, basalt 2650 kg/m3, marmer 2700 kg/m3, batugamping
2450 kg/m3, dll. Unit weight hampir sama dengan density, dimana semakin besar Unit
Weight maka batuan akan semakin kuat. Dibawah ini adalah kolom klasifikasinya.

·         Hardness (kekerasan)
Kekerasan  pada batuan  merupakan ketahanan batuan terhadap gaya tekan dan gaya tarik
yang bekerja padanya sebelum batuan hancur. Kekerasan ditentukan oleh komposisi mineral
dari batuan (kekerasan pada skala Mohs). Semakin banyak mineral resisten, maka batuan
akan semakin keras dan sebaliknya.
·         Sonic Pulse Velocity
Sonic Pulse Velocity merupakan metode yang digunakan untuk melihat seberapa besar kuat
tekan uniaksial yang ada pada batuan. Batuan dengan perbedaan mineralogi, tekstur dan
kekuatan (strength) akan menghasilkan kecepatan pulsa sonic yang berbeda-beda pula.
Korelasi antara kuat tekan batuan dan kecepatan sonic terbesar ada pada marmer (0,94-
0,97)sedangkan terendah pada granit (0,68). Korelasi yang rendah pada granit membuktikan
adanya kandungan mineral yang homogeny, kompleksitas kebundaran butir dan perbedaan
cepat rambat gelombang pada kristal-kristal mineralnya.

2.      Sifat Mekanik Batuan


Sifat mekanik batuan berhubungan dengan proses-proses yang mengenai batuan setelah
batuan tersebut terbentuk (adanya gaya dari luar yang berkerja pada batuan). Sifat-sifat
tersebut antara lain:
·         Compressive strength (Gaya tekan)
Compressive strength adalah gaya tekan maksimum yang bisa diberikan pada batuan dari
arah yang berlawanan tanpa menghancurkannya. Compressive strength ini akan mengurangi
volume batuan, dan jika batuan ductile tidak mengalami pecah, maka akan menjadikannya
semakin kuat. Contoh gambar ada di bawah.

13
·         Tensile strength (Gaya tarik)
Tensile strength adalah gaya tarik maksimum yang bisa diberikan batuan dari arah yang
berlawanan  tanpa menhancurkannya. Tensile strength lebih jarang terjadi
daripada compression strength, tetapi lebih mudah menghancurkan batuan. Bangunan
konstruksi sangat tidak disarankan bahkan dilarang untuk dibangun pada daerah
dimana Tensile strength bekerja dominan. Pengaruh Tensile strength pada batuan berbeda-
beda tergantung sifat fisiknya.

·         Elastic modulus (Modulus elastik)


      Elastic Modulus adalah kemampuan material batuan untuk kembali ke bentuk semula
setelah gaya yang bekerja padanya ditiadakan. Ada dua macam reaksi batuan yaitu deformasi
elastis (kembali ke bentuk semula ketika gaya dihilangkan dan deformasi plastis (tidak
kembali ke bentuk semula setelah gaya ditiadakan).

14
·         Poison Ration (Rasio Poison)
Ketika batuan ditekan dari suatu arah, maka akan terjadi pergeseran pada arah yang
berlawanan secara tegak lurus. Hal ini dinamakan efek Poisson. Poison Ration mengukur
seberapa besar efek Poisson yang terjadi. Poison Ration akan besar pada batuan-batuan yang
elastis seperti batupasir berserpih dan batubara serta rendah pada batuan-batuan keras karena
mudah mengalami fracture.
·         Rock Failure Strain
Rock Failure Strain disebabkan oleh adanya pelepasan secara tiba-tiba dari sebuah gaya
setelah sebelumnya bekerja. Pengaruhnya terhadap suatu batuan tentulah sangat dipengaruhi
oleh jenis batuan dan sifat elastisitasnya.
·         Point Load Index
Point Load Index merupakan  metode alternatif yang digunakan untuk
mengukur Uniaxial Compressive strength Test menggantikan metode Compressive
strength terkait biaya dan waktu yang lebih efisien.

VIII. Penggunaan Batuan untuk Bidang Keteknikan


Dalam Keteknikan batuan Vulkanik ini mempunyai banyak peran seperti andesit dan basalt
yang sering dijadikan dan dimanfaatkan dalam bidang keteknikan yaitu sebagai bahan
pondasi bangunan. Selain itu pula,batuan vulkanik juga digunakan sebagai bahan pembuat
semen yaitu batuan beku asam (acid),dimana kandungan SiO2 > 65%,contohnya Granit dan
Ryolit. Semacam struktur penyusunnya cocok di gunakan untuk agregat penyusun pondasi.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat saya sampaikan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Batu adalah material padat dari agregat mineral yang telah padu. Batuan beku merupakan
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan membeku.
2. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk
akibat pembekuan dari magma.
3. Batuan beku berdasarkan genetiknya yaitu batuan ekstruksi dan batuan instrusi yaitu
batuan beku dalam dan beku luar.
4. Struktur batuan beku ada 4, yaitu struktur bantal, struktur vesikular, strutur aliran, struktur
kekar.
5. Beberapa jenis batuan beku antara lain batu Diorit, Diabas, Basalt, Dunit, perodit,
Obsidian, Granit, Granodiorit, Sienit, Andsit dan Zeolit dan lain sebagainya. III.2. Saran
Untuk memperluas pengetahuan tentang batuan beku kita harus mempelajari dan memahami
maksud dari batuan beku, bagaimana batuan beku terbentuk, klasifikasi batuan beku dan
determinasinya di kehidupan sehari-hari

3,2 SARAN
Untuk memperluas pengetahuan tentang batuan beku kita harus mempelajari dan
memahami maksud dari batuan beku, bagaimana batuan beku terbentuk, klasifikasi batuan
beku dan determinasinya di kehidupan sehari-hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_vulkanik#Karakteristik
https://ilmugeografi.com/geologi/batuan-beku
https://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-beku/
https://www.academia.edu/19849791/makalah_batuan_beku

http://www.galuhpratiwi.my.id/2015/01/hubungan-antara-jenis-batuan-dengan.html

17

Anda mungkin juga menyukai