Anda di halaman 1dari 24

BEDAH BUKU MANIFESTO Gerakan Intelektual Profetik

PRAKATA
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmannirrahim, Alhamdulillahirrahmannirrahim, dengan rasa
syukur kepada Allah Swt, atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
materi untuk bedah buku dengan tepat waktu sehingga diharapkan
nantinya para pembaca dapat memahami secara garis besar tentang apa
yang ada dalam buku Manifesto Gerakan Intelektual Profetik karya
Muhammad Abdul Halim Sani.

Buku ini adalah buku cetakan ketiga karya beliau untuk menjawab
persoalan – persoalan terutama dalam ikatan ditingkat apapun. Buku ini
sangat menarik untuk dibahas khususnya ditahun keluarnya cetakan yang
ketiga karena membawa beberapa hal yang baru dari cetakan
sebelumnya. Semoga para pembaca dapat memahami garis besar dari isi
buku aslinya. Dan juga besar harapan kami kepada pembaca untuk dapat
mengamalkan apa yang dipelajari dari buku Manifesto Gerakan Intelektual
Profetik karya Muhammad Abdul Halim Sani.

Hasil ini tak luput dari kerja keras dan kerja sama kami dan juga berkat
dari dorongan orang – orang yang selalu mendukung kami. Kami
mengucapkan terimakasih sebesar besarnya kepada seluruh rekan yang
ikut andil dalam penyusunan rangkuman dari buku Manifesto Gerakan
Intelektual Profetik karya Muhammad Abdul Halim Sani. Pesan kami
kepada pembaca untuk terus berporses dan selalu semangat dalam
menjadikan diri kita manusa yang berilmu.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Semarang, 6 November 2020

Tim Penyusun

Humam Ahmad A. I.
Hana Zhafirah
Dewi Rokhmatul Adhimah
Citra Salsabila
Rizky Febriansyah
BAB I
PENDAHULUAN
Gerakan IMM merupakan gerakan keilmuwan yang besifat jangka panjang
bukan gerakan sesaat politis dengan mencari momentum untuk jangka
pendek. Gerakan keilmuan ikatan dilakukan oleh organisasi dan kader
yang berkesadaran untuk mewujudkan khoiru ummah. Gerakan Khoiru
Ummah ditandai dengan masyarakat yang berilmu sebagai cerminan
dalam diri kader amal ilmiah dan ilmu amaliah. Gerakan ikatan selalu
beriringan dengan Muhammadiyah, dimana ikatan merupakan lahan
dakwah Muhammadiyah pada kaum akademisi khususnya mahasiswa.
Masyarakat ilmu sendiri dalam ikatan merupakan suatu kerja keras dan
kerja cerdas menyikapi realitas social dan keilmuan yang ada sehingga
dapat mewujudkan baldhatun thoiyibatun warrabun ghafur.
Secara garis besar ada dua dokumen yang dimiliki oleh
ikatan pertama, arsip resmi dan kedua berbagai macam buku yang
membahas tentang ikatan. Misalkan buku yang membahas tentang Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah pertama kali dan banyak dikenal oleh kader
adalah karya Farid Fathoni AF yang berjudul Kelahiran yang Dipersoalkan;
Seperempat Abad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, buku ini membahas
sejarah kelahiran IMM yang bersamaan dan bertepatan dengan HMI ingin
“dibubarkan”oleh pemerintah (Soekarno) dan Partai Komunis Indonesia
(PKI) dikarenakan pemerintah yang sudah mulai terpengaruh oleh gerakan
PKI pada waktu itu. Pendekatan yang digunakan dalam buku tersebut
merupakan penelitian kajian Pustaka bersifat deskriptif, sehingga dapat
menggambarkan sejarah ikatan. (Fathoni, 1990)
Kajian Ideologis yang dilakukan oleh DPP IMM melahirkan buku dengan
judul Tri Kompetensi Dasar, Peneguhan Jati Diri Kader Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah. Pembahasan buku ini, mengkonstektualisasikan trilogy
dan trikompetensi dasar dalam perubahan social, sehingga mengenalkan
paradigma IMM dengan basis nilai yang dimilikinya. Kajian mendalam juga
dilakukan oleh DPD Jateng sehingga melahirkan naskah dokumen
berjudul Pedoman Individualisasi Kader, Liberalisasi Pemikiran dan
Radikalisasi Kader. Dokumen ini menuturkan perkembangan paradigma
kader profetik yang dilakukan dengan cara individuasi kader (proses
penyadaran dengan pemaksimalan individu) dengan pencerahan pola fikir
dan pengayaan pemikiran.
Buku Manifesto Gerakan Intelektual Profetik terdiri dari 13 bagian. Bagian
pertama berisi pendahuluan meliputi penjelasan warna merah, gerakan
profetik, studi ikatan terdahulu dan sistematika buku. Bagian kedua
tentang manusia dalam prespektif ikatan. Bagian ketiga mengupas simbol
ikatan. Bagian keempat teantan profil kader secara personal. Bagian
kelima teantang realitas sekarang yang menggambarkan dehumanisasi.
Bagian keenam membahas tentang Muhammadiyah untuk menjawab
realitas dehumanisasi. Bagian ketujuh, menganalisis kesadarn dalam
transformasi. Bagian kedelapan tentang indicator dan metodologi
transformasi profetik. Bagian kesembilan, mengulas etos profetis dalam
mewujudkan cita-cita profetis. Bagian kesepuluh, teori social transformasi
profetis. Bagian kesebelas menganalisis filsafat gerakan intelektual
profetik dalam bertransformasi. Bagian kedua belas, membahas
transformasi profetik oleh ikatan dengan spirit dari para nabi Muhammad
SAW dan KH. Ahmad Dahlan. Bagian terakhir mengungkapkan khoiru
ummah dari transformasi profetik ikatan dengan mencontoh transformasi
Nabi Muhammad SAW.

BAB II
MANUSIA DALAM PRESPEKTIF IKATAN
Teradapat berbagai macam prespektif yang mengatakan manusia adalah
hewan rasional dan pendapat ini diyakini oelh filsuf. Sedangakn ada yang
menilai manusia sebagai animal simbolik karena manusia
mengkomunikasikan Bahasa melalui simbol-simbol dan manusia
menafsirkan simbol-simbol tersebut. Manusia juga disebut homo
feber dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat
gila kerja serta dikarenakan manusia tukang yang menggunakn alat-alat
dan menciptakannya. Manusia dapat disebut homo sapiens, manusia
bersikap arif karena memiliki akal budi dan mengungguli makhluk yang
lain. manusia juga disebut Homo ludens (makhluk senang bermain). Marx
menunjukkan perbedaan manusia dengan binatang tentang kebutuhannya,
binatang langsung menyatu dengan kegiatan hidupnya sedangkan
manusia membuat kerja hidupnya menjadi objek kehendak dan
kesadarannya. Menurut marx juga manusia terbuka pada nilai-nilai estetik
dan hakekat perbedaan manusai dengan binatang lain adalah menunjukan
hakekat bebas dan universal. Manusia dibedakan dengan hewan juga
karena kemampuannya untuk merefleksi sehingga menjadi makhluk
berelasi karena kemmpuan kapasitasnya untuk menyampaikan hubungan
dengan dunia.
Hakekat manusia berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya.
Manusia secara individu tidak pernah menciptakan dirinya, namun bukan
berarti ia tidak dapat menentukan jalan hidup setelah kelahirannya dan
eksistensinya untuk mencapai kedewasaan, dari kenyataan itu akan
memberi andil atas pertanyaan mengenai hakikat kedudukan dan
perannya dalam kehidupan yang akan ia hadapi. Manusia dalam Al-Quran
ada tiga macam. Pertama menggunakan huruf alim, nun dan
sin seperti insan, ins, nas dan unas. Kata insan juga digunakan dalam
pengungkapan kata manusia karenan menunjukkan totalitas manusia
seperti jiwa raga manusia yang berbeda satu dengan yang lain. Kedua
menggunakan kata basyar yang menunjukkan suatu proses tentang
kejadian proses kejadian manusia sampai tahap kedewasaan. Dan ketiga
menggunakan kata Bani Adam dan Zuriyat Adam. Penggambaran manusia
tertuang dalam perkataan Nabi yang berisi hati untuk mengungkapkan
kondisi manusia “Dlam tubuh manusia ada sebuah segumpal daging itu
rusak maka rusaklah seluruh tubuh manusiq, taukah apakah segumpal
daging itu? Segumpal daging itu adalah hati”. Disini hati merupaskan
bagian fundamental manusia. Hati manusia dalam ajaran islam identic
dengan seperangkat pengetahuan buka eperangkat emosi.
Manusia sebagai makhluk yang berdimensi social memiliki peran dan
kedudukan yang sangat mulia. Namun sebelumnya perlu dipahami tentang
manusia yang memiliki eksistensi sebagai sebagai al insan, al basyar,
Abdullah, annas dan khalifah. Kedudukan dan peran manusia adalah
memerankan ia kedalam kelima eksistensi tersebut.
Islam memandang manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi dan proyeksi
dimensi vertical kedalam tataran horizontal, dikarenakan manusia memiliki
akal mengetahui realitasnya sendiri dan menjadi salah satu
manifestasinya. Khalifah yang dimaksud meruapkan kekuasaan Tuhan
untuk memakmurkan bumi dalam rangka ibadah kepada Allah. Manusia
memegang amanah sebagai khalifah untuk melakukan keputusan dan
tindakannya sesuai dengan maqasid asy-syariah yang tujuan diciptanya
sebuah hukum atau nilai esensiuntuk menjaga agama, keturunan harta
akal dan ekologi.
Manusia dalam pandangan ikatan adalah manusia berkesadaran kenabian
yang berusaha bertransformasi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki
oleh masing-masing kader. Manusia ini mengaktualkan potensi yang ada
agar berubah menjadi eksistensi sehingga terlaksananya kedudukan
manusia sebagai khalifaj yang bertugas memakmurkan bumi dalam rangka
meningkatkan ibadah pada Tuhan. Pengaktualan tersebut menjadikan
manusia berkarakter insan kamil yang memberikan kebahagiaan dan
peringatan terhadap sesame.
BAB III
MENGGALI MAKNA IKATAN: INTERPRETASI TERHADAP SIMBOL IMM

Persoalan yang terus menumpuk di era sekarang adalah bentuk dari sikap
manusia yang kurang mampu melakukan pengembangan diri sehingga
tertinggal dari yang lain. Kurangnya hal tersebut adalah akibat akses
dalam menggali potensi tidak dimaksimalkan. Melihat berbagai persoalan
yang ada, kelahiran ikatan merupakan suatu keniscayaan yang dapat
dilihat dari sumbangsih ikatan pada proses kebangsaan, digali dari doktrin
yang merupakan symbol dari ikatan yang melekat dalam ikatan dan yang
merupakan ruh serta paradigm gerakan dalam menyikapi realitas social.

Dalam diri ikatan mempunya beberapa sub bab yang harus diperhatikan
diantaranya tujuan ikatan, semboyan ikatan, dan trilogi ikatan. Sebuah
organisasi memiliki mimpi dalam mewudujkan apa yang dicita – citakan,
yang merupakan gambara reflektik kolektif dari para pendirinya dalam
menyikapi realitas. Meilhat dari tujuan serta harapan Muhammadiyah
terhadap ikatan bahwa yang dilakukan oleh ikatan adalah gerakan ilmu
amaliah dan ilmu ilmiah untuk mencapai masyarakat ilmu. Manusia
merupakan makhluk simbolis dikarenakan bentuk dari interaksi manusa
dengan lingkungannya berupa simbol. Simbol adalah cerminan perbuatan
dan perilaku manusia yang tertuang dalam Bahasa. Trilogi ikatan
merupakan lahan juang dan symbol ikatan dalam melakukan transformasi
sosial. Trilogi merupakan hal yang penting karena di dalamnya terdapat
makna yang kompleks, mendalam sebagai ruh ikatan dalam menilai diri
dan cara transformasi sosial yang dilakukan oleh organisasi. Sifat dari
trilogi ikatan merupakan kesatuan yang terintegral, komprehensif antara
ketiga dimensinya, ketida dimensi tersebut tidak bisa dipisahkan namun
dapat dibedakan. Tiga dimensi tersebut adalah keagamaan,
kemahasiswaan, dan kemasyarkatan.
BAB IV
UPAYA MEWUJUDKAN KADER IKATAN: PROFIL KADER IKATAN

Landasan llahiyah

Pedoman upaya mewujudkan kader ikatan tertuang pada beberapa surah


di Al-Quran.

“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,


mmenyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan
beriman kepada Tuhan” (Q.S Ali Imran 110)
Kata ummah dari surat ini mengindikasikan perlunya satu kelompok,
perkumpulan atau organisasi secara sungguh-sungguh mengemban misi
kekhalifahan. Yang mana, kerjanya dilakukan secara individu sebagai
seorang kader dan kolektif dilakukan secara orgaisatoris. Yang
memerlukan pemikiran luas dan mendalam dalam rangka mencapai
tujuan. Kerja kolektif menjadi prioritas dalam mengemban misi ini. Sifat
dari amar maaruf nahi munkar ini bersifat perennial untuk menjaga
harmonisasi alam, dan dinamisasi.

Semangat surah ali imran 110 ini tersebut menjadi salah satu landasan
profil kader ikatan yang berbasi kenabian. Konsep ini selayaknya dijadikan
sebagai rujukan kader yang tertuang dalam tujuan perkaderan diarahkan
pada terbentuknya kader yang memiliki kompetensi sebagai khalifah allah
di muka bumi dalam rangka beribadah.

Menurut Gramsci bahwa manusia merupakan cendekiawan, namun


banyaknya manusia tidak dapat memanfaatkan fungsi sebagai
cendekiawan. Ketika tidak dapat memanfaatkan fungsi sebagai
cendekiawan yang hanya unuk pengembangan ilmunya, disebut dengan
tradisional. Namun bila menjalankan fungsinya dengan baik melakukan
perenungan dengan mengkontekkan dengan realitas sosial dengan
membawa perubahan disebut cendekiawan organik (Rifma, 2007).

Cendekiawan pada dasarnya adalah pekerja – pekerja budaya yang sealu


berupaya, agar kebudayaan berkembang menjadi suatu yang lebih
beradab, sesuai dengan tuntunan zaman berdasarkann nnilai-nilai illahi.
Pangkal atau titik tolak cendekiawan nampak pada kegelisahan dan
keprihatinan intelektualnya didasari pada kesaadaran nilai-nilai agama,
ketika berbenturan dengan realitas sosial. Kesadaran tersebut merupakan
selars dengan keprihatinan yang dimiliki oleh para nabi, mujtahid yang
mempertanyakan kehrusan teologis yang terpantul dalam realitas sosial.
Oleh karena itu tugas cendekiawan adalah meneruskan tradisi kenabian
dalam melakukan tranformasi sosial yang berkeadlian guna terciptanya
khairu ummah.

Istilah profetik ikatan dimaksudkan bagi mereka yang memiliki kesadaran


akan diri, alam, dan Tuhan yang menisbatkan semua potensi yang dimiliki
sebagai pengabdian untuk kemanusiaan dengan melakukan humanisasi
dan liberalisasi, dijawai dengan transendensi disemua diimensi kehidupan
sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dalam rangka beribadah pada
Allah SWT.

Pilihan sadar dari teman-teman IMM memunculkan istilah intelektual


profetik secara sosiologis menjadi tiga bagian. Pertama, merupakan
respon terhadap realitas makro yang enyebabkan dehumanisasi. Kedua,
respon terhadap diri (internal) IMM yang membutuhkan paradigma
gerakan dalam rangka menyikapi rea;itas sosial. Ketiga, respon terhadap
mala usaha, dan sejarah Muhammadiyah, terjebak dalam ritualitas,
birokratis, paragmatisme sehingga menjadi sangkar besi rasionalisme.
Pilihan inteletual profetik dala ikatan merupakan pilihan sadar
pengembangan dari dielektika realiatas mikro, realitas makro dan sosial.

Tugas intelektual profetik yang utama ialah untuk merubah dunia bukan
hanya menginterpretasi dunia. Sifat yang dibawa oleh intelektual profetik
adalah agama untuk kemanusiaan dan menjadikan aama pemecahan
persoalan-persoalan sosial empiris, ekonoi, pengembangan masyarakat,
penyadaran hak-hak politik rakyat, dan mengeluarkan belenggu manusia
dari ketidakadilan. Proes transformasi sosial yang dilakukan sesuai
dengan tiga pilar dalam etika profetik yaitu; humanisasi, liberasi, dan
transendensi.

Humanisasi merupakan terjemahan kreatif dari aar maruf nahi munkar


bertujuan untuk meningkatatkan diensi dan potensi positif manusia yang
mebawa kembali pada petunjuk illahi untuk mencapai keadaan fitrah.
Humanisme yang ditawarkan adalah humanisme teosentri bukan
humanisme antroposentris. Konsep humanisme tidak dapat dipahami
tanpa konsep traansendensi yang menjadi dasarnya.

Liberasi dalam konteks profetik menjadikan agama sebagai nilai-nilai


transdental, sehingga agama menjadi ilmu yang objektif dan faktual.

Transendensi merupakan jiwa dalam proses humanisasi dan liberasi.


Proses memanusiakan anusia dan melakukan proses pembebasan
merupakan sarana untuk kembali ke Tuhan. Tujuan akhir darii proses
liberasi dan dan humanasi adalah Tuhan. Transendensi menjadikan ilmu
sosial yang bercorak agamis dan berdasarkan nilai-nilai Al-Quran.

BAB V
REALITAS SEKARANG: GLOBALISASI, NEOLIBERALISME DAN
MULTIKULTURALISME

Indonesia sebagai masyarakat yang majemuk memiliki suatu kebudayaan


yang berlaku secara umum, memiliki coraknya schugai mozaik.
Masyarakat yang plural merupakan “belati” bermata ganda dimana
pluralitas sebagai rahmat dan sebagai kutukan. Sedangkan pluralitas
sebagai kutukan akan menimbulkan sikap penafian terhadap yang lain,
baik individu ataupun kelompok, karena dianggap berbeda dengan dirinya,
dan perbedaan dianggap menyim-pang atau salah. Menurut Suparlan yang
mengutip dari Fay, Jary dan J. Jary dalam acuan utama masyarakat yang
multikultural adalah multikulturalisme, yakni sebuah ideologi yang
mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kese-derajatan baik
secara individu ataupun secara kebudayaan. (Pasudi Suparlan, Menuju
Masyarakat Indonesia yang Multikultural).

Dalam sejarah globalisasi terdapar dua macam perkembangan. Pertama


perkembangan teknologi dan kedua, perkembangan dalam kekuatan.
(Peter Marcus, Memahami Bahasa Globalisasi). Globalisasi dan
dampaknya terbagi menjadi dua macam, positif dan negatif. Sisi negatif
atau ancaman dari globalisasi dapat ditemui dari perkembangan arus
informasi dan komunikasi, kita lebih mudah mengakses informasi ataupun
gambar-gambar yang dapat mempengaruhi tingkah laku, cara pandang,
gaya berpikir yang bertentangan dengan nilai etika, budaya dan agama.
Dampak positif dari globalisasi adalah berkembangnya teknologi yang
mempermudah urusan manusia. Dengan media informasi menjadikan kita
dapat melihat berbagai peristiwa diberbagai belahan dunia. Unsur positif
dari globalisasi telah melahirkan LSM dan NGO sebagai gerakan dalam
rangka melindungi masyarakat lokal terhadap gempuran globalisasi.
Globalisasi merupakan suatu realitas yang tidak bisa dihindari, namun
harus disikapi dengan benar dan bijak oleh suatu Negara khususnya
negara berkembang.

Neoliberalisme secara keilmuan berawal dari kajian ekonomi yang


dilakukan di Universitas Freiberg yang mengembangkan gagasan gagasan
ekonomi politik liberal pada tahun 1930 schingga kemudian dikenal
dengan Mazhab Frieberg. Gagasan mereka di sebarkan lewat jurnal Ordo
sehingga disebut Ordo-Liberal, yang sering juga disebut Neo-
Liberalisme. Secara sederhana neoliberalisme merupakan bentuk baru
dari paham ekonomi pasar liberal. Sebagai salah satu varian dari
kapitalisme yang terdiri dari merkantilisme, liberalisme, keynesianisme,
neolibendlime dan neo keynesianisme. Neoliberalisme adalah sebuah
upaya untuk mengoreksi kelemahan yang terdapat dalam libenelisme.

Neoliberalism jika diterapkan akan memiliki dampak sebagai berikut dalam


masyarakat (1) pemarginalan kaum miskin dan yang kaya makin kaya
sehingga terjadinya ketimpangan sosial ekonomi tinggi. (2) jumlah
pengangguran bertambah, kemiskinan meningkat, dan ketimpangan sosial
akan makin lebar, bahkan rakyat tidak lagi memiliki hak yang harus
dipenuhi oleh Negara (3) sistem ekonomi ini populer dengan penjualan
gaya baru dikarenakan menguras hasil tambang seperti minyak, gas,
emas perak, batubara, tembaga, dan sebagainya.

Multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian


dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang
menekankan pada penerimaan terhadap realitas keagamaan yang pluralis
dalam kehidupan masyarakat. (Aryumardi Azra, Identita dan Kri Budaya).
Multikulturalisme ternyata bukanlah pengertian yang mudah, Dimana
mengandung dua pengertian yang kompleks, yaitu “multi” yang berarti
plural dan “kulturalisme” berisi tentang kultur atau budaya.
Multikulturalisme bukanlah sebuah wacana, melainkan sebua ideologi
yang harus diperjuangkan karena dibutuhkan sebagai etika tegaknya
demokrasi, HAM, dan kesejahteraan hidup masyarakat.
Tilaar mengemukakan beberapa tantangan multikulturalisme. pertama,
hege-moni barat dalam badan politik ekonomi, sosial budaya dan ilmu
pengetahuan. Kedua, esensialisasi budaya. Multikulturalisme berusaha
untuk mencari esensi budaya tanpa ja dalam pandangan xenophobia dan
etnosentrisme. Ketiga, proses globalisasi berupa monokulturalisme
karena gelombang dahsyat globalisasi menggiling dan menghancurkan
kehidupan bersama budaya tradisional. Masyarakat akan tersapu bersih
dan kehilangan akar budayanya sehingga kehilangan akar berpijak akibat
terkena arus globalisasi. (H.A.R. Tilaar, Multikulturation.
BAB VI
REALITAS MUHAMMADIYAH BERCERMIN PADA PENDIRI
MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah sendiri dikenal sebagai organisasi sosial keagamaan yang


besar jika kita melihat pada apa yang disebut amal usaha muhammadiyah.
muhammadiyah yang memegang konsep agama yang modern sering
dipandang secara sosiologis bahwa hanya orang kota yang ikut dalam
muhammadiyah, namun itu tidak sepenuhnya benar, Muhammadiyah
sebagai gerakan kota akan mengalami pribumisasi ketika masuk ke desa
yang memunculkan variasi dalam muhammadiyah yaitu islam murni, neo
traditionalis, dan sinkretis. Muhammadiyah sebagai konsep agama modern
atau lebih sering disebut sebagai gerakan pembaharuan pada awal
sejarah hingga saat ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Lahirnya Muhammadiyah tidak luput dari pemikiran Kiai Ahmad Dahlan.


Kiai Ahmad Dahlan memahai agama cenderung fait action sebagai
tuntutan realitas yang diinginkan Kiai Ahmad Dahlan terhadap problem
sosial dengan agama sebagai solusinya. Kiai Ahmad Dahlan yang dikenal
sebagai salah satu pembawa Islam murni dalam beragama sesungguhnya
hanya mengharap rahmat dari Allah Swt, dan hanya berpegang pada al
Qur’an dan as Sunnah. Adapun karakteristik pemikiran Kiai Ahmad Dahlan
dan tokoh lain pada awal berdirinya terhadap cara pandang akal,
realitivisme dalam pemahaman agama, filsafat toleransi, penfasiran
agama tidak absolut, iman dan tanggung jawab sosial, shalat dan amal
serta tanggung jawab sosial.

Warisan Kiai Ahmad Dahlan bukanlah kitab ajarannya melainkan adalah


realitas amal usaha yang didirikannya dengan tujuan memberikan manfaat
yang luas untuk khususnya Indonesia dan umat islam dunia. Sesuai
dengan realitas Muhammadiyah dan relevansi pemikiran Kiai Ahmad
Dahlan yang mengedepankan akal karena pemahaman agama tidak ada
yang bersifat mutlak dan tidak perlu disakralkan. Praksis yang dilakukan
Kiai Ahmad Dahlan dengan memadukan ide dan aksi berupa gerakan –
gerakan yang ada dalam diri Muhammadiyah akhirnya membentuk kualitas
yang berbicara, sehingga praksisnya berbentuk sebuah kemajuan yang
terus dikembangkan sebagai rahmatan lil alamin.
BAB VII
PENTINGNYA KESADARAN: DARI KESADARAN KRITIS MENUJU
PROFETIS

Kesadaran kemampuan manusia untuk menyadari dan mempersepsi


sesuatu yang ada. Kesadaran dapat dicapai dan dipertahankan melalui
tindakan. Manusia sebagai makhluk multi dimensional memiliki hubungan
dengan berbagai sistem yang ada, sebagai contoh hubungan manusia
dengan alam untuk alam yang lebih baik dan mempermudah kehidupan
manusia, hal itu disebut sebuah kesadaran. Berikut merupakan gambaran
kesadaran manusia terhadap realitas yang dipetakan menjadiempat
diantaranya kesadaran magis, kesadaran naif, kesadaran kritis, dan
kesadaran profetik. Kesadaran profetik adalah suatu cita yang diinginkan
oleh setiap insan dalam menuju kesempurnaan, hal ini menerapkan
epistemologi Islam yang dikemukakan Muhammad Abed al Jabiri dan hal
tersebut juga sering dilakukan oleh rasul Muhammad Saw. Pada taraf
kesadaran ini manusia mampu menganalisi problem dan menarik
kesimpulan dengan memetakan dan menganalisa, juga ada etika tertentu
sebagai jembatan transformasi.

Istilah etika dan moral mempunyai ikatan yang erat dengan arti asalnya
yaitu cara hidup atau kebaikan. Etika dalam pengertiannya merupakan
sebuah konsep tentang moral yang menjadi tindakan praktis manusia
dalam menjalankan kehidupan. Etika profetis adalah suatu bentuk
kesadaran yang berdasar nilai – nilai ilahiah dalam menjalani kehidupan.
Ada beberapa hal yang harus dipenuhi guna mencapai etika profetis
diantaranya konsep umat yang terbaik, kesadaran sejarah dalam ikatan,
dan konsep profetis itu sendiri.
BAB VIII
INDIKATOR DAN METODOLOGI INTELEKTUAL PROFETIK:
PENJELASAN MANIFESTO GERAKAN INTELEKTUAL PROFETIK

Dalam etika profetik gerakan transformasi memiliki tiga pilar yaitu


humanisasi, liberasi dan transendensi yang dapat diterjemahkan sebagai
cendekiawan atau intelektual profetis, dan aksi transformasif protetis.
Cendekiawan merupakan salah satu unsur yang dapat menunjang
transformasi sosial adapun juga cendekiawan yang dimaksud adalah ada
dalam individu kader dan ikatan yang dikemas dalam bentuk kolektif.
Individu kader yang cendekiawan profetik mempunya beberapa klasifikasi
diantaranya sadar dengan dirinya sendiri, sadar terhadap realitas sosial,
peka terhadap realitas sosial, peduli terhadap realitas sosial, aksi nyata
dalam menghadapi realitas sosial dan evaluasi. Sendangkan dalam ikatan
mempunyai beberapa klasifikasi juga diantaranya sadar dengan diri
ikatan, sadar terhadap realitas sosial, peka, peduli, aksi nyata, kesadaran
akan perlunya kolektivitas, dan pelopor serta visioner dengan metodologi
yang tepat.

Metodologi atau proses pada transformasi profetis adalah hal penting


karena menajdikan ikatan berfikir, bertindak dalam mewujudkan cita – cita,
harapan, dan tujuan, serta memantau perkembangannya yang nantinya
akan dievaluasi sesuai kebutuhan. Adapun juga kerangka metodologi
profetis diantaranya refleksi atau belajar dari pengalaman, dialogis,
kontekstualisasi doktrin agama. Hal itu melihat pada indikator profetis
yang ada dan akan diteruskan dalam bentuk aksi transformatif profetis.
Adapun juga hal – hal dalam transformasi profetis dengan metodologi
yang ada diantaranya prioritas isu atau kasus, pemilihan pemihakan,
membentuk kelompok inti, merancang strategi dan sasaran, menggaalang
sekutu, membentuk pendapat umum, pemantauan, dan evaluasi program.
BAB IX
ETOS PROFETIS: UPAYA MEWUJUDKAN KEBUDAYAAN ILMU DALAM
IKATAN

Etos memiliki hubungan erta dengan sikap moral, walau tidak sepenuhnya
identik, keduanya memiliki kesamaan pada sikap yang berdasar pada sifat
mutlak. Kebudayaan menurut antropologi merupakan keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil dari manusia. Muhammadiyah adalah gerakan
yang mempunyai dua etos, ada etos keilmuan (kemajuan) dan etos
pembaharu (tajdid). Etos pembaharu adalah sikap yang lahir untuk
menanggapi realitas yang berupa hasil dialektika antara teks, konteks,
dan kontekstualisasi dari pemahaman keagamaan. Ada beberapa hal yang
perlu dipandang dari tajdid, yang pertama dalam masalah keagamaan,
dalam masalah sosial kemasyarakatan, sejarah ikatan yang memiliki faktor
internal dan eksternal, pengungkapan diri ikatan, realitas ikatan, dan yang
terakhir kontekstualisasi ikatan.

Kebudayaan ilmu merupakan tanggapan ikatan terhadap realitas


sekarang. Dalam dunia Islam khususnya kaum intelektual dalam merespon
globalisasi dan modernisme memposisikan sains dan agama termagi
menjadi tiga diantaranya islamisasi pengetahuan, pengilmuan Islam, dan
interasi-interkoneksi. Kebudayaan dalam perspektif ikatan sebagai sistem
gagasan, ide, aktivitas dan artifak dalam ikatan menuju pada proses
pengilmuan Islam yang mencirikan kebudayaan ilmu untuk mewujudkan
masyarakat yang berkemajuan. Dalam tinjauan kebudayaan ilmu dari segi
gagasan oleh ikatan berarti menjadikan al – Qur’an sebagai paradigma
dalam mengamati dan menganalisis masalah sosial. Dari hal tersebut
munculah aktivitas dari ikatan dalam mencapai kebudayaan ilmu lewat
transformasi profetik sehingga dapat memberikan kesadaran dan kerangka
berfikir yang ilmiah dan rasional. Hal tersebut yang nantinya akan menjadi
artifak atau peninggalan ikatan yang akan menciptakan masyarakat ilmu.
BAB X
TEORI – TEORI SOSIAL: ILMU SOSIAL SEKULERISTIK MENUJU ILMU
SOSIAL INTEGRALISTIK

Ilmu sosial adalah ilmu yang mengambil masyarakat atau kehidupan


bersama sebagai obyek yang dipelajari. Sedangkan paradigma sosial
mengacu pada orientasi perseptual dan kognitif yang dipakai oleh
masyarakat komunikatif untuk memahami dan menjelaskan aspek tertentu
dalam kehidupan sosial. Ada beberapa paradigma ilmu sosial diantaranya
ilmu sosial positivistik, ilmu sosial kontruktivisme, ilmu sosial kritis, dan
ilmu sosial profetik.

Ilmu sosial positivistik merupakan paradigma yang paling awal muncul


yang meyakini paham ontology realisme yang menyatakan bahwa realitas
ada dalam kenyataan berjalan sesuai dengan hukum alam. Kaum
positivistik mempercayai masyarakat merupakan bagian dari alam dan
bahwa metode penelitiannya yang bersifat empiris dapat digunakan untuk
menemukan hukum – hukumnya. Dalam ilmu sosial positivistik bersifat
bebas nilai, obyektif dan dalam perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat memandangnya pada evolusi sosial sehingga ilmu sosial ini
lebih bersifat status quo dan tidak peka pada perubahan.

Paradigma kontruktivisme dalam ilmu sosial sebagai kritik terhadap ilmu


sosial positivistik. Menurut paradigma ini, bahwa realitas sosial secara
ontologis memili bentuk yang beragam yang merupakan kontruksi mental,
berdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal, spesifik, dan bergantuk
pada pelaku. Kontruktivisme merupakan buah kritik kepada positivistik dan
memiliki sifat yang sama, sedangkan yang membedakan kedua paradigma
tersebut ada pada obyek kajian sebagai langkah awal dalam memandang
realitas sosial dimana positivistik menggunakan sistem dan struktur sosial
sedangkan kontruktivisme menggunakan subyek yang bermakna.

Ilmu sosial kritis melekat dari pemikiran filosof Jerman yang mencoba
mengembangkan teori Marxian guna memecahkan persoalan yang
dihadapi sekarang. Teori ini adalah upaya pengkritisan terhadap karya the
fundling father dan pemikiran Marx yang justru menjadi ideologi dan bukan
ilmu. Teori ini mengupayakan agar kebudayaan dan masyarakat bersifat
emansipatoris sehingga dapat terwujudnya transformasi sosial dan
masyarakat yang berkeadilan.

Ilmu sosial profetik (ISP) adalah tugas untuk menjadikan nilai – nilai Islam
diterima. ISP merupakan hasil pemikiran tokoh yang prihatin dengan
realitas sekarang, ISP sebagai produk murni kekhawatiran perlu
mendapatkan pengkritisan guna melakukan pembenahan pada teori
maupun metodologi dan juga perlu melakukan refleksi diri dan evaluatif
agar ISP tidak membeku. ISP dalam pembacaan dan penganalisaan
terhadap realitas sosial memiliki tiga pilar yang saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan. Pilar ISP dihadapkan pada realitas sehingga
pendekatan yang digunakan ISP pun bersifat empiris dengan
menghadapkan al – Qur’an dengan realitas sosial. Tiga pilar dari ISP
adalah humanisasi, liberasi, dan transendensi.

BAB XI
FILSAFAT PERGERAKAN: MEWUJUDKAN SOSIPLOGI GERAKAN
DALAM PRAKSIS KEMANUSIAAN

Kelahiran ikatan merupakan suatu kebutuhan kaderisasi Muhammadiyah


guna meneruskan cita – cita serta perjuangannya guna mewujudkan
masyarakat yang diidealkan dan keberadaannya merupakan bentuk kreasi
aktif Muhammadiyah dalam merespon realitas sosial, serta harapan
Muhammadiyah dalam mewujudkan tujuannya. Ikatan mempunyai nila
dasar ikatan (NDI) yang merupakan dasar dari organisasi dalam
melakukan gerakannya yang mencirikan keberadaan ikatan dalam
merespon realitas sosial. NDI mempunyai 5 poin yang secara garis besar
dijadikan dasar perjuangan ikatan sebagai organisasi pergerakan dan
organisasi kader. Ikatan sebagai organisasi pergerakan dan organisasi
kaderlah yang merupakan suatu kumpulan kolektif yang sadar dengan
sejarahnya yang akan ditentukan oleh ikatan itu sendiri.

Dimasa ini gerakan mahasiswa kurang memiliki peran yang signifikan


dalam melakukan perubahan atau menekan kebijakan pemerintah yang
tidak populis. Gerakan mahasiswa hanya merupakan serpihan kecil
bahkan sebuah pecahan, bukan sebagai gerakan yang utuh dalam
menghadapi permasalahan. Dewasa ini gerakan mahasiswa cenderung
kehilangan indentitasnya karena ketidakmampuannya melakukan
perubahan seiring perkembangan zaman. Gerakan mahasiswa di era
sekarang setidaknya memiliki tiga tantangan pertama peran yang
tergantikan kedua masih bersifat differgen dan partikular ketiga masalah
di era globalisasi. Tugas ikatan adalah menjadikan perkembangan sejarah
lebih humanis dan religius melihat transformasi sosial yang dilakukan oleh
para nabi dengan berdiaspora. Diaspora ikatan dalam konsepnya
mengacu pada laju hidup jamur dan spora dimana jamur masih dapat
bertahan hidup dengan menguraikan sesuatu hingga bermanfaat bagi
lingkungan dan spora yang bersifat regenerasi, dalam artian terlepas dari
induknya saat matan dan siap berkembang menjadi individu baru ditempat
apapun. Diaspora ikatan memiliki dua bentuk yaiut diaspora kedalam dan
diaspora keluar.
BAB XII
TRANSFORMASI PROFETIK: MENELISIK PERUBAHAN MASA
KENABIAN
1. Wacana Perubahan

Tidak ada suatu masyarakat uang tidak berubah. Sosiologi sangat


memperhatikan perubahan sosial, oleh karena itu banyak teori yang
dilahirkan untuk menganalisis tentang perubahan sosial. Perubahan sosial
merupakan proses yang berkesinambungan, penelaahan mengenai proses
tersebut mempunyai perspektif sejarah atau evolusioner.

Perubahan sosial yang terjadi secara terus menerus tetapi perlahan-lahan


tanpa direncanakan maka dapat dikatakan sebagai uplened social
change atau disebut dengan perubahan sosial tak terencana. Perubahan
sosial yang direncanakan atau didesain dan ditetapkan dalam tujuan dan
strateginya,merupakan perubahan sosial planned social
change (perubahan sosial terencana).

Sebab-sebab perubahan dalam teori sosial beragam, ada yang


berpendapat bahwa masyarakat berubah karena ideas berupa pandangan
hidup, pandangan ideal, dan nila-nilai. Prubahan dapat dilakukan oleh
orang-orang kreatif, merekayang berkumpul kemudian membentuk suatu
gerakan sosial untuk memberdayakan masyarakat.

 Transformasi Sosial Emile Durkheim


Menurut Durkheim dalam memandang masyarakat bagaikan
sebuahtatanan moral, yakni seperangkat tuntunan normatif lebih ideal dari
pada kenyataan material, yang terdapat dalam kesadaran individu
walaupun secara tertentu berada diluar individu. Durkheim menguraikan
dari solidaritas tersebut dalam msyarakat tradisional dengan sebutan
solidaritas mekanik,mengalami perkembangan menjadi bentuk solidaritas
organikdalam masyarakat modern yang telah mengalami pembagian kerja.
Bahwa prosestransformasi sosial menurut Emile Durkheim terjadi karena
inspirasi semangat moral,nilai-nilai ataukeyakinan yang sama dalam
masyarakat.

 Transformasi Sosial Max Weber

Transformasi sosial Max Weber dimulai dari pandangan tentang dunia ide,
pencapaian tipe idea. Pencapaian idea ini dapat digerakkan oleh dominasi
dan otoritas suatu masyarakat. Otoritas dalam masyarakat dalam
pandangan Max Weber terbagi menjadi tiga macam; pertama tradisional
(kepercayaan yang mapan terhadap kesunyian tradisi), kedua kharismatik
(daya tarik pribadi seorang pemimpin), ketiga legal rasional (komitmen
terhadap seperangkat peraturan diundang-kan secara resmi).

 Transformasi Sosial Karl Marx

Transformasi sosial yang dikemukakan oleh Marx secara filosofis oleh


filsafat materialisme. Filsafat materialisme memiliki anggapan dasar
bahwa kenyataan berada diluar persepsi manusia, demikian juga
kenyataan obyektif sebagai penentuterakhir dari ide. Materialisme
mengarahkan anggapan bahwa kenyataan sesungguhnya merupakan
benda atau materi, dan kenyataan ini diacukan untuk menjawab sejumlah
soal yang berhubungn dengan sifat dan wujud dari keberadaan.

 Transformasi Profetik

Transformasi profetik merupakan derivasi dari etika profetik,dengan ilmu


sosial profetik yang menjadikan alat untuk melakukan perubahan sosial,
sehingga bentuk transformasinya pun dinamakan dengan transformasi
profetik. Transformasi ini diilhami bagaimana cara nabi melakukan
transformasi yang bukan sekedar membebaskan dari ketertindasan tetapi
sekaligus mengarahkannya. Arahan yang dilakukan oleh nabi dengan
membentuk sistem yang lebih berkeadilan dan didasari oleh iman.
Demikian dengan keberadaan ikatan,untuk memahami ajaran islam yang
bersifat normatif diperlukan transformasi profetik sehingga merubah
kesadaran menjadi obyektif dan ilmiah. Kesadaran yang dibawa dalam
transformasi profetik ada dua macam; pertama,menjadikan ajaran atau
nilai-nilai agama menjdai obyektif. Kedua, transformasi profetik dalam
bentuk merubah kesadaran dari mitos,ideologi, kedalam bentuk kesadaran
ilmu.

 Model Transformasi Profetis

Gerakan kenabian merupakan bentuk perubahan sosial yang dilakukan


oleh para nabi dan pembaru untuk mengatualisasikan ajaran islam dan
realitasya. Model gerakan ini menjadi pelajaran yang dapat diambiloleh
ikatan sehingga dapat mencontohnya. Berikut ini merupakan model
gerakan kenabian seperti pertama, model propaganda Nabi Ibrahim AS;
Kedua, model advokasipolitik Nabi Hraun AS; Ketiga, pendidikan kritis
Nabi Musa AS; Keempat, yaitu regenerasi dakwah risalah Nabi Isa AS
kaum Hawariyun; Kelima, model partisipatoris Nabi Muhammad Saw,
keenam, masjid sebagai gerakan transformasi sosial model (Al-Maun) Kyai
Ahmad Dahlan.

BAB XIII
KHOIRU UMMAT: MANIFESTASI NILAI KETUHANAN UNTUK
KEMANUSIAAN
1. Prawacana Ummat

DalamAl-Qur’an kata ummat tersebut sebanyak 64 kali yang terdapat


dalam 24 surat. Makna ummat mengandung sejumlah arti, umpamanya
bangsa, masyarakat atau kelompokmasyarakat, kelompok keagamaan,
waktu atau jangka waktu. Pemaknaan dalam berniat keras menggapai
tujuan dalam merupakan tugas pokok dari kesatuan manusia (ummat)
dalam rangka menciptakan yang terbaik untuk kepentingan bersama.
Gerakan yang dilakukan oleh ummat agar berjalan dengan baik maka
diperlukan pemimpin sebagai role model (keteladanan) dalam anggotanya
dan masyarakat lain. Keteladanan dari pemimpin ini menjadi salah satu
faktor utama sebagai penggerak dalam sebuah masyarakat. Selain itu
diperlukan system yang adil dalam rangka menjaga kemanusiaan dan
lingkungannya.

 Konsep Ummat

Konsep ummat merupakan rumpun kebudayaan masyarakat muslim


diberbagai tempat yang saling memberi keharmonisan dan bersifat saling
melengkapi kebudayaan islam bersifat transkultural ini menyatukan dan
melahirkan sehingga melestarikan ummat. Dalam kebudayaan ini
mengungkapkan menggambarkan kekuasaan dan kualitas-kualitas khusus
yang timbul dari manifestasi ajaran islam dari berbagai komponen
sehingga melahirkan kebudayaannya yang nyata di masyarakat.

 Wujud Ummat dalam Sejarah

Islam sebagai ajaran universal diaplikasikan oleh pengikutnya sehingga


menyejarah membentuk suatu tatanan masyarakat. Tatanan masyarakat
yang berdasarkan nilai-nilai islam dalam sejarahnya terwujud dan
menjadiyang terbaik pada masanya. Perwujudan tersebut dikarenakan
adanya kerja sama antara anggota masyarakat dengan pemimpinnya yang
dinahkodai ole Nabi Muhammad SAW. Dalam piagam madinah,ummat
menjadi prinsip kunci untukmemahami komunitas warga madinah yang
kompleks diantaranya relasi muhajirin, snshor, islam-yahudi

Konsep umat dalam masyarakt madinah dapat terlihat, yaitu gerakan,


tujuan dan ketetapan hatiyang sadar untuk menciptakan tatanan sosial
yang lebih baik. Gerakannya dilakukan dengan cara kerjasama antar
anggota dan pemimpinnya dengan ketetapan hati yang didasarkan pada
keimanan sehingga menciptakan masyarakat yang modern. Masyarakat
mdinah bergerak berdasarkan etik yang didasarkan pada norma agama
yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan tertuang dalam peraturan
yang adil menjadi masyarakat etis berproses menuju dan memiliki
kecenderunan pad nilai-nilai keutamaan dengan landasan tauhid.
Pelaksanaan prinsip tersebut dapat terlihat pada masyarakat madinah
dimana Rasulullah SAW sebagai seorang pemimpin yang terbuka dan
menerima masukan dari masyarakatnya. Pelaksanaan ini menjadikan
madinah menjadi kota yang ideal dan modern sehingga nilai-nilainya
menjadi pembelajaran pada masa sekarang.
 Khairu Ummat

Konsep ideal masyarakat dalam Al-Qur’an dapat digunakan untuk


mendeskripsikan kondisi masyarakatsehingga dapat
membedakan,menganalisis, dan mencoba dikontekstualisasikan dalam
kehidupan. Konsep ini, sebagai inspirasi untuk membangun sebuah
peradaban ataupun kota-kota yang ada didunia khususnya islam. Kahiru
Ummah merupakan cita-cita ideal yang ingin dicapai oleh ikatan setelah
mewujudkan transformasinya. Khairu Ummah bukanlah utopia yang tak
terlaksana seperti kaum Marxisme yang menciptakan masyarakat tanpa
kelas. Tetapi bagi ikatan, khairu ummahmerupakan proses dan kerja keras
dalam melakukan perubahan yang perwujudannya dapat dilaksanakan
dengan menyiapkan sumber daya sehingga hsilnya dapat dirasakan oleh
generasi yang akan datang, hal ini menjadikan ikatan berpikir kedepan
dan merupakan tugas individu kader maupun kolektif ikatan mewujudkan
cita-cita tersebut. Khairu ummah merupakan aktivisme sejarah bercorak
kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai