Anda di halaman 1dari 49

PANDUAN PRAKTIKUM

GEOLOGI DASAR

Dosen Pengampu:

Drs. Sudarmi, M.Si

UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
BANDAR LAMPUNG
2014
LEMBAR PENGESAHAN

1. Identitas Mata Kuliah


a. Mata Kuliah : Geologi Dasar
b. Kode Mata Kuliah :
c. Semester : Ganjil

2. Identitas Penyusun
a. Nama : Drs. Sudarmi, M.Si
b. NIP : 195910091986031003
c. Bidang Studi : Pendidikan Geografi
d. Jurusan : Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial

Bandar Lampung, April 2014


Mengetahui
Ketua Jurusan PIPS FKIP Unila, Penyusun

Drs. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Sudarmi, M.Si


NIP 195601081985031002 NIP 195910091986031003

Menyetujui,
Pembantu Dekan I FKIP Unila

DR. M. Thoha. BS. Jaya, M.S.


NIP 19520831198103100

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr...wb...
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah begitu banyak
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan panduan
praktikum mata Geologi Dasar tahun akademik 2013-2014
Panduan Praktikum ini berisi tentang materi geologi dasar yang terangkum dalam
pertemuan praktikum. Dalam kesempatan ini pula kami sampaikan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada asisten laboratorium pendidikan geografi Universitas Lampung dan semua
pihak yang telah memberikan dorongan, saran dan bantuan dalam penyusunan buku ini.
Besar harapan kami agar buku panduan praktikum geologi dasar ini berguna untuk
kemajuan sistem praktikum di Laboratorium Pendidikan Geografi FKIP Unila, dan terutama
membantu semua praktikan dalam memahami konsep praktikum mineralogi dan petrologi ini.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam buku ini. Oleh sebab itu
kami mohon saran dan kritik untuk kesempurnaan buku ini dan kami mohon maaf apabila ada
kekurangan atau kesalahan dalam penyusunan buku ini.

Bandar Lampung, April 2014

Tim Penyusun

3
PENDAHULUAN

BATUAN

Batuan adalah benda alam yang menjadi penyusun utama dari materi bumi.
Beberapa batuan terutama tersusun dari sejenis mineral saja, dan sebagian kecilnya di bentuk
oleh gabungan mineral, bahan organik, serta bahan bahan vulkanik lainya, serta kombinasi
semua komponen tersebut.

Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia, dengan


tekstur partikel unsur dan oleh proses yang membentuk mereka. Ciri - ciri ini
mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Mereka lebih
diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk mereka. Transformasi dari satu
jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi.

Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:

1. kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu ini.
2. tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu
3. struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
4. proses pembentukan

Batu-batu secara umum biasanya dibagi menurut proses yang membentuknya, dan
dengan itu dibagi kepada tiga kumpulan yang besar yaitu:

1. batu beku
2. batu sendimen ( Endapan )
3. batu metamorf ( Malihan )

Batu igneus adalah batu yang terbentuk dari magma cair, batu endapan melalui endapan
dan tekanan bahan tertentu, dan batu metamorfosis melalui salah satu dari dua cara yang
disebut terdahulu setelah berubah akibat suhu dan tekanan. Dalam kasus-kasus di mana bahan
organik meninggalkan jejak dirinya pada batu, hasil ini dikenali sebagai fosil.

4
PANDUAN MATERI

BATUAN BEKU

Pengertian batuan beku

Batuan beku ( igneus rock) adalah batuan yang terbentuk langsung dari magma, baik
dibawah permukaan bumi, maupun diatas permukaan bumi. Ciri khas batuan beku adalah
kenampakanya yang kristalin, yaitu kenampakan suatu masa dari unit unit kecil yang saling
mengunci (interlocking) kecuali gelas yang bersifat kristalin (Danang Endarto 2005)

Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk ketika sebagian magma mendingin
secara perlahan lahan didalam permukaan bumi. Kadang kadang magma menerobos (intrusif)
kebatuan disekitarnya sebagai benda benda kecil (Neil curties 2000)

Batuan beku (igneus rock) berasal dari bahasa latin, ignis = fire (api). Adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa
proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di
atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan
setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya,
proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur,
penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil
dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi. Batuan beku
adalah batuan yang terjadi dari pembeku materi yang kental yang berasal dari dalam
permukaan bumi (magma).

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi,
maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa
penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen
disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.

5
Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik
batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku. Dalam
membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari

1. Tekstur
2. Struktur
3. Komposisi mineral

Tekstur

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral
sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk
massa dasar dari batuan.Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang
penting, yaitu:

1. Kristalinitas

Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal,
selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma
dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika
pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika
pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.

Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

 Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.


Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin
yang telah membeku di dekat permukaan.
 Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
 Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau
sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

2. Granularitas

6
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada
umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

Fanerik/fanerokristalin

Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara
megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan
menjadi:

 Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.


 Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
 Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
 Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

Afanitik

Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa
sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat
tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat
dibedakan:

 Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan


bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
 Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk
diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara
0,01 – 0,002 mm.
 Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

3. Bentuk Kristal

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan
secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal,
yaitu:

 Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
 Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
 Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

7
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:

 Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.


 Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
 Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang
lain.
 Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

4. Hubungan antar kristal

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara
kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar,
relasi dapat dibagi menjadi dua,

Equigranular

Yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran
sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi
menjadi tiga, yaitu:

 Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya


terdiri dari mineral-mineral yang euhedral (bentuk kristal yang sempurna ).

8
 Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang subhedral (bentuk kristal yang kurang
sempurna).
 Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang anhedral (bentuk kristal yang tidak
sempurna).

Inequigranular

Yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar.
Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik
yang bisa berupa mineral atau gelas.

Struktur

Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang
jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat
dilapangan saja, misalnya:

 Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut,
membentuk struktur seperti bantal.
 Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara
teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh
batuan (hand speciment sample), yaitu:
 Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan
adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam
tubuh batuan beku.
 Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas
pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
 Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar
dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
 Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral
sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.

9
 Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang
masuk dalam batuan yang mengintrusi.
 Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada
pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan
magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).

Komposisi Mineral

Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan mempergunakan
indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

 Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa,
feldspar, feldspatoid dan muskovit.
 Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol
dan olivin.

10
BATUAN SENDIMEN

Batuan sedimen adalah batuan hasil pengendapan baik yang berasal dari hasil
sedimentasi mekanis (hasil rombakan batuan asal), sedimentasi kimiawi (hasil penguapan
larutan) maupun sedimentasi organik (hasil akumulasi organik). Batuan sedimen hasil
sedimentasi mekanis terbentuk dalam suatu siklus sedimentasi yang meliputi pelapukan,
erosi, transportasi, sedimentasi dan diagenesa. Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa
pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosi dan transportasi terutama dilakukan oleh media
air, angin atau es.

Klasifikasi Batuan Sedimen


Batuan sedimen sangat banyak jenisnya dan tersebar sangat luas (± 75% dari luas
permukaan bumi) dengan ketebalan beberapa centimeter sampai beberapa kilometer.
Berdasarkan proses pembentukan, batuan sedimen dapat dikelompokan menjadi 5 yaitu:
Batuan Sedimen Detritus (Klastik), Batuan Sedimen Karbonat, Batuan Sedimen Evaporit,
Batuan Sedimen Batubara, dan Batuan Sedimen Silika (Gambar 1).

Golongan batuan sedimen utama serta proses-proses pembentukannya

(Koesoemadinata, 1985).

11
Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik terbentuk oleh proses sedimentasi mekanis.
Komponen pembentuk batuan sedimen klastik (Gambar 2) :

 Butiran (grain) : butiran klastik yang tertransport yang berupa mineral, fosil atau
fragmen batuan (litik).
 Masa dasar (matrix) : berukuran lebih halus dari butiran (< 1/16 mm) dan diendapkan
bersama-sama dengan butiran.
 Semen (cement) : material berukuran halus yang mengikat butiran dan matrik,
diendapkan setelah fragmen dan matrik, contoh : semen karbonat, silika, oksida besi,
lempung, dll.

Komponen pembentuk batuan sedimen klastik : butiran (clasts), masa dasar (matrix), dan
semen (semen oksida besi berwarna coklat kemerahan)

2.1.1. Tekstur Batuan Sedimen Klastik


Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang menyangkut butir sedimen seperti
besar butir, kebundaran, pemilahan dan kemas. Tekstur batuan sedimen mempunyai arti
penting karena mencerminkan proses yang telah dialami batuan tersebut (terutama proses
transportasi dan pengendapanannya) dan dapat digunakan untuk menginterpretasikan
lingkungan pengendapan batuan sedimen.

12
Besar Butir (Grain Size)
Besar Butir adalah ukuran/diameter butiran, yang merupakan unsur utama dari batuan
sedimen klastik, yang berhubungan dengan tingkat energi pada saat transportasi dan
pengendapan. Klasifikasi besar butir menggunakan skala Wentworth (Tabel 1)
Besar butir ditentukan oleh :

 Jenis pelapukan : pelapukan kimiawi (butiran halus),  pelapukan mekanis (butiran


kasar)
 Jenis transportasi
 Waktu/jarak transportasi
 Resistensi

Tabel 1. Klasifikasi besar butir

Tabel Klasifikasi besar butir

13
Pemilahan (sorting)
Pemilahan (sorting) adalah derajat keseragaman besar butir. Istilah yang dipakai dalam
pemilahan adalah terpilah sangat baik, terpilah baik, terpilah sedang, terpilah buruk dan
terpilah sangat buruk (Gambar 3).

Gambar Pemilahan dan tingkat penamaan keseragaman butir

Kebundaran (Roundness)
Kebundaran (roundness) adalah tingkat kebundaran atau ketajaman sudut butir, yang
mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi. Kebundaran dipengaruhi oleh komposisi
butir, besar butir, jenis transportasi, jarak transportasi dan resistensi butir. Istilah yang dipakai
dalam kebundaran adalah very angular (sangat menyudut), angular (menyudut), sub angular
(menyudut tanggung), sub rounded (membundar tanggung), rounded (membundar) dan well
rounded (sangat membundar) (Gambar 4).

Gambar Tingkat kebundaran butir

14
Kemas (fabric)
Kemas (fabric) adalah sifat hubungan antar butir di dalam suatu masa dasar atau diantara
semennya, sebagai fungsi orientasi butir dan packing. Kemas secara umum dapat
memberikan gambaran tentang arah aliran dalam sedimentasi serta keadaan porositas dan
permeabilitas batuan. Istilah yang dipakai adalah kemas terbuka (bila butiran tidak saling
bersentuhan) dan kemas tertutup (bila butiran saling bersentuhan). Jenis-jenis kontak antar
butir (Gambar 5) :

Gambar Jenis-jenis kontak antar butir

Porositas
Porositas adalah perbandingan antara volume rongga dengan volume total batuan (dinyatakan
dalam persen). Porositas dapat diuji dengan meneteskan cairan (air) ke dalam batuan. Istilah
yang dipakai adalah porositas baik (batuan menyerap air), porositas sedang (di antara baik-
buruk), dan porositas buruk (batuan tidak menyerap air). Jenis-jenis porositas : intergranular,
microporosity, dissolution dan fracture (Gambar 6).

Gambar Jenis-jenis porositas

15
Warna
Warna pada batuan sedimen mempunyai arti yang penting karena mencerminkan komposisi
butiran penyusun batuan sedimen dan dapat digunakan untuk menginterpretasikan
lingkungan pengendapan. Warna batuan merah menunjukan lingkungan oksidasi,sedangkan
warna batuan hitam atau gelap menunjukan lingkungan reduksi. Secara umum warna pada
batuan sedimen dipengaruhi oleh :

 Warna mineral pembentuk batuan sedimen, contoh : bila mineral pembentuk batuan
sedimen didominasi oleh kuarsa maka batuan akan berwarna putih (misal batupasir
quartz arenite).
 Warna matrik atau semen, contoh : bila matriks/semen mengandung oksida besi, maka
batuan akan berwarna coklat kemerahan.
 Warna material yang meyelubungi (coating material), contoh : batupasir kuarsa yang
diselubungi oleh glaukonit akan berwarna hijau
 Derajat kehalusan butir penyusunnya, contoh : pada batuan dengan komposisi sama
jika makin halus ukuran butir maka warnanya akan cenderung lebih gelap.

Kekompakan
Kekompakan adalah sifat fisik dari batuan. Beberapa istilah yang dipakai dalam kekompakan
batuan adalah :

 Dense : sangat padat


 Hard : keras dan padat
 Medium hard : agak keras tetapi masih dapat digores dengan jarum baja
 Soft : lunak, mudah tergores dan dipecahkan.
 Friable : keras tetapi dapat diremas dengan tangan
 Spongy : berongga

16
BATUAN METAMORF (MALIHAN)

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan tekanan (P),
temperatur (T) atau keduanya di mana batuan memasuki kesetimbangan baru tanpa adanya
perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat),
dengan temperatur berkisar antara 200-800 derajat C.

Proses metamorfosa membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan
asalnya, baik tekstur dan struktur maupun asosiasi mineral. Perubahan tekanan (P),
temperatur (T) atau keduanya akan mengubah mineral dan hubungan antar butiran/kristalnya
bila batas kestabilannya terlampaui. Selain faktor tekanan dan temperatur, pembentukan
batuan metamorf juga tergantung pada jenis batuan asalnya.

Tipe-tipe metamorfosa Tipe-tipe metamorfosa :


 Metamorfosa termal/kontak : terjadi akibat perubahan (kenaikan) temperatur (T),
biasanya dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik, luas daerah kontak bisa beberapa
meter sampai beberapa kilometer, tergantung dari komposisi batuan intrusi dan batuan
yang diintrusi, dimensi dan kedalaman intrusi.
 Metamorfosa regional/dinamo termal : terjadi akibat perubahan (kenaikan) tekanan (P)
dan temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di jalur orogen (jalur
pembentukan pegunungan atau zona subduksi) yang meliputi daerah yang luas,
perubahan secara progresif dari P & T rendah ke P & T tinggi..
 Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi : terjadi di daerah pergeseran yang
dangkal (misal zona sesar) dimana tekanan lebih berperan daripada temperatur, yang
menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar (dangkal), milonit,
filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh rekristalisasi.
 Metamorfosa burial : terjadi akibat pembebanan, biasanya terjadi di cekungan
sedimentasi, perubahan mineralogi ditandai munculnya zeolit.
 Metamorfosa lantai samudera : terjadi akibat pembukaan lantai samudera (ocean floor
spreading) di punggungan tengah samudera, tempat dimana lempeng (litosfer)
terbentuk, batuan metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultra
basa.

17
Mineralogi Batuan Metamorf
Beberapa bentuk dan sifat fisik mineral karakteristik batuan metamorf dapat dilihat pada tabel
1 dan tabel 2.

Tabel 1. Beberapa sifat fisik mineral karakteristik batuan metamorf

Tabel Beberapa bentuk mineral karakteristik batuan metamorf

Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu (Jackson, 1970) :

 Secretionary growth : pertumbuhan kristal hasil reaksi kimia fluida yang terdapat pada
batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada batuan tersebut.
 Concentionary growth : proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya untuk membuat
ruang pertumbuhan.
 Replacement : proses penggantian mineral lama oleh mineral baru.
Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama satu dengan
yang lainnya. Percobaan Becke (1904) menghasilkan seri kristaloblastik yang menunjukan
bahwa mineral pada seri yang tinggi akan lebih mudah membuat ruang pertumbuhan dengan
mendesak mineral pada seri yang lebih rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik
tinggi umumnya besar dan euhedral (Tabel 3).

18
Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas mineral pada batuan metamorf.
Dalam hal ini dikenal dua kelompok mineral yaitu stress mineral dan antistress mineral.
Stress mineral merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya akan semakin besar bila terkena
tekanan atau merupakan mineral yang tahan terhadap tekanan, contoh : kloritoid, staurolit,
dan kyanit. Antistress mineral merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya akan semakin
kecil bila terkena tekanan atau merupakan mineral yang tidak tahan terhadap tekanan,
contoh : andalusit, kordierit, augit, hypersten, olivin, potasium felspar dan anortit.

Tabel 3. Seri Kristaloblastik

Struktur Batuan Metamorf


Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau
orientasi unit poligranular batuan tersebut (Jackson, 1970). Pembahasan mengenai struktur
juga meliputi susunan bagian masa batuan termasuk hubungan geometrik antar bagian serta
bentuk dan kenampakan internal bagian-bagian tersebut (Bucher & Frey, 1994). Secara
umum struktur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : struktur foliasi dan
struktur non foliasi (Gambar 1).

19
Struktur Foliasi
Struktur foliasi adalah struktur paralel yang dibentuk oleh mineral pipih/ mineral prismatik,
seringkali terjadi pada metamorfosa regional dan metamorfosa kataklastik.
Beberapa struktur foliasi yang umum ditemukan :

 Slaty cleavage : struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu
sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate (batusabak).
 Phylitic : rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan lebih mengkilap
daripada batusabak (mulai banyak mineral mika), mulai terjadi pemisahan mineral
pipih dan mineral granular meskipun belum begitu jelas/belum sempurna, batuannya
disebut phyllite (filit).
 Schistose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih
orientasinya menerus/tidak terputus, sering disebut dengan close schistosity, batuannya
disebut schist (sekis).
 Gneisose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih
orientasinya tidak menerus/terputus, sering disebut dengan open schistosity, batuannya
disebut gneis.
Struktur Non Foliasi
Struktur non foliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral yang
equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran granular, seringkali terjadi pada
metamorfosa termal. Beberapa struktur non foliasi yang umum ditemukan :

 Granulose : struktur non foliasi yang terdiri dari mineral-mineral granular


 Hornfelsik : struktur non foliasi yang dibentuk oleh mineral-mineral equidimensional
dan equigranular, tidak terorientasi, khusus akibat metamorfosa termal, batuannya
disebut hornfels.
 Cataclastic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau
mineral berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi, terjadi
akibat metamorfosa kataklastik, batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
 Mylonitic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh adanya penggerusan mekanik pada
metamorfosa kataklastik, menunjukan goresan-goresan akibat penggerusan yang kuat
dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer, batuannya disebut mylonite
(milonit).

20
 Phyllonitic : gejala dan kenampakan sama dengan milonitik tetapi butirannya halus,
sudah terjadi rekristalisasi, menunjukan kilap silky, batuannya disebut phyllonite
(filonit).
Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau
orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).

Tekstur batuan metamorf berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa (Gambar 1


dan 2) :

 Tekstur relic (sisa) : tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa tekstur
batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada batuan metamorf
tersebut. Penamaannya dengan memberi awalan blasto (kemudian disambung dengan
nama tekstur sisa), misalnya : tekstur blastoporfiritik (batuan metamorf yang tekstur
porfiritik batuan beku asal nya masih bisa dikenali) atau dengan memberi awalan
“meta” untuk memberikan nama batuan metamorf bila masih dikenali sifat dari batuan
asalnya, misalnya metasedimen, metagraywacke, metavolkanik, dsb.
 Tekstur kristaloblastik : setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa.
Penamaannya dengan memberi akhiran blastik, dipakai untuk memberikan nama
tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses metamorfosis, misal tekstur
porfiroblastik yaitu batuan metamorf yang memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada
batuan beku, tapi tekstur ini betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.
Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk individu kristal :

 Idioblastik : mineralnya berbentuk euhedral


 Hypidioblastik : mineralnya berbentuk subhedral
 Xenoblastik/alotrioblastik : mineralnya berbentuk anhedral
Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk mineral (Gambar 2) :

 Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja yaitu :


 Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika
(muskovit, biotit)
 Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral
plagioklas, k-felspar, piroksen

21
 Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan
batas mineralnya sutured (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral,
misalnya kuarsa.
 Granuloblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan
batas mineralnya unsutured (lebih teratur), dengan bentuk mineral anhedral,
misalnya kuarsa.
 Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur homeoblastik, misalnya
lepidoblastik dan granoblastik, atau lepidoblastik, nematobalstik dan granoblastik.
Beberapa tekstur khusus lainnya yang umumnya tampak pada pengamatan petrogarafi
(pengamatan batuan/mineral dengan menggunakan mikroskop polarisasi) yaitu (Gambar 2) :

 Porfiroblastik : kristal yang lebih besar (porphyroblast) dikelilingi oleh mineral-mineral


yang berukuran lebih kecil.
 Poikiloblastik (Sieve Texture) : tekstur porfiroblastik dengan porphyroblast tampak
melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
 Mortar Texture : fragmen mineral yang besar terdapat pada masa dasar material yang
berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).
 Decussate Texture : tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak menunjukan
keteraturan orientasi.
 Sacaroidal Texture : tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.

Gambar Beberapa tekstur batuan metamorfik, A. Granoblastic dengan tekstur mosaic, B.


Granoblastic (butir tak teratur), C. Schistose dengan porfiroblast euhedral, D. Schistose dengan

22
granoblastik lentikuler, E. Metasandstone dengan Semischistose, F. Semischistose dalam
batuan blastoporphyritic metabasalt, G. Mylonite granite ke arah bawah menjadi
Protomylonite, H. Orthomylonite ke arah bawah menjadi Ultramylonite, I. Granoblastic di
dalam blastomylonite.

Penamaan dan Klasifikasi Batuan Metamorf


Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan komposisi kimia batuan asal
  Batuan metamorf pelitik, berasal dari batuan lempungan (batulempung, serpih,
batulumpur); komposisinya banyak mengandung Al2O3, K2O, dan SiO2; batuannya
kebanyakan bertekstur skistosa contohnya sekis, batusabak, dll.; mineralogi : muskovit,
biotit, kianit, silimanit, kordierit, garnet, stauroeit; secara umum batuan pelitik akan
berubah menjadi batuan metamorfosis dengan meningkatnya T, akan terbentuk
berturut-turut : batu sabak -  filit – sekis – genes.
 Batuan metamorf kuarsa-felspatik, berasal dari batupasir atau batuan beku felsik
(misalnya granit, riolit), dicirikan kandungan SiO2 tinggi dan MgO serta FeO rendah,
hasilnya batuannya bertekstur bukan skistosa.
 Batuan metamorf karbonatan, berasal dari batuan yang berkomposisi CaCO3
(batugamping, dolomit), hasil metamorfosa berupa marmer, bila batuan asal
(batugamping) mengandung MgO dan SiO2 diharapkan terbentuk mineral tremolit,
diopsid, wolastonit dan mineral karbonatan yang lain, bila batuan asal mengandung
cukup Al2O3 diharapkan terbentuk mineral plagioklas, epidot, hornblenda yang hampir
mirip dengan mineralogi batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa.
 Batuan metamorf basa, berasal dari batuan beku basa (SiO2 sekitar 50%), batuan
metamorfnya disebut metabasite, batuan asal banyak mengandung MgO, FeO, CaO
dan Al2O3 maka mineral metamorfosanya berupa klorit, aktinolit, epidot (fasies sekis
hijau) dan hornblenda (fasies amfibolit), untuk T lebih tinggi akan muncul klino dan
ortopiroksen dan plagioklas.
 Batuan metamorf ultra basa, berasal dari batuan beku ultra basa, batuan hasil
metamorfosa berupa serpentinit, sering dijumpai pada daerah metamorf yang
mengandung glaukofan.

23
Penamaan batuan metamorf berdasarkan tekstur dan mineraloginya
Tekstur, struktur dan mineralogi memegang peranan penting dalam penamaan batuan
metamorf. Secara umum kandungan mineral di dalam batuan metamorf akan mencerminkan
tekstur, misalnya melimpahnya mika akan memberikan tekstur sekistosa pada batuannya.
Penamaan batuan metamorf bisa berdasarkan struktur, misal sekis, gneiss, dll. Untuk
memperjelas dalam penamaan, banyak digunakan kata tambahan yang menunjukan ciri
khusus batuan metamorf tersebut, misalnya keberadaan mineral pencirinya (contoh sekis
klorit), atau nama batuan beku yang mempunyai komposisi sama (contoh granite gneiss).
Bisa juga berdasarkan jenis mineral penyusun utamanya (contoh kuarsit) atau berdasarkan
fasies metamorfiknya (contoh granulit). Tabel 4 di bawah ini bisa digunakan untuk
membantu dalam determinasi batuan metamorf.

Tabel 4. Tabel untuk determinasi batuan metamorf

24
Kilap
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral saat terkena
cahaya (Sapiie, 2006)
Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi  jenis:

1. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau kilapan
seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:
- Gelena
- Pirit
- Magnetit
- Kalkopirit
- Grafit
- Hematit
2. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
 Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
 Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
 Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya terdapat pada
mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
 Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada spharelit.
 Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada
serpentin,opal dan nepelin.
 Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan
limonit.
 Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat dipakai
dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan
membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan
dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak begitu
tegas (Danisworo 1994).

Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak dapat
diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari satu
warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai
contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna.
Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas, seperti:

25
- Putih                 :  Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky
Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)
- Kuning              : Belerang (S)
- Emas                 : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
- Hijau                 :  Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu CO3Cu(OH)2)
- Biru                    :  Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
- Merah                : Jasper, Hematit (Fe2O3)
- Coklat                : Garnet, Limonite (Fe2O3)
- Abu-abu           : Galena (PbS)
- Hitam                : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit
Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral dapat
membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang standard.
Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan
mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat
oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10
skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .
Skala Kekerasan Mohs

Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia

1 Talc H2Mg3 (SiO3)4

2 Gypsum CaSO4. 2H2O

3 Calcite CaCO3

4 Fluorite CaF2

5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2

6 Orthoklase K Al Si3 O8

7 Quartz SiO2

8 Topaz Al2SiO3O8

9 Corundum Al2O3

10 Diamond C
Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan kekerasan dari
alat penguji standar :

26
Alat Penguji Derajat Kekerasan
Mohs

Kuku manusia 2,5

Kawat Tembaga 3

Paku 5,5

Pecahan Kaca 5,5 – 6

Pisau Baja 5,5 – 6

Kikir Baja 6,5 – 7

Kuarsa 7

Pengenalan dari berat jenis

Berat jenis, berat jenis relatif dari suatu mineral diukur terhadap berat dari air, dan ukuran ini
disebut sebagai berat jenis. Pengukuran berat jenis dapat dilakukan dengan pengujian
sederhana

Berat Udara Berat diudara


BJ= =
Berat Air denganVolume yang Sama Ke h ilangan Berat diudara

(Moch Munir, 2003)

kristal

Kristal adalah sebuah benda yang homogen, berbentuk sangat geometris dan atom-atomnya


tersusun dalam sebuah kisi-kisi kristal,karena bangunan kisi-kisi kristal tersebut berbeda-beda
maka sifatnya juga berlainan. Kristal dapat terbentuk dalam alam (mineral) atau di
laboratorium.

Kristal artinya mempunyai bentuk yang agak setangkup (simetris) dan yang pada banyak
sisinya terbatas oleh bidang datar, sehingga memberi bangin yang tersendiri sifatnya kepada
mineral yang bersangkutan.

Benda padat yang terdiri dari atom-atom yang tersusun rapi dikatakan mempunyai struktur
kristalen. Dalam suasana yang baik benda kristalen dapat mempunyai batas bidang rata-rata
& benda itu dinamakan kristal (hablur) & bidang rata itu disebut muka kristal.

Ada 32 macam gelas kristal yang dipersatukan dalam 6 sistem kristal, yaitu:

27
- REGULER, Kubus atau ISOMETRIK ketiga poros sama panjang dan berpotongan
tegak lurus satu sama lain (contoh : intan, pirit, garam batu)
- TETRAGONAL (berbintang empat) ketiga poros tegak lurus satu sama lain, dua
poros sama panjang sedangkan poros ketiga berbeda (contoh chalkopirit, rutil,
zircon).
- HEKSAGONAL (berbintang enam) Hablur ini mempunyai empat poros, tiga poros
sama panjang dan terletak dalam satu bidang, bersilangdengan sudut 120 derajat (60
derajat), tetapi poros ke-empat tegak lurus atas bidang itu dan panjangnya berbeda
(contoh apalit, beryl, korundum).
- ORTOROMBIS (irisan wajik) ketiga poros tidak sama panjang du poros berpotongan
siku-siku dan poros ketiga memotong miring bidang kedua poros tadi (berit, belerang,
topaz)
- MONOKLIN (miring sebelah) ketiga poros tidak sama panjang, dua dari porosnya
berpotongan sorong & poros ketiga tegak lurus atas kedua poros tadi (gips, muskovit,
augit)
- TRIKLIN (miring, ketiga arah) ketiga poros tidak sama panjang dan berpotongan
serong satu sama lain(albit, anortit, distin)

Sifat Dalam
Adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan, memotong, menghancurkan,
membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk sifat ini adalah

- Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh kwarsa, orthoklas,
kalsit, pirit.
- Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti emas,
tembaga.
- Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh gypsum.
- Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan sesudah
bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh mineral talk, selenit.
- Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah dan
dapat kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya, contoh: muskovit.

28
Kelistrikan
Adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar arus atau londuktor
dan idak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada lagi istilah semikonduktor yaitu
mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-batas tertentu.

29
Mikroskop
Mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat) adalah sebuah alat untuk
melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat secara kasat mata. Mikroskop merupakan alat
bantu yang dapat ditemukan hampir diseluruh laboratorium untuk dapat mengamati
organisme berukuran kecil (mikroskopis). Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan
menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak
mudah terlihat oleh mata.

 LENSA OKULER, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat lensa ini berfungsi
untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif
 LENSA OBJEKTIF, lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini 
membentuk bayangan nyata, terbalik, di perbesar. Di mana lensa ini di atur oleh
revolver untuk menentukan perbesaran lensa objektif.
 TABUNG MIKROSKOP (TUBUS), tabung ini berfungsi untuk mengatur fokus dan
menghubungan lensa objektif dengan lensa okuler.
 MAKROMETER (PEMUTAR KASAR), makrometer berfungsi untuk menaik
turunkan tabung mikroskop secara cepat.
 MIKROMETER (PEMUTAR HALUS), pengatur ini berfungsi untuk menaikkan
dan menurunkan mikroskop secara lambat, dan bentuknya lebih kecil daripada
makrometer.

30
 REVOLVER, revolver berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif dengan
cara memutarnya.
 REFLEKTOR, terdiri dari dua jenis cermin yaitu cermin datar dan cermin cekung.
Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke meja objek melalui
lubang yang terdapat di meja objek dan menuju mata pengamat. Cermin datar
digunakan ketika cahaya yang di butuhkan terpenuhi, sedangkan jika kurang cahaya
maka menggunakan cermin cekung karena berfungsi untuk mengumpulkan cahaya.
 DIAFRAGMA, berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk.
 KONDENSOR, kondensor berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk, alat
ini dapat putar dan di naik turunkan.
 MEJA MIKROSKOP, berfungsi sebagai tempat meletakkan objek yang akan di
amati.
 PENJEPIT KACA, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi objek
agar tidak mudah bergeser.
 LENGAN MIKROSKOP, berfungsi sebagai pegangang pada mikroskop.
 KAKI MIKROSKOP, berfungsi untuk menyangga atau menopang mikroskop.
 SENDI INKLINASI (PENGATUR SUDUT), untuk mengatur sudut atau tegaknya
mikroskop.

31
TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan diadakan nya praktikum pengamatan batuan dan miral ini antara lain:

1. Siswa mampu mengenali batuan


2. Siswa mampu mengenali mineral
3. Siswa mampu membedakan jenis jenis batuan
4. Siswa mampu membedakan jenis jenis mineral
5. Siswa mampu mengenali ciri fisik batuan
6. Siswa mampu mengenali ciri fisik mineral
7. Sebagai bekal pengetahuan untuk kuliah lapangan

32
KEGIATAN PRAKTIKUM

Adapun kegiatan praktikum geologi dasar ini akan dibagi menjadi 6 kegiatan praktikum
diantaranya :

1. Pengenalan batuan secara umum


Pada kegiatan praktikum kali ini akan dijelaskan tentang apakah batuan itu
dan bagaimana proses terbentuknya.
2. Pengamatan batuan
Pada kegiatan praktikum kali ini mahasiswa akan memulai mengamati batuan
baik bentuk dan ciri-ciri yang tampak dari batuan itu.
3. Pengamatan batuan secara lanjut
Pada kegiatan praktikum kali ini, mahasiswa akan mengamati ciri-ciri batuan
secara lanjut menggunakan bantuan alat mikroskop serta menggambar
kenampakan batuan tersebut.
4. Pengenalan mineral secara umum
pada kegiatan praktikum ini akan dijelaskan tentang apakah mineral itu dan
apa kaitanya dengan batuan.
5. Pengamatan mineral
Pada kegiatan praktikum kali ini, mahasiswa akan memulai mengamati
mineral baik bentuk, kenampakan dan ciri yang tampak.
6. Pengamatan mineral secara lanjut
Pada kegiatan praktikum kali ini, mahasiswa akan melakukan pengamatan
terhadap mineral secara lanjut dengan batuan mikroskop serta
menggambarkan kenampakan mineral tersebut.

33
TATA KERJA

Tata kerja praktikum pengamatan batuan

Praktikum pertama pengenalan batuan secara umum

 Alat dan bahan


1. Batuan
2. Catatan pengamatan
3. Sumber cahaya penerangan (bisa menggunakan lampu belajar)
4. Lembar kendali praktikum
 Langkah praktikum
1. Peserta diminta mencari 3 jenis batuan secara acak di sekitar laboratorium.
2. Peserta menerima penjelasan tentang batuan dibantu oleh asisten yang
memegang praktikum geologi dasar.
3. Peserta dipersilahkan bertanya apabila belum mengerti tentang penjelasan
yang diberikan.
4. Peserta memeriksa batu yang mereka kumpulkan dan menyimpulkan batuan
jenis apakah yang mereka temukan tersebut.
5. Peserta mencatat hasil pengamatan dan menyerahkan hasikl pengamatan
beserta kartu kendali praktikum.

34
Praktikum kedua pengamatan batuan

 Alat dan bahan


1. Batuan
2. Alat bantu pengamatan ( kaca pembesar/LUP)
3. Sumber penerangan (lampu belajar)
4. Catatan pengamatan
5. Lembar kendali praktikum
 Langkah praktikum
1. Peserta praktikum menerima batuan yang akan digunakan untuk pengamatan
dari asisten pemandu praktikum.
2. Peserta mengamati kenampakan batuan yang diterima secara mata telanjang.
3. Peserta mencatat hasil pengamatan yang ada di catatan pengamatan praktikum.
4. Peserta kembali mengamati batuan dengan bantuan alat (kaca pembesar/LUP).
5. Peserta kembali mencatat hasil pengamatan yang ada di catatan pengamatan.
6. Peserta membandingkan hasil pengamatan dengan mata telanjang dan dengan
alat bantu.
7. Peserta mengumpulkan hasil pengamatan ke asisten pemandu praktikum dan
melampirkan kartu kendali praktikum.

35
Praktikum ketiga pengamatan batuan secara lanjut

 Alat dan bahan


1. Batuan (jenis batuan yang sama dengan yang digunakan pada praktikum
kedua)
2. Alat bantu pengamatan (mikroskop)
3. Sumber penerangan (lampu belajar)
4. Catatan pengamatan
5. Lembar kendali praktikum
 Langkah praktikum
1. Peserta praktikum menerima batuan yang sudah digunakan pada pengamatan
Pada praktikum kedua dari asisten pemandu praktikum.
2. Peserta menyiapkan alat bantu pengamatan (mikroskop).
3. Peserta meletakan batuan yang akan digunakan dalam pengamatan pada alat
bantu pengamatan (mikroskop).
4. Peserta mengamati kenampakan yang ada pada bantuan dengan menggunakan
alat bantu pengamatan (mikroskop).
5. Peserta mencatat hasil pengamatan yang ada di catatan pengamatan.
6. Peserta membandingkan hasil pengamatan dengan mata telanjang, dengan
alat bantu(lup) dan dengan alat bantu (mikroskop).
7. Peserta menggambar kenampakan batuan yang nampak pada alat bantu
pengamatan (Mikroskop).
8. Peserta mengumpulkan hasil pengamatan pada catatan pengamatan beserta
lembar kendali praktikum kepada asisten praktikum.

36
Tata kerja praktikum pengamatan mineral

Praktikum pertama pengenalan mineral secara umum

 Alat dan bahan


1. Mineral
2. Alat bantu penerangan (lampu belajar)
3. Catatan pengamatan
4. Lembar kendali praktikum
 Langkah praktikum
1. Peserta menerima penjelasan tentang mineral secara umum dipandu oleh
asisten pemandu praktikum.
2. Peserta dipersilahkan bertanya bila ada yang belum dimengerti.
3. Peserta dipersilahkan melihat contoh-contoh mineral yang ada.
4. Peserta mencatat hasil pengamatan yang ada di catatan pengamatan.
5. Peserta mengumpulkan hasil pengamatan beserta lembar kendali praktikum
kepada asisten pemandu praktikum.

37
Praktikum kedua pengamatan mineral

 Alat dan bahan


1. Mineral
2. Alat bantu pengamatan (kaca pembesar/LUP)
3. Sumber penerangan (lampu belajar)
4. Catatan pengamatan
5. Lembar kendali praktikum
 Langkah praktikum
1. Peserta praktikum menerima mineral yang akan digunakan untuk pengamatan
dari asisten pemandu praktikum.
2. Peserta mengamati kenampakan mineral yang diterima secara mata telanjang.
3. Peserta mencatat hasil pengamatan yang ada di catatan pengamatan praktikum.
4. Peserta kembali mengamati mineral dengan bantuan alat (kaca
pembesar/LUP).
5. Peserta kembali mencatat hasil pengamatan yang ada di catatan pengamatan.
6. Peserta membandingkan hasil pengamatan dengan mata telanjang dan dengan
alat bantu.
7. Peserta mengumpulkan hasil pengamatan ke asisten pemandu praktikum dan
melampirkan kartu kendali praktikum.

38
Praktikum ketiga pengamatan batuan secara lanjut

 Alat dan bahan


1. mineral (jenis mineral yang sama dengan yang digunakan pada praktikum
kedua)
2. Alat bantu pengamatan (mikroskop)
3. Sumber penerangan (lampu belajar)
4. Catatan pengamatan
5. Lembar kendali praktikum
 Langkah praktikum
1. Peserta praktikum menerima mineral yang sudah digunakan pada pengamatan
Pada praktikum kedua dari asisten pemandu praktikum.
2. Peserta menyiapkan alat bantu pengamatan (mikroskop).
3. Peserta meletakan mineral yang akan digunakan dalam pengamatan pada alat
bantu pengamatan (mikroskop)
4. Peserta mengamati kenampakan yang ada pada mineral dengan menggunakan
alat bantu pengamatan (mikroskop)
5. Peserta mencatat hasil pengamatan yang ada di catatan pengamatan.
6. Peserta membandingkan hasil pengamatan dengan mata telanjang, dengan alat
bantu(lup) dan dengan alat bantu (mikroskop).
7. Peserta menggambar kenampakan mineral yang nampak pada alat bantu
pengamatan (Mikroskop)
8. Peserta mengumpulkan hasil pengamatan pada catatan pengamatan beserta
lembar kendali praktikum kepada asisten praktikum

39
LEMBAR PENGAMATAN BATUAN

Nama Batuan : Batuan Beku

NO KLASIFIKASI BERDASARKAN CIRI YANG TAMPAK


1 warna

2 Ukuran Butir

3 Bentuk Kristal

4 Kombinasi Bentuk Kristal

5 Bentuk Keseragaman Butir

6 Pemilahan (Sorting)

7 Kebundaran
8 Porositas
9 Permeabilitas
10 Sifat batuan

40
No Nama Batuan Gambar Batuan

Bandar Lampung, 2014

Pemandu Praktikum

41
LEMBAR PENGAMATAN BATUAN

Nama Batuan : Batuan Sendimen

NO KLASIFIKASI BERDASARKAN CIRI YANG TAMPAK


1 warna

2 Ukuran Butir

3 Bentuk Kristal

4 Kombinasi Bentuk Kristal

5 Bentuk Keseragaman Butir

6 Pemilahan (Sorting)

7 Kebundaran
8 Porositas
9 Permeabilitas
10 Sifat batuan

42
No Nama Batuan Gambar Batuan

Bandar Lampung, 2014

Pemandu Praktikum

43
LEMBAR PENGAMATAN BATUAN

Nama Batuan : Batuan Metamorf

NO KLASIFIKASI BERDASARKAN CIRI YANG TAMPAK


1 warna

2 Ukuran Butir

3 Bentuk Kristal

4 Kombinasi Bentuk Kristal

5 Bentuk Keseragaman Butir

6 Pemilahan (Sorting)

7 Kebundaran
8 Porositas
9 Permeabilitas
10 Sifat batuan

44
No Nama Batuan Gambar Batuan

Bandar Lampung, 2014

Pemandu Praktikum

45
LEMBAR PENGAMATAN MINERAL

NO SIFAT FISIK CIRI YANG TAMPAK


1 Kilap

2 Warna

3 Kekerasan

4 Kristal

5 Sifat Dalam

6 Kelistrikan

46
No Nama Mineral Gambar Mineral

Bandar Lampung, 2014

Pemandu Praktikum

47
EVALUASI

Penilaian dari praktikum ini diambil dari beberapa point yang akan dinilai. Adapun point-
point yang akan dinilai antara lain:
1. Format penulisan laporan
 Susunan kerangka laporan
 Penggunan EYD
 Tata tulis yang digunakan
 Pengembangan materi yang didapat
2. Proses pengamatan
 Tingkat keaktivan mahasiswa
 Kemampuan berdiskusi
 Ketepatan waktu
 Kerapihan proses pengamatan
3. Hasil pengamatan praktikum
 Kerapihan dalam penulisan hasil laporan per pertemuan
 Hasil dan keterkaitan dengan materi
 Pengembangan hasil praktikum pengamatan

48
Daftar Pustaka

Admin.2010. http://sulistyaindriani.wordpress.com/2010/07/12/bagian-bagian-mikroskop-
dan-fungsinya/ mikroskop dan fungsinya diakses pada 10 april 2014 pada pukul 20.00
WIB

Anonymus.2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Batu di akses pada 19 April 2014


Basdar Purwansah BS.2012. http://basdargeophysics.wordpress.com/2012/04/17/batuan-
beku/ di akses pada 20 April 2014

Basdar Purwansah BS.2012 http://basdargeophysics.wordpress.com/2012/04/17/batuan-


sedimen/ di akses pada 20 April 2014

Basdar Purwansah BS.2012. http://basdargeophysics.wordpress.com/2012/04/20/batuan-


metamorf/ di akses pada 20 April 2014

Sudarmi. 2007. Mineralogi dan Petrologi.Universitas Lampung: Lampung.

Tim dosen geologi dasar dan Tim Asisten praktikum geologi dasar. 2003. Penuntun
Praktikum Geologi Dasar. Universitas Lampung: Lampung.

J.A.Katili dan P.Marks.1963. Geologi. Departemen Jurusan Research Nasional: Jakarta.

49

Anda mungkin juga menyukai