Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semenjak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memproklamasikan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, belum pernah ada wacana untuk
membangun Kota sebagai Ibukota Negara atau Ibukota Nasional. Kota-kota besar yang saat
ini menjadi Ibukota Negara ( Jakarta) dan Ibukota Provinsi semuanya atau sebagian
besarnya merupakan peninggalan Kolonialisme Belanda. Jauh berbeda dengan zaman
kejayaan kerajaan di Nusantara dahulu, sebelum mengalami penjajahan, hampir semua
mempunyai dan membangun Ibukota (Kota Raja). Sebagai contoh : Majapahit memiliki
peninggalan situs Triwulan yang dianggap sebagai pusat pemerintahannya; Mataram dengan
Yogyakarta sebagai pusat pemerintahannya perpindahan pusat pemerintahan sering terjadi di
zaman kerajaan. Apabila suatu kerajaan tertimpa bencana, maka pusat pemerintahan harus
dipindahkan karena dianggap terkena kutukan dewa. Pergantian Raja-pun dilakukan seiring
dengan perpindahan pusat pemerintahan, apalagi jika pergantian tersebut melalui perbuatan.
Pemindahan Ibukota di NKRI sangat dimungkinkan karena didalam Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia dan Amandemennya tidak diatur secara tegas. Dalam
BAB II ayat (2) UUD NKRI tertulis : Majelis Permusyarawatan Rakyat bersidang sedikitnya
sekali dalam lima tahun di Ibukota Negara. Dalam UUD tersebut tidak ada pasal yang
menyebutkan dimana dan bagaimana Ibukota Negara diatur. Dengan demikian terdapat
fleksibilitas yang tinggi dalam mengatur termasuk memindah ibu kota Negara. Dalam
pemindahan Ibukota Negara, tentu saja diperlukan alasan yang kuat dan mendasar tentang
efektifitas fungsinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa arti dan fungsi suatu Ibukota Negara?
2. Bagaimana gambaran umum daerah calon Ibukota Indonesia?
3. Bagaimana kondisi Jakarta sebagai Ibukota?
4. Bagaimana dampak Multifungsi dari Jakarta?
5. Bagaimana dampak pemindahan Ibukota terhadap Ekonomi Makro?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dan fungsi suatu Ibukota Negara
2. Untuk mengetahui gambaran umum daerah calon Ibukota Indonesia
3. Untuk mengetahui kondisi Jakarta sebagai Ibukota
4. Untuk mengetahui dampak Multifungsi dari Jakarta
5. Untuk mengetahui dampak pemindahan Ibukota terhadap Ekonomi Makro

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Arti dan Fungsi suatu Ibukota Negara


Ibukota merupakan sebuah kota yang dirancang sebagai pusat pemerintahan suatu
Negara; secara fisik Ibukota Negara umumnya difungsikan sebagai pusat perkantoran dan
tempat berkumpul para pimpinan pemerintahan. Selain itu, Ib kota juga merupakan pusat
ekonomi, budaya atau intelektual.
Ibukota telah menjadi simbol pemerintahan dan kenegaraan, serta menjadi tempat
berkembangnya muatan politik, perekonomian dan budaya. Di kota-kota abad pertengahan
pemilihan dan pendirian suatu Ibukota modern terbentuk atas landasan emosional. Contoh-
contohnya adalah sebagai berikut :
1. Brasilia Ibukotanya terletak di pedalaman, karena Ibukota lama Rio Jenairo sudah
terlalu padat.
2. Pemerintah Korea Selatan pada tahun 2004 Ibukotanya pindah dari Seoul ke Sejong,
meskipun Seoul itu berarti Ibukota dalam bahasa Korea.
3. Athena yang mengalami kehancuran dan hampir tak berpenduduk dijadikan Ibukota
baru bagi Greece, sebagai simbol kerajaan masa lalu. Hal ini yang sama terjadi pada
saat perang Dingin Reunifikasi Jerman, dimana Berlin menjadi Ibukota lagi bagi
Jerman.
4. Rusia memindahkan pemerintahannya dari Mosko ke Saint petresburg untuk
memberikan kebebasan Rusia berorientasi ke Barat, hal tersebut merupakan suatu
relokasi simbolik dari Ibukota ke lokasi geografis dan demografis dengan alasan
ekonomi atau strategi (sering disebut Ibukota masa depan atau Ibukota pelopor).
5. Kemal Atartuk mememindahkan pusat pemerintahan dari Ottoman Istambul ke Ankara.
6. Kaisar Ming memindahkan Ibukota dari Nanjing ke Beijing untuk menjauhi Mongols
dan Manchus.
Ibukota mempunyai fungsi yang penting, Ibukota senantiasa dijadikan sebagai
target utama dalam peperangan, sebab dengan menguasai Ibukota akan menjadi jaminan
untuk bisa menguasai sebagian besar musuh atau penentang, sehingga dapat menurunkan
moral untuk mengalahkan musuh (militer).

3
Berkaitan dengan fungsi Ibukota Negara yang penting, terdapat pandangan lain
bahwa fungsi Ibukota Negara kurang penting sebagai sasaran militer, karena pusat
pemerintahan dapat dipindahkan ke tempat lain. Sebagian contoh dari perang revolusi dan
perang tahun 1812 tentara Inggris berulangkali menyerang beberapa Ibukota Amerika,
tentara Amerika tetap dapat bertempur beberapa Ibukota Amerika tetap dapat bertempur dari
luar kota, dimana mereka didukung oleh pemerintah setempat dan penduduk sipil
diperbatasan.

B. Gambaran Umum Daerah Calon Ibukota Indonesia


Pemindahan Ibukota Negara Indonesia direncanakan ke Kabupaten Penajam Paser
Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Alasannya adalah karena resiko bencana yang
minim, kawasan tersebut juga dinilai cukup strategis diantara kota-kota yang berkembang,
yakni Kota Balikpapan dan Samarinda. Dalam Rencana pemindahan Ibukota ini,
diproyeksikan dapat menumbuhkan berbagai sektor di wilayah Kalimantan Timur. Melihat
kawasan Kalimantan Timur memiliki banyak sekali potensi yang dapat dikembangkan dan
diolah guna menunjang perekonomian negara.
Deputi Pengembangan Regional Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) menyatakan bahwa Sektor Jasa akan menjadi tumpuan utama dalam
perkembangan ekonomi di wilayah tersebut. Sektor jasa tersebut mencakup pelayanan
bidang kesehatan, pendidikan, jasa umum, dll. Sedangkan untuk sektor lainnya akan ikut
berkembang diperkirakan saat proyek pemindahan Ibukota telah rampung.
Bappenas juga sudah meneliti mengenai pemekaran dampak yang akan terjadi pada
lokasi Ibukota Negara yang baru yakni dengan melihat adanya asumsi variabel dan
menentukan wilayah yang paling memberi tarikan dan membawa dampak pertumbuhan ke
sekitarnya guna bermanfaat untuk perekonomian nasional. Dalam kajian yang telah
dilakukan oleh Bappenas, pemindahan ibukota mampu meningkatkan perekonomian 0,1-
0,2% karena adanya dorongan investasi baru.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif mengharapkan kesempatan yang luas untuk
wilayah Jakarta sebagai kota yang akan bukan lagi menjadi Ibukota Negara yakni dengan
memanfaatkan bangunan-bangunan pemerintahan yang akan ditinggalkan. Sedangkan

4
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk pengadaan dan pengembangan segi
infrastruktur dasar untuk pembangunan Ibukota yang baru, baru dapat dilakukan
pertengahan tahun depan. Saat ini kemeterian masih berupaya dalam mendesain tata ruang
yang sesuai dengan keadaan lapangan, memprogram penunjangan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan seperti sistem air, jaringan jalan, pencukupan fasilitas, dan sistem sanitasi.
Pemerintah memaparkan bahwa sekitar 180.000 hektar lahan di kawasan Kalimantan Timur
sudah dikuasai. Untuk awal pengembangan Ibukota mula-mula akan dibangun diatas lahan
dengan luas 40.000 hektar dengan 6000 hektarnya dimanfaatkan secara khusus untuk
wilayah pemerintahan.
Dari aspek kewilayahan, pemindahan Ibukota ke kawasan Kalimantan Timur
memberi dampak positif. Lokasi Ibukota menjadi lebih aman dari potensi bencana yang
kerap terjadi di negara yang dilalui oleh pegunungan cincin api seperti Indonesia serta
dengan berpindahnya Ibukota ini, mampu meminimalisir dampak buruk yang terjadi di
Jakarta seperti polusi udara, polusi air, kepadatan penduduk, kemacetan yang sangat parah,
dan kurang tersedianya lahan untuk masyarakat disana. Namun dalam segi ekonomi,
pemindahan Ibukota belum tentu membawa dampak positif. Hal tersebut ditinjau dari riset
simulasi INDEF yang menggunakan model ekonomi keseimbangan umum atau Model CGE
(Computable General Equilibrium). Berdasarkan riset tersebut, salah satu hasilnya
memproyeksikan harga barang akan melonjak diakibatkan oleh naiknya jumlah penduduk
dan meningkatnya angka permintaan.\
Provinsi Kalimantan Tengah yang mempunyai luas wilayah 153.564 km kuadrat
atau 1,5 kali luas Pulau Jawa berdiri sebagai Provinsi Indonesia ke 17, setelah berpisah
dengan induknya Kalimantan Selatan, berdasarkan keppres No.10/1957 tanggal 23 Mei
1957. Latar belakang berdirinya adalah sebagai wujud apresiasi rezim Soekarno terhadap
peran serta masyrakat Dayak yang mayoritasnya non-Muslim dalam pembangunan.
sebelumnya, Kalimantan Tengah diperjuangkan lewat diplomasi oleh Alm Tjilik Riwut dan
kawan-kawan, dan perjuangan berdarah-darah, lewat pemberontakan bersenjata Gerakan
Mandau Talawang Pancasila (GMTPS) yang dipimpin oleh Alm. Cristian Simbar.

5
C. Kondisi Jakarta sebagai Ibukota
Dalam Sejarah, asal mula kota Jakarta berawal dari pekan pelabuhan kecil yang
dikenal sebagai Sunda Kelapa, kemudian dikenal menjadi Kota Batavia. Seorang
pengembara Inggris terkenal yaitu kapten James Cook menyebutkan pelabuhan tersebut
merupakan kawasan pelabuhan kapal besar dan kecil terbaik di dunia saat itu. Kota yang
telah berumur 500 tahun tersebut secara bertahap telah mengalami banyak perkembangan
yang positif, namun seringkali terlanda banjir.
Masalah banjir Jakarta memang sulit diatasi tanpa ada suatu menyeluruh dan
terpadu. Ambelasnya tanah akibat penguapan air tanah yang berlebih menjadi salah satu
penyebab daerah menjadi sasaran banjir. Secara alami Jakarta memang rawan terhadap bajir,
karena terletak pada Kipas Alluvial yang berkembang dari selatan (Bogor) dan dialiri oleh
13 sungai dengan daerah hulunya bercurah hujan tinggi, yang sebagian lahannya telah
terbangun.
Hampir setiap tahun terjadi banjir yang besarnya variasi. Banjir yang terjadi tahun
2007 merupakan yang terbesar, hampir mencakup 70% wilayah Jakarta. Akibat banjir 2007
tersebut menimbulkan pemikiran atau gagasan untuk memindahkan Ibukota Jakarta. Banjir
dijadikan salah satu pemicu ide untuk memindahkan Ibukota. Gagasan untuk memindahkan
Ibukota Negara yang telah mengemukakan dalam berbagai kesempatan anatara lain tanggal
20 Mei 1988 ketika gerakan reformasi. Waktu itu kondisi Jakarta sangat mengkhawatirkan
sehingga muncul gagasan spontan, agar Yogyakarta untuk menerima kembali fungsi Ibukota
pemerintahan. Pemikiran untuk memindahkan Ibukota Negara juga datang dari ketua DPR
Agung Laksono dengan argumentasi sedikit berbeda, dan memyatakan bahwa Jakarta sudah
saatnya kantor Presiden yang menjadi pusat pengendali pemerintahan dipindahkan ke tempat
yang lebih kondusif.

D. Dampak Multifungsi dari Jakarta


Multifungsi Jakarta merupakan dampak dari sistem pemerintahan sentralistis dan
sistem multifungsi yang memusat di Jakarta. Akibatnya sejumlah dampak sosial, politik,
ekonomi dan ekologi menjadi beban Jakarta, berikut dampak yang dimaksud :
1. Pemerintahan Sentralistis. Dikendalikan secara otorier dan serba seragam telah
mengabaikan kemajemukan sosial budaya masyarakat dan keseragaman ekosistem

6
wilayah negara kepulauan. Sistem kekuasaan yang memusat, membuat sistem
pemerintahan daerah kehilangan kemandirian dan fungsi birokasi tidak dapat
berkembang melayani dan memfasilitasi partipasi masyarakat, tetapi lebih melayani
atasan atau pimpinan elitnya.
2. Kedekatan sumber pusat pemerintahan dan pusat ekonomi yang mengerucut pada elit
dan hampir tanpa kontrol dari rakyat secara konstitusional maupun publik menyebabkan
mewabahnya korupsi, kolusi dan nepotisme.
3. Pemusatan fungsi tersebut akhirnya membawa beban bagi Jakarta yang ditandai dengan
ledakan jumlah penduduk, kemacetan lalu lintas, kesenjangan ekonomi, kerawanan
social, kekerasan dan kejahatan.
4. Permasalahan tersebut terbukti diikuti krisis ekologi, yang berupa pencemaran udara,
pencemaran air, tanah, banjir rutin, tata ruang yang semrawut, munculnya kawasan
kumuh, lingkungan hidup yang kurang nyaman.
5. Konflik mudah terjadi antara kepentingan ekonomi dan ekologi, kepentingan sesaat, dan
jangka panjang, kepentingan elit dan masyarakat. Berdasarkan kondisi Jakarta dan
berbagai dampak tersebut perlu dipertanyakan masih layaklah Jakarta sebagai Ibukota
Negara, dan apakah pemindahan Ibukota sebagai suatu keharusan atau sekedar wacana?

E. Dampak Pemindahan Ibukota terhadap Ekonomi Makro


Ekonom Center of Reform on Economics (Core) memaparkan pemindahan Ibukota
nantinya dapat dinilai memberikan dampak terhadap makro ekonomi di Indonesia. Salah
satu dampak atau efeknya adalah multiplier effect atau efek berkelanjutan yang disebabkan
oleh berbagai investasi yang terjadi di ibukota baru. Efek ini didapatkan dari tahapan
pembangunan hingga pemanfaatan proyek. Tapi, dampak tersebut baru dapat terjadi dengan
satu syarat, yakni pemenuhan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Beberapa hal juga perlu diperhatikan seperti pemanfaatan SDM proyek. Sebaran
tenaga kerja yang ikut andil dalam proyek pemindahan ibukota tersebut 56% berasal dari
Pulau Jawa sedangkan sisanya berasal dari luar Pulau Jawa. Kalimantan sendiri hanya
menyumbang 8% dari total jumlah pekerja proyek. Dalam prosesnya, di Kalimantan sendiri
untuk hal material dan peralatan kontruksi, telah tersedia beberapa alat berat sedangkan
untuk material seperti semen, pasir, baja kontruksi, baja ringan, dan beton pracetak

7
pemenuhannya memerlukan biaya yang tidak sedikit dan sebagian dari material itu belum
tersedia. Kekurangan bahan baku ini menuntut pemerintah melakukan impor dari Pulau
Jawa.
Diperkirakan pemindahan Ibukota dapat memakan waktu sekitar 4 tahun untuk
menjalani berbagai proses didalamnya serta untuk melakukan berbagai pengembangan.
Sedangkan kas negara untuk memenuhi kebutuhan tersebut hanya dapat memenuhi 19% dari
biaya yang dibutuhkan yakni kurang lebih sekitar Rp 466 Triliun sedangkan dana sisanya
diupayakan bersumber dari investasi swasta dan kemitraan secara langsung. Hal tersebut
juga terjadi karena anggaran APBN yang dipakai juga difungsikan untuk memenuhi
kebutuhan negara dalam hal lain dan untuk jangka waktu beberapa tahun sehingga tidak
dialokasikan dalam waktu satu tahun berjalan. Dampak yang akan terjadi kedepannya dari
pemindahan ibukota pasti memiliki dampak negatif maupun positif.
Sementara itu, untuk dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi akan sangat
tergantung pada tahapan perencanaan. Apabila dilakukan secara matang dan inklusif, efek
ke pertumbuhan ekonomi mungkin bisa terjadi dalam kurun waktu lima tahun. Tapi, apabila
melihat contoh negara-negara lain seperti Brasil yang memindahkan ibukotanya, efek ke
pertumbuhan ekonomi baru terasa lebih lama dari itu, sekitar setelah 10 tahun lebih
semenjak pemindahan Ibukota.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan rencana pemindahan
Ibukota dari DKI Jakarta ke Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur. Hal ini disampaikannya di Istana Negara, Jakarta, Senin, 26
Agustus 2019.
Pemerintah semakin serius merencanakan pemindahan Ibukota baru ke Kalimantan.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pun memaparkan rincian
pembiayaan yang dibutuhkan untuk memindahkan Ibukota. Menteri PPN/Kepala Bappenas
Bambang Brodjonegoro memaparkan pembiayaan pemindahan ibu kota tersebut
membutuhkan dana sebesar Rp 486 triliun. Pembiayaan tersebut akan dilakukan dengan 3
skema, yakni melalui APBN, Kerja sama pemerintah badan usaha (KPBU), serta dibiayai
oleh swasta.
Pembiayaan melalui APBN dianggarkan sebesar Rp 93,5 triliun atau 19,2% dari
total pembiayaan. Anggaran ini digunakan untuk pembangunan infrastruktur pelayanan

8
dasar, pembangunan istana negara, bangunan strategis TNI/Polri, rumah dinas
ASN/TNI/Polri, pengadaan lahan, ruang terbuka hijau dan pangkalan militer. "APBN kita
batasi 19,2% atau Rp 93,5 triliun. Dan itu pun kami pastikan tidak akan mengganggu semua
prioritas yang sudah ada termasuk prioritas untuk mengurusi masalah bonus demografi,
prioritas untuk pembangunan Sumber Daya Manusia," ujar Bambang, Selasa (20/8).
Bambang pun memastikan, sumber APBN yang digunakan diambil dari
pengelolaan aset, baik dari aset pemerintah yang ada di Ibukota baru maupun di Jakarta.
Sementara, pembiayaan dengan skema KPBU sebesar Rp 265,2 triliun atau 54,6% dari total
pembiayaan. Anggaran ini akan digunakan untuk membangun gedung eksekutif, legislatif,
dan yudikatif, membangun infrastruktur utama selain yang tercakup dalam APBN, sarana
pendidikan dan sarana kesehatan, museum dan lembaga pemasyarakatan, dan sarana dan
prasarana penunjang.
"Menurut saya wajar kalau [skema] KPBU itu besar, karena melalui KPBU itu
swasta bisa masuk untuk berbagai infrastruktur dasar yang ada. Apakah jaringan gas, air
bersih, apakah air limbah, Itu kan KPBU, tidak bisa langsung swasta," ujar Bambang. Lebih
lanjut, pembiayaan melalui skema swasta sebesar Rp 127,3 triliun atau sebesar 26,2% dari
total pembiayaan. Anggaran ini untuk membiayai perumahan umum, pembangunan
perguruan tinggi, science-technopark, peningkatan bandara, pelabuhan dan jalan tol, sarana
kesehatan, shopping mall, dan MICE.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara kesatuan Republik Indonesia yang telah merdeka hampir genap 73 tahun,
Ibukota negaranya (Jakarta) menempati bekas Ibukota penjajah ( yang menjajah selama
lebih dari tiga abad). Sebagai simbol kewibawaan Negara dan jati diri bangsa saat ini dan
masa depan kurang layak untuk dipertahankan, karena sebagai pemusatan kekuasaan dan
pemusatan ekonomi banyak menimbulkan KKN, berpenduduk padat, tata ruang yang tidak
tersusun rapi, kemacetan lalulintas, berbagai konflik kepentingan, pencemaran, setiap tahun
terlanda banjir, dan sanitasi lingkungan kurang memadai. Pemusatan kekuasaan dan
kegiatan di Ibukota mempunyai resiko tinggi dalam kondisi kritis (perang), Ibukota menjadi
sasaran untuk diserang.
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, pernah melontarkan ide
memindahkan Ibukota Negara ke Kalimantan Tengah. Persisnya ke Kota Palangkarya, yang
dibelah oleh sungai Kahayan. Pertimbangan Soekarno memilih Palangkaraya sebagai
Ibukota Negara. Pertama, Kalimantan adalah pulau yang terbesar di Indonesia dan letaknya
di tengah-tenagh gugus pulau Indonesia. Kedua, menghilangkan sentralistik Jawa. Ketiga,
pembangunan di Jakarta dan Jawa adalah konsep peninggalan Belanada. Kelebihan dari
Kalimantan adalah lokasinya merupakan pusat dari wilayah Nusantara. Lahan masih sangat
luas, sehingga dapat menyusun tata ruang Ibukota Negara yang sangat ideal. Kelemahannya
adalah prasarana dan sarana belum memadai, sebagian besar harus membangun yang baru,
berarti biaya mahal. Kelemahan lainnya adalah penyediaan air bersih, kebakaran hutan,
banjir dan longsor, merupakan bahaya yang perlu dijadikan dasar pertimbangan.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com_dampak_pemindahan_ibukota_terhadap_perekonomian_indonesia

https://republika.co.id_pemindahan_ibu_kota_berdampak_ke_ekonomi_makro.

KONTAN.CO.ID – JAKARTA

https://m.ayobandung.com_sejarah_panjang_pemindahan_ibu_kota_di_seluruh_negara_di_dunia

Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Vol. 14, No. 01, Juni2018, p. 21-30 Pemindahan Ibukota
Negara Maju dan Sejahtera, H. M Yahya

11

Anda mungkin juga menyukai