Anda di halaman 1dari 16

TUGAS ESSAY

BAHAYA LATEN KOMUNIS DALAM KEHIDUPAN


BERBANGSA DAN BERNEGARA
Dosen Pengampuh: Drs. Zulham M.Si

Disusun Oleh :

Muhammad Fernanda (1507521010)

FAKULTAS TEKNIK
PRODI D3 TEKNOLOGI ELEKTRONIKA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas Essay yang berjudul “Bahaya Laten Komunis
dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara” dengan tepat waktu. Tugas ini
disusun sebagai pemenuhan tugas Individu dari mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Selain itu, Tugas ini bertujuan menambah wawasan kepada para mahasiswa dan
masyarakat umum mengenai makna dari konsep dan urgensi Pancasila dalam
kajian bagaimana bahaya laten komunisme

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zulham selaku dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Saya sebagai penulis atau pembuat paper Tugas essay ini, menyadari essay ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan tugas essay ini.

Jakarta, 03 Oktober 2021

Muhammad Fernanda

2
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3

LAMPIRAN ........................................................................................................ 4

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 5

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 5

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

1.3. Tujuan .................................................................................................. 6

BAB II LANDASAN PEMIKIRAN .................................................................. 7

BAB III METODE PENULISAN ..................................................................... 8

3.1. Sumber Dan Jenis Data ........................................................................ 8

3.2. Analisis Data ........................................................................................ 8

3.3. Penarikan Kesimpulan ......................................................................... 8

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 9

4.1. Pemberontakan PKI dan Larangan ...................................................... 9

4.2. Bahaya PKI dan Komunisme pada Masa Kini ..................................... 11

4.3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Adanya laten komunisme ............ 13

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 15

5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 15

5.2. Saran ..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16

3
LAMPIRAN

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komunisme baik sebagai paham maupun ideologi merupakan sesuatu


yang pasang surut berpengaruh dalam perjalanan kehidupan suatu bangsa. Tidak
dapat diingkari bahwa ajaran Karl Marx dan Friedrich Eugels sungguh
berkembang dan berpengaruh pada pergolakan politik pada suatu saat dan tempat
terkait dengan perebutan atas hak-hak individu menjadi atas nafna hak-hak dan
milik bersama. Khusus bagi bangsa Indonesia komunisme sudah menjadi bahaya
laten yang setiap saat dapat muncul dalam bentuk yang berbeda dari peristiwa satu
ke peristiwa Iain. Meskipun demikian tidak seluruh peristiwa terdokumentasi
dengan baik, dalam sejarah Perjalanan kehidupan bangsa ini-

Karya sastra sebagai cermin sebagian kehidupan manusia dapat menjadi


salah satu dokumentasi peristiwa-peristiwa penting yang terjadi ketika suatu
negara, kerajaan atau suatu kekuasaan sedang berlangsung. Demikian pula dengan
tragedi yang menimpa bangsa Indonesia dengan peristiwa dahsyat dan
mengerikan yang kemudian terkenal dengan sebutan Gerakan PKI atau Gerakan
30 September 1965. Semua orang tidak mengira bahwa di Lubang Buaya akan
terjadi peristiwa berdarah yang dilakukan oleh orang-orang komunis terhadap para
Jendral Bpk. A. Yani, M.T. Haryono, S. Parman, Panjaitan, Piere Tendean dan
lain-lain. Sehingga menjadi tragedi yang tidak terlupakan bagi seluruh bangsa
Indonesia.

Tanggal I Oktober 1965 merupakan hari yang sangat penting, baik bagi
Republik maupun bangsa Indonesia. Hal ini merupakan awal sejarah baru bangsa
Indonesia yang pantas disyukuri. Setidak-tidaknya secara peri kemanusiaan hari –
itu merupakan berjatuhannya korban-korban manusia. Sebagaimana dinyatakan
Hoerip (1985: 56), dimulai dengan gugurnya Páhlawan-pahlawan Revolusi
disusul entah berapa puluh ribu Iagi orang-orang Indonesia, baik dalam skala
maupun cara yang sama-sama mengerikan. Ada pembunuhan massal yang terjadi

5
di banyak tempat di Indonesia yang berlangsung selama beberapa pekan setelah
peristiwa itu. Ada yang langsung dipancung. Dihanyutkan ke kali, ditembak dan
ditimbun dalam suatu- lubang dan lain-lain. Anehnya tidak ada foto di koran
ataupun berita yang dapat dilihat kecuali didengar. Tentang pembunuhan massal
itu.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja Konsep dasar Pemberontakan PKI dan Larangan

2. Apa saja yang kita ketahui Bahaya PKI dan Komunisme pada Masa Kini

3. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi adanya laten komunisme

1.3. Tujuan

1. Mengetahui konsep dasar pembrotakan PKI dan Larangan

2. Memahami dan mengetahui Bahaya PkI dan komunisema pada masa Kini

3. Dapat mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi adanya laten


komunisme

6
BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN

Statuta Universitas Negeri Jakarta Bab 11 Pasal 3 ayat (1) menyebutkan


bahwa Visi UNJ adalah lembaga pendidikan tinggi nasional yang dikembangkan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 menjunjung nilai-nilai
kemanusiaan, menghasilkan tenaga kependidikan dan non kependidikan yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kemampuan kepemimpinan
dan kemampuan akademis-profesional, mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, guna menghadapi tantangan masa depan, serta mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat.

Ayat (2) point (a), (c) dan (d) menyebutkan bahwa misi UNJ adalah :

o Menghasilkan dan mengembangkan ilmu teknologi dan/atau kesenian


serta menjunjung tinggi akhlak dan nilai-nilai kemanusiaan dalam semua
kehidupan.

o Mengembangkan lembaga menjadi lembaga pendidikan yang mempunyai


kemampuan penelitian yang unggul guna memenuhi kebutuhan
pembangunan bangsa.

o Menciptakan budaya akademik yang kondusif untuk/dengan


memberdayakan seluruh potensi yang dimiliki secara optimal, mendorong
civitas akademika dan tenaga pendukung untuk belajar sepanjang hayat
serta responsif terhadap perubahan sosial budaya.

Ayat (4) point (a) dan (d) menyebutkan bahwa tujuan UNJ adalah: -
Mengembangkan dan menghasilkan ilmu pendidikan dan pengajaran serta ilmu
ilmu nonkependidikan, yang menjadi komponen pokok penyelenggaraan
pendidikan-pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. -
Mengembangkan dan menghasilkan berbagai karya inovatif produktif untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menghadapi tantangan dan persaingan
global.

7
BAB III

METODE PENULISAN

3.1. Sumber Dan Jenis Data

Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan makalah ini berasal dari


berbagai literatur keperpustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang
dibahas. Beberapa jenis referensi utama yang digunakan adalah e-book
Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, PDF Pendidikan Pancasila, jurnal
ilmiah edisi online, dan artikel yang bersumber dari internet. Jenis data yang
diperoleh variatif, bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

3.2. Analisis Data

Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian.
Kemudian dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah
dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis data bersifat deskriptif
argumentatif.

3.3. Penarikan Kesimpulan

Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah,


tujuan penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikan
pokok bahasan, serta didukung dengan saran praktis sebagai rekomendasi
selanjutnya.

8
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pemberontakan PKI dan Larangan

Komunisme di Indonesia

Istilah Komunisme, berasal dari bahasa Latin “Comunis” yang


artinya“milik bersama”. Istilah ini berasal dari pemikiran Karl Marx dan

Engels yang dikenal dengan Marxisme. Konsep Marxisme mengatakan


bahwa perjuangan kelas akan melahirkan revolusi yang akan membawa
kemenangan kelas pekerja (proletar) atas kaum kapitalis (borjuis). Hal ini akan
membuat kepemimpinan diktator hilang dengan sendirinya.

Dalam sejarah perjalanan di Indonesia, sebelum tahun 1965, PKI telah dua
kali melakukan pemberontakan, yaitu pada tahun 1926 dan tahun 1948 yang
semuanya berujung pada kegagalan. Hal yang kemudian membuat bangsa
Indonesia mengalami trauma mendalam terhadap PKI ialah peristiwa 30
September 1965 yang menewaskan tujuh jenderal TNI AD dan beberapa perwira
TNI lainnya. Akibat peristiwa tersebut, dalam waktu singkat PKI dibersihkan dari
kehidupan politik, dan sosial, serta dinyatakan sebagai partai terlarang di
Indonesia. Pemerintah Indonesia pun, melalui MPRS, menetapkan TAP MPRS
Nomor XXV/MPRS/1966. Sebagaimana tercermin dalam Pasal 2 TAP MPRS
tersebut yang berbunyi bahwa: “Setiap kegiatan di Indonesia untuk menyebarkan
atau mengembangkan faham atau ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme dalam
segala bentuk dan manifestasinya, dan penggunaan segala macam aparatur serta
media bagi penyebaran atau pengembangan paham atau ajaran tersebut dilarang.”

Pada tahun 1999, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sempat


melontarkan ide untuk mencabut TAP MPRS/ XXV/Tahun 1966. Pada dasarnya
keinginan Gus Dur tersebut untuk menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan
dalam pemerintahan Indonesia dari yang sebelumnya cenderung otoriter menjadi
demokratis.

9
Sebagai negara demokrasi, nilai yang mendasari demokrasi menurut Henry B.
Mayo dalam Budiardjo (Miriam Budiardjo 1998; 62-64) adalah:

1. Menyelesaikan perselisihan secara damai dan melembagakan

2. Menjamin adanya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang


sedang berubah.

3. Menyelenggarakan pergantian kepemimpinan/pemimpin secara teratur.

4. Membatasi pemakaian kekerasan secara minimum.

5. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman

6. Menjamin tegaknya keadilan.

Namun meski Gus Dur telah mengemukakan alasan demokratisasi,


sebagian besar masyarakat bereaksi keras menolak pencabutan TAP MPRS
tersebut dan menolak paham komunisme diungkit kembali dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Saat itu, ada beberapa pendapat pro kontra terkait isu
PKI dan komunisme ini. Bagi pihak yang pro menilai bahwa iklim demokrasi
memungkinkan bangsa Indonesia untuk lebih belajar dari masa lalu agar dapat
lebih baik saat melangkah ke depannya. Hal tersebut sebagaimana yang
disampaikan oleh Muhaimin Iskandar bahwa usulan pencabutan TAP MPRS
tersebut merupakan agenda nasional untuk menjernihkan persoalan bangsa yang
pernah ada. Menurutnya perlawanan paling ampuh terhadap komunisme atau
marxisme harus timbul dari kekuatan masyarakat bukan dari sejumlah regulasi.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Romo Magnis Suseno, yang menilai bahwa
bila komunis tidak pernah disinggung, bangsa Indonesia justru tidak pernah
selesai dengan kemelut (A. Muhaimin Iskandar, 2004; 32-35).

Di lain pihak, Akbar Tandjung sebagai pihak yang kontra menilai ide
tersebut bertentangan dengan hati nurani masyarakat Indonesia yang masih trauma
atas kekejaman PKI. Kyai Cholil Bisri bahkan berpendapat bahwa untuk
mengungkit masalah PKI harus menunggu waktu yang tepat, di saat kehidupan
demokrasi bangsa ini sudah dewasa. Pendapat tersebut menegaskan bahwa PKI

10
dan paham komunisme merupakan bahaya laten bagi Indonesia (A. Muhaimin
Iskandar, 2004; 32-35). Kemudian, berdasarkan Ketetapan MPR No. I/MPR/2003,
Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 termasuk dalam kategori yang
ditetapkan masih berlaku. Hal ini dilakukan pada saat MPR melakukan peninjauan
kembali terhadap materi dan status hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR
RI tahun 1960 sampai dengan tahun 2002.

4.2. Bahaya PKI dan Komunisme pada Masa Kini

Bagi negara-negara maju mungkin ideologi politik bukan lagi menjadi


masalah yang perlu dipertimbangkan. Namun berbeda dengan negara-negara
berkembang seperti Indonesia, ideologi seringkali masih menjadi persoalan
bangsa. Dengan memahami berbagai sepak terjang tingkah laku politik PKI pada
masa lalu, dibutuhkan tingkat kepekaan masyarakat terhadap bahaya komunis di
Indonesia (Saleh As’ad Djamhari (ed.), 2009; iii-iv).

Sebagaimana di Jerman, memakai simbol Nazi, terutama swastika,


termasuk tindakan kriminal. Di Indonesia terkait simbol-simbol PKI memang
tetap harus dilarang. Namun untuk masa sekarang ini, Romo Magnis menilai tidak
perlu ada tindakan histeria. Beberapa pihak menilai bahwa respons TNI-Polri
terhadap PKI saat ini berlebihan. Bahaya komunisme atau paham komunis
memang tidak boleh dianggap enteng, namun menurutnya masyarakat tidak perlu
terlalu reaktif dalam menanggapi tersebarnya lambang-lambang PKI. Namun di
lain pihak, aparat penegak hukum juga harus menegakkan peraturan perundang-
undangan.

Pemuda yang bergaya dengan lambanglambang PKI, seperti palu-arit, bisa


jadi karena mereka tidak tahu jika Indonesia pernah punya sejarah kelam dengan
PKI. Sebagaimana yang terjadi pada Susanto yang sempat ditangkap oleh pihak
aparat karena mengenakan kaus bergambar palu-arit. Menurut pengakuannya, ia
tidak tahu bahwa kaus bergambar palu-arit tidak boleh digunakan.

Sama halnya dengan masalah lagu genjer-genjer, Wakil Presiden Jusuf


Kalla menilai, walau secara umum lagu tersebut merupakan lagu daerah biasa,

11
namun menjadi berbeda saat didengar oleh kalangan militer, terutama yang
mengalami peristiwa G30S/PKI lagu tersebut sangat menyakitkan. Hal ini
menunjukkan bahwa banyak generasi muda yang tidak mengerti tentang sejarah
komunisme dan PKI pada masa lampau. Situasi itu cukup memprihatinkan bagi
bangsa Indonesia, karena kurangnya wawasan kebangsaan dan rasa cinta Tanah
Air memudar. Hal ini harus diperhatikan oleh pemerintah. Dengan pesatnya
informasi teknologi, arus informasi dari berbagai sumber dengan mudah diterima
generasi muda Indonesia. Apabila bekal wawasan nusantara dan wawasan
kebangsaan kurang, maka generasi muda Indonesia akan cenderung menyerap
segala informasi yang ada tanpa disaring.

Pemerintah perlu melakukan gerakan peningkatan wawasan kebangsaan


dan sosialisasi pemahaman ideologi Pancasila dengan metode pendekatan
sosialisasi yang baru dan kontekstual dan perlu terus menerus dilakukan. Hal
tersebut perlu dilakukan agar Pancasila dan UUD 1945 dapat terjaga dan menjadi
sarana pemersatu bangsa. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
perlu berorientasi kepada kewaspadaan nasional dan ketahanan nasional sehingga
masyarakat dan pemerintah dapat mencegah kemungkinan terulangnya peristiwa
kelam yang pernah terjadi pada bangsa kita.

Pendidikan karakter dan kewaspadaan untuk mencegah bangkitnya


komunisme harus diberikan sejak dini dan dilakukan secara konsisten. Hal ini
penting karena keberhasilan pendidikan karakter bangsa merupakan tanggung
jawab seluruh elemen bangsa. Sebagaimana yang dilaksanakan oleh Walikota
Surabaya, Tri Rismaharini, dengan menggelar Sekolah Kebangsaan sebagai salah
satu upaya membangkitkan wawasan kebangsaan pada anak-anak muda Surabaya.
Sekolah tersebut dilaksanakan di luar sekolah umum biasa dengan mengajak
anak-anak ke taman makam pahlawan dan situs-situs bersejarah.

Saat ini Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla juga telah
menyiapkan rancangan Peraturan Presiden tentang Penetapan 1 Juni 1945 sebagai
Hari Lahir Pancasila. Melalui kebijakan ini diharapkan nilai-nilai Pancasila terus
diperjuangkan dan nilai-nilai Pancasila benar-benar diimplementasikan dalam

12
laku seluruh bangsa Indonesia dan menjadi nyata hasilnya untuk masa depan
Indonesia yang demokratis berdasarkan Pancasila. Melalui prinsip ini, segenap
masyarakat menyadari bahwa paham atau ajaran Komunisme/ Marxisme-
Leninisme pada hakikatnya bertentangan dengan Pancasila. Kemudian dengan
terwujudnya ketahanan nasional yang tangguh, diharapkan masyarakat akan
mampu meredam berbagai bentuk ancaman terhadap Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.

4.3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Adanya laten komunisme

A. Maraknya globalisasi

Maraknya globalisasi pada hampir seluruh aspek kehidupan (politik /


demokrasi, hukum / pelanggaran HAM, ekonomi / pasar bebas, budaya /
pelestarian lingkungan hidup, ilmu pengetahuan, komunikasi dan teknologi),
mengakibatkan batas wilayah negara menjadi kabur (kecuali wilayah negara
dalam pengertian politik), undangan masuknya teknologi, modal, orang asing,
media dan ide / informasi secara terbuka.

B. Krisis Multidimensi

Krisis multidimensi yang berkepanjangan di Indonesia, telah membawa


akibat yang cukup serius di seluruh aspek kehidupan, antara lain bertambahnya
jumlah penduduk miskin, bencana, menurunnya derajat dan tindak kriminalitas
serta konflik horisontal dan vertikal. Degradasi Nilai Pancasila sebagai Ideologi
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini telah
mengalami degradasi dalam pemahaman dan implementasinya.

C. Gerakan Reformasi

Gerakan reformasi yang seharusnya melakukan reorganisasi,


refungsionalisasi dan revitalisasi ternyata telah menyimpang sehingga terjadi
disorganisasi, disfungsionalisasi dan disvitalisasi. Menghasilkan dan
berkembangnya tuntutan untuk memperoleh kebebasan mutlak termasuk dalam
bidang ideologi.

13
D. Larangan Pengembangan Ideologi

Larangan pengembangan ideologi komunis sudah jelas, yang belum


lengkap adalah instrumen operasional yang mampu bahwa ajaran komunis
bertentangan dengan idealogi nasional.

14
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Untuk mengatasi permasalahan paham komunisme dan fobia terhadap PKI


di Indonesia saat ini dan kemudian hari, hal yang harus senantiasa diingat dan
diterapkan ialah kesadaran untuk tidak mengatasnamakan diskriminasi, hak asasi
manusia (HAM), dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai alasan untuk mengembalikan
ajaran komunis ke Indonesia, karena Indonesia sudah memiliki Pancasila sebagai
dasar negara. Dalam hal ini pemerintah dituntut konsisten untuk mengawasi dan
membatasi munculnya kembali komunisme. Caranya adalah dengan penanaman
nilai-nilai Pancasila secara terus menerus kepada masyarakat terutama di lembaga
pendidikan dan kepada kaum muda Indonesia. Pemerintah juga harus melibatkan
tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk membina dan memberi pendidikan
ahlak yang baik bagi setiap warga negara. Dengan penanaman nilai-nilai ini, maka
akan memberi pemahaman yang baik akan pentingnya meningkatkan
kewaspadaan nasional terhadap bahaya komunisme. Walaupun ada opini bahwa
bangsa kita tidak lagi perlu mencemaskan bahaya laten komunis, namun sikap
waspada tetap perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat demi terwujudnya
ketahanan nasional berdasarkan Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan
bernegara.

5.2. Saran

Semoga kami dan pembaca semakin memiliki jiwa nasionalisme melalui


belajar Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi. Demikianlah makalah yang
sekiranya dapat kami paparkan mengenai materi buat dengan sebaik mungkin,
semoga dapat bermanfaat bagi kami sebagai penulis dana para pembaca. Kami
mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

A.Muhaimin Iskandar. 2004. Gus Dur yang Saya Kenal: Sebuah catatan tentang
transisi demokrasi kita, LkiS.

Budiardjo, Miriam. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama.

Saleh As’ad Djamhari (ed.). 2009., Komunisme Di Indonesia Jilid I


Perkembangan Gerakan Dan Pengkhianatan Komunisme di Indonesia (1913-
1948), Pusjarah TNI, Jakarta.

“Arti Palu Arit dalam Simbol PKI, http://news.


Merahputih.com/peristiwa/2015/09/30/ arti-palu-arit-dalam-simbol-pki/28059/”,
diakses 23 Mei 2016.

“Catatan tentang Usulan Pencabutan TAP MPRS NoXXV/1966,


http://www.oocities. Org/injusticedpeople/ROL3105Catatant
entangUsulanPencabutanTapMPRSNoX

16

Anda mungkin juga menyukai