Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EKONOMI POLITIK

“ PEMIKIRAN EKONOMI POLITIK KARL MAX


(SOSIALISME) ”

Oleh :
Kelompok 2

Ariswandi (17 0401 0169)


Nanda Usman (17 0401 0143)
Nirmayana N (17 0401 0162)
Eri Susan (17 0401 0138)

EKONOMI SYARIAH III D

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PALOPO
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur selalu terpanjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan
nikmat dan karunia-Nya, Kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “Ekonomi Politik”. Sholawat serta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia
Makalah ini adalah sebagai hasil dari tugas yang telah di berikan oleh
Ustadz Ahmad Syawal Senong Pakata, SE., M.M. Insya Allah, kami akan
membahas mengenai “Pemikiran Ekonomi Politik Karl Max (Sosialisme)”.
Mungkin ada di antara pembaca sekalian ada yang belum terlalu mengenal materi
ini. Begitu juga dengan kami.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini. Semogah makalah ini memberi wawasan dan menambah pengetahuan agama
kepada kita semua terutama kepada kami. Bagi kami pribadi, semogah makalah
yang hanya beberapa halaman ini menjadi ladang pahala dan sebagai kontribusi
kami dalam mengamalkan ajaran dari agama Islam. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Palopo, 15 Maret 2019

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 4
A. Latar Belakang................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.............................................................. 4
C. Tujuan Penulisan................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................... 6
A. Sosialisme sebelum Marx................................................. 6
B. Sosialisme Marx (Marxisme)............................................ 7
C. Sosialisme Demokrasi....................................................... 8
D. Ekonomi Politik Marxisme............................................... 9

BAB III PENUTUP............................................................................ 14


A. Kesimpulan........................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sosialisme dalam sistem ekonomi politik adalah sebuah sistem sosial
yang dilandaskan pada prinsip kebersamaan (komune), dimana pemilikan
alat-alat produksi (means of producion) dan distribusi adalah bersifat kolektif.
Dalam suatu masyarakat sosialis yang menonjol adalah kebersamaan, dan
salah satu bentuk yang paling tinggi adalah komunisme, di karenakan semua
keputusan ekonomi disusun, direncanakan, dan sekaligus dikendalikan oleh
negara.
Sosialisme sudah ada sebelum Marx, dimana pemikiran-pemikiran
atau gagasan tenang kebersamaan dan kolektivisme. Sosialisme adalah ajaran
dan gerakan mencari keadilan di dalam kehidupan kemanusiaan, sosialisme
pada waktu itu memandang sebagai sebab yang pokok dari ketidak adilan
yang terdapat diantara kemanusiaan ialah ketidakadilan didalam pembagian
rezeki di dunia. Kebanyakan umat manusia hidup didalam kekurangan dan
kemelaratan sedang sebagian terkecil hidup dalam keadaaan yang berlebihan
(dalam kemewahan). Sosialisme menetang keadaan yang pincang dan tidak
adil itu dan ia mengkehendaki serta menuntut suatu pembagian rezeki yang
lebih merata dan oleh karena itu adil.
Namun dalam realitanya sosialisme tidak berjalan dengan yang di
fikirkan oleh pemikir-pemikir gagasan atau ide sosialime hanya menjadi suatu
angan-angan saja, lebih tepatnya tidak pada dunia nyata. Dengan demikian
penulis akan membahas apa dan bagaimana Sosialisme sebelum Marx,
Sosialisme Marx, Sosialisme Demokrat, dan Ekonomi Politik Marxis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang di atas, maka masalah yang
akan dikaji oleh penulis ialah:

4
1. Apa yang dimaksud Sosialisme sebelum Marx?
2. Apa yang dimaksud Sosialisme Marx (Marxisme)?
3. Bagaimana Sosialime Demoratis
4. bagaimana Ekonomi Politik Marxisme?

C. Tujuan Penulis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui Sosialisme sebelum Marx
2. Untuk mengetahui Sosialisme Marx (Marxisme)
3. Untuk mengetahui Sosialisme Demokrasi
4. Untuk mengetahui Ekonomi Politik Marxisme

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sosialisme Sebelum Marx


Ide sosialisme sebelum Marx sifatnya “utopis”. Istilah “utopis”
pertama kali muncul dalam judul buku “Utopia” yang ditulis oleh Thomas
More (1478-1535), yang isinya berupa pandangan tentang sebuah
“masyarakat sempurna” yang hidup dalam suatu komunitas. Namun utopia
pertama dalam sejarah sebetulnya ditulis dalam bahasa Yunani Kuno sekitar
380 SM oleh plato dalam bukunya yang berjudul “Republika”. Dalam buku
tersebut Plato telah menggambar-gemborkan bentuk negara ideal yang
dirancang, diatur dan dikendalikan oleh ahli filsafat.1
Namun gagasan sosialisme yang di kemukakan oleh plato hingga
Thomas More, Tomas Campanella, Francis Bacon dan James Harrington
dikatgorikan sebagai sosialisme utopis. Di karenakan pemikiran-pemikiran
mereka hanyalah dalam bentuk ide atau gagasan tidak dalam dunia nyata.
Tetapi, walaupun hanya di tuangkan dalam bentuk ide atau gagasan yang
mereka kembangkan ikut mempengaruhi pemikiran sosialis.
Meskipun sosialisme yang sifatnya utopis. Ada berbagai pihak-pihak
yang memelopori dan melaksanakan cita-citanya membentuk komunitas
bersama dengan mendirikan koperasi dan yang melepori kominitas bersama
dalam catatan sejarah adalah Robert Owen (1771-1858). Pada masa itu owen
mengalami hidup sebagai buruh miskin. Tatapi berkat kerja kerasnya ia
berhasil menjadi pengusaha sukses di New Lamark (Skotlandia) dan
mendirikan tempat hidup bersama (parallelogram).
Selanjutnya juga ide meralisasikan komunitas bersama juga dilakukan
oleh Carles Fourier dan mendirikan palanges atau phalanstory. Dan
kemudian di lanjutkan lagi oleh Louis Blanc (1811-1882) yang aktif
mendirikan koperasi dan meminta pemerintah lebih aktif membantu usaha
kaum buruh, termasuk membantu dalam masalah permodalan.
1
. Deliarnov. 2006. “Ekonomi Politik” Jakarta: Erlangga. Hlm.,

6
B. Sosialisme Marx (Marxisme)
Sosialisme (Marxisme) sebagai suatu sistem merupakan pandangan
Karl Marx dan sahabat sekaligus pendukung finansialnya Friendrich Engels.
Liberisme atau kapitalisme, sosialisme atau Marxisme juga bangkit sebagai
suatu respon terhadap era industri. Namun pakar-pakar sosialis
mengembangkan berbagai kritikan untuk menjatuhkan sistem ekonomi liberal
berdasarkan mekanisme pasar. Marx memang sangat gencar mengkritik
ekonomi pasar yang dikembangkan oleh Adam Smith. Dalam melancarkan
kritik, Marx menggunakan berbagai disiblin ilmu untuk “membuktikan”
bahwa kapitalisme adalah sebuah sistem yang tidak adil dan ‘busuk dari
dalam”.2
Menurut Marx, ekonomi pasar secara umum bukanlah sebuah
mekanisme untuk memaksimumkan kesejahteraan privat individu-individu,
melainkan sebagai usaha alat untuk menfasilitassi ketamakan para kapitalis
mengangkangi nilai surplus (surplus value) dan mengakumulasikan
kekayaan. Marx mengatakan pasar dalam setting kapitalis mempunyai dua
tujuan: pertama, Mekanisme untuk mensirkulasikan Commidity-Money-
Commodity (C-M-C). Kedua, Mekanisme sebagai penggunaan uang untuk
mencetak uang melalui proses Money-Commodity-Money (M-C-M). Selisih
antara M-M inilah yang merupakan Surplus oleh Marx. Itulah sebabnya Marx
sangatmem benci kapitalis karena dalam toeri nilai surplus, Marx
menjelaskan bahwa surplus adalah kelebihan nilai produktivitas marjinal
labor atas tingkat upah yang dibayarkan oleh pemilik modal kepada buruh
untuk sekedar bisa bertahan.3

2
. Deliarnov. 2006. “Ekonomi Politik” Jakarta: Erlangga. hlm. 41.
3
. Ibid., hlm. 43

7
C. Sosialisme Demokratis
Sosialisme demokrat berkembang bersamaan dengan semakin
pekanya pemerintah terhadap masalah-masalah kapitalisme yang tidak diatur
dan lebih terbukanya terhadap perwakilan kelas pekerja dalam arena politik. 4
Demokrasi adalah istilah yang secara otomatis menerangkan
maknanya sendiri, sebuah istilah yang menyodorkan janji untuk selalu berada
dalam lingkungan demoratis serta membawa manfaat berupa kesetaraan
secara sosial bagi semua warga dalam sebuah sistem 1848 hingga sampaiabad
ke 19. Munculnya (sebuah) aliran politik 1848 tidak hanya berlangsung
revolusi berjuis di jerman, tetapi juga merupakan tahun lahirnya Manifesto
partai komunis, sebuah misi yang disusun oleh Karl Marx dan Friedrich
Engel. Menurut Marx kapitalisme (pasar) telah mengakibatkan terjadinya
ketimpangan dan ketidak bebasan banyak manusia terhadap terhadap
beberapa orang yang bebas. Di satu sisi terdapat pemilik modal dan di sisi
lain mereka yang tidak memiliki modal dan oleh karenanya harus menjual
tenaganya dalam kerja upahan.5
Sejak awal kemunculannya, orientasi utama sosialisme adalah pada
aspek ekonomi dari kehidupan sosial manusia. Dalam perkembangan lebih
lanjut, muncul pemikiran bahwa untuk mengatasi eksloitasi manusia atas
manusia harus juga memberi perhatian lebih besar kepada aspek politik.
Sosialisme sebagai kekuatan plitik yang berkembang dalam masyarakat yang
sudah mengalami industrialisasi yang luas di sebut Sosialisme Demokrasi.6
Konsep sosialisme demokarasi yang didasarkan pada penyelesaian
industrialisasi menimbulkan paham Eropa-sentris yang menonjol di dalam
gerakan sosialis yang mendominasi pikiran sosialis hingga sekarang. Asas-
asas sosialis demokrasi tentang pemilihan umum dan produksi untuk dan oleh
masyarakat tidak dirumuskan sebagai sebuah rencana yang dapat dipraktikan
oleh masyarakat. Di dalam gerakan sosialis asas-asas ini cenderung lebih

4
. Carlton Clymer Rodee (dkk), 2012, Pengantar Ilmu Ekonomi Politik, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada., hlm. 117.
5
. Zulkifri Suleman, Demokrasi Untuk Indonesia, Kompas: Jakarta 2010, hlm., 112
6
. P.Y Nur Indro, Op.cit, Hal. 110

8
banyak dipandang sebagai lambing yang menunjukan arah reorganisasi
ekonomi dan sebagai landasan bagi suatu perekonomian sosialis. Satusatunya
kesempatan bagi para anggota masyarakat ekonomi lemah untuk mencapai
kebebasan yang sama adalah mengembangkan semangat solidaritas dan
menghimpun diri ke dalam perserikatan.7
Miriam Budiardjo menyatakan bahwa di antara banyak terhadap
tafsiran terhadap Sosialisme, terdapat dua kelompok besar yang sangat
berbeda, bahkan sering bertolak belakang yaitu:8
a. Aliran/Konsensus sosial-demokrat, demokrasi sosial (social democracy)
atau Sosialisme sayap kanan.
b. Sosialisme sebagai tahap awal dari Komunisme, suatu tahap transisi yang
dalam berikutnya diramalkan akan menjadi Komunisme penuh.

Sosialisme Demokratis secara garis besarnya dapat dicirikan sebagai


berikut:9

a. Sebagaian besar kekayaan dimiliki oleh public melalui pemerintah yang


dipilih secara demokratis, termasuk semua industri, jasa umum dan sistem
transportasi penting.
b. Pembatasan terhadap pemilikan harta kekayaan pribadi.
c. Peraturan pemerintah terhadap ekonomi.
d. Program pension dan bantuan yang dibiayai oleh pemerintah.

D. Ekonomi Politik Marxisme


Penggunaan istilah “Ekonomi Politik” dalam teori Marxis tidak secara
langsung merujuk pada studi tentang hubungan antara ilmu ekonomi dengan
ilmu politik, melainkan lebih mengarah pada cara berfikir tentang ekonomi
yang dalam metode dan teori mirip dengan ekonomi klasik, terutama yang
bersumber dari pandangan Adam Smith dan Davud Ricardo. Metode ini

7
. Thomas Meyer, 2008, Dari Partai Kepemimpinan Otoriter ke Partaim Massa: Jakarta:
Friedrich-Ebert-Stiftung. Hal., 111.
8
. P.Y Nur Indro, Op.Cit., Hal 110-111.
9
. Lyman Tower Sargent, Op.cit, Hal. 56.

9
berfokus pada ide bahwa sebuah ekonomi pasar beroperasi sesuai hukum-
hukum yang berakar dalam reproduksi yang sedang berjalan dan dari sistem
kessalingtergantungan meterial antara organisasi-organisasi dengan sebuah
social division of labor.10
Seperti halnya kaum liberal, Marx cenderung melihat negara dan
proses politik secara umum sebagai hal yang sekunder. Begitu juga dengan
klasik, baik Marx cenderung mengasumsikan bahwa resolusi yang tepat bagi
konflik ekonomi akan mengakhiri konflik politik. Dari Adam Smith bahwa
kemajuan yang dicapai suatu masyarakat yang menganut mekanisme pasar
adalah hasil ketidaksengajaan dari upaya individu-individu untuk mngejar
kepentingan dari mereka masing-masing, kemudian di kembangkan oleh
Marx dengan menjelaskan bahwa proses pendekatan metode produksi,
hubungan sosial, dan cara-cara hidup semuanya sebagai hasil
ketidaksengajaan dari upaya memperoleh keuntungan privat.
Teori Marx tentang filsafat dan sejarah berbedah dengan teori Hegel.
Hegel megatakan bahwa ide yang paling penting, sebab dunia materiil dan
institusi dalam masyarakat ditentukan oleh ide-ide, sedangkan menurut Marx
teori idealisme hegel ditolak, sebab menurut Marx yang lebih menentukan
adalah kekuatan-kekuatan materialis dalam sejarah. Konsepsi materialistik
Marx menggambarkan kedudukan bawahan politik dan keputusan-keputusan
kekuasaan politik di bawah ketentuan yang sudah melekat (immanent) yang
beroperasi dalam masyarakat.
Marx percaya bahwa dalam setiap organisasi ekonomi ada struktur
dominasi. Ide ini merupakan salah satu tema sentral yang di gunakan oleh
pakar-pakar ekonomi politik radikal untuk mengaitkan pilitik ke ekonomi
pasar. Bagaimanapun, penggunaan istilah ekonomi politik dala teori Marxian
tidak merujuk pada hubungan antara ekonomi dan politik, melainkan pada
transformasi dari private-objektif interest ke subjektive-shared interests yang
memotivasi organisasi kelas.

10
. Deliarnov. 2006. “Ekonomi Politik”, Jakarta: Erlangga. hlm. 43-44

10
Sebelum kepentingan ekonomi politik memainkan peran dan politik,
individu-individu harus sadar tentang kepentingan bersama mereka,
mengorganisasi atas dasar kepentingan bersama, untuk kemudian mengatasi
masalah-masalah tindakan kolektif. Urutannya menurut caporaso & Levine
(1993) adalah sebagai berikut:11
a. Kepentingan muncul dalam struktur produksi, dimana keinginan-keinginan
individu tergantung pada posisinya dalam proses produksi, dan keinginan-
keinginan menentukan kepentingan-kepentingan.
b. Kepentingan-kepentingan yang muncul dalam masyarakat sipil secar
implisit merupakan kepentingan-kepentingan kelas.
c. Kepentingan-kepentingan tiap kelas bertentangan, dan keberhasilan yang
dicapai suatu kelas adalah kegagalan bagi kelas lainnya (zero sum game),
dan
d. Kepentingan-kepentingan kelas yang timbul dalam produksi menjadi
kepentingan politik yang terlibat dalam perjuangan atas kekuasaan negara.

Bagi Marx, kelas-kelas yang sadar tentang kondisi kolektif adalah


persyaratan tidak hanya bagi tindakan politik, tetapi juga untuk ekonomi
politik. Pemahaman Marx sebenarnya mirip dengan pembahasan ekonomi
klasik. Hal ini dapat dilihat dari defenisi marx terhadapa ekonomi politik,
yaitu sebagai studi tentang “anatomi dari masyarakat sipil”. Adapun pokok
persoalan ekonomi politik adalah sebagai studi “masyarakat pasar
monopolitis”.

Kelompok Marxiam mengaitkan antara politik dengan ekonomi yaitu


dengan menghubungkan politik dan ekonomi dengan membagi tiga
pendekatan antara lain:12

a. Politik Revolusioner
Pada pendekatan pertama, politik revolusioner adalah jalan yang di
anjurkan oleh Marx dan Engels dalam The Communist Manifesto (1848)
11
. Caporaso James A and Levine David P. 1993 “Theories of Political Economy”. New
York: Cambridge University Press.
12
. Deliarnov. 2006. “Ekonomi Politik” Jakarta: Erlangga. hlm. 45-47.

11
dan oleh Marx dalam Capital (1867) serta kemudian juga di dukung
sekaligus dipraktikkan oleh Lenin dengan melancarkan yang di rancang
Bolshevik di Rusia tahun 1919.
Pada pendekatan paling radikal ini, poltik tidak merujuk pada
kebijakan yang di rancang untuk mengompesasikan keterbatasan
masyarakat pasar seperti yang di gunakan kaum klasik. Melainkan sebagai
perubahan ber-besaran dalam struktur politik itu sendiri. Kerena perubahan
seperti itu sukar dilakukan secara damai, maka diperlukan aksi yang
sifatnya radikal dan revolusioner. Menurut Marx, revolusi tidak
dirancangkan untuk para kaum buruh. Melainkan kepada kondisi-kondisi
yang melekat pada kapitalisme yang membawah ke sadaran revolusioner
di antara kaum buruh dan menjadi dasar tindakan revolusi berujung pada
penyerangan dan penghancuran kekuasaan negara.
b. Politik Kompromi Kelas
Menurut Marx pada pedekatan pertama (revolusioner) penuh
dengan kekerasan merupakan hal yang tidak dapat di hindarkan, para
pakar-pakar Marxian lainnya revolusi bukanlah hal jalan satu-satunya yang
di tempuh. Salah satu pendekatan yang di tempuh yang lebih elegan yaitu
pendekatan kompromi atau politik kesepakatan kelas (politics of class
compromise). Pendekatan kedua ini lebih domokratik yaitu melibatkan
partisipasi para pekerja dalam kelompok-kelompok kepentingan, partai
politik, dan proses pemilihan legislatif. Tujuannya adalah untuk
mengangkat posisi kaum buruh dari dalam dengan menggunakan institusi
yang ada dan praktik-praktik demokrasi.
c. Teori Negara Marxian
Pendekatan ketiga tentang hubungan ekonomi dan politik adalah
melalui teori negara Marxian (Marxian state theory). Teori negara
Marxian dimulai dengan asumsi bahwah masyarakat ekonomi politik
terpolarisasi kedala kelas-kelas yang terpisah. Tiap kelas mempunyai
kepentingan berbeda-beda yang tidak bisa dikompres ke dalam sebuah
kebijakan yang dapat menyenangkan setiap orang. Dalam situasi seperti

12
ini, isu tentang otonomi negara akan muncul sebagai jalan keluar untuk
merespon beberapa paradoks yang dihadapi oleh kelas kapitalis, terutama
antara kepentingan individu dan kepentingan kolektif.
Menurut kelompok Marxian, negara adalah bagian dari “super
structure”, bungkusan dari politik kapitalisme. Negara adalah sebuah
oragan dominasi kelas dan operasi dari satu kelas terhadap yang lainnya.
Dalam teori negara Marxian digunakan dalam asumsi-asumsi sebagai
berikut:1313
1) Bahwah konflik yang tak terdamaikan ada di antara kepentingan-
kepentingan ekonimi kelas-kelas yang terdapat dalam masyarakat.
2) Konflik antarkelas tersebut mengancam keterlibatan sosial.
3) Untuk menciptakan ketertiban sosial perlu dirancang sebuah organisasi
sosial untuk memenuhi kepentingan-kepentingan ekonomi satu kelas
dan bukan kelas lainnya.
4) Dengan demikain kertiban sosial harus menindas salah satu kelas.
5) Negara sebagai oragan yang memelihara ketertiban sosial, adalah
sebuah organ penindasan.

Sehingga dapat di simpulkan bahwa dari urain tersebut, ekonomi


politik sesuai dengan pendekatan teori negara Marxian di lihat dari tensi
antara politik dan ekonomi. Namun di satu sisi, Marxisme mengkritik
prinsip perorganisasian masayarakat liberal, yaitu pasar yang mengatur
dirinya sendiri, tatapi di lain pihak kritik ini didampingi oleh suatu
pandangan tentang agen-agen ekonomi sebagai hasil yang utama. Tentang
kelas-kelas ekonomi dan segnifikansi politisnya.

BAB III

PENUTUP
13
. Ibid. Hlm., 47.

13
A. Kesimpulan
a. Sosialisme sebelum Marx
Ide sosialisme sebelum Marx sifatnya “utopis”. Istilah “utopis”
pertama kali muncul dalam judul buku “Utopia” yang ditulis oleh
Thomas More (1478-1535), yang isinya berupa pandangan tentang
sebuah “masyarakat sempurna” yang hidup dalam suatu komunitas.
Namun utopia pertama dalam sejarah sebetulnya ditulis dalam bahasa
Yunani Kuno sekitar 380 SM oleh plato dalam bukunya yang berjudul
“Republika”.
Namun gagasan sosialisme yang di kemukakan oleh plato
hingga Thomas More, Tomas Campanella, Francis Bacon dan James
Harrington dikatgorikan sebagai sosialisme utopis. Di karenakan
pemikiran-pemikiran mereka hanyalah dalam bentuk ide atau gagasan
tidak dalam dunia nyata. Tetapi, walaupun hanya di tuangkan dalam
bentuk ide atau gagasan yang mereka kembangkan ikut mempengaruhi
pemikiran sosialis.
b. Sosialisme Marx (Marxisme)
Sosialisme (Marxisme) sebagai suatu sistem merupakan
pandangan Karl Marx dan sahabat sekaligus pendukung finansialnya
Friendrich Engels. Liberisme atau kapitalisme, sosialisme atau
Marxisme juga bangkit sebagai suatu respon terhadap era industri.
Banyak pakar-pakar yang mengkritik akan liberalisme terutama Marx
yang memang sangat gencar mengkritik ekonomi pasar yang
dikembangkan oleh Adam Smith. Dalam melancarkan kritik, Marx
menggunakan berbagai disiblin ilmu untuk “membuktikan” bahwa
kapitalisme adalah sebuah sistem yang tidak adil dan ‘busuk dari
dalam”.

c. Sosialisme Demokrat

14
Sosialisme demokrat berkembang bersamaan dengan semakin
pekanya pemerintah terhadap masalah-masalah kapitalisme yang tidak
diatur dan lebih terbukanya terhadap perwakilan kelas pekerja dalam
arena politik. Demokrasi demokrasi adalah istilah yang secara otomatis
menerangkan maknanya sendiri, sebuah istilah yang menyodorkan janji
untuk selalu berada dalam lingkungan demoratis serta membawa
manfaat berupa kesetaraan secara sosial bagi semua warga dalam
sebuah sistem
d. Ekonomi Politik Marxisme
Ekonomi politik Marxisme adalah
Kelompok Marxiam mengaitkan antara politik dengan ekonomi yaitu
dengan menghubungkan politik dan ekonomi dengan membagi tiga
pendekatan antara lain:
1) Pendekatan Politik Revolusioner
2) Pendekatan Politik Kompromi Kelas
3) Pendekatan Teori Negara Marxian

15
DAFTAR PUSTAKA

Clymer Rodee, Carlton (dkk), 2012, Pengantar Ilmu Ekonomi Politik, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

Deliarnov. 2006. “Ekonomi Politik” Jakarta: Erlangga.

James A, Caporaso and David P, Levine. 1993 “Theories of Political Economy”.


New York: Cambridge University Press.

Lyman Tower Sargent, Op.cit,

Meyer, Thomas. 2008. “Dari Partai Kepemimpinan Otoriter ke Partaim Massa”.


Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung.

P.Y Nur Indro, Op.Cit.,

P.Y Nur Indro, Op.cit

Suleman, Zulkifri. Demokrasi Untuk Indonesia, Kompas: Jakarta 2010

16

Anda mungkin juga menyukai