Anda di halaman 1dari 14

MARXISME, MATRIALISME, FENOMENOLOGI, DAN

EKSISTENSIALISME SEBUAH ALIRAN FILSAFAT MODERN

Dosen pengampu:

Khairul Azhar, M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8
Muhammad suhendra

Muhammad hafizd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH TEBING TINGGI

TEBING TINGGI
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
limpahan rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Penulisan
makalah ini menyelesaikan tugas mata kuliah “ FILSAFAT UMUM ” dari dosen yang
bersangkutan dan ada pun Tema makalah kami yaitu “MARXISME, MATERIALISME,
FENOMENOLOGI, DAN EKSISTENSIALISME SEBUAH ALIRAN FILSAFAT
MODERN”.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik dari
teknis penulisan maupun materi yang disusun, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis atau penyusun. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat
dibutuhkan penulis dan harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak
khususnya mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam. Dan kami berharap semoga Allah
SWT memberikan imbalan kepada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat
menjadikan bantuan ini sebagai ibadah, Amin yaa rabbal alamin.

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................
A. MARXISME.........................................................................................
1. Aliran Marxisme.............................................................................. 2
2. Pemikiran dan Tokoh-tokoh Marxisme........................................... 2
B. MATERIALISME................................................................................
1. Aliran Materialisme......................................................................... 4
2. Pemikiran dan Tokoh-tokoh Materialisme...................................... 5
C. FENOMOLOGISME...........................................................................
1. Aliran Fenomologisme..................................................................... 6
2. Pemikiran dan Tokoh-tokoh Fenomologisme.................................. 8
D. EKISTENSIALISME ALIRAN FILSAFAT MODERN.................
1. Aliran Eksistensialisme.................................................................... 10
2. Pemikiran dan Tokoh-tokoh Eksistensialisme................................. 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................
Kesimpulan ........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Marxisme merupakan paham yang berasal dari pandangan Karl Marx. Marxisme
adalah paham yang bertujuan untuk memperjuangkan kaum Proletar untuk melawan kaum
Borjuis. Teori Marxisme yang secara umum dipandang sebagai dasar ideologi komunisme
dicetuskan dan dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engel sejak 150 tahun yang lalu
sebagaimana dalam bukunya.
Awal Materialisme dalam filsafat adalah lahirnya naturalism, demikian Juhaya S.
Pradja (2000:96) menjelaskan, kata “nature” atau alam yang dipakai dalam filsafat bukan
hanya terbatas pada alam lautan, gunung, dan kehidupan liar. Akan tetapi, tercakup
didalamnya astronomi yang mencakup bagian-bagian yang luas dari ruang dan waktu, dari
Fisika dan Kimia serta analisisnya yang bersifat atom dan sub atom.
Dalam perspektif ini, kehidupan manusia mungkin tampak sebagai suatu perincian,
tetapi kata “alam” tidak merupakan kebalikan dari manusia, karya-karyanya serta
kebudayaannya.Alam mencakup semua itu dalam suatu system fenomena yang satu serta
tidak terbagibagi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pemikiran Marxisme, Matrialisme, Fenomologisme, danEksistensialisme
sebuah aliran filsafat modern?
2. Bagaimana teori Marxisme, Matrialisme, Fenomologisme, dan
Eksistensialismesebuah aliran filsafat modern?
3. Bagaimana aliran Marxisme, Matrialisme, Fenomologisme, danEksistensialisme
sebuah aliran filsafat modern?

B. TUJUAN MASALAH

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan dan


mengetahui tentang Marxisme, Matrialisme, Fenomenologisme, dan Eksistensialisme
sebuah aliran filsafat modern.

BAB II
PEMBAHASAN
A. MARXISME
1. Aliran Marxisme
Marxisme adalah sebuah paham yang berdasar pada pandangan-pandangan Karl Marx.
Awalnya Marx menydusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem
sosial, dan sistem politik. Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Marxisme mencakup
materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.
Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam
bukuManifesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels. Marxisme merupakan
bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital
mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat
menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil
pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus
hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena
adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya.
Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme perlu
diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum
proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Inilah dasar dari marxisme.

2. Pemikiran dan Tokoh-tokoh Marxisme


 Karl Henrich Marx
Pemikiran Marx tentang ide-ide sosialis, perjuangan masyarakat kelas bawah, terutama
disebabkan karena ia lahir di tengah pertumbuhan industri yang berbasis
kapitalis.Perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan buruh dengan jam kerja yang sangat
panjang setiap hari , yang sifatnya paten dan dengan upah yang sangat minim. Upah yang
sangat minim yang diperoleh para buruh, bahkan hanya cukup membiayai makan sehari.
Marx melihat kelas sosial yang tercipta berdasarkan hubungan kerja yang terbangun antara
para pemilik modal dan buruh sangat bertentangan dengan prinsip keadilan.

Mengembalikan kesadaran manusia untuk memaknai hidupnya adalah inti dari pemikiran
Marx. Sistem kapitalisme telah membawa alam kesadaran para buruh pada kondisi
keterasingan (alienasi). Menurut Marx ada empat aspek utama yang membuat kita
teralienasikan dari kerja kita di bawah kapitalisme, yakni:
1. Alienasi dari produk terlihat dari pola pekerja yang memproduksi sebuah objek
namun tidak berkuasa untuk menggunakan atau memiliki obyek tersebut.
2. lienasi dari aktivitas produksi
3. Alienasi dari esensi-spesies
4. Bekerja dengan jam kerja yang panjang, para buruh sangat susah memperoleh waktu
untuk berinteraksi dengan orang lain, bahkan terkadang waktu untuk keluarga pun
tereduksi oleh pekerjaan.
Menurut Sidney Hook ada tiga pemikiran besar Karl Marx yang mempengaruhi
perkembangan masyarakat:
a). Materialisme Historis (dialektika), sekalipun segala sesuatu dalam masyarakat saling
berhubungan dan berbagai hal saling mempengaruhi kuci atau basis dalam masyarakat adalah
cara produksi ekonomi
b). Teori Perjuangan Kelas, yang dikemukakan pada bagian pertama karya Karl Marx,
Manifesto Komunis. Konflik yang utama dalam kelas adalah antara kapitali dan proletar.
Sedang ideology hanya menjadi alat legitimasi kepentingan memiliki modal dan alat-alat
produksi (kapitalis).
c). Teori Nilai dan Teori Nilai Lebih, masyarakat kapitalis akan tumbuhterus dan akhirnya
akan menimbulkan kesengsaraan masal sehingga suatu perubahan masyarakat akan terjadi.

 Friederich Engels
Selain Karl Marx, Friederich Engels juga dikenal sebagai sosok yang sangat
berpengaruh dalam aliran Marxisme. Pada tahun 1844 Engels mulai ikut berkontribusi dalam
jurnal radikal yang ditulis oleh Karl Max di Paris. Kolaborasi tulisan Engels dan Marx yang
pertama adalah The Holy Family. Mereka berdua sering disebut ‘Bapak Pendiri Komunisme”
dimana beberapa ide yang berhubungan dengan Marxisme sudah keliatan.
Bersama Karl Marx ia menulis Manifesto Partai Komunis. Setelah Karl Marx
meninggal, ialah yang menerbitkan jilid-jilid lanjutan bukunya yang terpenting Das Kapital.
Das Kapital adalah suatu pembahasan yang mendalam tentang ekonomi politik, dan buku ini
merupakan suatu analisis kritis terhadap kapitalisme dan aplikasi praktisnya dalam ekonomi
dan juga dalam bagian tertentu, merupakan kritik terhadap teori-teori terkait lainnya.

 Mao Zedong
Mao banyak berpikir tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar sosialisme
dan penerapan gagasan-gagasan ini dalam praktek. Konsep falsafi Mao yang terpenting
adalah konflik. Menurutnya: “Konflik bersifat semesta dan absolut, hal ini ada dalam proses
perkembangan semua barang dan merasuki semua proses dari mula sampai akhir”. Mau jadi
berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut, jadi dengan kata lain bersifat
abadi.
Konsep Mao kedua yang penting adalah konsepnya mengenai pengetahuan yang
juga ia ambil dari paham Marxisme. Mao berpendapat bahwa pengetahuan merupakan
lanjutan dari pengalaman di alam fisik dan bahwa pengalaman itu sama dengan keterlibatan.
Mau membedakan dua jenis konflik; konflik antagonis dan konflik non-antagonis.

C. MATERIALISME
1. Aliran Materialisme
Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat
dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan
semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi.
Sebagai teori, materialisme termasuk paham ontologi monistik. Akan tetapi, materialisme
berbeda dengan teori ontologis yang didasarkan pada dualisme atau pluralisme. Dalam
memberikan penjelasan tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan dengan
idealisme.
Materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti roh, hantu, setan dan
malaikat. Pelaku-pelaku immaterial tidak ada. Tidak ada Tuhan atau dunia adikodrati.
Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas
materi.
Materi dan aktivitasnya bersifat abadi. Tidak ada penggerak pertama atau sebab
pertama. Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran yang kekal. Semua gejala berubah, akhirnya
melampaui eksistensi, yang kembali lagi ke dasar material primordial, abadi, dalam suatu
peralihan wujud yang abadi dari materi.
Namun demikian, pada dasarnya Materialisme merupakan sebuah faham yang
menekankan keunggulan faktor-faktor material atas yang spiritual dalam metafisika, teori
nilai, fisiologi, epistimologi, ataupun penjelasan historis. Terdapat cukup banyak defenisi
yang berusaha untuk menjabarkan apa dan bagaimana Materialisme itu sendiri. Suatu kutub
ekstrem, memahami Materialisme sebagai sebuah keyakinan bahwa tidak ada sesuatu
melainkan materi yang sedang bergerak, pikiran, ruh, kesadaran ataupun jiwa tidak lebih dari
Materialisme yang sedang bergerak. Sedangkan kutub ekstrem lainnya, meyakini adanya
fikiran walaupun hanya sebuah manifestasi dari perubahan ataupun pergerakan material dan
sama sekali tergantung oleh materi.
Dalam perkembangannya, Materialisme cukup tegas dalam menekankan bahwa
tidak adanya hantu, roh, setan, malaikat, ataupun pelaku-pelaku immateri. Setiap perubahan
(peristiwa, aktifitas) mempunyai sebab material, oleh karena itu penjelasan material
merupakan penjelasan yang paling tepat untuk menjelaskan segala fenomena yang ada.
Dikarenakan realitas satusatunya adalah materi, tentu segala sesuatu dalam alam semesta
dapat dijelaskan dalam kerangka material (fisik), tidak ada Allah ataupun dunia suprantural,
karena segala sesuatu merupakan manifestasi dari materi.

2.Pemikiran dan Tokoh-tokoh Materialisme


 Demokritos
Demokritos merupakan seorang filsuf dari ilmuwan kuno yang hidup sekitar tahun
460-370 SM yang berasal dari Yunani, ia merupakan tokoh yang mengembangkan pemikiran
tentang atom. Maka dari itu pemikirannya terhadap aliran materialism ini yaitu ia
berpendapat bahwa segala sesuatu itu berasal dari bagian yang tidak dapat dibagi, yaitu atom.
Maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang diperoleh itu berdasarkan atom.
Pemikirannya tentang dunia dan seluruh realitas tercipta karena atom-atom yang berbeda
bentuk saling mengait satu sama lain. Atom-atom yang berkaitan itu kemudian mulai
bergerak berputar, dan makin lama makin banyak atom yang ikut ambil bagian dari gerak
tersebut.
Kumpulan atom yang lebih besar tinggal di pusat gerak tersebut sedangkan
kumpulan atom yang lebih halus dilontarkan ke ujungnya. Demikianlah dunia terbentuk Dan
menurutnya nilai hidup tertinggi manusia adalah keadaan batin yang sempurna, dan dapat
dicapai apabila manusia bisa menyeimbangkan semua faktor didalam kehidupannya.

 Ludwig Veuerbach
Merupakan seorang tokoh filsuf serta pelopor yang mendukung filsafat materialisme
yang berasal dari Jerman. Pemikirannya dalam aliran materialisme ini yaitu menurutnya yang
ada hanyalah materi, dan tidak mengenal alam spiritual. Ia berkeinginan untuk mengubah
Idealisme yang di gagas oleh Hegel dengan Materialisme. Karena menurutnya yang ada
hanyalah materi dan tidak mengenal alam spiritual, selain itu ia juga mencanangkan etika
yang humanistic.

 Thomas Hobbes
Tomas Hobbes berusaha menghidupkan kembali Materialisme dengan
memperluasnya bahasa dan epistimologi. Pandangannya yang terkenal adalah konsep
manusia dari sudut pandang empirisme-Materialisme. Hobes menyatakan bahwa persepsi dan
operasi mental bekerja dengan fantasi indra. Dan sama sekali bergantung kepada materi.
Pandangan Hobes ini kemudian mengantarkan paham Materialisme ke-fase selanjutnya .
Materialisme telah menyadari bahwa materi adalah sesuatu yang terikat oleh ruang dan waktu
sehinga materi tunduk kepada hukum-hukum alam, dalam dataran ini materi dapat dipahami
dengan cara mekanis.

 Feurbach
Feurbach salah seorang murid Hegel mengasumsikan bahwa yang nyata ialah benda.
Berbeda dengan Hegel, bagi Feurbach bukan Roh yang menjadi titik pangkal,tetapi materi,
satu-satunya yang ada adalah alam. Karena manusia merupakan bagian dari alam, maka
sudah seharusnya manusia menerima hidup ini dengan apa adanya, tanpa adanya permohonan
(doa) yang utopis karena agama hanyalah sebuah usaha untuk merubah arah yang tidak
mungkin akan terjadi.
Feurbach juga mengasumsikan adanya keterasingan manusia terhadap dirinya
sendiri, keterasingan ini diawali dengan suatu keadaan dimana manusia merasa lemah dalam
menghadapi alam semesta dalam mempertahankan eksistensinya. Teori Feurbach
mengantarkan Karl Marx untuk merubah anggapan tentang kebendaan yang selama ini hanya
berkisar tentang segala susuatu yang tampak dankemudian menggeser anggapan tersebut .
Penggeseran anggapan ini seiring dengan adanya pemberian defenisi baru tentang
materi. Menurutnya, materi tidak hanya sebuah kebendaan di luar manusia melainkan
kesadaran manusia beserta pergerakan masyarakat dapat dikategorikan kedalam materi.

C.FENOMOLOGI
1. Aliran Fenomologi
Fenomenologi adalah studi tentang Phenomenon. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani Phainein berarti menunjukkan. Dari kata ini timbul kata Pheinomenon berarti yang
muncul dalam kesadaran manusia. Dalam fenomenologi, ditetapkan bahwa setiap gambaran
pikir dalam pikiran sadar manusia, menunjukkan pada suatu hal keadaan yang disebut
intentional (berdasarkan niat atau keinginan).
Secara harfiah, fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham yang
menganggap bahwa fenomenalisme adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.
Fenomenalisme juga adalah suatu metode pemikiran. Fenomenologi merupakan sebuah
aliran. Yang berpendapat bahwa, hasrat yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dapat
dicapai melalui pengamatan terhadap fenomena atau pertemuan kita dengan realita.
Karenanya, sesuatu yang terdapat dalam diri kita akan merangsang alat inderawi yang
kemudian diterima oleh akal ( otak ) dalam bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis
dengan jalan penalaran. Penalaran inilah yang dapat membuat manusia mampu berpikir
secara kritis.
Fenomenologi merupakan kajian tentang bagaimana manusia sebagai subyek
memaknai obyek-obyek di sekitarnya. Ketika berbicara tentang makna dan pemaknaan yang
dilakukan, maka hermeneutik terlibat di dalamnya. Pada intinya, bahwa aliran fenomenologi
mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita ketahui sekarang ini merupakan
pengetahuan yang kita ketahui sebelumnya melalui hal-hal yang pernah kita lihat, rasa,
dengar oleh alat indera kita.
Fenomenologi merupakan suatu pengetahuan tentang kesadaran murni yang dialami
manusia. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat difahami bahwa fenomenologi berarti
ilmu tentang fenomenon-fenomenon apa saja yang nampak. Sebuah pendekatan filsafat yang
berpusat pada analisi terhadap gejala yang menampakkan diri pada kesadaran kita.

2.Pemikiran dan Tokoh-Tokoh Fenomenologi


 Edmund Husserl (1859-1938)
Menurut Husserl, memahami fenomenologi sebagai suatu metode dan ajaran filsafat.
Sebagai metode, Husserl membentangkan langkah-langkah yang harus diambil agar sampai
pada fenomeno yang murni. Untuk melakukan itu, harus dimulai dengan subjek (manusia)
serta kesadarannya dan berusaha untuk kembali pada kesadaran murni. Sedangkan sebagai
filsafat, fenomenologi memberikan pengetahuan yang perlu dan essensial tentang apa yang
ada. Dengan kata lain, fenomenologi harus dikembalikan kembali objek tersebut.
Metode fenomenologi menurut Husserl, menekankan satu hal penting yaitu,
penundaan keputusan. Penundaan keputusan harus ditunda (epoche) atau dikurung
(bracketing) untuk memahami fenomena. Pengetahuan yang kita miliki tentang fenomena itu
harus kita tinggalkan atau lepaskan dulu, agar fenomena itu dapat menampakkan dirinya
sendiri.
Untuk memahami filsafat Husserl ada beberapa kata kunci yang perlu diketahui,
diantaranya:
1. Fenomena adalah realitas esensi atau dalam fenomena terkandung pula nomena
(sesuatu yang berada di balik fenomena)
2. Pengamatan adalah aktivitas spiritual atau rohani.
3. Kesadaran adalah sesuatu yang intensional (terbuka da terarah pada subjek
4. Substansi adalah kongkret yang menggambarkan isi dan stuktur kenyataan dan
sekaligus bisa terjangkau.
Namun, menurut para pengikut fenomenologi suatu fenomena tidak selalu harus
dapat diamati dengan indera. Sebab, fenomena dapat juga dilihat atau ditilik secara ruhani
tanpa melewati indera, fenomena tidak perlu suatu peristiwa.

 Max Scheller (1874-1928)


Scheller berpendapat bahwa metode fenomenologi sama dengan cara tertentu untuk
memandang realitas. Dalam hubungan ini kita mengadakan hubungan langsung dengan
realitas berdasarkan intuisi (pengalaman fenomenologi).
Menurutnya ada 3 fakta yang memegang peranan penting dalam pengalaman
filsafat. Diantaranya:
1. natural, yaitu berdasarkan pengalaman inderawi yang menyangkut benda-benda
2. yang nampak dalam pengalaman biasa.
3. Fakta ilmiah, yaitu yang mulai melepas diri dari penerapan inderawi yang langsung
dan semakin abstrak.
4. Fakta fenomenologis, merupakan isi intuitif yang merupakan hakikat dari pengalaman
langsung.

 Martin Heidegger (1889-1976)


Menurut Heidegger, manusia itu terbuka bagi dunianya dan sesamanya. Kemampuan
seseorang untuk bereksistensi dengan hal-hal yang ada di luar dirinya karena memiliki
kemampuan seperti kepekaan, pengertian, pemahaman, perkataan atau pembicaraan. Bagi
Heidegger untuk mencapai manusia utuh maka manusia harus merealisasikan segala
potensinya meski dalam kenyataannya seseorang itu tidak mampu merealisasikannya. Ia tetap
sekuat tenaga tidak pantang menyerah dan selalu bertanggungjawab atas potensi yang belum
teraktualisasikan.
Dalam perspektif yang lain mengenai sesosok Heidegger menjadi salah satu filsafat
yang fenomenal yaitu bahwa ia mengemukakan tentang konsep suasana hati (mood). Seperti
yang kita ketahui bahwa dengan suasana hatilah kita diatur oleh dunia kita, bukan dalam
pendirian
Pengetahuan observasional yang berjarak. Biasanya, dengan posisi kita yang sedang
bersahabat dengan suasana hati, maka kita akan bisa mengenali diri kita yang sesungguhnya.
Karena suasana hati bisa menjadi tolak ukur untuk mengetahui hakikat diri dengan
banyaknya pertanyaan yang muncul seperti pencarian jati diri siapa kita sesungguhnya, apa
kemampuan kita, dan apa kekurangan atau kelebihan yang kita miliki, bagaimanakah
kehidupan kita yang selanjutnya dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Konsep inilah yang
menguatkan pendapat banyak orang mengenai sesosok orang yang mampu melihat noumena
dan phenoumena.
 Maurice Merlean-ponty (1908-1961)
Sebagaimana halnya Husserl, ia yakin seorang filosof benar-benar harus memulai
kegiatannya dengan meneliti pengalaman. Pengalamannya sendiri tentang realitas, dengan
begitu ia menjauhkan diri dari dua ekstrim yaitu :Pertama hanya meneliti atau mengulangi
penelitian tentang apa yang telah dikatakan orang tentang realita, dan Kedua hanya
memperhatikan segi-segi luar dari pengalaman tanpa menyebut-nyebut realitas sama sekali.
Walaupun Marlean-Ponty setuju dengan Husserl bahwa kitalah yang dapat
mengetahui dengan sesuatu dan kita hanya dapat mengetahui benda-benda yang dapat dicapai
oleh kesadaran manusia, namun ia mengatakan lebih jauh lagi, yakni bahwa semua
pengalaman perseptual membawa syarat yang essensial tentang sesuatu alam di atas
kesadaran.
Oleh karena itu deskripsi fenomenologi yang dilakukan Marlean-Ponty tidak hanya
berurusan dengan data rasa atau essensi saja, akan tetapi menurutnya, kita melakukan
perjumpaan perseptual dengan alam. Marlean-Porty menegaskan sangat perlunya persepsi
untuk mencapai yang real.

D. EKSISTENSIALISME
1. Aliran Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal
kepada eksistensi. Secara umum eksistensi berarti keberadaan. Secara khusus eksistensi
adalah cara manusia berada di dalam di dunia. Cara manusia berada di dalam dunia berbeda
dengan cara berada benda-benda. Benda-benda tidak sadar akan keberadaannya. Berbeda
dengan manusia. Benda-benda menjadi lebih berarti karena manusia. Untuk membedakan dua
cara berada ini di dalam filsafat eksistensialisme dikatakan, bahwa benda-benda “berada”,
sedangkan manusia “bereksistensi”. Jadi hanya manusia yang bereksistensi.
Filsafat eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa cara berada
manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia berada di dalam dunia; ia menyadari dirinya
berada di dunia. Manusia menghadapi dunia, menghadapi dengan mengerti yang dihadapinya
itu. Manusia mengerti guna pohon, batu dan salah satu di antaranya ialah ia mengerti bahwa
hidupnya mempunyai arti. Artinya bahwa manusia sebagai subjek. Subjek artinya yang
menyadari, yang sadar.
Barang-barang yang disadarinya disebut objek. Jadi dapat disimpulkan bahwa
eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu
selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar
akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya
.
2.Pemikiran dan Tokoh-Tokoh Eksistensialisme
 Soren Aabye Kierkegaard
Kierkegaard lahir di Kopenhagen, Denmark pada 5 Mei 1813, Ia dianggap sebagai
bapak eksistensialisme. Bagi Kierkegaard eksistensi berarti: kepenuhan ada, dalam mana
individu karena persetujuannya dan kemauannya yang merdeka, yaitu karena sikapnya
terhadap manusia dan barang lain, menjadikan dirinya subjek yang konkrit yang ada pada
tiap-tiap saat. Ia berpendapat demikian, karena menurut dia kebenaran itu tidaklah terdapat
pada suatu system yang umum melainkan ada yang konkrit, dalam eksistensi yang individual.
Inti pemikirannya adalah eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang statis tetapi senantiasa
menjadi, manusia selalu bergerak dari kemungkinan menuju suatu kenyataan, dari cita-cita
menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi ditekankan harus ada keberanian dari manusia untuk
mewujudkan apa yang ia cita-citakan atau apa yang ia anggap kemungkinan.
 Karl Jaspers,
Karl Jaspers lahir di kota Oldenburg, Jerman Utara, pada tahun 1883. Pokok
persoalan filsafat yang paling peting baginya adalah bagaimana dapat menangkap “ada” atau
“berada” dalam eksistensi sendiri. Menurut Jasper “ada” bukanlah hal yang objektif, yang
dapat diketahui semua orang. Sebuah benda yang konkrit bukanlah “ada” dalam arti umum.
Benda tertentu yang konkrit itu (meja, kursi, dan sebagainya) adalah suatu “ada” tertentu,
yang terbatas. Maka benda bukanlah seluruh “ada”. “Ada” dalam arti yang sebenarnya, “ada”
yang umum, meliputi, merangkumkan segala yang berada secarater batas dan tertentu. “Ada”
ini dapat diraih, tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori. “Ada” yang demikian ini disebut
das Ungreifende (yang merangkumi).
Agar kita mengerti apa yang disebut eksistensi oleh Jaspers, kita harus mulai dengan
menganalisa situasi dengan menganalisa apa yang olehnya disebut situasi. Di dalam situasi
ini secara eksistensial kita menemukan diri kita sendiri. Eksistensi diungkapkan sebagai
perbuatan, sebagai pemilihan, sebagai kebebasan.
Jaspers memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada dirinya
sendiri. Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang menggunakan dan mengatasi
semua pengetahuan obyektif, sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri.

 Martin Heidegger
Martin Hiedegger lahir di Messkirch, Jerman, 26 September 1889 ± merupakan
pemikir yang ekstrim, hanya beberapa filosof saja yang mengerti pemikiran Heidegger.
Pemikiran Heidegger selalu tersusun secara sistematis. Tujuan dari pemikiran Heidegger
pada dasarnya berusaha untuk menjawab pengertian dari ‘being´.
Heidegger berpendapat bahwa keberadaan itu terletak pada eksistensinya. Bagi
Heidegger, pemaknaan terhadap manusia harus dilihat secara ontologisme, yakni kehadiran
manusia dalam pentas kehidupan sudah menjadikan dirinya sebagai keprihatinan atau
keterlibatan dengan segala yang berada di sekelilingnya. Sebagai “ada” dalam dunia sudah
melibatkan dirinya terhadap sesuatu, menggunakan sesuatu, memproduksi, mengerjakan
sesuatu, dan lain sebagianya. Keberadaan manusia adalah berhubungan dengan manifestasi
potensi mereka sebagai kemungkinan-kemungkinan eksistensi yang tidak pernah selesai
potensi mereka sebagai kemungkinan-kemungkinan eksistensi yang tidak pernah selesai,
sekaligus menyatu atau terikat dengan keberadaan benda-benda lain yang mengitarinya. Atas
dasar kenyataan itulah, Heidegger ingin menyibak makna “ada” melalui ontologi
fundamental. Ia berusaha menyelidiki makna “ada” yang mengada di situ (dasein), yang tidak
lain adalah eksistensi manusia sendiri. Persoalan eksistensi manusialah yang kemudian
menjadi perhatian dan unit analisis filsafat Heidegger.
Inti pemikirannya adalah keberadaan manusia diantara keberadaan yang lain, segala sesuatu
yang berada diluar manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu sendiri, dan benda benda
yang ada diluar manusia, baru mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia karena
benda-benda yang berada diluar itu selalu digunakan manusia pada setiap tindakan dan tujuan
mereka.

 Jean Paul Sartre


Jean Paul Sartre ialah sosok yang dianggap mengembangkan aliran eksistensialisme.
Sartre
adalah seorang sastrawan dan filosof Perancis terkenal yang memperkenalkan
eksistensialisme dari sudut pandang atau perspektif estetika. Sartre sangat terkesan dengan
nasib manusia, termasuk nasib dirinya. Menurut Sartre titik tolak filsafat adalah kesadaran
(cogito), yaitu kesadaran yang saya miliki tentang diri saya sendiri. Dalam hal ini Sartre
mengikuti jalan pikiran Descartes. Tetapi esadaran diri itu tidaklah tertutup, melainkan
terarah pada dunia sebagaimana dikatakan Husserl. Menurut Sartre kesadaran akan diri
berbeda dengan kesadaran akan sesuatu. Suatu kesadaran yang tidak sadar atau suatu
aktivitas psikis yang tidak sadar sama sekali mustahil menurut Sartre. Kalau saya sadar
sesuatu berarti saya bukan sesuatu itu. Saya melihat lukisan di dinding sana atau gelas di
meja sini, itu berarti saya sadar bahwa saya bukanlah lukisan atau gelas. Sartre menyatakan,
eksistensi lebih dulu ada dibanding esensi. Manusia tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan
dan selama hidupnya ia tidak lebih hasil kalkulasi dari komitmenkomitmennya di masa lalu.
Karena itu, menurut Sartre selanjutnya, satu-satunya landasan nilai adalah kebebasan
manusia. Sartre menekankan pada kebebasan manusia, manusia setelah diciptakan
mempunyai kebebasan untuk menetukan dan mengatur dirinya. Konsep manusia yang
bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada dengan sadar dan bebas bagi diri
sendiri.

 Friedrich Nietzshe
Friedrich Nietzshe lahir di Rohen Jerman pada tanggal 15 Oktober tahun 1844.
Nietzcshe berpendapat bahwa kebenaran adalah hasil konstruksi atau ciptaan manusia sendiri,
yang berjiwa bagi mereka untuk melestarikan diri sebagai spesis. Pengetahuan dan kebenaran
sebagai perangkat yang efektif untuk mencapai tujuan bukan entitas yang trasenden dari
manusia. Kebenaran ilmiah tidak mungkin efektif karena hasil konstruksi manusia dan selalu
upaya melayani kepentingan dan tujuan tertentu manusia. Menurutnya, manusia yang
bereksistensi adalah manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan
untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super yang mempunyai mental majikan
bukan mental budak. Dan kemampuan ini hanya dapat dicapai dengan penderitaan karena
dengan menderita orang akan berfikir lebih aktif dan akan menemukan dirinya sendiri.
Pemikiran filsafat Nietzsche terarah pada upaya melahirkan ide yang bisa menjadi jalan
keluar untuk menjawab pertanyaan filosofisnya, yaitu “bagaimana cara menjadi manusia
unggul”. Jawabannya adalah manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai keberanian untuk
merealisasikan diri secara jujur dan berani.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Marxisme adalah sebuah paham yang berdasar pada pandangan-pandangan Karl Marx.
Marxisme adalah paham yang bertujuan untuk memperjuangkan kaum Proletar untuk
melawan kaum Borjuis. Teori Marxisme yang secara umum dipandang sebagai dasar ideologi
kom nisme dicetuskan dan dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engel. Marxisme
mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada
kehidupan sosial. Tokoh-tokoh aliran ini yaitu Karl Marx, Friederich Engel, Mao Zedong,dll
Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan
benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua
fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi. Tokoh-tokoh
aliran ini adalah Demokritos, Ludwig Veuerbach, Thomas Hobbes dan Feurbach.
Fenomenologi merupakan sebuah aliran. Yang berpendapat bahwa, hasrat yang kuat untuk
mengerti yang sebenarnya dapat dicapai melalui pengamatan terhadap fenomena atau
pertemuan kita dengan realita. Tokoh-tokoh Fenomenologi adalah Edmund Husserl, Max
Scheller, Martin Heidegger, Maurice Merlean-pontry. Eksistensialisme adalah filsafat yang
memandang segala gejala dengan berpangkal kepada eksistensi atau keberadaan. Aliran
filsafat ini menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia
berada di dalam dunia; ia menyadari dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi dunia,
menghadapi dengan mengerti yang dihadapinya itu. Tokohtokoh aliran ini adalah Soren
Aabye Kierkegaard, Karl Jaspers, Martin Heidegger, Jean Paul Sartre, Friedrich Nietzshe.
DAFTAR PUSTAKA
Maksum, Ali. 2008. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme.
Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
AL–BANJARI, Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman, ALIRAN EKSISTENSIALISME
DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM, Vol. 14, No. 1, Januari-Juni
2015, hal.1-24 Muzairi. 2002. Eksistensialisme Jean Paul Sartre. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mantra, Ida Bagus. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000. ISBN: 979-
9289-61-0.

Anda mungkin juga menyukai