Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FILSAFAT UMUM
“Filsafat Marxisme, Materialisme, Fenomenologisme dan Eksistensialisme
Sebuah Aliran Modern”

Dosen Pengampu: Drs.H.Mahfudz.,M.UD

Oleh :
Johan Kamarullah 22.24.508
M.Amin Lutfhi

PROGRAM STUDI
HUKUM TATA NEGARA II C
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca.Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Kuala Tungkal, Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................


A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................


A. Proses Lahirnya Filsafat Marxisme ........................................................... 3
B. Perkembangan Filsafat Materialisme ........................................................ 5
C. Pengertian Fenomenologi ........................................................................ 8
D. Filsafat Eksistensialisme dan Para Pemikirnya.......................................... 9

BAB III PENUTUP ...............................................................................................


A. Kesimpulan ............................................................................................ 14
B. Saran ...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam disiplin ilmu sejarah banyak sekali faham yang berkebang
mengenai kehidupan manusia. Perkembangan ini petama-tama lahir didaratan eropa
yang kemudian berkembang menguasai dunia, bahkan sampai sekarangpun
manusia masih menggunakan, melaksanakan, mempelajari serta mengembangkan
faham-faham yang pernah berkembang disana.

Perkembangan faham - faham ini menurut teori sejarah dimulai sejak zaman
yunani kuno, dan mengalami perkembangan yang sangat pesat sekitar abad XV
sampai abad XIX. Pada masa itu muncul beberapa tokoh fulsuf yang terkemuka
sebagai pengembang filsuf-filsuf yunani kuno. Tokoh-tokoh itu antara lain Karl
Marx, Hegel, Montesque, dll. Tokoh-tokoh itu masing-masing membawa sebuah
pemikiran yang besar sehingga menjadi sebuah faham atau aliran.

Aliran aliran yang berkembang besar dimasa itu antara lain naturalisme,
idealisme, sosialisme, materialisme, kapitalisme, marxisme, dll. Masing-masing
faham itu antara satu dengan yang lainnya selalu saja berkaitan karena tiap-tiap
filsuf yang mendukung sebuah teori maka cinderung mengembangkannya dan
menjadi aliran yang baru, begitupun juga dengan penentang sebuah teori maka
mereka akan membuat teori antitesisyang kemudian juga menjadi aliran baru.

Akal merupakan lelebihan yang dimiliki manusia dari makhluk lain. Dari
akal pula muncul berbagai ilmu pengetahun, karena pemikiran yang dilakukan akal
bersumber pula dari ilmu-ilmu yang telah ada. Dengan kemampuan rasio pula
manusia dapat menjangkau jauh dari sesuatu yang hanya terlihat, sesuatu di luar
indera dan menemukan sebuah kebenaran filsafat.

Dengan tingkat pemahaman manusia yang beragam menyebabkan


perbedaan pendapat tentang kebenaran yang di anut. Hal ini menimbulkan berbagai

1
aliran dalam dunia filsafat, salah satunya adalah filsafat materialisme yang lebih
menekankan pada kenyataan. Filsafat adalah pandangan tentang dunia dana lam
yang dinyatakan secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu dan suatu metode berpikir
atau cara berpikir untuk memecahkan problem-problem gejala alam dan
masyarakat. Filsafat merupakan sikap hidup manusia dan sebagai pedoman untuk
bertindak dalam menghadapi gejala-gejala alam dan masyarakat

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana proses lahirnya filsafat marxisme?
b. Bagaimana perkembangan filsafat materialisme?
c. Apa pengertian dari fenomenologi?
d. Bagaimana filsafat eksistensialisme dan para pemikirnya?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk Mengetahui proses lahirnya filsafat marxisme
b. Untuk Mengetahui perkembangan filsafat matrealisme
c. Untuk Mengetahui pengertian dari fenomenologi
d. Untuk mengetahui filsafat eksistensialisme dan para pemikirnya

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Lahirnya Filsafat Marxisme


Marxisme adalah paham yang mengikuti pandangan-pandangan Karl Marx.
Karl Marx adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan
dari Prusia. Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling
terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas,
yang dapat diringkas sebagai sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada
dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas, sebagaimana yang tertulis
dalam kalimat pembuka dari Manifesto Komunis. Ideology Marxisme muncul dari
kreativitas pemikir Karl Marx, yang sangat setia menjembatani teori materialis
dialektis
Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia
menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan
kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja
berjam-jam dengan upah minimum sementara hasil keringat mereka dinikmati oleh
kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan
kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan
pribadi dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk
mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme
diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx
kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Itulah dasar dari
marxisme. (daddang supardan, 2008:334)
Karl Marx, lahir di Trier Jerman, 5 Mei 1818 dan meninggal di London, 14
Maret 1883. Karl Marx lahir dalam keluarga Yahudi progresif di Trier, Prusia,
(sekarang di Jerman). Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, meskipun
cenderung seorang deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih
ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal, untuk menjadi
pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Keluarga Marx
amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-

3
masa awal Karl Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun.
Setelah lulus dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikan nya di
Universitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835 pada usia nya yang ke-17,
dimana ia bergabung dengan klub minuman keras Trier Tavern yang
mengakibatkan ia mendapat nilai yang buruk. Marx tertarik untuk belajar
kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya
bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar
sarjana. Pada tahun berikutnya. ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke
universitas yang lebih baik, yaitu Friedrich- Wilhelms-Universität di Berlin. Di
Berlin, minat Marx beralih ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan
dosen muda yang dikenal sebagai Pemuda Hegelian. Sebagian dari mereka, yang
disebut juga sebagai Hegelian-kiri, menggunakan metode dialektika Hegel, yang
dipisahkan dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk melakukan kritik
terhadap politik dan agama mapan saat itu.
Pada saat itu, Marx menulis banyak puisi dan esai tentang kehidupan,
menggunakan bahasa teologi yang diwarisi dari ayahnya seperti The Deity namun
ia juga menerapkan filosofi atheis dari Young Hegelian yang terkenal di Berlin
pada saat itu. Marx mendapat gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesis nya yang
berjudul The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of
Nature namun, ia harus menyerahkan disertasi nya ke Universitas Jena karena Marx
menyadari bahwa status nya sebagai Young Hegelian radikal akan diterima dengan
kesan buruk di Berlin.
Marx terkenal karena analisis nya di bidang sejarah yang dikemukakannya
di kalimat pembuka pada buku Communist Manifesto (1848): "Sejarah dari
berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasamya adalah sejarah tentang
pertentangan kelas". Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan
dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari
sosialisme radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat
(kaum paling bawah di negara Romawi).
Marxisme terlahir dari perlawanan dan perjuangan kelas buruh melawan
sistem kapitalis, dan juga mewujudkan obsesi kemenangan gerakan sosialis itu

4
adalah dasar pijakan muncul gerakan ini, namun teori awal tujuan gerakan
Marxisme tidak sesuai dengan realita dan cita Marx sesungguhnya.1

B. Perkembangan Filsafat Materialisme


Filosuf yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah Epikuros. Ia
merupakan salah satu filosuf terkemuka pada masa filsafat kuno. Selain Epikuros,
filosuf lain yang juga turut mengembangankan aliran filsafat ini adalah
Demokritos dan Lucretius Carus, Pendapat mereka tentang Materialisme, dapat
kita samakan dengan materialismeyang berkembang di prancis pada masa
pencerahan. Dua karangan karya La Mettrie yang cukup terkenal mewakili paham
itu adalah L'homme machine (manusia mesin) dan L'homme plante (manusia
tumbuhan). Dalam waktu yang sama, di tempat lain muncul seorang Baron von
Holbach yang mengemukakan suatu materialisme atlesme. Materialisme etiesme
serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak mengakui adanya tuhan secara
mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi otak.2
Benih-benih materialisme sudah muncul sejak zaman Yunani kuno.
Sebelum muncul pertanyaan-pertanyaan filsafat idealistik (yang menonjol sejak
plato), filsafat Yunani berangkat dari filsafat materialisme yang mengambil bentuk
pada upaya untuk menyelidik tentang alam sebagai materi. Bahkan mayoritas
filosuf percaya bahwa tidak mungkin ada sesuatu yang muncul dari ketiadaan,
Materi alam dipelajari secara habis- habisan, sehingga menghasilkan tesis filsafat
tentang apa sebenarnya substansi menyusun alam kehidupan ini.
Pada abad pertama Maschi, paham materialisme tidak mendapat tanggapan
yang serius, bahkan pada abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap
paham ini Baru pada zaman pencerahan (Aufkalrung). materialisme mendapat
tanggapan dari penganut yang penting di Eropa Barat.

1
Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx:Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan
Revisionisme, (Jakarta:PT Gramedia Permata, 2003), hal.47
2
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Subacni, Filsafat Umum dari Metologi Sampai
Teofilosofi, (Bandung:Pustaka Setia,2008), hal. 363

5
Materialisme berpendirian bahwa pada hakikatnya sesuatu itu adalah bahan
belaka. Pandangan ini Berjaya pada abad ke-19. Materialisme jelas tidak akan bisa
hilang dan mati karena hidup ini sangat nyata, dimana manusia terus saja
mengembangkan diri dari ranah material. Zaman kegelapan yang didominasi
dengan agama yang menggelapkan kesadaraan jelas tak dapat membendung
perkembangan material, yaitu teknologi yang merupakan alat bantu manusia untuk
mengatasi kesulitan material dan membantu manusia memahami alam. Misalnya,
dengan teleskop dapat diketahui susunan jagat raya, dengan transportasi dan
komunikasi pertukaran pengetahuan semakin cepat. Idialisme yang subjektif jelas
tidak dapat dipertahankan.
Pada abad 19, muncul filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti
Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan Haeckel. Merekalah yang kemudian
meneruskan keberadaan materialisme. Materialisme dan Empirisme adalah
perangsang munculnya IPTEK karena berpikir pada kegiatan melakukan
ekspenmen-eksperimen ilmiyah yang memicu perkembangan ilmu dan teknologi.
Filsafat materialisme beranggapan bahwa hubungan adalah hubungan
material yang saling mempengaruhi Karenanya, memahami hubungan harus
menggunakan landasan berfikir yang materialis. Berfikir materialis berarti percaya
pada hukum-hukum materi, yaitu sebagai berikut:
a. Hukum I: "Materi itu Ada, Nyata dan Konkret"
Materi harus ada, nyata dan konkret, hal ini bisa kita lihat dan rasa
dengan indra kita, semua realitas yang hidup di alam atau kejadian-
kejadiannya dapat diterangkan dengan indra karena indra dapat melihatnya,
merasakannya dan mendengarkannya. Kejadian-kejadian alam yang belum
pernah kita lihat dan dengar bukan berarti sesuatu di luar materi. Semua itu
adalah materi yang belum dijelaskan oleh indra, seperti pada masyarakat kuno
kejadian bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi dan banjir adalah
buatan Dewa (Dewa Bumi, Dewa Laut, Dewa Matahari, Dewa Angin dsb.),
untuk terhindar dari bencana alam, mereka menyembah dewa yang telah

6
disebutkan di atas. Padahal, kejadian-kejadian alam itu dapat dibuktikan
dengan alat yang mampu mendeteksi bencana alam, gempa dan banjir. 3
b. Hukum II: "Materi itu Terdiri dari Materi yang Lebih Kecil dan Saling
Berhubungan (Dialektis)"
Semua yang ada di alam ini tersusun oleh partikel-partikel kecil yang
tersususn rapi menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Misalnya pada
tubuh manusia yang terdiri dari materi-materi yang lebih kecil yaitu organ.
Organ yang terdiri dari pencernaan, pernapasan, pengeluaran, pemikiran atau
otak dan lain-lain, atau materi yang lebih kecil yaitu sel-sel sehingga indra tak
mampu untuk melihatnya. Semua yang ada pada tubuh manusia adalah satu
kesatuan yang saling berhubungan.4
c. Hukum III: "Materi Mengalami Kontradiksi"
Materi mengalami kontradiksi atau saling bertentangan karena di
dalam materi terdapat sesuatu perubahan dari kuantitatif berubah menjadi
kualitatif sebagai contoh air akan berubah menjadi uap jika dipanaskan dengan
suhu 100° C atau akan berubah menjadi es jika air itu bersuhu dibawah 0° C.
Kontradiksi pula mengakibatkan perubahan mendapatkan sebabnya. Orang
merasa lapar dan haus adalah kontradiksi dengan lapar dan haus, manusia akan
selalu mencari makan dan minum untuk memenuhi kehidupannya, makan dan
minum didapat dengan cara bekerja dan dengan bekerja manusia merubah
alam serta mengubah hubungan-hubungan yang ada di alam.
d. Hukum IV: "Materi Selalu Berubah dan Terus Berubah"
Kesepakatan terhadap rumus kehidupan bahwa: tidak ada yang lebih
alami daripada perubahan itu sendiri, dan perubahan dimulai dengan
kontradiksi atau akibat pengaruh antara materi-materi yang menyusunnya atau
intervensi dari luar.7 Maksudnya adalah Perubahan pada materi tersebut
disebabkan karena adany kontradiksi dari dalam materi itu sendiri atau
perubahan terhadap materi juga dipengaruhi oleh pengaruh dari luar materi.5

3
Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2001),hal. 290
4
Ibid. hal 291
5
Ibid. hal 292

7
C. Pengertian Fenomenologi
Fenomenologi adalah studi tentang Phenomenon. Kata ini berasal dari
bahasa Yunani Phainein berarti menunjukkan. Dari kata in timbul kata
Phenomenon berarti yang muncul dalam kesadaran manusia. Dalam fenomenologi,
ditetapkan bahwa setiap gambaran pikir dalam pikiran sadar manusia
menunjukkan pada suatu hal keadaan yang disebut intentional (berdasarkan niat
atau keinginan). Secara harfiah, fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran
atau faham yang menganggap bahwa fenomenalisme adalah sumber pengetahuan
dan kebenaran. Fenomenalisme juga adalah suatu metode pemikiran. 6
Fenomenologi merupakan sebuah alan. Yang berpendapat bahwa, hasrut
yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dapat dicapai melalui pengamatan
terhadap fenomena atau pertemuan kita dengan realita. Karenanya, sesuatu yang
terdapat dalam diri kita akan merangsang alat inderawi yang kemudian diterima
oleh akal (otak) dalam bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan
jalan penalaran. Penalaran inilah yang dapat membuat manusia mampu berpikir
secara kritis.
Fenomenologi merupakan kajian tentang bagaimana manusia sebagai
subyek memaknai obyck-obyek di sekitarnya. Ketika berbicara tentang makna dan
pemaknaan yang dilakukan, maka hermeneutik terlibat di dalamnya. Pada intinya,
bahwa aliran fenomenologi mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita
ketahui sekarang ini merupakan pengetahuan yang kita ketahui sebelumnya
melalui hal-hal yang pernah kita lihat, rasa, dengar oleh alat indera kita.
Fenomenologi merupakan suatu pengetahuan tentang kesadaran mumi yang
dialami manusia.
Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari
manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomenologi dalam filsafat biasa
dihubungkan dengan Ilmu Hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti dari
pada fenomenologi. Secara harfiah, fenomenologi fenomenalisme adalah aliran
atau paham yang menganggap bahwa fenomenalisme (gejala) adalah sumber

6
Ali Maksum, Pengantar Filsafat:dari Masa Klasik hingga Postmodrn, (Yogyakarta:Ar-Ruzz
Media, 2011), hal. 368

8
pengetahuan dan kebenaran. Seorang fenomenalisme suku melihat suatu gejala
tertentu dengan ahli ilmu positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan
fungsi, serta membuat hukum-hukum dan teori, Jelasnya, fenomenologi mencoba
menepis semua asumsi yang mengkontaminasi pengalaman konkret manusia Ini
mengapa fenomenologi disebut sebagai cara berfilsafat yang radikal.
Fenomenologi menekankan upaya menggapai "hal itu sendiri" lepas dari segala
presuposisi. Langkah pertamanya adalah menghindari semua konstruksi, asumsi
yang dipasang sebelum dan sekaligus mengarahkan pengalaman. Tak peduli
apakah konstruksi filsafat, sains, agama, dan kebudayaan, semuanya harus
dihindari sebisa mungkin. Semua penjelasan tidak boleh dipaksakan sebelum
pengalaman menjelaskannya sendiri dari dan dalam pengalaman itu sendiri." 7
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat difahami bahwa fenomenologi
berarti ilmu tentang fenomenon-fenomenon apa saja yang nampak. Sebuah
pendekatan filsafat yang berpusat pada analisi terhadap gejala yang menampakkan
diri pada kesadaran kita.

D. Filsafat Eksistensialisme dan Para Pemikirnya


Filsafat ini termasuk dalam kategori silsafat modern yang banyak
dipengaruhi oleh filsuf sooren Kierkegaard dan Friedrich Wihelm Nietze sekitar
abad ke 19 dan pada abad ke 20 di-booming-kan kembali oleh Martin Buber, Karl
Jasper, dan Jean Paul Sertre. Filsafat ini dapat diterapkan pada permasalahan
pendidikan dan dapat dijadikan rujukan/teori pendidikan. 8
Secara harfiah, kata eksistensi berarti muncul, timbul, memiliki wujud
eksternal, sister (existere, latin) menyebabkan berdiri. Yakni sesuatu yang eksis
sesuatu yang memiliki aktualitas (wujud), keberadaan sesuatu yang menekankan
pada apa sesuatu itu (apakah benda itu sesungguhnya menurut wataknya yang
sejati),a tau kesadaran bahwa ia ada dan bahwa ia adalah mahluk yang bertindak,
memilih, menciptakan dan mengekspresikan identitas diri dalam proses bertindak
dan memilih secara bertanggungjawab.
7
Doni Gahral Adian, Pilar-Pilar Filsafat Kontemporer, (Yogyakarta:Jalasutra,2002),hal. 21
8
Howard A Osmon, Philosopical Foundation of Education (Virginia Commonwealth
University, Fifth Edition),hal. 243

9
Exitenz ( Jerman) adalah sesuatu yang paling berharga dan paling asli dalam
diri manusia, yang sama sekali tidak obyektif, kemungkinan selalu untuk terbuka
dengan hal-hal baru menyangkut kebebasan yang merupakan inti dari manusia.
Selain itu juga eksistensi berarti “ada” atau “wujud” yang dalam bahasa
Arab dikenal dengan “al-falsafah alwujudiyah”. Akan tetapi dari beberapa
pengertian tersebut belumlah cukup untuk menjelaskan pengertian eksistensi
sesungguhnya, karena kata eksistensi yang digunakan oleh para eksistensialis
selalu dihubungkan dengan konteks manusia. Yakni manusia yang keluar dari
dirinya, bereksistensi, maupun melahirkan pertanyaan pribadi seperti who am I,
where am I going?, why am I here?, dalam pendidikan juga dapat dikatakan bahwa
filsafat ini menekankan pada the individual experience of individuals. Namun
yang terjadi pertanyaan kuncinya adalah, bagaimana caranya agar manusia dapat
keluar dan bereksistensi dari dirinya?
Untuk menjawab pretanyaan di atas, maka eksistensi menurut Sembodo
harus dikaitkan dengan filsafat fenomenologi Huserl. Karena eksistensialisme
dengan fenomenologi menyajikan sikap atau pandangan yang menekankan kepada
eksistensi manusia, artinya kaulitas yang membedakan antara individual yang
tidak membicarakan manusia secara abstrak atau membicarakan alam atau dunia
secara umum karena dengan sifatnya yang lebih apresiatif terhadap kedudukan
manusia maka keduanya merupakan bagian dari beberapa kenyataan antara filsafat
eksistensialisme merupakan silsafat reaksi. Reaksi terhadap idealism, naturalism
dan materialism.
Sebagai reaksi terhadap idealism dengan menempatkan eksistensi daripada
esensi, sehingga eksistensi menentukan esensi. Sedangkan reaksi terhadap
naturalism materialism karena pada kenyataannya kadang manusia
ditempatkan/diposisikan sama dengan benda, sehingga manusia dianggap sebagai
mesin dan robot yang dapat menggerakkan hukum-hukum mekanik dan berjalan
secara mekanistis, bekerja sekedar sebagai alat, obyek dan dikendalikan oleh
system.
Dalam literature lain juga dikatakan bahwa filsafat ini merupakan reaksi dan
pemberontakan terhadap sifat dan filsafat tradisional dan masyarakat modern, yakni protes

10
terhadap rasionalisme Yunani, atau tradisi klasik dari filsafat khususnya pandangan
spekulatif tentang manusia seperti Plato dan Hegel di bawah ini akan ditampilkan tokoh
eksistensialis, diantaranya adalah:
a. Sooren Kierkegard (1813-1855)
Setelah masa kejayaan idealism Jerman yang diakhiri pada masa George
Wilhelm Friedrich Hegel, yang kemudian Hegelian-hegelian pecah menjadi dua
yakni Hegelian kiri dan Hegelian kanan. Hegelian kanan memiliki sikap konservatif
sedangkan Hegelian kiri lebih progresif dan memiliki pendirian yang agak ekstrim
terhadap agama dan politik.
Idealism Jerman, Hegel, dikritik oleh Soren Aabye Kierkegaard asal
Denmark. Alasan utama kritik Kierkegaard adalah abstraksionalisme Hegel yang
seolah-olah meremehkan keberadaan manusia konkret.
Reaksi kiergaard terhadap idealism Hegel juga dipengaruhi oleh situasi
kemasyarakatan Denmark saat itu yakni sulitnya mencarikan solusi kehidupan sosial
keagamaan saat itu, agama Kristen bersifat secular yang banyak dipengaruhi oleh
filsafat idealism Hegel. Sehingga menghasilkan aliran filsafat eksistensialisme yang
menekankan pada individualitas manusia dan manusia konkret.
Kategori filsafat Kiergaard adalah individualitas, akan tetapi tidak seperti
filsuf lainnya yang menekankan pada bing, akan tetapi pada individual human
existence. Pandangannya terhadap pendidikan, dia sangat menolak
pendidikan/sekolah kejuruan karena pendidikan jenis tersebut sangat mengarahkan
siswa atau peserta didik kea rah pandangan kehidupan duniawi (secular).
Yang menjadi pretanyaan kemudian adalah kenapa Kiergaard menolak
pendidikan kejuruan (vocational education)?. Barangkali jawabannya adalah dengan
teknologi industry yang berkembang dengan pesat menyebabkan benturan
kemanusiaan, yakni dengan telah ditandai dengan banyakya pengrusakan lingkungan
dan alam serta terjadinya peperangan antar manusia dengan menggunakan teknologi,
sehingga manusia diperalat oleh media tersebut. Kondisi inilah yang terjadi pada
abad ke-20 an dengan terjadinya perang dunia (world wars).
b. Jean-Paul Sartre (1905-1980)
Sartre adalah salah satu filsuf yang menyebabkan eksitensialisme, yang tidak
lepas dari pengaruh tradisi rasionalisme dan idealism dan Descartes hingga Kant,
dari Hegel hingga fenomenologi abad XX. Terutama sangat dipengaruhi oleh Hegel,
Husserl hingga Karl Mark.

11
Filsafat Sartre lebih menekankan pada kebebasan (freedom) manusia dengan
menekankan pada a fresh in each situation, menjadi bebas adalah suatu keharusan
dan pilihan, dan saya dapat memilih dan melakukan apa yang saya suka, jika jalan
yang satu tersesat/buntu maka saya dapat mencari cara/jalan lainnya, saya selalu
bebas, dalam pendidikan filsafat Sartre lebih membuat siswa independen.
Filsafat yang dibangun oleh Sartre adalah minat yang begitu besar terhadap
“manusia” yakni bagaimana ‘cara ber-ada-nya” manusia. Dengan kata lain eksistensi
adalah adanya keterbukaan, eksistensi mendahului esensi (existence precedes
essence).18 Berbeda dengan benda-benda lainnya yaitu “ada”nya adalah sekaligus
sebagai esensinya.Tujuan Pendidikan dalam Filsafat EksistensialisFilsafat
eksistensialis dalam kehidupan modern tidak hanya dapat diterapkan dalam lingkup
pendidikan saja, namun dapat pula diaplikasikan dalam kehidupan sosial dan pratis
lainnya.
Dalam tataran praksis pendidikan modern, guru sebagai pembibming dan
fasilitator dalam kelas seyogyanya dapat mengetahui dan mengidentifikasi
kelebihan-kelebihan peserta didik yang masingmasing individu memiliki potensi
untuk dapat belajar melalui dirinya sendiri dan minat anak tersebut, guru dapat
memotivasi peserta didik dengan memberikan hadiah bagi masing-masing individu
sehingga anak akan termotivasi untuk berkreasi menurut kehendaknya.
Perilaku pendidik tersebut dapat terlukis dari konsep Moslow mengenai
hierarki kebutuhan manusia dalam teorinya yakni (1) basic need (2) metaneeds.19
Basic need yakni kebutuhan dasar dari masingmasing individu yakni kebutuhan akan
udara, makanan, minuman, rasa aman dan lainnya. Sedangkan metaneed dalam
pemikiran Moslow lebih dalam dan filosofis dalam aplikasinya, meliputi kebutuhan
yang sifatnya sangat mendasar yang meliputi hubungan antar individu dan kebutuhan
untuk membangkitkan potensi-potensi yang dimiliki.
Jika dikaitkan dengan filsafat eksistensialisme maka metaneedMoslow dapat
bersinergi menjadi “aktualisasi diri”. Aktualisasi diri menruut pemakalah berarti how
to be exist. Karena pada dasarnya filsafat eksistensialisme menurut H.A.R Tilaar
adalah bagaimana manusia sebagai individu dapat mengambil keputusan mengenai
keberadaannya, meredaksikan dirinya, sehingga inilah yang dimaksud dengan
“menjadi manusia” (being human)20, yakni manusia yang otonom dan kreatif,
manusia sebagai subyek, pencipta dirinya sendiri secara terus menerus dengan
kemajuan maupun kemerdekaannya sendiri.

12
Tujuan pendidikan dalam filsafat ini adalah bukan hanya penekanannya pada
dialog (debate) semata, namun pada bentuk penciptaan (creation) yaitu keberanian
menciptakan gagasan, pikiran ataupun maksud dari keinginan dan ketertarikan
masing-masing siswa.
Karena kedudukan manusia sebagai individu sangat penting sebagai pencipta
(creator) dari pikiran ataupun gagasan, maka pendidikan yang berlandaskan pada
eksistensialisme harus mempertahankan dan terfokus pada realitas kehidupan
manusia. Dengan demikian filsafat eksistensialisme sangat meyakini bahwa
pendidikan yang baik salah satunya adalah pendidikan yang menekankan pada
individu.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Marxisme merupakan suatu paham yang mengikuti pandangan-pandangan
Karl Marx. Karl Marx adalah seorang filsuf besar berkebangsaan Prusia (sekarang
Jerman). Ia merupakan salah seorang pakar dalam bidang sacjarah, filsafat, sosial-
politik dan ekonomi. Semasa hayatnya, Marx telah banyak menulis dan
menghasilkan karangan-karangan yang spektakuler sepurti "Manifesto Komunis"
yang telah mampu mempengaruhi hampir sepertiga umat manusia, la sangat
terkenal atas analisisnya terhadap sejarah dan social-politik terutama mengenai
pertentangan kelas, disini namanya telah mencuak bagaikan seorang pahlawan
yang telah membawa perubahan bagi para kaum tertindas (buruh)
Pemikiran Marx dan usahanya dalam mengembalikan jati diri kaum buruh
(proletar) dikenal dengan Marxisme. Marxisme merupakan bentuk protes Marx
terhadap paham kapitalisme. la menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan
uang dengan mengorbankankaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat
menyedihkan karena dipaksa bekerja dengan upahyang sangat minim, sementara
hasil keringat mereka dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang
harus hidup di daerah pinggiran dengan serba kekurangan. Marx berpendapat
bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan "penguasaan
kekayaan yang didominasi orang-orang kaya". Untuk mensejahterakan kaum
proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme harus diganti dengan paham
komunisme.
Kata materialisme terdiri dari kata "materi" dan "isme"." materi" dapat
dipahami sebagai "bahan, benda, segala sesuatu yang tampak". Materialisme
adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk
kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan
mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra.
Fenomenologi merupakan sebuah aliran. Yang berpendapat bahwa, hasrat
yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dapat dicapai melalui pengamatan
terhadap fenomena atau pertemuan kita dengan realita. Karenanya, sesuatu yang

14
terdapat dalam diri kita akan merangsang alat inderawi yang kemudian diterima
oleh akal (otak) dalam bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan
jalan penalaran.
Aliran fenomenologi mempunyai beberapa tokoh-tokoh yang menjadi acuan
dasar yang mengemukakan tentang aliran fenomenologi tersebut. Diantara tokoh-
tokohnya yaitu Edmund Husserl, mas scheller, martin Heidegger, dan Maurice
merlea-ponty.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat,semoga dapat menambah
pengetahuan,wawasan serta bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari akan
ketidaksempurnaan makalah ini,untuk itu kritik dan saran dari rekan rekan yang
membangun sangat bermanfaat untuk memperbaiki makalah selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Suseno, Franz Magnis. 2003. Pemikiran Karl Marx:Dari Sosialisme Utopis ke


Perselisihan Revisionisme. Jakarta:PT Gramedia Permata. Hal.47
Hakim, Atang Abdul & Beni Ahmad Subacni. 2008. Filsafat Umum Dari
Metologi Sampai Teofilosofi. Bandung:Pustaka Setia. Hal. 363
Soyomukti, Nurani. 2001. Pengantar Filsafat Umum. Yogyakarta:Ar-Ruzz
Media. Hal. 290
Maksum, Ali. 2011. Pengantar Filsafat:dari Masa Klasik hingga Postmodern.
Yogyakarta:Ar-Ruzz Media. Hal. 368
Adian, Donny Gahral. 2002. Pilar-Pilar Filsafat Kontemporer.
Yogyakarta:Jalasutra. Hal. 21
Howard A Osmon, Philosopical Foundation of Education (Virginia
Commonwealth University, Fifth Edition),hal. 243

Anda mungkin juga menyukai