Dampaknya Terhadap Sistem Pendidikan Tinggi Indonesia
Oleh: Ghardy Lazuardy Farchan 1/1/1901
ii
Kata Pengantar
Puji syukur saya ucapkan, kepada Tuhan yang maha esa karena atas berkat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini, sebagai tugas untuk mata kuliah Politik dan Tata Pemerintahan. Dengan ini saya berharap makalah ini dapat berguna sebagai rujukan untuk masa yang akan datang.
Bandung, 9 Juli 2014
Penulis
iii
Daftar Isi
Kata Pengantar i Daftar Isi ii Bab 1 Pendahuluan 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 2 Tujuan Penulisan 2 Metoda Pengumpulan Data 2 Sistematika Penulisan 2 Bab 2 Pembahasan 3 Definisi Pembangunan Ekonomi dan Pendidikan Tinggi 3 Dampak Pembangunan Ekonomi Secara Umum 4 Dampak Pembangunan Ekonomi di Indonesia Terhadap Sistem Pendidikan Tinggi 4 Bab 3 Kesimpulan dan Saran 9 Daftar Pustaka 10
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan tinggi merupakan salah satu pilar penting yang diharapkan dapat membawa perubahan suatu bangsa. Pendidikan tinggi tidak hanya dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tetapi juga proses pembelajaran di kampus diharapkan dapat menjadi kendaraan yang sangat penting untuk mengubah pola pikir masyarakat madani yang demokratis. Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat, khususnya di bidang ekonomi, sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia sangat membutuhkan tentu saja kombinasi dari kemampuan otak yang mampu disertai dengan keterampilan kreativitas yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi pendidikan, dikombinasikan dengan kekayaan budaya Indonesia. Selain itu harus meningkatkan kualitas pendidikan harus selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia. Kita tidak dapat menyangkal bahwa masih banyak orang Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat menikmati kualitas pendidikan yang baik tentu saja membutuhkan biaya yang cukup besar. Tentu saja hal ini telah menyebabkan globalisasi pendidikan belum dirasakan oleh semua orang. Sebagai contoh untuk dapat menikmati program kelas internasional di universitas terkemuka di negara itu membutuhkan dana lebih dari 50 juta. Akibatnya hanya bisa dinikmati oleh kelas atas didirikan. Dengan kata lain kelompok yang lebih maju ke depan, dan terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam globalisasi yang berkembang cepat dapat menyeret mereka ke jurang kemiskinan. Kelas atas menyekolahkan anaknya ke sekolah - mewah di komunitas sekolah saat ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan mengirim anak-anak mereka. Dalam rangka persaingan global, kebijakan di bidang pendidikan tinggi harus mampu merespon berbagai tantangan baik di tingkat nasional dan internasional. Pada saat ini tampak bahwa sebagian besar lulusan perguruan tinggi masih belum mampu bersaing untuk mengisi pekerjaan di tingkat internasional. Kebutuhan untuk lulusan universitas yang mampu bersaing dalam iklim persaingan bisnis yang semakin kompleks, merupakan konsekuensi logis dari munculnya kompetisi di tingkat lokal dan global
2
B. Rumusan Masalah Kami telah mengambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembangunan ekonomi? 2. Apa saja dampak pembangunan ekonomi di Indonesia terhadap sistem pendidikan tinggi?
C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengertian pembangunan ekonomi dan pendidikan tinggi 2. Mengetahui dampak positif dan negatif dari pembangunan ekonomi 4. Mengetahui dampak pembangunan ekonomi di Indonesia terhadap sistem pendidikan tinggi
D. Metode Pengumpulan Data Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode pengumpulan data berupa studi literatur, yang didapat dari browsing di internet.
E. Sistematika Penulisan Makalah ini di susun dengan urutan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bagian ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. Bab II Pembahasan Pada bab ini ditemukan pembahasan yang terdiri dari definisi ekonomi, pembangunan ekonomi, pendidikan, dan pendidikan tinggi, dampak positif dan negatif dari pembangunan ekonomi, dan dampak pembangunan ekonomi terhadap pendidikan tinggi. Bab III Kesimpulan dan Saran Pada bab terakhir ini memuat kesimpulan dan saran terhadap kondisi pendidikan tinggi Indonesia.
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Pembangunan Ekonomi dan Pendidikan Tinggi Perekonomian atau sistem ekonomi terdiri dari produksi, distribusi atau perdagangan, dan konsumsi barang dan jasa yang dilakukan oleh agen yang berbeda di lokasi geografis tertentu. Para agen ekonomi dapat berupa individu, perusahaan, organisasi, atau pemerintah. Transaksi terjadi ketika dua pihak setuju terhadap nilai atau harga barang atau jasa yang ditransaksikan, umumnya dinyatakan dalam mata uang tertentu. Pembangunan ekonomi adalah tindakan berkelanjutan secara bersama dari para pembuat kebijakan dan masyarakat yang memperjuangkan standar hidup dan kesehatan ekonomi suatu daerah tertentu. Pembangunan ekonomi juga dapat disebut sebagai perubahan kuantitatif dan kualitatif dalam perekonomian. Tindakan tersebut dapat melibatkan beberapa bidang termasuk pengembangan sumber daya manusia, infrastruktur penting, daya saing daerah, kelestarian lingkungan, kesehatan, keamanan, melek huruf, dan inisiatif lainnya. Pendidikan dalam arti umum adalah bentuk pembelajaran di mana pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga mungkin otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang. Pendidikan tinggi merupakan tahap akhir opsional pembelajaran formal yang terjadi setelah pendidikan menengah. Biasanya diberikan di universitas, akademi, perguruan tinggi, seminari, dan lembaga teknologi, pendidikan tinggi juga disediakan melalui lembaga lain yang setingkat, misalnya sekolah kejuruan, sekolah perdagangan, dan perguruan tinggi lain yang memberikan gelar akademik atau sertifikasi profesional.
4
B. Dampak Pembangunan Ekonomi Secara Umum
Dampak Positif Pembangunan Ekonomi. Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan ekonomi akan berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat proses pertumbuhan ekonomi. Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan penciptaan lapangan kerja yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga mengurangi pengangguran. Penciptaan lapangan kerja sebagai akibat dari pembangunan ekonomi dapat langsung meningkatkan tingkat pendapatan nasional. Pembangunan ekonomi dimungkinkan melalui perubahan dalam struktur ekonomi struktur ekonomi agraris menjadi struktur ekonomi industri, sehingga kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh negara akan semakin beragam dan dinamis. Pembangunan ekonomi memerlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga dalam hal ini, adalah mungkin ilmu pengetahuan dan teknologi akan tumbuh pesat. Dengan demikian, untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dampak Negatif Pembangunan Ekonomi Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik mengakibatkan kerusakan lingkungan. Industrialisasi mengakibatkan lahan pertanian berkurang. Kesenjangan atau ketidakmerataan tingkat ekonomi.
C. Dampak Pembangunan Ekonomi di Indonesia Terhadap Sistem Pendidikan Tinggi
Dampak langsung yang dapat dirasakan adalah dari globalisasi ekonomi. Globalisasi ekonomi adalah peningkatan integrasi ekonomi dan saling ketergantungan ekonomi nasional, regional dan lokal di seluruh dunia melalui intensifikasi gerakan lintas batas barang, layanan, teknologi, dan modal. Tergantung pada paradigma, globalisasi ekonomi dapat dilihat sebagai baik positif atau fenomena negatif. Globalisasi ekonomi terutama terdiri dari globalisasi produksi dan keuangan, pasar dan teknologi, rezim dan lembaga organisasi, perusahaan dan tenaga kerja. 5
Sementara globalisasi ekonomi telah terjadi selama beberapa ratus tahun terakhir (sejak munculnya perdagangan transnasional), telah mulai terjadi pada peningkatan tingkat selama 20-30 tahun terakhir di bawah kerangka General Agreement on Tariffs and Trade anddan World Trade Organization yang membuat negara-negara untuk secara bertahap mengurangi hambatan perdagangan dan membuka rekening mereka saat ini dan rekening modal. Ledakan baru-baru ini sebagian besar telah diperhitungkan oleh negara-negara maju dengan mengintegrasikan ekonomi dengan negara berkembang, dengan cara investasi langsung, pengurangan hambatan perdagangan, dan dalam banyak kasus menyeberangi perbatasan imigrasi. Hal ini dapat dikatakan bahwa globalisasi ekonomi ada kemungkinan menjadi tren ireversibel. Ada beberapa efek yang signifikan dari globalisasi ekonomi. Ada bukti statistik untuk dampak keuangan yang positif serta proposal yang ada ketidakseimbangan kekuasaan antara negara berkembang dan negara maju dalam ekonomi global. Selain itu, globalisasi ekonomi memiliki dampak pada budaya dunia. Globalisasi yang sudah berlangsung sejak tahun 1980-an telah menyebabkan perubahan sosial, ekonomi dan politik di semua negara. Sejak Deklarasi Bogor, yang menyatakan bahwa Indonesia akan berpartisipasi dalam perdagangan bebas di kawasan Asia dan Pasifik (AFTA), globalisasi memiliki implikasi positif dan negatif di Indonesia, beberapa yang terpenting adalah: Pendanaan Pemerintah untuk pendidikan tinggi akan menurun Perubahan populasi calon mahasiswa Inter-Regional Disparitas
Pendanaan pemerintah untuk Pendidikan Tinggi Menurun Universitas di Indonesia memiliki masalah pembiayaan yang lebih serius dibanding perguruan tinggi di negara-negara maju. Setidaknya perguruan tinggi di negara-negara maju seperti Inggris sudah memiliki infrastruktur kelembagaan dan sumber daya manusia yang cukup kuat. Sebaliknya, kelembagaan dan pembiayaan pendidikan di Indonesia masih jauh dari memuaskan. Anggaran pendidikan tinggi pada beberapa tahun terakhir jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain. Biaya pendidikan yang tersedia semakin kecil karena dari kebijakan nasional adalah untuk meningkatkan angka partisipasi kasar pendidikan tinggi hampir dua kali lipat dalam beberapa tahun terakhir. Kebijakan perluasan angka partisipasi ini berdampak langsung pada pembiayaan pendidikan tinggi. Biaya rata-rata per siswa mengalami penurunan 50 persen dalam waktu kurang dari 5 tahun. 6
Pada saat kondisi keuangan Pemerintah adalah berat karena mereka harus memberikan sebagian besar dari anggaran untuk subsidi bahan bakar, bahan pangan serta untuk membayar utang, nampaknya Pemerintah tidak akan menambah alokasi anggaran untuk pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Pada saat ini anggaran pemerintah untuk pendidikan masih jauh di bawah standar UNESCO, hanya sekitar 0,7 persen dari PDB. Sudah satnya masyarakat, terutama siswa menyadari, bahwa pembiayaan pendidikan tinggi bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab masyarakat. Akses kelompok ekonomi lemah harus dipertahankan tetapi tidak dengan menjaga biaya pendidikan yang rendah, tetapi melalui subsidi silang, program beasiswa, serta kesempatan kerja paruh waktu di kampus.
Perubahan Jumlah Calon Mahasiswa Globalisasi sedang melanda banyak bagian dunia telah mendorong pengembangan masyarakat pengetahuan dan ekonomi berbasis pengetahuan. Perkembangan ini oleh Alvin Toffler disebut dengan Gelombang Industri Ketiga, yang dimulai dengan pesatnya pertumbuhan industri berbasis pengetahunan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, ada tanda-tanda industri Gelombang Pertama, kedua dan ketiga terjadi tanpa harus menunggu untuk Industri sebelumnya menyelesaikan siklus gelombang. Dengan kata lain, perekonomian Gelombang Pertama - pertanian industri - Gelombang Kedua - manufaktur - masih berlangsung. Pengembangan industri Kedua dan Gelombang Ketiga telah mendorong pemerintah dan dunia usaha untuk meningkatkan pengetahuan karyawan mereka. Perkembangan ini membawa dampak besar pada populasi calon mahasiswa. Pada dekade 70-an populasi calon mahasiswa yang didominasi oleh lulusan SMTA. Di tahun 90-an jumlah calon siswa yang membutuhkan gelar sarjana pendidikan pascasarjana Program meningkat sangat pesat, mencapai hampir 15-20 persen dari populasi total siswa. Karena angkatan kerja yang membutuhkan layanan pendidikan tinggi biasanya sudah bekerja pada berbagai instansi pemerintah dan perusahaan, mereka mungkin tidak akan dipaksa untuk datang ke kampus- kampus untuk menghadiri kelas-kelas konvensional. Universitas harus hati-hati menangkap perubahan yang terjadi di masyarakat dan berusaha untuk memenuhi permintaan masyarakat. Jika perguruan tinggi tidak responsif atau diblokir oleh birokrasi kaku dalam memenuhi tuntutan masyarakat, kebutuhan mereka akan dipenuhi oleh lembaga lain yang kurang bertanggung jawab. 7
Kesenjangan Pendidikan Tinggi Antar Daerah Saat ini kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan lembaga-lembaga politik nasional berada pada titik nadir terendah. Oleh karena itu, orang-orang kini beralih ke perguruan tinggi sebagai lembaga yang masih memiliki kekuatan moral untuk menjadi panutan dalam masyarakat yang mengarah transformasi menjadi civil society. Kesenjangan kualitas pendidikan antar daerah dan antar perguruan tinggi negeri dan swasta dapat dilihat dari berbagai ukuran, jumlah dosen yang berpendidikan S-3, kualitas fasilitas pendukung seperti laboratorium, kebun percobaan, perpustakaan yang memadai, serta staf dan akses siswa ke Internet.
Berkembanya Pendidikan Kewirausahaan Globalisasi ekonomi dan era informasi mendorong industri untuk menggunakan sumber daya manusia lulusan perguruan tinggi yang kompeten dan memiliki jiwa kewirausahaan. Namun, tidak setiap lulusan perguruan tinggi memiliki jiwa kewirausahaan seperti yang diinginkan oleh pekerjaan. Faktanya adalah bahwa hanya sebagian kecil lulusan perguruan tinggi yang memiliki jiwa kewirausahaan. Di sisi lain, krisis ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh, dan bahkan berkurang karena bangkrut. Dalam keadaan ini, lulusan perguruan tinggi dituntut untuk tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai pencipta kerja. Keduanya membutuhkan semangat kewirausahaan. Oleh karena itu, agar perguruan tinggi mampu memenuhi tuntutan tersebut, berbagai inovasi diperlukan termasuk inovasi pembelajaran dalam membangun generasi technopreneurship di era informasi sekarang ini. Ada pendapat bahwa, sebagian besar lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih lemah semangat kewirausahaan. Sementara sebagian kecil yang memiliki semangat kewirausahaan, terutama karena berasal dari keluarga pengusaha atau dagang. Bahkan menunjukkan bahwa kewirausahaan adalah jiwa yang bisa dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan umumnya memiliki potensi menjadi pengusaha tetapi tidak dijamin untuk menjadi pengusaha, dan pengusaha umumnya memiliki jiwa kewirausahaan. Proses globalisasi yang sedang terjadi saat ini, menuntut perubahan perekonomian Indonesia dari sumber daya berbasis berbasis pengetahuan. Berbasis sumber daya, yang mengandalkan kekayaan dan keragaman sumber daya alam umumnya menghasilkan komoditi dasar dengan nilai tambah yang kecil. Salah satu kunci penciptaan knowledge based 8
economy adalah adanya pengusaha teknologi atau disingkat techno-preneur yang merintis bisnis baru dengan mengandalkan pada inovasi. Bisnis hightech adalah contoh klasik dari sebuah bisnis yang dirintis oleh technopreneur. Dunia bisnis teknologi saat ini didominasi oleh sektor teknologi informasi, bioteknologi dan material baru serta berbagai pengembangan usaha yang berbasiskan inovasi teknologi. Bisnis teknologi dikembangkan dengan sinergi antara teknopreneur sebagai pengagas bisnis, universitas dan lembaga penelitian sebagai pusat inovasi teknologi baru, serta perusahaan modal ventura yang memiliki kompetensi dalam pendanaan.
9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
Pembangunan Ekonomi di Indonesia berdampak langsung terhadap sistem pendidikan tinggi dalam bentuk globalisasi ekonomi. Beberapa dampaknya yaitu pendanaan pemerintah untuk pendidikan tinggi menurun, ada perubahan populasi calon mahasiswa, ada kesenjangan pendidikan tinggi antar daerah, dan berkembangnya pendidikan kewirausahaan dalam pendidikan tinggi. Berdasarkan uraian diatas simpulan dan saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Modernisasi pendidikan dapat dilakukan dengan lebih cepat melalui penentuan kebijakan yang tepat untuk tuntutan perubahan. 2. Globalisasi memaksa pembuat kebijakan harus melakukan adaptasi terus menerus dalam menetapkan kebijakan untuk selalu mengantisipasi aspirasi pembangunan dari masyarakat. 3. Menempel untuk memesan aspirasi kebijakan pendidikan rakyat, maka praktek pendidikan harus dimodernisasi melalui proses rekonstektualisasi pendidikan, dan rekonstruksi pendidikan. 4. Ada tiga bidang penting untuk melakukan rekonstruksi pendidikan, rekonstruksi kurikulum pendidikan, rekonstruksi organisasi pendidikan, dan rekonstruksi kepemimpinan pendidikan.
10
Daftar Pustaka
Beck, U. (2000). What is Globalization? Cambridge. Polity Press. Effendi, Sofian. Revitalizing Higher Education for Sustainaiunable Economic Growth. Paper read at Indonesia German Symphosium 2002. Aaachen. RWTH, July 29, 2002. Jarvis, Peter. Universities and Corporate Universities: The Higher Learning Industries in Globalization. London. Kogan Page Industies. 2001. Kadiman, Kuemayanto. (2002). Tantangan dan Kendala Yang Dihadapi ITB Sebagai BHMN. Makalah dibacakan pada Seminar Nasional Majelis Rektor Wilayah Barat. Bandung. Institut Teknologi Bandung. Renner, K. Edward. The New Agenda for Higher Education. Calgary. Detselig Enterprises, Ltd., 1995. Scott, P. (Ed.).(1988). The Globalization of Higher Education. Buckingham. Open University Press. Stiglitz, Joseph P. (2002). Globalization and Its Discontents. New York. W.W. Norton & Company.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro