Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BAHASA

INDONESIA

“MACAM – MACAM IDEOLOGI DUNIA SEBAGAI


ETIKA”

Disusun Oleh :

Afinan Nissa
C1D321082

JURUSAN JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah swt, kami panjatkan puji dan syukur atas
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pancasila tentang macam
– macam ideologi dunia sebagai etika.

Makalah ini telah kami susun sebaik mungkin dan tak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memperlancar kami dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua ini, kami menyadari
bahwasannya kami masih memiliki banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini. Maka dari itu, kami dengan terbuka menerima kritik dan saran
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki kesalahan dalam makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang macam – macam


ideologi dunia sebagai etika yang telah kami susun dapat bermanfaat dan
menginspirasi para pembaca sekalian.

Kendari, 20 Desember 2021

Afinan Nissa
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR............................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan ........................................................................................................1


BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2

2.1 Macam – Macam Ideologi Dunia.............................................................2

BAB III PENUTUP ..............................................................................................23


3.1 Kesimpulan ..............................................................................................23

3.2 Saran ........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................24


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Macam-macam ideologi diajarkan oleh para tokoh negara pada zaman


dulu. Ajaran mereka didasari oleh keyakinan untuk menciptakan tata
kehidupan yang lebih baik. Hal ini terutama ditujukan bagi negara yang
dikuasai oleh para tokoh yang menciptakan pemikiran tentang sebuah cara
hidup sebuah negara.

Macam-macam ideologi ini, selain dikemukakan oleh para filsuf yang


ahli di bidang tata negara, juga diciptakan oleh penguasa sebuah negara.
Benito Mousollini adalah salah satu tokoh besar di dunia yang berani
menciptakan gagasan tentang tata kelola negara yang dikenal dengan
nama fasisme.

Karl Marx, seorang cendekiawan dunia juga ikut menyumbang satu


konsep bernegara yang memperkaya macam-macam ideologi yang dianut
oleh bangsa di dunia. Pemikirannya tentang konsep bernegara, dikenal
dengan faham Marxisme. Bersama Frederich Engel, yang juga dikenal
sebagai pemikir ilmu Ekonomi, mereka menciptakan dasar pemikiran
yang kemudian dipercaya sebagai dasar tumbuhnya faham komunisme.

Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian dan macam – macam


ideologi akan dibahas di bab pembahasan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian ideologi ?

2. Apa saja macam – macam ideologi dunia sebagai sistem etika ?

1.3 Tujuan

1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian ideologi

2. Agar mahasiswa mengetahui macam – macam ideologi dunia


sebagai sistem etika
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Macam – Macam Ideologi Dunia

Untuk mengenal lebih lanjut tentang ideologi di dunia, berikut akan


dikemukakan beberapa faham di dunia, baik yang masih bertahan
membasis di masyarakat dunia maupun yang hanya tercatat dalam blantika
politik dunia.

1. Kapitalisme

Kapitalisme merupakan sebuah sistem yang mulai terinstitusi di


Eropa sekitar abad ke-16 sampai abad ke-19an, yaitu pada masa
perkembangan perbankan komersial Eropa. Menurut faham kapitalis,
individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu
yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi,
terutama barang modal seperti tanah dan tenaga manusia, pada sebuah
pasar bebas di mana harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran,
demi menghasilkan keuntungan di mana statusnya dilindungi oleh negara
melalui hak pemilikan serta tunduk kepada hukum negara atau kepada
pihak yang sudah terikat kontrak yang telah disusun secara jelas
kewajibannya baik eksplisit maupun implisit serta tidak semata-mata
tergantung pada kewajiban dan perlindungan yang diberikan oleh
kepenguasaan feodal.
2. Marxisme

Karl Marx dilahirkan tahun (1918-1883) di Treves, yaitu sebuah kota


kecil di wilayah Rhineland Jerman. Beliau keturunan Yahudi dari ayah
dan ibunya, yang kemudian ayahnya pindah agama ke Protestan. Marx
menerima pendidikan di Universitas Bon, Berlin dan Jena. Sebagai orang
yang cerdas pemikirian Marx telah menyumbangkan manfaat besar bagi
masyarakat dunia, termasuk terhadap ilmu pengetahuan dan politik. Pada
dasarnya Marx sangat memahami bagaimana politik dapat diciptakan
apabila ekonomi masyarakat sudah mampu dibangun.

3. Sosialisme

Sekitar abad 18 terjadi perubahan besar-besaran dalam perekonomian


dunia, khususnya di Barat yang melahirkan revolusi industri. Dalam
perkembangannya adanya revolusi industri yang ditandai dengan berbagai
penemuan baru dan peletakkan mesin sebagai alat ampuh dalam produksi
ternyata belum merasuk diterima masyarakat, bahkan saat itu
menimbulkan gejolak baru karena sebagian masyarakat terutama yang
tenagannya tidak terpakai karena adanya mesin produksi harus
terpinggirkan. Upaya untuk menjawab permasalahan dilakukan para kaum
sosialis dan sekaligus menandai lahirnya sosialisme pada abad ke-19
.
4. Komunisme

Komunisme merupakan faham dari perkembangan pemikiran


Marxisme. Dalam pandangan Marx terdapat beberapa yang menandai
transisi dari Kapitalisme menuju Komunisme yang sebenarnya:
pencapaian dan konsolidasi supremasi politik oleh kaum proletariat,
sosialisasi alat-alat produksi, dan akhirnya masyarakat Komunis. Langkah
pertama adalah membawa kaum proletariat pada posisi kelas yang
berkuasa dengan merampas kontrol negara. Pemerintahan oleh proletariat
harus menggantikan pemerintahan Borjuis. (Hendry J. Schmandt:
524).

5. Leninisme

Nicolai Lenin (1870-1924) dilahirkan dengan Vladimir Llyich


Ulyanov, putra intelektual kelas menengah. Ayahnya pegawai sekolah,
dan ibunya anggota bangsawan. Lima anak dalam keluarga ini semuanya
menjadi revolusi, salah satunya dihukum mati pada usia tujuh belas karena
melakukan persekongkolan menentang Tzar. Lenin belajar di Universitas
Kazan tetapi dikeluarkan karena melakukan agitasi politik. Ia kemudian
pindah ke St. Peterburg, di sana ia belajar hukum dan diijinkan untuk
menjalani profesi ini.

6. Anarkisme
Anarkis adalah teori politik yang bertujuan untuk menciptakan
masyarakat tanpa hirarkis (baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial).
Para anarkis berusaha mempertahankan bahwa anarki, ketiadaan aturan-
aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam sistem sosial
dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial.
Anarkis melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan
sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun antara satu dengan
yang lainnya. Atau dalam tulisan Bakunin yang terkenal. Kebebasan tanpa
sosialisme adalah ketidakadilan dan sosialisme tanpa kebebasan adalah
perbudakan dan kebrutalan. Anarkisme berpendapat bahwa ketika institusi
pemerintahan tidak lagi ada untuk mencegah dan menahan rasa
kemanusiaan kita, suatu kelimpahan kegiatan masyarakat yang besar akan
terjadi. Orang-orang akan melakukan semua jenis mutualitas dan kerja
sama yang tanpa pamrih. Oleh karena itu, orang-orang anarkis
memandang

7. Fasisme

Tokoh terkenal yang menggulirkan faham Fasis adalah Benito Musolini


pada sekitar abad ke-20 di Italia. Musolini memiliki gagasan “gilanya”
untuk menguasai dunia, ia pernah berkata berkata “kita telah menciptakan
mitos kita. Mitos kita adalah sebuah keyakinan, sebuah keyakinan besar.
Mitos tidak harus berupa realitas, mitos kita adalah bangsa, mitos kita
adalah kebesaran bangsa, dan untuk mitos ini, untuk kebesaran inilah, kita
ingin mengubahnya menjadi kenyataan, kita taklukkan semuanya”.
(Hendry J. Schmandt: 595: 2005). Bagi lenin “negaralah yang
menciptakan bangsa”.

8. Liberalisme

Masyarakat liberal diorganisir disekitar dua institusi utama, yaitu pasar


dan pemerintahan yang mencerminkan pilihan rakyat, (hal 17). Tema
yang penting dari liberalisme yaitu kebebasan individu, (hal 22). Orang-
orang liberal berpendapat bahwa persamaan yang dimiliki oleh setiap
manusia seperti kebijakan publik yang harus didasarkan pada konsep
hak-hak asasi dan

9. Konservatisme

Orang-orang konservatif tradisional mendasarkan pandangan mereka pada


pemikiran bahwa manusia memiliki kemampuan, karakter dan kualitas
yang berbeda-beda. Bagi mereka, perbedaan-perbedaan ini merupakan
faktor yang kritis untuk menemukan jawaban-jawaban tentang perintah,
batas-batas kebebasan, dan keadilan. Tujuan dari institusi konservatif
yaitu untuk menata dunia sehingga menadi tempat yang layak bagi setiap
orang untuk bekerja dalam batas kemampuannya. Tentara, Gereja,
keluaga, dan badan hukum merupakan institusi-institusi yang
mencerminkan konsep tradisional tentang perbedaan dan hirarki peranan,
(hal 8).
10. Individualisme

Kaum individualis dikenal sejak jaman konservatif. Dalam masyarakat


yang ideal dari konservatif individualis, terdapat pajak yang kecil,
kesejahteraan yang minimal dan tidak ada wajib militer.Tidak ada
keyakinan atau agama yang dipaksakan. Milik pribadi tidak dapat
diganggu gugat. Mereka para konservatif individualis meyakini akan
kebebasan secara individual. Alasannya didasarkan karena menurutnya
setiap individu sangat berbeda dan unik. Karena pemahaman yang
menempatkan kepentingan individu sebagai yang utama, maka mereka
cenderung menginginkan minimalisasi peran pemerintahan, sebagai tujuan
politik utama. Dengan demikian konservatif individualis lebih
memandang pemindahan bahwa kekuasaan pemerintahan harus
memberikan bantuan yang riil terhadap kepentingan pribadi sifat manusia.

11. Nasionalisme

Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan


kedaulatan sebuah negara (“nation”) dengan mewujudkan satu konsep
identitas bersama untuk sekelompok manusia. Para kaum nasionalis
berasumsi bahwa negara adalah berdasarkan beberapa “kebenaran politik”
(political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu “identitas
budaya”, debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah
bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu. Ikatan
nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai
merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu
wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri
mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk
mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri.
Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang notabene lemah dan
bermutu rendah. Ikatan inipun tampak pula dalam dunia hewan saat ada
ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu
negeri. Namun, bila suasanany aman dari serangan musuh dan musuh itu
terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini.

12. Nazisme

Menurut paham Nazi ‘Volk lebih penting daripada negara atau bangsa”.
Istilah Volk sering digunakan Adolf Hitler dalam sosialime Nasional
Jerman dengan istilah folkish yang dapat diterjemahkan sebagai kumpulan
laki-laki dan perempuan yang disatukan oleh ikatan ras dan budaya. Adolf
Hitler telah menciptakan banjir darah manusia dengan melakukan
pembantaian terutama terhadap kaum Yahudi.

Ketika nazisme dijalankan, berbagai cara-cara tidak manusiawi dilakukan


oleh Hitler. Rakyat dipropaganda dan didoktrinasi dengan mitos politik
yang dikatakan baru pada waktu itu. Selain itu rakyat dipaksa memuja
terhadap pemimpin secara berlebihan, rakyat harus menerima dan yakin
bahwa Hitler selalu benar (Hitler Hat Immer Recht), karena tidak mungkin
bertindak salah. Dengan demikian siapapun yang menentang berarti harus
dimusnahkan karena melawan sang pemimpin yang benar. Lembaga
pengawas konstitusional tidak diperlukan, karena ia hanya menghambat
pemimpin dalam menjalankan tugas bangsa.

13. Stoicisme

Mazhab Stoic, institusi akademik Athena terbesar yang terakhir,


mempunyai asal mula yang sejaman dengan Epicureanisme. Namun
demikian, sejarahnya lebih panjang, doktrinnya tidak begitu kaku, dan
pengaruhnya jauh lebih besar. Sebagaimana dikembangkan Stoicisme, ia
secara gradual lebih menganggap aspek-aspek positif dari pada yang ia
tunjukan pada langkah-langkah sebelumnya. Idenya mengenal masyarakat
mistik di mana semua orang setara di bawah satu hukum alamiah yang
universal mulai memperoleh maknanya dalam konteks politik. Alih-alih
polis kuno, pemikiran orang-orang Stoic menggantikan kosmo polis
dengan kewargaannya, persaudaraan manusianya

14. Pancasila

Ada tiga orang yang memberikan pandangannya mengenai dasar negara


Indonesia yaitu Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Supomo dan Ir.
Soekarno.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sampai saat ini ideologi memang lebih banyak digunakan dalam hal
politik, masyarakat, dan sistem pemerintahan. Memang apabila dikaitkan
dengan asal kata ideologi pengertian itu sudah sedikit jauh melebar dari arti
ideologi sebagai suatu ilmu yang mendasar menjadi berbau politik,
masyarakat, dan sistem pemerintahan. Jadi ideologi berarti ide-ide atau
gagasan yang menjadi akar atau pondasi suatu kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat luas di berbagai bidang kehidupan. Bisa diartikan juga ideologi
sebagai arah dasar suatu sistem atau aturan yang ada atau berlaku. Ada
beberap macam ideologi dunia, yaitu kapitalisme, marxisme, sosialisme,
komunisme, leninisme, anarkisme, fasisme, liberalisme, konservatisme,
individualisme, nasionalisme, nazisme, stoicisme, dan pancasila.

3.2 Saran

Saat ini banyak sekali orang menyalahgunakan ideologi. Banyak


ideologi yang digunakan untuk menghasut masyarakat luas agar mendukung
seseorang untuk menjadi pemimpin atau penguasa. Maka dari itu janganlah
begitu mudah menerima sebuah ideologi, namun berpikirlah terlebih dahulu
apakah ideologi itu sesuai dengan keadaan masyarakat saat itu atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Cecep M.Si., Drs., 2002. Wacana Politik Dan Demokrasi.


Pustaka

Aulia Press: Bandung.

E. Apter, David. 1987. Politik Modernisasi: PT Gramedia: Jakarta

E. Apter, David. 1996. Pengantar Analisa Politik. LP3S: Jakarta

J. Schandt, Hendry. Filsafat Politik: kajian historis dari zaman Yunani


kuno sampai zaman modern. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
R. Hoover, Kenneth. 1994. Ideology And Political Life. International
Thomson

Publishing: California.

Suseno, Franz Magnis. 1989. Etika Dasar. Kanisius. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai