Anda di halaman 1dari 13

KARL MARX DAN FILSAFAT MAERIALISME

Diajukan untuk Memehnuhi Tugas Mata Kuliah

“Filsafat Umum”

Dosen Pengampu :

Abdul Rosyid, M.A.

Disusun oleh :

1. Briska Ayoung Briliana (934400920)


2. Moch Syeid Quthbudin Alfarabi (934402320)
3. Aditya Rizki Amanah Evi (934403820)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. serta sholawat serta salam kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “KARL MARX DAN FILSAFAT MAERIALISME” dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan
tugas mata kuliah Filsafat Umum. Makalah ini ditugaskan secara kelompok yang tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak, baik dukungan moril ataupun materil selama proses pengerjaan.

Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Rosyid,
M.A. selaku dosen mata kuliah “Filsafat Umum” yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas ini. Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengundang para pembaca untuk
memberikan kritik serta saran yang dapat memotivasi penyusun agar lebih baik untuk
kedepannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaaat bagi penyusun
maupun bagi pembaca.

Kediri, 3 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................................1

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................2

BAB I

PENDAHULUAN ...............................................................................................................................3

A. Latar Belakang .........................................................................................................................3


B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................3
C. Tujuan ......................................................................................................................................3

BAB II

PEMBAHASAN ....................................................................................................................................

A. Karl Marx...................................................................................................................................
B. Filsafat Materialisme
a) Pengertian ............................................................................................................
b) Sejarah Lahirnya Aliran Materialisme ................................................................
c) Perkembangan Aliran Filsafat Materialisme .......................................................
C. Pendekatan Materialisme Historis Karl Marx
a) Kelas pandangan Karl Marx ...............................................................................
b) Ajaran Tentang Nilai Surplus .............................................................................
c) Agama Candu .....................................................................................................
d) Islam dan Karl Marx ...........................................................................................
e) Kritik Pemikiran Marx ........................................................................................

BAB III

PENUTUP .............................................................................................................................................

A. Kesimpulan.................................................................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Karl Marx adalah seorang filosof, sosiologi, ekonomi, politisi dan aktivis yang
menyebut pemikirannya sebagai kritik politik ekonomi dari perspektif kaum proletar
yang dikenal sebagai filsafat kritis. Pemikiran Marx menjadi rujukan banyak ilmuan
dan sangat relevan sebagai pisau analisis. Karya Marx sangat banyak, namun
karyanya yang paling sangat mewarnai dalam pemikirannya adalah Das Kapital yang
menjelaskan tentang pemahaman filosofi keadilan sosial dengan mengambil kasus
ketidak adilan dalam ekonomi dan didasarkan pada pemikiran epistimologi yang
sangat terkenal yaitu dialectical and historical materialism. Imajinasi sosialisme Marx
untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas, tanpa penindasan, dan tanpa alienasi
masih selalu diperdebatkan. Teori Marx berakar dari suasana intelektual abad ke-19.
Seperti realitas yang lain, sejarah dapat menjadi sasaran studi ilmiah. Dengan studi
ilmiah dimungkinkan menentukan makna, pola, dan kecenderungan dalam kejadian
sejarah, bahkan dalam skala sejarah dunia. Marx juga mengikuti filosof Jerman yang
sezaman dengannya, yaitu Feuerbach dengan membangun filsafat materialistisnya
sendiri yang berbeda dari Hegelianisme.

B. RUMUSAN MASALAH
A. Siapa itu Karl Marx
B. Apa itu Filsafat Materialisme
a) Pengertian
b) Sejarah Lahirnya Aliran Materialisme
c) Perkembangan Aliran Filsafat Materialisme
C. Bagaimana Pendekatan Materialisme Historis Karl Marx
a) Kelas pandangan Karl Marx
b) Ajaran Tentang Nilai Surplus
c) Agama Candu
d) Islam dan Karl Marx
e) Kritik Pemikiran Marx

C. TUJUAN
A. Mengetahui Karl Marx
B. Mengetahui Filsafat Materialisme
a) Pengertian
b) Sejarah Lahirnya Aliran Materialisme
c) Perkembangan Aliran Filsafat Materialisme
C. Mengetahui Pendekatan Materialisme Historis Karl Marx
f) Kelas pandangan Karl Marx
g) Ajaran Tentang Nilai Surplus
h) Agama Candu
i) Islam dan Karl Marx
j) Kritik Pemikiran Marx
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karl Marx

Karl Heinrich Marx nama asli dari Karl Marx lahir di Trier, Prussia (sekarang
Jerman), pada tanggal 5 Mei 1818. Dia dikenal sebagai seorang filosof dan ahli
ekonomi Jerman. Tahun 1841, Marx meraih gelar doktor filsafat dari Universitas
Berlin, dengan disertasi “The Difference between The Natural Philosophy of
Democritus and Epicurus”. Disertasi ini secara jelas menunjukkan Marx sangat
Hegelian, dan anti agama. Maka dari sinilah pemikiran Hegel sangat
mempengaruhinya dan akhirnya Marx menjadi pengikut Hegel yang kritis. Marx
tumbuh di tengah pergolakan politik yang dikuasai oleh kekuatan kapitalis para
Borjuis yang menentang kekuasaan aristokrasi feodal dan membawa perubahan
hubungan sosial. Setelah mendapat gelar doktor, Marx pindah ke Koln dan menjadi
pemimpin redaksi harian Die Rheinische Zitung, sebuah Koran liberal-progresif.

Setelah Marx menikah dengan Jenny Von Westphalen, dan pindah ke Paris ia
bertemu dengan Friedrich Engels (1820-1895) yang akhirnya menjadi sahabat Marx
dan menterjemahkan teoriteorinya. Marx juga berkenalan dengan tokoh-tokoh sosialis
Perancis yaitu St. Simon dan Proudhon. Atas permintaan pemerintah Prussia, ia diusir
oleh pemerintah Perancis dan pindah ke Brussel di Belgia. Bersama dengan Engels ia
menulis Manifesto Komunis yang terbit bulan Januari 1848. Sebelum kemudian
pecahlah revolusi 1848, semula di Perancis, kemudian juga di Prussia dan Austria
Marx kembali ke Jerman secara illegal, namun revolusi itu akhirnya gagal. Karena
diusir dari Belgia, Marx kemudian pindah ke London dan menghabiskan sisa
hidupnya di sana. Marx memulai tahap baru dalam hidup. Aksi-aksi praktis dan
revolusioner ditinggalkan dan perhatian dipusatkannya pada pekerjaan teroritis,
terutama pada studi ilmu ekonomi. Tahun-tahun itu merupakan tahun-tahun paling
sulit dalam kehidupannya. Ia tidak mempunyai sumber pendapatan yang tetap dan
hidup dari kiriman uang yang diberikan Engels. Tidak banyak teman Marx yang
peduli dengan kehidupannya, hal ini disebabkan oleh sikapnya yang sombong dan
otoriter. Akhirnya, baru 1867, terbit jilid pertama Das Kapital, karya utama Marx
yang memuat kritiknya terhadap kapitalisme. Pada tahun 1883 Marx menghembuskan
nafas terakhirnya.1

Karl Marx mengatakan bahwa perkembangan masyarakat berlangsung secara


historis dalam dimensi dielektika menyangkut segala peristiwa yang terjadi dalam
hidup manusia baik yang berhubungan dengan kerohanian maupun berhubungan
dengan materi. Karl Marx mensinyalir bahwa materi merupakan sesuatu yang harus
dicari oleh manusia, karena mampu menghidupkan, mengembangkan, dan
membahagiakan manusia, karena itu manusia harus mengejar materi dengan cara
bekerja, berkarier, menciptakan atau melahirkan sistem produksi ekonomi untuk

1
Irzum Farihah,” Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan’’ Volume 3, No. 2, Desember 2015, hal. 435-436.
mewujudkan ekonomi yang berbasis pada ajaran komunis. Ajaran materialisme
menggambarkan bahwa sejarah manusia adalah sejarah yang menuju ke suatu
keadaan ekonomi tertentu, yaitu komunisme, dimana dalam sistem ini milik pribadi
akan diganti dengan milik bersama. Perkembangan menuju fase sejarah ini akan
berlangsung secara mutlak dan tidak mungkin dihindarkan.2

B. Filsafat Materialisme
a) Pengertian
Aliran materialisme adalah suatu aliran yang lahir dari suatu pandangan
kebendaan tentang segala sesuatu yang ada didunia ini yang telah ada sejak
zaman klasik yunani ketika para filosof memikirkan tentang alam. Untuk
mengetahui lebih jelas tentang aliran materialisme, maka penulis akan
mengemukakan pengertian materialisme itu sendiri. Menurut kamus Ensiclopedia
Americana, materialisme adalah “all thingking including scientific and moral
deliberation, is Al-Inayah mechanical process.” (semua pemikiran termasuk alas
an ilmu pengetahuan dan gagasan pertimbangan moral merupakan suatu proses
secara mekanik). Sedangkan menurut kamus Ensiplopedia Indonesia,
materialisme adalah “teori yang mengatakan bahwa segala kenyataan hanya dapat
dimengerti dan dijelaskan dengan materi. Maka materialisme melawan pemikiran
yang menganggap bahwa kehidupan, kesadaran atau jiwa adalah etos atau potensi
mandiri. Kemudian menurut kamus popular internasional, materialisme adalah
“Suatu falsafah tentang kebendaan”. Menurut ajaran ini segala alam pikiran
manusia berpangkal tolak pada dunia yang melingkungi. Dengan demikian maka
apapun yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra dianggap tidak ada, demikian
pula Tuhan tidak ada juga (tidak mengakui Tuhan).
Dari beberapa defenisi yang penulis telah kemukakan dapat ditarik suatu
pengertian bahwa materialisme adalah suatu aliran filsafat yang menekankan
pada unsur materi sebagai hal yang azasi dan mengingkari adanya unsur rohani
dalam segala aspek. Dan mereka beranggapan bahwa segala sesuatu di dunia ini
hanya ditentukan oleh materi. Selanjutnya pada abad modern, pengertian
materialisme mengalami perubahan dan perkembangan. Materialisme abad
modern merupakan suatu pandangan yang mengatakan bahwa alam secara
keseluruhan merupakan satu kesatuan material yang tak terbatas serta adanya
materi mendahului segala yang lainnya, dan dunia material ini adalah yang paling
awal sedangkan jiwa atau pemikiran adalah sesuatu yang datang kemudian. Dari
penjelasan yang penulis kemukakan tersebut, nampaklah bahwa aliran
materialisme meletakkan seluruh azas dan ukuran nilai serta berbagai proses yang
terjadi secara alamiah maupun proses rohaniah, dipandang seluruhnya sebagai
akibat dari suatu proses material yang senantiasa terjadi dalam kehidupan di
alam.3

2
Fuadi,” METODE HISTORIS: SUATU KAJIAN FILSAFAT MATERIALISME KARL MARX”, Substantia, Volume 17
Nomor 2, Oktober 2015, hal. 220
3
M Hajir Nonci,”AL-INAYAH DAN AL-IKTIARA DALAM TEORI FILSAFAT MATERIALISME”, Sulesana, Volume 7
Nomor 2 Tahun 2012 hal : h41-42.
b) Sejarah Lahirnya Aliran Materialisme
Lahirnya gerakan materialistis dalam abad modern tindak lepas dari
pengaruh meluasnya pemikiran idealisme Hegel yang dipandang sebagai jalan
untuk mendapatkan kebenaran. Hal itu bermula dari komentar Hegel atas
pandangan yang dikemukakan oleh Leibniz tentang kesamaan antara materi dan
kwantitas, namun bagi Hegel kwantiras hanya dapat ditentukan oleh akan semata-
mata, sedangkan materi merupakan kegiatan berpikir menurut keberadaannya
yang berbentuk lahiriah. Menurut Hegel materi hendaknya diselami sebagai salah
satu kegiatan rohani menurut perwujudan lahiriah. Ia menegaskan bahwa materi
bukanlah barang yang ada sesungguhnya melainkan hanya ada dalam konsep,
cara beradanya materi ialah dalam konsep itu sendiri. Berangkat dari konsep
tersebut menjadilah ia suatu obyek pemikiran yang baru ialah materi, sehingga
materi tersebut bukanlah sesuatu yang dapat diraba dan dirasakan melainkan
sesuatu yang telah dihilangkan sifat-sifat indrawinya. Oleh karena itu materi
dalam pandangan Hegel tidak lain dari suatu konsep murni yang hanya ada dalam
pikiran.
Dalam perkembangan selanjutnya, pemikiran idealisme yang dipandang telah
menguasai alam pikiran barat, telah dirontokkan oleh adanya pertentangan-
pertentangan baru yang muncul berbarengan dengan perkembangan pesat dalam
bidang ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan kerohanian, sehingga
pemikiran terdahulu yang menyamaratakan antara materi dan kwantitas
sebagaimana yang dikemukakan oleh Leibniz dan Hegel mengalami peninjauan
kembali.4
c) Perkembangan Aliran Filsafat Materialisme
Filsafat materialisme pada abad modern kelahirannya berhubungan langsung
dengan pembicaraan tentang sesuatu yang konsepsional, yaitu sesuatu yang
bersifat abstrak. Julian De La Metrie (1709-1751) seorang dokter yang
meneruskan pandangan Rene Descartes pada abad ke 18. Dalam pandangan Rene
Descartes, tubuh manusia dianggap sebagai suatu mekanisme yang dikendalikan
oleh otak, sehingga segala kegiatan psikis seperti perasaan bersumber dari otak
yang bersifat material. Akan tetapi De La Metrie mengatakan bahwa kegiatan
berpikir itupun berasal dari materi yaitu otak itu sendiri, oleh Karena itu
pemikiran menurut De La Metrie tidak mempunyai substansi tersendiri
sebagaimana yang terdapat dalam pandangan Rene Descartes.
Aliran materialisme mengalami perkembangan yang pesat ketika Karl Marx
mengajukan suatu bentuk materialisme yang bersifat dialektis. Materialisme
dialektika yang diajukan oleh Karl Marx sangat mengabaikan akal dan segala
bentuk dualism dan supranaturalisme. Ia berpendapat bahwa kekuatan-kekuatan
material merupakan unsur yang menentang bagi masyarakat dan menentukan

4
Ibid, hal : 44
perkembangan evolusi serta fenomena-fenomena lain yang bersifat organik dan
manusiawi.5

C. Materialisme Historis Karl Marx


Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-
satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi.
Sistem berfikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham materialisme dialektika Karl
Marx. Marx menyanggah bahwa manusia adalah makhluk alamiah dalam obyek
alamiah. Dasar pemikiran materialisme sejarah Marx berasal dari karya Ludwig
Feuerbach (1804-1872). Michel Curtis dalam Watloly menjelaskan bahwa
materialisme sejarah Marx adalah materialisme dalam arti filosofis, bukan
materialisme praktis yang mengartikan materi sebagai kebenaran, dan tidak
bermakna. Materialisme sejarah Marx akan menunjukkan, bahwa di balik materi ada
kesadaran yang menggerakkan arah sejarah sehingga materialisme sejarah harus
difahami sebagai gerak materi yang menyejarah. Materi di sini dalam arti metode
pemikiran. Materi memiliki daya transformatif yang menyejarah. Marx memandang
bahwa hanya dalam kerja ekonomi itulah, manusia mengubah dunia.
Pandangan Marx yang menjadikan materi sebagai primer di atas, dikenal
dengan konsep materialisme historis yang berpendapat bahwa perilaku manusia
ditentukan oleh kedudukan materi, bukan pada ide karena ide adalah bagian dari
materi. Marx memetakan materialisme ke dalam materialisme historis dan
materialisme dialektis. Materialisme historis merupakan pandangan ekonomi terhadap
sejarah. Kata historis ditempatkan Marx dengan maksud untuk menjelaskan berbagai
tingkat perkembangan ekonomi masyarakat yang terjadi sepanjang zaman. Sedangkan
materialisme yang dimaksud Marx adalah mengacu pada pengertian benda sebagai
kenyataan yang pokok.
Filsafat materialisme beranggapan bahwa kenyataan berada di luar persepsi
manusia, demikian juga diakui adanya kenyataan objektif sebagai penentu terakhir
dari ide. Sedangkan filsafat idealism menegaskan bahwa segenap kesadaran
didasarkan pada ide-ide dan mengingkari adanya realitas di belakang ide-ide manusia.
Ada empat konsep sentral dalam memahami pendekatan materialisme historis
menurut Morisson dalam Damsar, yaitu: pertama, Means of Production (cara
produksi) yaitu sesuatu yang digunakan untuk memproduksi kebutuhan material dan
untuk mempertahankan keberadaan. Kedua, Relations of Production (hubungan
produksi), yaitu hubungan antara cara suatu masyarakat memproduksi dan peranan
sosial yang terbagi kepada individu-individu dalam produksi. Ketiga, Mode of
Production (mode produksi), yaitu elemen dasar dari suatu tahapan sejarah dengan
memperlihatkan bagaimana basis ekonomi membentuk hubungan sosial. Keempat,
Force of Production (kekuatan produksi), yaitu kapasitas dalam benda-benda dan
orang yang digunakan bagi tujuan produksi. Sedangkan Materialisme Dialektika,
merupakan ajaran Marx yang menyangkut hal ihwal alam semesta secara umum.
Menurut Marx, perkembangan sejarah manusia tunduk pada watak materialistik
dialektika. Jika teori ini diterapkan pada masyarakat, maka dalam pemikiran Marx
5
Ibid, hal : 45
disebut dengan materialisme historis. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa yang
menentukan struktur masyarakat dan perkembangan dalam sejarah adalah kelas-kelas
sosial. Prinsip dasar teori ini “bukan kesadaran manusia untuk menentukan keadaan
sosial, melainkan sebaliknya keadaan sosiallah yang menentukan kesadarn manusia.”
Lebih lanjut Marx berkeyakinan bahwa untuk memahami sejarah dan arah perubahan,
tidak perlu memerhatikan apa yang dipikirkan oleh manusia, tetapi bagaimana dia
bekerja dan berproduksi.

Agama Candu

Karl marx ketika membicarakan masalah agama terkadang dalam ungkapan yang
sangat baik, namun sebaliknya terkadang sangat kasar dan kejam. Menurut marx, agama
adalah sebuah ilusi. Rasa takut adalah sebuah ilusi dengan konsekuesi yang sangat
menyakitkan. Agama adalah bentuk ideology yang sangat eksrtrim dan paling nyata. Agama
adalah sebuah sintem yang mempunyai kepercayaan yang tujuan dapat memberikan alasan
dan hukum hukum agar seluruh tatanan dalam masyarakat dapat berjalan sesuai dengan
keinginan penguasa. Pada dasarnya agama sangat bergantung dengan kondisi ekonomi,
karena tidak satupun doktrin dan kepercayaan agama memiliki nilai nilai independen.
Meskipun doktrin satu agama berbada dengan agama lain, namun bentuk-bentuk spesifik
yang ada dalam berbagai masyarakat pada akhirnya tergantung kepada suatu hal, yaitu
kondisi suatu kehidupan yang pasti tergantung dengan kekuatan materi yang dapat mengatur
masyarakat dimanapun dan kapanpun. Agama dalam pandangan marx merupakan instrument
untuk memanipulasi dan menindas kelas subordinat dalam masyaraka. Pandangannya ini
tidak terlepas dari teori historis materialistisnya yang melihat masyarakat sebagai suatu moda
produksi. Marx memisalkan kehidupan produksi dengan ketaatan terhadap agama.
Menurutnya, semakin seseorang mengabdikan diri pada agamanya, dia semakin kehilangan
dirinya sendiri. dia semakin kehilangn dirinya sendiri. Dia akan dikuasai agamanya. Begitu
pula, kehidupan produksi. Semakin banyak orang berproduksi, semakin lupa ia akan dirinya
sendiri, apalagi terhadap masyarakat sekitarnya.

Semua institusi sosial, termasuk agama, didirikan atas dasar infrastruktur ekonomi
(yaitu, alat-alat produksi dan hubungan sosial dalam produksi) dan menyesuaikan diri dengan
tuntutan dan persyararatan yang dimiliki oleh infrastruktur ekonomi tersebut. Oleh
karenanya, infrastruktur dikuasai oleh orang atau kelompok yang memiliki, maka agama akan
melayani kepentingan para pemilik melalui berbagai ide, ritual, dan praktik keagamaan.
Dalam kondisi seperti ini, berbagai ide, ritual, dan praktik keagamaan menciptakan kesadaran
palsu bagi para kaum yang tidak memiliki. Ketidaksadaran kepentingan kelas objektif para
kaum yang tidak memiliki karena berbagai ide, ritual, dan praktik keagamaan inilah yang
menyebabkan Marx melihat agama sebagai candu, yang menciptakan masyarakat tidak sadar
akan kepentingan objektif mereka.

Islam dan karl marx

Dengan mengetahui pandangan Marx, tentunya sangat jauh dengan konsep keimanan
yan diajarkan Isam. Namun, hubungan umat Islam dengan Marxisme tidak selalu buruk.
Dalam sejarah, Marxisme pernah menjadi refrensi negara-negara Islam. Masih dalam ingatan
bahwa Soekarno pernah mengumandangkan NASAKOM, dengan tokoh agamanya saat itu
adalah Haji Misbach. Misalnya yang lain adalah Mesir yaitu mempunyai Nasser yang
menjalin hubungan dengan Uni Sovyet yang sangat kental. Sudan dengan partai Komunisnya.
Saddam Husein yang didukung partai sosialnya Baath di Irak dan lainnya. Hubungan baik
antara Islam dengan sosialisme ini dilakukan ketika umat Islam ingin melepaskan diri dari
belenggu imperialisme yang bergaya Eropa, yang berideologi kapitalis. Mereka
membutuhkan ideologi bandingan, yaitu sosialisme gaya Marxis-Leninis. Dalam Islam
sendiri dapat ditelusur dari perjuangan zaman nabi yang membebaskan kaum lemah. Islam
pada dasarnya adalah agama pembebasan umat manusia,45 hal ini disebabakan Makkah pada
zaman Nabi Muhammmad lahir, adalah salah satu pusat perdagangan dan transaksi komersial
internasional. Kondisi tersebut menjadikan Makkah sebagai pusat kapitalisme. Watak
kapitalisme mengakumulasi capital dan memutar demi keuntungan yang lebih besar ini,
melawan suku suku di semananjung arab pada saat itu.

Nabi Muhammmad adalah seorang revolusioner dalam ucapan maupun perbuatannya.


Beliau bekerja demi perubahan yang sangat radikal pada struktur masyarakat sosial pada
masanya. Beliau mengabaikan kemapanan di kotanya, yang telah dikuasai oleh orang-orang
kaya dan penguasa Makkah. Rumusan yang didakwahkan, La ilaha illa Allah, dengan
sendirinya sangat revolusioner dalam implikasi sosial ekonominya. Nabi Muhammmad tidak
hanya menolak berhala-berhala yang ada disekitar ka’bah, namun juga menolak mengakui
otoritas kelompok kepentingan yang berkuasa dan struktur sosial yang ada di masanya.
Perlawanan kepada Nabi Muhammmad saw oleh kaum kapitalis Makkah, pada dasarnya
disebabkan oleh ketakutan terhadap doktrin egalitarian yang dibawakan oleh Nabi
Muhammad saw. Oleh karena permasalahan yang terjadi antara kelompok elit Makkah
dengan Nabi Muhammmad saw bukanlah hanya persoalan keyakinan agama, namun lebih
pada kekhawatiran pada konsekuensi sosial ekonomi, dari doktrin nabi yang melawan segala
bentuk dominasi ekonomi, pemusatan dan monopoli harta, penimbunan dan pemborosan.

Kritik pemikiran marx

Karl Marx berpendapat bahwa selama manusia berproduksi dalam sistem


kepemilikan, manusia akan terus teralienasi. Hasil kerja yang seharusnya menjadi miliknya
dikuasai oleh orang lain. Aktivitasnya dalam kerja bukan diorientasikan untuk pengembangan
diri, namun untuk sesuatu di luar kerjanya. Pada akhirnya, di bawah sistem kepemilikan
manusia menjadi terasing dari dirinya sendiri dan sesamnya. Selain itu keterasingan juga
merusak relasi dalam masyarakat, baik bagi pekerja maupun kaum kapitalis. Semua itu
merupakan berangkat dari sistem kepemilikan dan pembagian kerja.

Hasrat kaum kapitalis untuk meningkatkan nilai lebih (surplus value) pada akhirnya
menyengsarakan kaum pekerja. Kaum pekerja menjadi tereksploitasi. Karl Marx
menggambarkan bahwa nilai lebih yang didapat kaum kapitalis adalah pencurian
ataueksploitasi yang dilakukan kaum kapitalis terhadap kaum pekerja. Kondisi yang dialami
kaum buruh, di mana Karl Marx melakukan penelitiannya (Paris, German dan Inggris) adalah
tidak lain disebabkan oleh konsepsi upah subsistensi yang dijalankan kaum kapitalis saat
itu.35 Konsep upah yang lahir dari gagasan Adam Smith itu, menyatakan bahwa ketika upah
yang diterima kaum buruh jatuh di bawah subsistensi, maka akan banyak kaum buruh yang
meninggal. Sebaliknya, jika upah yang diterima di atas subsistensi, maka kesejahteraan buruh
akan menigkat.36 Pengaruh konsep upah inilah, yang menyebabkan keterpurukan nasib kaum
buruh. Hasrat untuk memperoleh keuntungan besar, menjadi landasan kaum kapitalis untuk
menerapkan upah subsistensi. Di sisi lain, hasil kerja buruh dibandingkan upah yang diterima
jauh lebih besar dari hasil kerjanya. Ketidakadilan inilah yang digugat Karl Marx. Oleh
karena itu, Karl Marx menganggap adil upah yang diterima buruh, jika sesuai dengan hasil
kerjanya anya yang sesuai dengan hukum pasar. Dalam pandangan Islam, upah yang diterima
kaum buruh harus dapat mentransformasikan nilai-nilai keadilan sesuai kehendak syariah.
Oleh karena itu, para pemikir Islam memformulasikan cara penetapan upah yang adil. Di
antaranya adalah gagasan Baqir Sadr, yang menyatakan bahwa upah buruh dapat ditetapkan
dengan cara:37

1. Menghitung pengeluaran seorang buruh bersama keluarganya dalam batas


kebutuhan minimun, setelah itu baru bergantung pada keahlian dan senioritasnya.

2. Mendasarkan ganti rugi dengan mempertimbangkan hubungan buruh dalam


produksi atau sumbangan buruh terhadap produksi. Dalam hadits, Rasulullah SAW

menyatakan: ‫ أعطوا األجري قبل أن جيف عرقه‬٣٨ “

Bayarlah upah pekerja sebelum keringatnya mengering”.

Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa kaum buruh bukan hanya sebagai sarana
pemenuhan ambisi majikan, tanpa adanya perhatian terhadap kesejahteraannya, sebaliknya
buruh harus dipandang sebagai patner kerja. Sehingga Islam, memerintahkan untuk
memberikan upah pekerja sebelum keringatnya kering. Artinya kesejahteraan dan hak kaum
buruh haruslah benar-benar diperhatikan. Dalam kerangka ini, sebenarnya antara gagasan
Karl Marx dengan gagasan Islam tentang upah buruh terdapat titik singgungnya, yaitu
kesejahteraan buruh dan menggugat kesewenang-wenangan serta ketidakadilan yang
dilakukan kaum kapital. Hanya saja, pada ranah praksisnyalah unsur perbedaan kedua
pandangan tersebut. Islam cenderung untuk menyoroti prilaku kuasa individu-individu
(pemilik modal), sedangkan Karl Marx cenderung pada kerangka sistemnya (pembagian kerja
dan kepemilikan). yang sesuai dengan hukum pasar

Paham kepemilikan dalam Islam adalah kepemilikan ganda (multiownership).


Artinya, pada satu sisi Islam mengakui kepemilikan pribadi, sisi yang lain Islam juga
mengakui keberadaan kepemilikan umum (kolektif) dan negara. Islam memberikan
kebebasan setiap individu untuk memiliki harta benda, akan tetapi kebebasan dalam Islam
adalah kebebasan yang dibatasi kaidah-kaidah syara’. Harta dalam pandangan Islam adalah
sebatas amanah Allah, manusia hanya berhak menggunakannya. Milik mutlak hanya milik
Allah SWT. Oleh karena itu, segala bentuk aktivitas ekonomi dalam kaitannya memperoleh
harta, Islam mengajarkan prinsip “tawa>zun”, sehingga eksistensi menusia di bumi hanya
akan bernilai, jika seluruh aktivitasnya semata-mata didedikasikan untuk Allah.40 Dengan
demikian, pandangan Karl Marx yang menyatakan penghapusan kepemilikan pribadi adalah
bertentangan dengan pandangan Islam. penghapusan kepemilikan pribadi sebagai sumber
terjadinya alienasi dan eksploitasi adalah bertentangan dengan fitrah manusia. Setiap manusia
yang lahir diberikan hak dan preferensi untuk memiliki harta. Oleh karena itu sangat tidak
adil, manakala hak dan preferensi-preferensi tersebut dihapuskan

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai