KONSEP PEMBANGUNAN
Disusun oleh:
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi yang diselenggarakan oleh suatu negara bangsa dewasa ini harus
dilihat sebagai upaya terencana, terprogram, sistematik, dan berkelanjutan dalam rangka
peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup seluruh warga masyarakat. Pada gilirannya
pembangunan ekonomi yang berhasil akan berakibat positif pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Hal itulah yang akan dicoba diidentifikasikan dan dibahas dalam
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu:
A. Bagaimana Pembangunan Ekonomi sebagai prioritas pembangunan nasional?
B. Bagaimana Strategi Pembangunan ekonomi di Indonesia?
C. Mengapa industrialisasi dijadikan sebagai alternative?
D. Mengapa pembangunan ekonomi harus berhasil?
C. Tujuan
A. Memahami Pembangunan Ekonomi sebagai Prioritas pembangunan nasional
B. Mengetahui strategi yang dipakai dalam pembangunan ekonomi di Indonesia
C. Menjelaskan mengenai Industrialisasi sebagai alternative
D. Menjelaskan mengenai pembangunan ekonomi yang harus berhasil
BAB II
PEMBAHASAN
Adanya berbagai masalah tersebut tidak berarti bahwa negara-negara terbelakang dan sedang
membangun tidak usah mempertimbangkan jalan industrialisasi untuk membangun ekonominya.
Adanya berbagai masalah tersebut hanya berarti bahwa para pengambil keputusan kunci dalam
pembangunan ekonomi harus mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya. Mengambil
langkah-langkah tersebut dapat berupa penciptaan prakondisi yang memperlancar jalannya
proses industrialisasi atau diambil secara berbarengan dengan penyelenggaraan berbagai
kegiatan industrialisasi. Masing-masing negara harus memutuskan sendiri cara yang tepat untuk
dilakukan.
Orientasi Industrialisasi. Suatu negara yang ingin mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi pada umumnya menempuh “jalur” industrialisasi. Orientasi
industrialisasi dapat mencakup dua segi, yaitu orientasi produk berbagai barang dan jasa untuk
konsumsi di dalam negeri dan orientasi ekspor. Sektor-sektor perekonomian yang dapat digarap
tergantung antara lain pada terpecahnya atau tidaknya masalah-masalah yang telah
diidentifikasikan di atas. Secara teoretis, sektor-sektor itu antara lain ialah :
1. Sektor ekstraktif atau barang tambang seperti batu bara, minyak dan gas bumi, emas, timah,
perak, uranium, dan lain-lain,
2. Sektor otomotif, baik dalam arti kendaraan niaga maupun yang lainnya seperti sedan dan sepeda
motor,
3. Sektor transportasi,
4. Sektor komunikasi,
5. Sektor teknologi informasi,
6. Elektronika,
7. Sektor pariwisata,
8. Sektor perhotelan,
9. Jasa perbankan,
10. Agrobisnis.
11. Dan lain-lain.
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, proses industrialisasi tidak harus ditempuh
sendiri oleh pemerintah dan dunia usaha di negara yang bersangkutan. Memang benar bahwa
sangat ideal jika hal itu ditempuh. Akan tetapi jika ternyata kemampuan untuk melakukannya
belum mencukupi, berbagai cara yang dapat ditempuh antara lain ialah :
a. Mengundang kehadiran korporasi multinasional,
b. Mendorong penanaman modal asing,
c. Mendirikan usaha-usaha patungan,
d. Menngimpor teknologi canggih, dan
e. Memperkerjakan tenaga ahli asing untuk menangani berbagai kegiatan yang belum dapat
ditangani sendiri.
Dengan demikian, proses industrialisasi dapat dipercepat dan berhasil karena produk yang
dihasilkan mampu bersaing di pasaran lokal, regional, dan global. Akan tetapi kiranya jangan
dilupakan bahwa dengan tersedianya jalur seperti di atas pun, langkah-langkah untuk akselarasi
pengembangan kemampuan sendiri harus diambil.
Pentingnya “Human Invesment”. Betapapun kayangya suatu negara dalam arti sumber daya
alamnya yang mungkin melimpah, aspek terpenting yang harus dikembangkan adalah sumber
daya manusia. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa “other resoures make things possible, but
only human resoures make things happen”. Pentingnya sumber daya manusia sebagai unsur
yang paling strategis dalam pembangunan nasional, termasuk pembangunan ekonomi, secara
khusus disoroti dalam karya tulis ini bukan karena sumber daya dan dana lainnya kurang
penting, akan tetapi karena efektivitas sumber daya dan dana itu ditentukan oleh unsur manusia
yang menglaola dan menggunkannya. Itulah sebebnya pendidikan dan pelatihan yang
menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan harus dilihat
sebagai sine qua non bagi keberhasilan pembangunan.
Theodore Shultz, seorang ahli ekonomi pembangunan terkenal dari Universitas Chicago,
yang pernah mengatakan bahwa tiga faktor utama yang menjadi penyebab mengapa proses
pembangunan ekonomi di negara-negara terbelakang tidak berlangsung secepat yang diharapkan
ialah :
1. Adanya sikap mental yang menolak perubahan yang melanda sebagian besar warga negara baik
di bidang pertanian maupun di bidang-bidang lainnya. Akibatnya ialah meskipun alternatif
pembangunan ekonomi yang dipilih adalah moderenisasi pertanian, produktifitas para warga
tetap rendah karena tidak mau mengubh cara-cara bertani yang secara terdisional dikuasai dan
ditekuninya itu. Kiranya tidak sulit membanyangkan bahwa para warga masyarakat yng sama
akan cenderung menolak kebijkan dan langkah-langkah industrialisasi yang ditentukan oleh
pemerintah.
2. Adanya kecenderungan di negara-negara terbelakang untuk “meloncat” dari suatu masyarakat
agraris ke masyaraat industri tanpa didukung oleh pengetahuan, keterampilan, insfraktuktur, dan
sarana yang memang mutlak diperlukan. Salah satu “hasilnya” ialah langsung mendirikan
berbagai industri barat, seperti pabrik baja dan industri otomotif.
3. Kurangnya pengertian di kalangan masyarakat, termasuk dalam lingkungan birokrasi
pemerintahan, tetang pentingnya “human investment” dalam proses pembangunan. Kenyataan
tersebut terbukti dari rendahnya angggaran dan belanja negara yang diperuntukkan bagi
pendidikan dan pelatihan. Lain halnya dengan negara-negara industri maju yang biasaya
mengalokasikan sekitar 25% nggaran belanja negara untuk membiayai program pendidikn dan
pelatihan secara nasional. Padahal hanya dengan investasi manusia yang memadailah tenaga
kerja yng kapabel dan terampil dan disiapkan untuk mengelola dan menyelenggarakan seluruh
kegiatan pembangunan.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa melakukan investasi manusia bukanalah hal yang
mudah. Alasan-alasannya pun beraneka ragam seperti :
a. Adanya berbagai prioritas nasional yang menutut alokasi dana yang memang terbatas dan yang
pada gilirannya tidak menempatkan pendidikan dan pelatihan pada peringkat teratas,
b. Tidak adanya rencana ketenagakerjaan nasional (nsional manpower plan) sehingga tidak
diketahui jenis-jenis pengetahuan dan keterampilan apa yang diperlukan untuk kepentingan apa,
dimana, oleh siapa, bilamana, dan mengapa,
c. Lebaga-lembaga pendidikn formal yang tidak melihat keterkaitan program pendidikan yang
diselenggarakannya dengan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dengan kualifikasi tertentu sebab
kurikulum yang disodorkan kepada mereka tidak kondusif untuk melihat ketrkaitan tersebut,
d. Perlunya waktu yang cukup lama untuk menilai apakah suatu program pendidikan dan pelatihan
menghasilkan lulusan yang dapat diandalkan atau tidak.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di muka ialah bahwa sambil melaksanakan
kebijakan industrialisasi ---dalam arti mencakup berbagai sektor industri yang menghasilkan
barang dn jasa dengan pemanfaatan tenologi canggih--- dua langkah harus pula diambil secara
bersamaan. Yang pertama ialah pengembangan knowedge industries, yaitu lembaga-lembaga
pendidikan formal dan nonformal, seperti berbgai balai latihan kerja yang terkait dengan
kebutuhan pasaran kerja. Yang kedua ialah menyadari pentingnya kegiatan penelitian dan
pengembangan. Merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal bhwa kemajuan yang dicapai
oleh negra-negara industri maju antara lain adalah berkat terjadinya dana yang besar dan tercipta
serta terpliharanya iklim yang kondusif untuk melakukan kegiatan penelitin dan pengembangan,
baik yang bersifat dasar, terapan, dan bahkan sosial. Senang atau tidak, harus diaakui bahwa
terlalu sering di negara-negara terbelkang dn sedangn berkembang penelitiaan tidak diberikan
tempat yng “terhormat” dalam organisasi dan tidak memperoleh dukungan dana yang
diperlukan. Padahal industrialisasi menuntut tersalurnya kreaativitas dan inovasi para warga
masyarakat antra lain melalui kegiatan penelitian dan pengembangan. Hasil-hasil penelitian dan
pengembangan akan sangat mendorong percepatan proses industrialisasi karena dapat diterapkan
untuk berbagai bidang.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan menyimak pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa, adanya dua
bentuk strategi dalam pembangunan ekonomi yang biasa ditempuh oleh negara-negara yang
sedang berkembang. Yaitu pertama modernisasi pertanian, yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan dalam negeri sendiri. Dan yang keduaIndustrialisasi yang dapat ditempuh dan
memang ditempuh oleh negara-negara terbelakang dan sedang berkembang.
DAFTAR PUSTAKA