Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “Pendidikan Pancasila”. Kemudian tak
lupa juga shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Drs. ZULHAM , M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa penulis juga hanyalah manusia biasa
dan manusia tidak luput dari kesalahan dan karena itu banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini
Jakarta, 04 Oktober 2021
Penulis
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………………….
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………...
C. Tujuan Pembahasan ……………………………………………………………….
BAB II LANDASAN PEMIKIRAN ………………………………………………………
BAB III METODE PENULISAN MAKALAH …………………………………………..
BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………………………
A. Konsep Dasar Komunisme ………………………………………………………...
B. Bahaya Laten Komunisme pada Masa Kini ………………………………………..
C. Faktor-Faktor adanya Laten Komunisme …………………………………………..
D. Strategi untuk Mencegah dan Mengatasi Ancaman Bangkitnya Kembali Gerakan
Komunisme …………………………………………………………………………
BAB V PENUTUP ………………………………………………………………...............
A. Kesimpulan ………………………………………………………………...............
B. Saran ………………………………………………………………........................
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..........
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN
BAB III
METODE PENULISAN
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Konsep Dasar Komunisme
Komunisme adalah sebuah ideologi dalam ilmu politik dan ekonomi yang
muncul dan berkembang sekitar 1840-an. Ditarik ke dalam konsep negara,
komunisme adalah gagasan negara tanpa kelas. Edi Rujikartawi, dalam jurnal
Komunis: Sejarah Gerakan Sosial dan Idiologi Kekuasaan menjelaskan kata
'komunisme' muncul di Prancis sekitar 1830-an, berbarengan dengan munculnya
kata 'sosialisme'. Awalnya komunisme dan sosialisme memiliki arti sama. Tapi
kemudian kata 'komunisme' berkembang merujuk aliran sosialis yang lebih
radikal.
Aliran sosialis itu menuntut penghapusan total hak milik pribadi dan kesamaan
konsumsi. Aliran ini juga menekankan pada perjuangan mandiri kaum miskin
ketimbang mengharapkan kebaikan dari sisi pemerintah. Dalam bahasa Inggris,
komunisme disebut 'communism'. Mengutip Encycplopedia
Brittannica, 'communism' dijelaskan sebagai doktrin politik dan ekonomi.
Doktrin itu bertujuan menggantikan kepemilikan pribadi menjadi kepemilikan
publik dalam sistem kontrol komunal, yang setidaknya mencakup alat produksi
utama dan penggunaan sumber daya alam. Ciri komunisme dipaparkan dalam
buku Ajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi) karangan Zulfikar Putra dan H. Farid Wajdi.
A. Ciri-ciri Komunisme
Ciri pertama, komunisme mengajarkan teori perjuangan kelas. Dalam hal
ini penganut komunisme memiliki soliditas tinggi dalam memerjuangkan nasib
kelas atau kelompoknya. Misalnya para proletariat yang melawan penggusuran,
pelanggaran hak pekerja, dan sebagainya. Ciri lain komunisme, penganutnya
biasanya adalah ateis. ara penganut paham komunis tak mengenal konsep iman
kepada Tuhan dan menganggap Tuhan tidak ada. Ciri yang juga dikenal dalam
paham komunisme adalah konsep kepemilikan barang seara komunal atau
umum.
Salah satu perjuangan mereka adalah meniadakan kepemilikan atau kuasa atas
nama pribadi atau kelompok tertentu. Ciri terakhir komunisme adalah
bagaimana mereka melihat kepentingan kelompok --baik dalam bentuk
golongan atau masyarakat sebuah negara secara keseluruhan-- sebagai nilai
utama yang harus dijaga.
B. Sudut Pandang Tokoh-tokoh Komunis
1. Karl Marx
Pada 1867, karya ilmiah Marx, Das Kapital jilid satu terbit. Karl Marx
kemudian meninggal pada 1883, ketika separuh jalan merampungkan jilid
kedua. Karya ilmiah Marx itu kemudian dilanjutkan pengerjaannya oleh
Friederich Engels berdasar catatan dan naskah-naskah yang ditinggal Marx.
Karya ilmiah itu kemudian jadi dasar teori komunisme modern. Menurut data
dari situs web Universitas Gadjah Mada (UGM), sekitar seabad setelah
kematian Marx, jumlah manusia yang terpengaruh Marxisme sudah hampir
mencapai 1,3 miliar. Dan itu bukan jumlah yang kosong.
Teori komunisme modern Marx telah mengakar kuat sebagai ideologi. Sebagian
besar penganut Marxisme telah memerhitungkan arti penting komunisme dalam
jangka panjang, Marxisme telah dipastikan pengaruhnya dalam kehidupan dunia
hingga beberapa abad mendatang. Jumlah 1,3 miliar penganut Marxisme ini
lebih besar dari jumlah penganut ideologi manapun sepanjang sejarah manusia.
Konsep komunisme, mereka yakini akan merebut kemenangan di masa depan.
Meski begitu keyakinan yang tertanam dalam itu agak disanksikan.
Apalagi melihat sisi seberang, di mana demokrasi konstitusional juga
menunjukkan perkembangan luar biasa. Demokrasi konstitusional dinilai
banyak pihak lebih rasional sebagai arus yang akan dianut banyak umat
manusia di masa depan. Sorotan keraguan juga menyangkut pertanyaan-
pertanyaan besar tentang peran Marx dalam gerakan komunis.
2. Joseph Stalin
Joseph Stalin dikenal sebagai diktator Uni Soviet. Ia berkuasa selama 24
tahun, sejak 1929 hingga 1953. Stalin lahir di Rusia pada 18 Desember 1879.
Sikap 'kekomunis-komunisan' Stalin sudah tampak sejak kecil, tentang
bagaimana ia memberontak dan menentang keputusan sang ibu untuk jadi tokoh
agama.
Mengutip BBC, Stalin terinspirasi pada Karl Marx. Staiin kerap membaca
catatan-catatan Marx. Stalin juga aktif dalam kelompok sosialis yang tumbuh di
sekitar tempat tinggalnya. Sebagian besar waktu Stalin dialokasikan untuk
memberontak pada pemerintahan monarki Rusia. Dengan segala pergerakan itu,
sekolah Stalin justru terbengkalai.
Sikap komunis Stalin makin kuat. Ia yang meneguhkan diri ateis banyak
mendebat pendeta, hingga Stalin didepak dari sekolah keagamaan pada 1899.
Kala itu Stalin gagal lulus ujian. Salah satu sikap dan pemikiran Stalin paling
dikenal adalah Stalinisme. Hal itu ia implementasikan sebagai kebijakan selama
ia menjabat diktator. Stalin memiliki mimpi besar membangun sosialisme dan
masyarakat komunis di Uni Soviet. Bukan muluk. Pada masa itu Partai
Komunis Uni Soviet amat terpandang sebagai garda revolusi komunis.
3. Fidel Castro
Fidel Castro adalah Presiden Kuba yang menjabat sejak 1976 hingga
2008. Castro lahir tanggal 13 Agustus 1926 di Holguin, Kuba. Castro dikenal
berhaluan komunis. Paham itu tumbuh sejak ia kuliah jurusan hukum di
Universitas Havana. Castro ikut andil dalam perlawanan terhadap pemerintah
Kolombia dan Republik Dominika yang bersayap kanan.
Castro diketahui terpengaruh oleh dua tokoh di atas. Dalam buku Riwayat
Pemberontakan El Comandante Fidel Castro dijelaskan bagaimana Castro
menerapkan Program Marxis-Leninis di Kuba.
Kebijakan itu dimulai 2 Desember 1961. Castro juga dikenal sebagai pendiri
Partai Komunis Kuba. Pada akhir 1961, Castro mendeklarasikan diri sebagai
komunis sejati. Citra yang terus terjaga hingga akhir hayatnya pada 25
November 2016 ketika usianya 90 tahun.
C. Komunisme di Indonesia
"The permanent" alias "Continous revolution" atau berevolusi terus
menerus. Revolusi komunisme meluas ke seluruh belahan dunia. Di Indonesia,
negara kini 'mengharamkan' ideologi komunis. Pemberontakan Partai Komunis
Indonesia pada 30 September 1965 (G30S/PKI) mendasari pengharaman ini.
Namun paham komunis sendiri masuk Indonesia jauh sebelum PKI berdiri.
Adalah warga Belanda bernama Hendricus Josephus Fransiscus Marie
Sneevliet, tokoh yang diyakini membawa paham komunisme ke Indonesia pada
1913. Sneevliet, bersama rekannya, Adolf Baars mendirikan Indische Sociaal
Democratische Vereeniging (ISDV). Pada awal kemunculannya ISDV tidak
langsung mempropagandakan komunis.
Namun pergerakan mereka berubah haluan. Tahun 1917, PKI berdiri sebagai
pecahan faksi kiri dalam Sarekat Islam (SI). Semaun dan Darsono, dua tokoh
penting PKI sempat mengenyam pendidikan tentang komunisme ala Sneevlit di
Indische Social Demoratische Partij (ISDP). Memang, sejak keberhasilan
revolusi di Rusia, pengaruh komunisme meluas global.
Mereka masuk ke organisasi-organisasi dan kelompok masyarakat. Masuknya
paham komunis ke SI sendiri terjadi karena satu celah perjuangan yang tak
terakomodir SI. "Sarekat Islam yang kurang memerhatikan nasib buruh telah
merupakan lowongan baik bagi ide-ide radikal yang dimasukan oleh Semaun
dan Darsono," Mohammad Hatta dalam buku Bung Hatta Menjawab.
Nama PKI mulai membesar ketika tokoh SI, Haji Agus Salam mengganti nama
SI menjadi Partai Syarikat Islam pada 1921. Pergerakan senyap mereka mulai
terdengar. Kekuatan politik PKI pun makin besar. Sejumlah pemberontakan
dilakukan PKI: 1926, 1948, dan 1965. Pemberontakan pertama dilakukan pada
masa kolonial Belanda. PKI gagal.
Ribuan orang terbunuh. Sekitar 13 ribu lain ditahan. Sementara, 1.308 orang
yang didominasi kader PKI dikirim ke Boven Digul, kamp tahanan di Papua.
Pada pemberontakan kedua, PKI kala itu menghadapi Republik Indonesia yang
hendak mereka ubah jadi negara komunis. Gagal lagi. Pada pemberontakan
ketiga, PKI kembali gagal. Pemberontakan itu yang berimplikasi panjang pada
bagaimana negara ini melihat paham komunis.
C.Gerakan Reformasi
Gerakan reformasi yang seharusnya melakukan reorganisasi, refungsionalisasi
dan revitalisasi ternyata telah menyimpang sehingga terjadi disorganisasi,
disfungsionalisasi dan disvitalisasi. Menghasilkan dan berkembangnya tuntutan
untuk memperoleh kebebasan mutlak termasuk dalam bidang ideologi.
D.Larangan Pengembangan Ideologi
Larangan pengembangan ideologi komunis sudah jelas, yang belum lengkap
adalah instrumen operasional yang mampu bahwa ajaran komunis bertentangan
dengan idealogi nasional.
Jadi, mengapa bangsa Indonesia yang beragam ini masih bisa bersatu
dalam menghadapi bahaya laten komunis? Jawabannya adalah Pancasila.
Pancasila merupakan salah satu ideologi terbaik di dunia, hal ini dibuktikan dari
pencaplokan nilai-nilai di dalam Pancasila oleh negara lain, seperti Jerman.
Mereka menerapkan nilai-nilai Pancasila dengan memodifikasi untuk
selanjutnya diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara rakyat
Jerman. Komunisme berbahaya bagi ideologi negeri kita yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa. Komunisme hanya memandang hal-hal yang rasional dan
nyata atau materiil saja. Dengan begitu mereka hanya memandang agama
sebagai candu yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya
dari pemikiran yang rasional dan nyata, sehingga komunisme sangatlah
membatasi agama pada rakyatnya bahkan orang-orang dengan paham komunis
cenderung tidak beragama. Hal ini tentu saja sangat berlainan dengan paham
ideologi Pancasila.
Pancasila mengajarkan penghargaan atas manusia sebagai pribadi. Manusia
dihormati karena kodratnya sebagai manusia. Manusia adalah makhluk yang
berbudaya. Padanya terdapat budi yang luhur, yang bersedia memperlakukan
orang lain dengan kasih sayang. Demokrasi Pancasila mengajarkan prinsip
musyawarah dalam pengambilan keputusan, meski mungkin harus dengan
pemungutan suara, karena tidak tercapainya mufakat. Dalam usaha
meningkatkan keadilan sosial, Pancasila bukan saja memperbolehkan, tetapi
malahan mendorong, individu berperan secara proaktif dalam proses produksi.
Maka, banyak perusahaan yang dimiliki oleh individu didirikan. Pancasila tidak
hanya mengajarkan kebahagiaan material, tetapi juga batin. Jadi, memburu
mutu kehidupan yang berimbang: kebahagiaan dan ketenteraman lahir batin.
Dengan mencermati ciri-ciri itu sudah dengan sendirinya tampak adanya
pertentangan antara dasar filsafat dan ideologi Pancasila dengan komunisme.
Jadi, antara Pancasila dan komunisme tidak mungkin dipersekutukan. Itu
ibaratnya minyak dan air.
Dengan menerapkan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Pancasila maka
bangsa Indonesia secara perlahan-lahan akan mampu menangkis segala
ancaman yang muncul dari bahaya laten komunis. Pancasila sebagai ideologi
dan dasar negara merupakan pedoman hidup dan bernegara bangsa ini. Nilai-
nilai luhur yang terkandung di dalamnya merupakan representatif dari segala
aspek kehidupan di negeri heterogen ini. Kebebasan beragama, berpendapat,
mendapatkan pendidikan yang layak dan lain-lain adalah nilai luhur yang
ditawarkan Pancasila. Jika komunis diterapkan di Indonesia maka kekuasaan
sepenuhnya berada di tangan negara sehingga membuat penduduk atau warga
negara tidak bisa berkembang. Karena mereka akan merasa terkekang dan
dikontrol ketika akan melakukan sesuatu sudah pastilah, bahwa tidak ada
idelogi yang mampu menandingi kesaktian Pancasila. Tidak ada ideologi selain
Pancasila yang pantas diterapkan di negara Indonesia yang heterogen ini.
Sebenarnya sungguh berat beban yang harus dipikul oleh generasi muda
Indonesia dalam menghadapi bahaya laten komunis di era globalisasi, karena
paham ini terus berkembang dengan berbagai cara dan metode. Tetapi kita harus
yakin senjata persatuan dan kesatuan kita cukup ampuh ditopang dengan
Pancasila sebagai dasar negara dan doktrin kita yang tak akan pernah legam,
bahwa NKRI Adalah Harga Mati. Dengan cara itu, pastilah generasi muda
Indonesia mampu menanggulangi dan mengikis habis bahaya laten komunis di
negara ini.
Setelah kita mencermati runtutan segelumit uraian penulis tadi, sangat jelas dan
nyata bahwa paham komunisme dikatakan laten yaitu bahaya yang dapat
muncul pada waktu yang tidak dapat diduga. Kita sebagai masyarakat Indonesia
yang tinggal di era reformasi, tidak mau mengulang beberapa tragedi yang
memilukan itu. Kita adalah mata tombak kokohnya negeri ini, bukan hanya
TNI, polisi, intelijen, pejabat negara atau pegawai negeri yang harus berperan
aktif dalam mengantisipasi bahaya laten, tetapi kita (bangsa Indonesia yang
bersatu).
Kita yang harus ikut serta menghadang dan menanggulangi semua ancaman,
hambatan, tantangan dan gangguan dar bahaya laten komunis di negeri tercinta
ini. Karena hal tersebut adalah cerminan sikap generasi muda Indonesia dari
Sabang sampai Merauke dari Mianggas sampai Pulau Rote. Marilah kita petik
satu saja ungkapan Bung Karno dan kita tanamkan dalam sanubari masing-
masing. Ungkapan beliau adalah “JAS MERAH” Jangan Sekali-kali Melupakan
Sejarah”. Nyata sudah bahwa sejarah adalah bukti nyata yang harus kita telaah
dan kita ambil hikmahnya. Bila kita mampu menelaah dan meresapi dengan
baik sangat, maka mendalam ungkapan dari Bung Karno tersebut.
Hal ini menunjukkan betapa kokohnya negeri ini, betapa kuatnya cengkeraman
Pancasila dan harga mati untuk NKRI. Sebagai generasi muda Indonesia, sangat
pantas kita semayamkan sikap patriotisme dan nasionalisme di dada kita.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Untuk mengatasi permasalahan paham komunisme dan fobia terhadap
PKI di Indonesia saat ini dan kemudian hari, hal yang harus senantiasa diingat
dan diterapkan ialah kesadaran untuk tidak mengatasnamakan diskriminasi, hak
asasi manusia (HAM),dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai alasan untuk
mengembalikan ajaran komunis ke Indonesia, karena Indonesia sudah memiliki
Pancasila sebagai dasar negara. Dalam hal ini pemerintah dituntut konsisten
untuk mengawasi dan membatasi munculnya kembali komunisme. Caranya
adalah dengan penanaman nilai-nilai Pancasila secara terus menerus kepada
masyarakat terutama di lembaga pendidikan dan kepada kaum muda Indonesia.
Pemerintah juga harus melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk
membina dan memberi pendidikan ahlak yang baik bagi setiap warga negara.
Dengan penanaman nilai-nilai ini, maka akan memberi pemahaman yang
baik akan pentingnya meningkatkan kewaspadaan nasional terhadap bahaya
komunisme. Walaupun ada opini bahwa bangsa kita tidak lagi perlu
mencemaskan bahaya laten komunis, namun sikap waspada tetap perlu dimiliki
oleh setiap anggota masyarakat demi terwujudnya ketahanan nasional
berdasarkan Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara.
B. SARAN
Semoga kami dan pembaca semakin memiliki jiwa nasionalisme melalui
belajar Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi. Demikianlah makalah yang
sekiranya dapat kami paparkan mengenai materi buat dengan sebaik mungkin,
semoga dapat bermanfaat bagi kami sebagai penulis dana para pembaca. Kami
mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
A.Muhaimin Iskandar. 2004. Gus Dur yang Saya Kenal: Sebuah catatan
tentang transisi demokrasi kita, LkiS.
Budiardjo, Miriam. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama.
Saleh As’ad Djamhari (ed.). 2009., Komunisme Di Indonesia Jilid I
Perkembangan Gerakan Dan Pengkhianatan Komunisme di Indonesia (1913-
1948), Pusjarah TNI, Jakarta.
“Arti Palu Arit dalam Simbol PKI, http://news.
Merahputih.com/peristiwa/2015/09/30/ arti-palu-arit-dalam-simbol-
pki/28059/”, diakses 23 Mei 2016.
“Catatan tentang Usulan Pencabutan TAP MPRS NoXXV/1966,
http://www.oocities. Org/injusticedpeople/ROL3105Catatant
entangUsulanPencabutanTapMPRSNoX