Anda di halaman 1dari 35

TUGAS PERKULIAHAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SISTEM PEERINTAHAN LIBERAL, DEMOKERASI, DAN KOMUNIS

DISUSUN OLEH : 1. Andy Pudi Fitrian Labina 2. Tambang 12210010

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI SURABAYA 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas khadirat Tuhan YME karena atas segala Rahmat dan hidayah-Nya lah pada kesempatan kali ini kami bisa menyelesaikan tugas perkuliahan ini dan menjadikannya sebuah makalah. Dalam Makalah kali ini, kami mengangkat Judul Sistem pemerintahan Liberal, Demokrasi dan Komunis dima untuk pokok bahasannya lebih kami titik beratkan kepada sudut keunggulan dan kelemahan masing-masing sistem pemerintahah tersebut, berikut contoh aplikasinya pada sebuah Negara dan catatan sejarah dunia. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas Papper dari perkuliahan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang diajarkan oleh Bapak Dosen Drs. Masud sukemi, M.Si sebagai tugas awal bagi kami mahasiswa STIKOSA-AWS angkatan 2012. Ucapan terima kasih kami ajukan kepada beliau, sebab melalui tugas makalah ini kami jadi punya kesempatan untuk tahu lebih banyak dan mendakan riset secara serius tentang ketiga sistem pemerintahan yang dianut Negara-negara di dunia (Demokrasi, Liberal, dan komunis.red) Makalah ini ditujukan sebagai media pembelajaran dan tidak menutup kesempatan pula sebagai media sharing, apabila ada pembahasan dan forum lebih lanjut mengenai bahasan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran tetap kami harapkan guna menyempurnakan makalah ini.

Penulis,

Daftar Isi
Halaman Cover Halaman Pengantar 2

Daftar Isi 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 Latar Belakang 6 Rumusan Masalah .. 7 Tujuan . 8

BAB II PEMBAHASAN 2.1 2.2 Definisi Sistem Pemerintahan . 9 Komunisme .. 10 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4 Ide dasar Komunisme ..... 10 Komunisme International 11 Indonesia dan Komunisme .. 11 Apakah Komunisme sudah mati . 12

2.3 Liberal ... 13 2.3.1 Ide dasar .. 13 2.3.2 Penyimpangan aplikasi demokrasi liberal dan kehidupan
3

Social bernegara . 14 2.3.3 2.3.4 2.3.5 Indonesia dan Liberalisme . 15 Masa Demokrasi Liberal di Indonesia ... 17 Faktor yang menyebabkan sering terjadinya pergantian Kabinet Dimasa demokrasi liberal . 18 2.3.6 Berakhirnya masa demokrasi Liberal di Indonesia dan lahirnya Era Demokrasi terpimpin ... 20

2.4

Sistem Pemerintahan Deokratis . 24 2.4.1 2.4.2 2.4.3 2.4.4 2.4.5 Prinsip-prinsip Demokratis .... 24 Azas Demokrasi Terpimpin .. 25 Ciri cirri demokrasi Terpimpin .... 26 Demokrasi di Indonesia 27 Catatan Demokratis di Indonesia .. 30

BAB III PENUTUP 3.1 3.2 Kesimpulan 33 Saran ..... 34

Daftar Pustaka .. 35

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sering kita mendengar kata-kata Demokrasi, Liberal, Komunis, Sosialis, Fasis, dan

Marxis, namun apakah kita memahami dan bisa menyebutkan kembali pengartian

yang

sebenarnya dari kata-kata tersebut? Boleh dibilang kata-kata tersebut adalah sebuah frasa yang agung, dimana aplikasi dari definisi kata-kata tersebut adalah nyawa bagi sebuah bangsa. Yah, Demokrasi, Liberal, Komunis, Sosialis, Fasis, adalah jenis-jenis sitem pemerintahan yang dianut maupun dulu pernah dianut Negara-Negara di dunia. Sedangkan, untuk Marxism adalah sebuah paham terkenal di abad 19 yang menjadi nafas dan dasar refrensi bagi para pemimpin NegaraNegara Komunis untuk menjalankan peerintahannya. Marxisme sendiri, adalah sebuah paham yang diciptakan oleh Karl Max, yang sering disebut sebagai Nabi orang-orang komunis. Dalam makalah ini, batasan masalah kami adalah pembahasan hanya pada sistem pemerintahan Demokrasi, Liberal, dan Komunis saja, untuk fasis dan Marxis, akan kami bahas lebih lanjut apabila apabila ada kesempatan berikutnya bagi kami untuk membahasnya.

1.2

Rumusan Masalah

Demokrasi
1. Apakah Definisi dari sistem pemerintahan demokrasi? 2. Dasar dasar dari Sistem pemerintahan demokrasi 3. Bagaimana penerapan sistem pemerintahan demokrasi pada suatu Negara? 4. Apakah Keunggulan dan keleahan dari sistem pemerintahan Demokrasi?

Liberal
1. Apakah Definisi dari sistem pemerintahan Liberal? 2. Dasar dasar dari Sistem pemerintahan Liberal 3. Bagaimana penerapan sistem pemerintahan Liberal pada suatu Negara? 4. Apakah Keunggulan dan keleahan dari sistem pemerintahan Liberal?

Komunis
1. Apakah Definisi dari sistem pemerintahan Komunis? 2. Dasar dasar dari Sistem pemerintahan Komunis 3. Bagaimana penerapan sistem pemerintahan Kounis pada suatu Negara? 4. Apakah Keunggulan dan keleahan dari sistem pemerintahan Komunis? 5. Apakah Perbedaan sistem pemerintahan Komunis dan sosialis

1.3

Tujuan Penulisan
Panelis dapat menyampaikan point-point penting tentang defisnisi, Keunggulan dan

kelemahan, dasar-dasar pemikiran dari masing-asing sistem pemerintahan Demokrasi, Liberal dan Komunis, membatasi point-point unique yang mampu membedakan maing-masing siste pemerintahan tersebut serta memaparkan contoh-contoh aplikasinya pada sistem pemerintahan sebuah Negara berdasarkan catatan peristiwa dan catatan sejarah.

BAB II PEMBAHASAN

2.1
Sistem

Definisi Sistem Pemerintahan


pemerintahan adalah sistem yang dimiliki suatu negara dalam mengatur

pemerintahannya. Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem ini dibedakan menjadi: Komunis Demokrasi Liberal

Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu akan berlangsung selamalamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut. Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem

pemerintahan tersebut.Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh. Secara sempit,Sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri.

2.2

Sistem pemerintahan Komunis


Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut paham ini berasal dari Manifest der

Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifesto politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme di awal abad ke-19, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut komunis teori dan komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara perjuangan yang berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang disebutnya sebagai masyarakat utopia.

10

2.2.1 IDE DASAR KOMUNISME Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan komunis internasional. Komunisme atau Marxisme adalah ideologi dasar yang umumnya digunakan oleh partai komunis di seluruh dunia. sedangkan komunis internasional merupakan racikan ideologi ini berasal dari pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut "Marxisme-Leninisme".

2.2.2 KOMUNIS INTERNATIONAL Komunis internasional sebagai teori ideologi mulai diterapkan setelah

meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November1917. Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai sebuah ideologi dan disebarluaskan ke negara lain. Pada tahun 200 negara yang masih menganut paham komunis adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos. Komunis internasional adalah teori yang disebutkan oleh Karl Marx.

2.2.3 INDONESIA DAN KOMUNISME Indonesia pernah menjadi salah satu kekuatan besar komunisme dunia. Kelahiran PKI pada tahun 1920an adalah kelanjutan fase awal dominasi komunisme di negara tersebut, bahkan di Asia. Tokoh komunis nasional seperti Tan Malaka misalnya. Ia menjadi salah satu tokoh yang tak bisa dilupakan dalam perjuangan di berbagai negara seperti di Cina, Indonesia, Thailand,

11

dan Filipina. Bukan seperti Vietnam yang mana perebutan kekuatan komunisme menjadi perang yang luar biasa. Di Indonesia perubahan komunisme juga terjadi dengan insiden berdarah dan dilanjutkan dengan pembantaian yang banyak menimbulkan korban jiwa. Dan tidak berakhir disana, para tersangka pengikut komunisme juga diganjar eks-tapol oleh pemerintahan Orde Baru dan mendapatkan pembatasan dalam melakukan ikhtiar hidup mereka.

2.2.4 Apakah Komunis Telah Mati ? Banyak orang yang mengira komunisme 'mati' dengan bubarnya Uni Soviet di tahun 1991, yang diawali dengan keputusan PresidenMikhail Gorbachev. Namun komunisme yang murni belum pernah terwujud dan tak akan terwujud selama revolusi lahir dalam bentuk sosialisme (Uni Soviet dan negara-negara komunis lainnya). Dan walaupun komunis sosialis hampir punah, partai komunis tetap ada di seluruh dunia dan tetap aktif memperjuangkan hakhak buruh, pelajar dan anti-imperialisme. Komunisme secara politis dan ekonomi telah dilakukan dalam berbagai komunitas, seperti Kepulauan Solentiname di Nikaragua. Seperti yang digambarkan Anthony Giddens, komunisme dan sosialisme sebenarnya belum mati. Ia akan menjadi hantu yang ingin melenyapkan kapitalisme selamanya. Saat ini di banyak negara, komunisme berubah menjadi bentuk yang baru. Baik itu Kiri Baru ataupun komunisme khas seperti di Kuba dan Vietnam. Di negara-negara lain, komunisme masih ada di dalam masyarakat, namun kebanyakan dari mereka membentuk oposisi terhadap pemerintah yang berkuasa.

12

2.3

Sistem Pemerintahan Liberal


NEGARA LIBERAL adalah negara yang menjalankan perlindungan atas tuntutan

kebebasan individu. Di antaranya, hak asasi, berserikat, hak milik pribadi, serta berpendapat dan berpolitik. Dengan harapan ketika kebebasan individu dilindungi, maka keadilan sosial dapat terwujud dalam masayarakat. Namun pada praktiknya, jaminan kebebasan yang dilindungi negara, justru menciptakan ketidakadilan sosial. Sebab tidak semua warga negara memiliki kemampuan untuk menggunakan haknya. Negara liberal dinilai sebagai negara yang tidak lain hanya membela kepentingan kaum borjuis (pemilik modal). Yang dengan atas nama kebebasan ternyata berusaha untuk meng-akumulasi kekayaan secara eksploitatif. Sementara itu, negara liberal tidak berupaya untuk melindungi individu masyarakat yang termarginal akibat dari berlakunya prinsip kebebasan.

2.3.1 Ide dasar


Konsep dasar dari sistem Liberalis adalah Kebebasan Individu dimana, kebebasan masing-asing untuk mengutarakan pendapat, berpikir, ber-ekspresi, berserikat dan

mengembangkan usaha secara pribadi, dijamin 100% dalam sistem pemerintahan Liberalis.

13

2.3.2 Penyimpangan dari sistem pemerintahan Liberalis dalam kehidupan sosial dan bernegara.
Beberapa Individu dalam kehidupan bernegara di Negara-Negara penganut azas Liberalis sering melakukan penyimpangan dalam memaknai kebebasan 100% yang mereka dapatkan dari Negara. Para pemilik modal dan kaum borjuous dalam Negara Negara liberal, sah-sah saja untuk melakukan monopoli pasar atas latar belakang luasnya jaringan yang mereka miliki dan besarnya modal mereka. Selain itu, pemilik modal adalah penguasa dalam usaha mereka, jadi mereka memegang 100% kuasa atas ranah usaha mereka, sehingga nasib kaum buruh disana sangat berbeda dengan nasib kaum buruh di Negara-negara komunis. Dimana, kesejahterannya kurang enjadi perhatian bagi Negara, dan menjadi tanggung jawab dan kebebasan murni dari pemilik usaha. Begitu pula dengan site Partai Politik di Negara Liberal, meskipun syarat dan ketentuannya sudah diatur dalam undang-undang election di masing-masing Negara liberal, persaingan sebebas-bebasnya juga dibukan dalam sistem legislative di Negara liberal. Partaipartai oposisi bebas meng-audit dan bisa saja menjatuhkan posisi pemerintah yang sedang berkuasa, sebab kebanyakan Negara liberal menanut sistem Parleenter dalam lembaga legislative nya, dimana pengambilan keputusan tertinggi bukan berada ditangan presiden, melainkan lebaga-lembaga legislative-nya, dan antara satu lembaga dan lembaga yang lainnya bisa salaing berhubungan dan berpengaruh dalam keputusannya.

14

2.3.3 Indonesia dan sistem liberal


Negara kita sendiri, pernah mengaplikasikan sistem Liberal, lebih tepatnya demokrasi liberal dalam kurun waktu 1949-1950, dimana Pada periode ini sistem pemerintahan Indonesia masih menggunakan sistem pemerintahan parlementer yang merupakan lanjutan dari periode sebelumnya (1945-1949). Sistem ini menganut sistem multi-partai. Hal ini didasarkan pada konstitusi RIS yang menetapkan sistem parlementer kabinet semu (quasy parlementary) sebagai sistem pemerintahan RIS. Perlu diketahui bahwa sistem pemerintahan yang dianut pada masa konstitusi RIS bukanlah kabinet parlementer murni karena dalam sistem parlementer murni, parlemen mempunyai kedudukan yang sangat menentukan terhadap kekuasaan pemerintah.

Diadakannya perubahan bentuk negara kesatuan RI menjadi negara serikat ini adalah merupakan konsekuensi sebagai diterimanya hasil Konferensi Meja Bundar (KMB). Perubahan ini dituangkan dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS). Hal ini karena adanya campur tangan dari PBB yang memfasilitasinya.

Wujud dari campur tangan PBB tersebut adanya konfrensi KMB yaitu : - Indonesia merupakan Negara bagian RIS - Indonesia RIS yang di maksud Sumatera dan Jawa - Wilayah diperkecil dan Indonesia di dalamnya - RIS mempunyai kedudukan yang sama dengan Belanda
15

- Indonesia adalah bagian dari RIS yang meliputi Jawa, Sumatera dan Indonesia Timur.

Dalam RIS ada point-point sebagai berikut : 1. Pemerintah berhak atas kekuasaan TJ atau UU Darurat 2. UU Darurat mempunyai kekuatan atas UU Federasi

Berdasarkan Konstitusi RIS yang menganut sistem pemerintahan parlementer ini, badan legislatif RIS dibagi menjadi dua bagian yakni: Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat. Oleh karena itu pada periode ini Indonesia tetap menganut sistem parlementer namun bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya merupakan federasi yaitu negara yang didalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.

16

2.3.4 MASA DEMOKRASI LIBERAL

1. Kurun Waktu 6 September 1950 10 Juli 1959

Pada periode ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal dan diberlakukan UUDS 1950. Perlulah diketahui bahwa demokrasi ini yang dibahas oleh kelompok kami berbeda dengan demokrasi selama kurun waktu 1949 1950. Pada periode itu berlaku Konstitusi RIS. Indonesia dibagi dalam beberapa negara bagian. Sistem pemerintahan yang dianut ialah Demokrasi Parlementer (Sistem Demokrasi Liberal). Pemerintahan dijalankan oleh Perdana Menteri dan Presiden hanya sebagai lambang. Karena pada umumnya rakyat menolak RIS, sehingga tanggal 17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyatakan kembali ke Negara Kesatuan dengan UUDS 1950.

2. Pandangan Umum : - Karena Kabinet selalu silih berganti, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, - masing-masing partai lebih memperhatikan kepentingan partai atau golongannya.

17

2.3.5 Faktor Yang Menyebabkan Seringnya Terjadi Pergantian Kabinet Pada Masa Demokrasi Liberal: Pada tahun 1950, setelah unitary dari Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Indonesia mulai menganut sistem Demokrasi Liberal dimana dalam sistem ini pemerintahan berbentuk parlementer sehingga perdana menteri langsung bertanggung jawab kepada parlemen (DPR) yang terdiri dari kekuatan-kekuatan partai. Anggota DPR berjumlah 232 orang yang terdiri dari Masyumi (49 kursi), PNI (36 kursi), PSI (17 kursi), PKI (13 kursi), Partai Katholik (9 kursi), Partai Kristen (5 kursi), dan Murba (4 kursi), sedangkan sisa kursi dibagikan kepada partai-partai atau perorangan, yang tak satupun dari mereka mendapat lebih dari 17 kursi. Ini merupakan suatu struktur yang tidak menopang suatu pemerintahan-pemerintahan yang kuat, tetapi umumnya diyakini bahwa struktur kepartaian tersebut akan disederhanakan apabila pemilihan umum dilaksanakan.

Selama kurun waktu 1950-1959 sering kali terjadi pergantian kabinet yang menyebabkan instabilitas politik. Parlemen mudah mengeluarkan mosi tidak percaya terhadap kabinet sehingga koalisi partai yang ada di kabinet menarik diri dan kabinet pun jatuh. Sementara Sukarno selaku Presiden tidak memiliki kekuasaan secara riil kecuali menunjuk para formatur untuk membentuk kabinet-kabinet baru, suatu tugas yang sering kali melibatkan negosiasi-negosiasi yang rumit.

Kabinet Koalisi yang diharapkan dapat memperkuat posisi kabinet dan dapat didukung penuh oleh partai-partai di parlemen ternyata tidak mengurangi panasnya persaingan perebutan kekuasaan antar elite politik.
18

Semenjak kabinet Natsir, para formatur berusaha untuk melakukan koalisi dengan partai besar. Dalam hal ini, Masjumi dan PNI. Mereka sadar betul bahwa sistem kabinet parlementer sangat bergantung pada basis dukungan di parlemen.

Penyebab kabinet mengalami jatuh bangun pada masa demokrasi liberal adalah akibat kebijkaankebijakan yang dalam pandangan parlemen tidak menguntungkan Indonesia ataupun dianggap tidak mampu meredam pemberontakan-pemberontakan di daerah. Sementara keberlangsungan pemerintah sangat ditentukan oleh dukungan di parlemen. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai denganjiwa Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap bahwa keadaanketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur; sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950.

19

2.3.6 Akhir dari demokrasi Liberal di Indonesia dan masuknya era demokrasi terpimpin

Pelaksanaan demokrasi terpimpin dimulai dengan berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Namun tidaklah serta merta bahwa setalah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Demokrasi Terpimpin dilaksanakan karena telah disebutkan di atas bahwa Demokrasi Liberal berakhir pada tanggal 10 Juli 1959.

Latar Belakang dikeluarkan dekrit Presiden : 1. Undang-undang Dasar yang menjadi pelaksanaan pemerintahan negara belum berhasil dibuat sedangkan Undang-undang Dasar Sementara (UUDS 1950) dengan sistem pemerintahan demokrasi liberal dianggap tidak sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia. 2. Kegagalan konstituante dalam menetapkan undang-undang dasar sehingga membawa Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia tidak mempunyai pijakan hukum yang mantap. 3. Situasi politik yang kacau dan semakin buruk. 4. Terjadinya sejumlah pemberontakan di dalam negeri yang semakin bertambah gawat bahkan menjurus menuju gerakan sparatisme. 5. Konflik antar partai politik yang mengganggu stabilitas nasional. 6. Banyaknya partai dalam parlemen yang saling berbeda pendapat sementara sulit sekali untuk

20

7. Masing-masing partai politik selalu berusaha untuk menghalalkan segala cara agar tujuan partainya tercapai.

Demi menyelamatkan negara maka presiden melakukan tindakan mengeluarkan keputusan Presiden RI No. 75/1959 sebuah dekrit yang selanjutnya dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Tujuan dikeluarkan dekrit adalah untuk menyelesaikan masalah negara yang semakin tidak menentu dan untuk menyelamatkan negara.

Isi Dekrit Presiden 1959 adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. Pembubaran konstituante Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945. Pembentukan MPRS dan DPAS

21

Reaksi dengan adanya Dekrit Presiden: 1. Rakyat menyambut baik sebab mereka telah mendambakan adanya stabilitas politik yang telah goyah selama masa Liberal. 2. Mahkamah Agung membenarkan dan mendukung pelaksanaan Dekrit Presiden. 3. KSAD meminta kepada seluruh anggota TNI-AD untuk melaksanakan pengamanan Dekrit Presiden. 4. DPR pada tanggal 22 Juli 1945 secara aklamasi menyatakan kesediaannya untuk melakanakan UUD 1945.

Dampak positif diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai berikut. 1. Menyelamatkan negara dari perpecahan dan krisis politik berkepanjangan. 2. Memberikan pedoman yang jelas, yaitu UUD 1945 bagi kelangsungan negara. 3. Merintis pembentukan lembaga tertinggi negara, yaitu MPRS dan lembaga tinggi negara berupa DPAS yang selama masa Demokrasi Parlemen tertertunda pembentukannya.

Dampak negatif diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai berikut. 1. Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan konsekuen. UUD 45 yang harusnya menjadi dasar hukum konstitusional penyelenggaraan pemerintahan

pelaksanaannya hanya menjadi slogan-slogan kosong belaka. 2. Memberi kekeuasaan yang besar pada presiden, MPR,dan lembaga tinggi negara. Hal itu terlihat pada masa Demokrasi terpimpin dan berlanjut sampai Orde Baru.
22

3. Memberi peluang bagi militer untuk terjun dalam bidang politik. Sejak Dekrit, militer terutama Angkatan Darat menjadi kekuatan politik yang disegani. Hal itu semakin terlihat pada masa Orde Baru dan tetap terasa sampai sekarang.

23

2.4

Sistem Pemerintahan Demokratis

Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi perwakilan). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani (dmokrata) "kekuasaan rakyat", yang dibentuk dari kata (dmos) "rakyat" dan (Kratos) "kekuasaan", merujuk pada sistem politik yang muncul pada pertengahan abad ke-5 dan ke-4 SM di negara kota Yunani Kuno, khususnya Athena, menyusul revolusi rakyat pada tahun 508 SM. Istilah demokrasi diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk pemerintahan, yaitu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan orang banyak (rakyat). Abraham Lincoln dalam pidato Gettysburgnya mendefinisikan demokrasi sebagai "pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat". Hal ini berarti kekuasaan tertinggi dalam sistem demokrasi ada di tangan rakyat dan rakyat mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur kebijakan pemerintahan. Melalui demokrasi, keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak.

2.4.1 Prinsip-prinsip demokrasi

Rakyat dapat secara bebas menyampaikan aspirasinya dalam kebijakan politik dan sosial. Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah terakomodasi dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip-prinsip demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan "soko guru demokrasi". Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah:

24

1. Kedaulatan rakyat; 2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah; 3. Kekuasaan mayoritas; 4. Hak-hak minoritas; 5. Jaminan hak asasi manusia; 6. Pemilihan yang bebas dan jujur; 7. Persamaan di depan hukum; 8. Proses hukum yang wajar; 9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional; 10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik; 11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

2.4.2 Asas Pokok Demokrasi Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama dalam hubungan sosial. Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat dua asas pokok demokrasi, yaitu:

1. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan adil; dan 2. Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama. Ciri-Ciri Pemerintahan Demokratis

25

2.4.31Ciri-ciri Pemerintahan Demokrasi

Pemilihan umum secara langsung mencerminkan sebuah demokrasi yang baik. Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:

1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan). 2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga negara). 3. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang. 4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat penegakan hukum 5. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara. 6. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah. 7. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat. 8. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat. 9. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan sebagainya).

26

2.4.4 Demokrasi di Indonesia Semenjak kemerdekaan 17 agustus 1945, Undang Undang Dasar 1945 memberikan penggambaran bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Dalam mekanisme kepemimpinannya Presiden harus bertanggung jawab kepada MPR dimana MPR adalah sebuah badan yang dipilih dari Rakyat. Sehingga secara hirarki seharusnya rakyat adalah pemegang kepemimpinan negara melalui mekanisme perwakilan yang dipilih dalam pemilu. Indonesia sempat mengalami masa demokrasi singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama kalinya diselenggarakan pemilu bebas di indonesia, sampai kemudian Presiden Soekarno menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan sistem pemerintahan. Setelah mengalami masa Demokrasi Pancasila, sebuah demokrasi semu yang diciptakan untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto, Indonesia kembali masuk kedalam alam demokrasi pada tahun 1998 ketika pemerintahan junta militer Soeharto tumbang. Pemilu demokratis kedua bagi Indonesia terselenggara pada tahun 1999 yang menempatkan Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan sebagai pemenang Pemilu.

Diskursus demokrasi di Indonesia tak dapat dipungkiri, telah melewati perjalanan sejarah yang demikian panjangnya. Berbagai ide dan cara telah coba dilontarkan dan dilakukan guna memenuhi tuntutan demokratisasi di negara kepulauan ini. Usaha untuk memenuhi tuntutan mewujudkan pemerintahan yang demokratis tersebut misalnya dapat dilihat dari hadirnya rumusan model demokrasi Indonesia di dua zaman pemerintahan Indonesia, yakni Orde Lama dan Orde Baru. Di zaman pemerintahan Soekarno dikenal yang dinamakan model Demokrasi Terpimpin, lalu berikutnya di zaman pemerintahan Soeharto model demokrasi yang dijalankan adalah model Demokrasi Pancasila. Namun, alih-alih mempunyai suatu pemerintahan yang

27

demokratis, model demokrasi yang ditawarkan di dua rezim awal pemerintahan Indonesia tersebut malah memunculkan pemerintahan yang otoritarian, yang membelenggu kebebasan politik warganya.

Dipasungnya demokrasi di dua zaman pemerintahan tersebut akhirnya membuat rakyat Indonesia berusaha melakukan reformasi sistem politik di Indonesia pada tahun 1997. Reformasi yang diperjuangkan oleh berbagai pihak di Indonesia akhirnya berhasil menumbangkan rezim Orde Baru yang otoriter di tahun 1998. Pasca kejadian tersebut, perubahan mendasar di berbagai bidang berhasil dilakukan sebagai dasar untuk membangun pemerintahan yang solid dan demokratis. Namun, hingga hampir sepuluh tahun perubahan politik pasca reformasi 1997-1998 di Indonesia, transisi menuju pemerintahan yang demokratis masih belum dapat menghasilkan sebuah pemerintahan yang profesional, efektif, efisien, dan kredibel. Demokrasi yang terbentuk sejauh ini, meminjam istilah Olle Tornquist hanya menghasilkan Demokrasi Kaum Penjahat, yang lebih menonjolkan kepentingan pribadi dan golongan ketimbang kepentingan rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Tulisan ini berusaha menguraikan lebih lanjut bagaimana proses transisi menuju konsolidasi demokrasi di Indonesia belum menuju kepada proses yang baik, karena masih mencerminkan suatu pragmatisme politik. Selain itu di akhir, penulis akan berupaya menjawab pilihan demokrasi yang bagaimana yang cocok untuk diterapkan di Indonesia.

Munculnya Kekuatan Politik Baru yang Pragmatis Pasca jatuhnya Soeharto pada 1998 lewat perjuangan yang panjang oleh mahasiswa, rakyat dan politisi, kondisi politik yang dihasilkan

28

tidak mengarah ke perbaikan yang signifikan. Memang secara nyata kita bisa melihat perubahan yang sangat besar, dari rezim yang otoriter menjadi era penuh keterbukaan. Amandemen UUD 1945 yang banyak merubah sistem politik saat ini, penghapusan dwi fungsi ABRI, demokratisasi hampir di segala bidang, dan banyak hasil positif lain. Namun begitu, perubahan-perubahan itu tidak banyak membawa perbaikan kondisi ekonomi dan sosial di tingkat masyarakat.

Perbaikan kondisi ekonomi dan sosial di masyarakat tidak kunjung berubah dikarenakan adanya kalangan oposisi elit yang menguasai berbagai sektor negara. Mereka beradaptasi dengan sistem yang korup dan kemudian larut di dalamnya. Sementara itu, hampir tidak ada satu pun elit lama berhaluan reformis yang berhasil memegang posisi-posisi kunci untuk mengambil inisiatif. Perubahan politik di Indonesia, hanya menghasilkan kembalinya kekuatan Orde Baru yang berhasil berkonsolidasi dalam waktu singkat, dan munculnya kekuatan politik baru yang pragmatis. Infiltrasi sikap yang terjadi pada kekuatan baru adalah karena mereka terpengaruh sistem yang memang diciptakan untuk dapat terjadinya korupsi dengan mudah.

Selain hal tersebut, kurang memadainya pendidikan politik yang diberikan kepada masyarakat, menyebabkan belum munculnya artikulator-artikulator politik baru yang dapat mempengaruhi sirkulasi elit politik Indonesia. Gerakan mahasiswa, kalangan organisasi non-pemerintah, dan kelas menengah politik yang mengambang lainnya terfragmentasi. Mereka gagal membangun aliansi yang efektif dengan sektor-sektor lain di kelas menengah. Kelas menengah itu sebagian besar masih merupakan lapisan sosial yang berwatak anti-politik produk Orde Baru. Dengan demikian, perlawanan para reformis akhirnya sama sekali tidak berfungsi di tengah-tengah situasi ketika hampir seluruh elit politik merampas demokrasi. Lebih lanjut, gerakan mahasiswa

29

yang pada awal reformasi 1997-1998 sangatlah kuat, kini sepertinya sudah kehilangan roh perjuangan melawan pemerintahan. Hal ini bukan hanya disebabkan oleh berbedanya situasi politik, tetapi juga tingkat apatisme yang tinggi yang disebabkan oleh depolitisasi lewat berbagai kebijakan di bidang pendidikan. Mulai dari mahalnya uang kuliah yang menyebabkan mahasiswa dituntut untuk segera lulus. Hingga saringan masuk yang menyebabkan hanya orang kaya yang tidak peduli dengan politik.

Akibat dari hal tersebut, representasi keberagaman kesadaran politik masyarakat ke dunia publik pun menjadi minim. Demokrasi yang terjadi di Indonesia kini, akhirnya hanya bisa dilihat sebagai demokrasi elitis, dimana kekuasaan terletak pada sirkulasi para elit. Rakyat hanya sebagai pendukung, untuk memilih siapa dari kelompok elit yang sebaiknya memerintah masyarakat.

2.4.5 Catatan demokrasi di Indonesia : Sejak merdeka, Indonesia telah mempraktekkan beberapa sistem politik pemerintahan atas nama demokrasi, dari, oleh dan untuk rakyat.

1. Tahun 1945-1959; Demokrasi Parlementer, dengan ciri ; Dominasi partai politik di DPR Kabinet silih berganti dalam waktu singkat Demokrasi Parlementer ini berakhir dengan Dekrit Presiden 1959.

2. Tahun 1959-1965; Demokrasi Terpimpin, dengan ciri-ciri :

30

Dominasi presiden, yang membubarkan DPR hasil Pemilu 1955, menggantikannya dengan DPR-GR yang diangkat oleh Presiden, juga diangkat presiden seumur hidup oleh anggota parlemen yang diangkat presiden itu. Terbatasnya peran partai politik Berkembangnya pengaruh komunis Munculnya ideologi Nasional, Agama, Komunis (NASAKOM) Meluasnya peranan militer sebagai unsur sosial politik Demokrasi terpimpin berakhir dengan pemberontakan PKI September 1965.

3. Tahun 1965-1998; Demokrasi Pancasila; dengan ciri-ciri: Demokrasi berketuhanan Demokrasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab Demokrasi bagi persatuan Indonesia Demokrasi yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan Demokrasi berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Kita tidak menafikan betapa indah susunan kata berkaitan dengan Demokrasi Pancasila, tetapi pada tataran praksis sebagaimana yang kita lihat dan rasakan:

Mengabaikan eksistensi dan peran Tuhan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, di mana tidak merasa dikontrol oleh Tuhan. Para pemimpin, terutama presiden tabu untuk dikritik, apalagi dipersalahkan. Ini bermakna menempatkan dirinya dalam posisi Tuhan yang selalu harus dimuliakan dan dilaksanakan segala titahnya serta memegang kekuasaan yang absolut

31

Tidak manusiawi, tidak adil dan tidak beradab, dengan fakta eksistensi nyawa, darah, harkat dan martabat manusia lebih rendah dari nilai-nilai kebendaan

Tidak ada keadilan hukum, ekonomi, politik dan penegakan HAM. Pemilu rutin lima tahunan, tetapi sekedar ritual demokrasi. Dimana dalam prakteknya diberlakukan sistem Kepartaian Hegemonik, yakni pemilu diikuti oleh beberapa partai politik, tetapi yang harus dimenangkan, dengan menempuh berbagai cara, intimidasi, teror, ancaman dan uang, hanya satu partai politik.

4. Tahun 1998- sekarang, orde reformasi dengan ciri-ciri enam agenda: Amandemen UUD 1945 Penghapusan peran ganda (multifungsi) TNI Penegakan supremasi hukum dengan indikator mengadili mantan Presiden Soeharto atas kejahatan politik, ekonomi dan kejahatan atas kemanusiaan. Melaksanakan otonomi daerah seluas-luasnya Penegakan budaya demokrasi yang anti feodalisme dan kekerasan Penolakan sisa-sisa Orde Lama dan Orde Baru dalam pemerintahan.

32

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan
NEGARA IDEAL adalah negara yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan umum. Artinya negara membantu dan mendukung usaha masyarakat untuk membangun suatu kehidupan di mana semua anggotanya dapat hidup dengan wajar. Tujuan itu pada zaman sekarang berarti bahwa negara dibebani tanggung jawab sosial. Negara tidak boleh sekedar netral terhadap semua golongan, melainkan harus berpihak pada mereka yang paling lemah dan membutuhkan bantuan. Berpihak dalam arti negara harus mengambil tindakan-tindakan khusus untuk menjamin kesejahteraan dasar bagi mereka. Hal yang demikian adalah pemenuhan negara atas rasa keadilan sosial masyarakat.

33

3.2

Saran

34

Daftar Pustaka
http://lenamegawati.blogspot.com/2012/01/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pemerintahan http://spanduhartadita.blogspot.com/2011/07/perbandingan-sistem-pemerintahan-negara.html http://www.gudangmateri.com/2011/05/sistem-pemerintahan-indonesia-1945-1959.html http://alhakiki.wordpress.com/2010/01/08/pemerintahan-pada-masa-demokrasi-liberal-danterpimpin/ http://phaul-heger.blogspot.com/2011/11/sistem-pemerintahan-di-dunia.html http://ciptaputrapratama.blogspot.com/2012/03/sistem-pemerintahan-demokrasi.html http://shadowofheisei.wordpress.com/2008/11/16/demokrasi-liberal/

35

Anda mungkin juga menyukai