PRAKATA
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmannirrahim, Alhamdulillahirrahmannirrahim, dengan rasa
syukur kepada Allah Swt, atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
materi untuk bedah buku dengan tepat waktu sehingga diharapkan
nantinya para pembaca dapat memahami secara garis besar tentang apa
yang ada dalam buku Manifesto Gerakan Intelektual Profetik karya
Muhammad Abdul Halim Sani.
Buku ini adalah buku cetakan ketiga karya beliau untuk menjawab
persoalan – persoalan terutama dalam ikatan ditingkat apapun. Buku ini
sangat menarik untuk dibahas khususnya ditahun keluarnya cetakan yang
ketiga karena membawa beberapa hal yang baru dari cetakan
sebelumnya. Semoga para pembaca dapat memahami garis besar dari isi
buku aslinya. Dan juga besar harapan kami kepada pembaca untuk dapat
mengamalkan apa yang dipelajari dari buku Manifesto Gerakan Intelektual
Profetik karya Muhammad Abdul Halim Sani.
Hasil ini tak luput dari kerja keras dan kerja sama kami dan juga berkat
dari dorongan orang – orang yang selalu mendukung kami. Kami
mengucapkan terimakasih sebesar besarnya kepada seluruh rekan yang
ikut andil dalam penyusunan rangkuman dari buku Manifesto Gerakan
Intelektual Profetik karya Muhammad Abdul Halim Sani. Pesan kami
kepada pembaca untuk terus berporses dan selalu semangat dalam
menjadikan diri kita manusa yang berilmu.
Tim Penyusun
Humam Ahmad A. I.
Hana Zhafirah
Dewi Rokhmatul Adhimah
Citra Salsabila
Rizky Febriansyah
BAB I
PENDAHULUAN
Gerakan IMM merupakan gerakan keilmuwan yang besifat jangka panjang
bukan gerakan sesaat politis dengan mencari momentum untuk jangka
pendek. Gerakan keilmuan ikatan dilakukan oleh organisasi dan kader
yang berkesadaran untuk mewujudkan khoiru ummah. Gerakan Khoiru
Ummah ditandai dengan masyarakat yang berilmu sebagai cerminan
dalam diri kader amal ilmiah dan ilmu amaliah. Gerakan ikatan selalu
beriringan dengan Muhammadiyah, dimana ikatan merupakan lahan
dakwah Muhammadiyah pada kaum akademisi khususnya mahasiswa.
Masyarakat ilmu sendiri dalam ikatan merupakan suatu kerja keras dan
kerja cerdas menyikapi realitas social dan keilmuan yang ada sehingga
dapat mewujudkan baldhatun thoiyibatun warrabun ghafur.
Secara garis besar ada dua dokumen yang dimiliki oleh
ikatan pertama, arsip resmi dan kedua berbagai macam buku yang
membahas tentang ikatan. Misalkan buku yang membahas tentang Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah pertama kali dan banyak dikenal oleh kader
adalah karya Farid Fathoni AF yang berjudul Kelahiran yang Dipersoalkan;
Seperempat Abad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, buku ini membahas
sejarah kelahiran IMM yang bersamaan dan bertepatan dengan HMI ingin
“dibubarkan”oleh pemerintah (Soekarno) dan Partai Komunis Indonesia
(PKI) dikarenakan pemerintah yang sudah mulai terpengaruh oleh gerakan
PKI pada waktu itu. Pendekatan yang digunakan dalam buku tersebut
merupakan penelitian kajian Pustaka bersifat deskriptif, sehingga dapat
menggambarkan sejarah ikatan. (Fathoni, 1990)
Kajian Ideologis yang dilakukan oleh DPP IMM melahirkan buku dengan
judul Tri Kompetensi Dasar, Peneguhan Jati Diri Kader Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah. Pembahasan buku ini, mengkonstektualisasikan trilogy
dan trikompetensi dasar dalam perubahan social, sehingga mengenalkan
paradigma IMM dengan basis nilai yang dimilikinya. Kajian mendalam juga
dilakukan oleh DPD Jateng sehingga melahirkan naskah dokumen
berjudul Pedoman Individualisasi Kader, Liberalisasi Pemikiran dan
Radikalisasi Kader. Dokumen ini menuturkan perkembangan paradigma
kader profetik yang dilakukan dengan cara individuasi kader (proses
penyadaran dengan pemaksimalan individu) dengan pencerahan pola fikir
dan pengayaan pemikiran.
Buku Manifesto Gerakan Intelektual Profetik terdiri dari 13 bagian. Bagian
pertama berisi pendahuluan meliputi penjelasan warna merah, gerakan
profetik, studi ikatan terdahulu dan sistematika buku. Bagian kedua
tentang manusia dalam prespektif ikatan. Bagian ketiga mengupas simbol
ikatan. Bagian keempat teantan profil kader secara personal. Bagian
kelima teantang realitas sekarang yang menggambarkan dehumanisasi.
Bagian keenam membahas tentang Muhammadiyah untuk menjawab
realitas dehumanisasi. Bagian ketujuh, menganalisis kesadarn dalam
transformasi. Bagian kedelapan tentang indicator dan metodologi
transformasi profetik. Bagian kesembilan, mengulas etos profetis dalam
mewujudkan cita-cita profetis. Bagian kesepuluh, teori social transformasi
profetis. Bagian kesebelas menganalisis filsafat gerakan intelektual
profetik dalam bertransformasi. Bagian kedua belas, membahas
transformasi profetik oleh ikatan dengan spirit dari para nabi Muhammad
SAW dan KH. Ahmad Dahlan. Bagian terakhir mengungkapkan khoiru
ummah dari transformasi profetik ikatan dengan mencontoh transformasi
Nabi Muhammad SAW.
BAB II
MANUSIA DALAM PRESPEKTIF IKATAN
Teradapat berbagai macam prespektif yang mengatakan manusia adalah
hewan rasional dan pendapat ini diyakini oelh filsuf. Sedangakn ada yang
menilai manusia sebagai animal simbolik karena manusia
mengkomunikasikan Bahasa melalui simbol-simbol dan manusia
menafsirkan simbol-simbol tersebut. Manusia juga disebut homo
feber dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat
gila kerja serta dikarenakan manusia tukang yang menggunakn alat-alat
dan menciptakannya. Manusia dapat disebut homo sapiens, manusia
bersikap arif karena memiliki akal budi dan mengungguli makhluk yang
lain. manusia juga disebut Homo ludens (makhluk senang bermain). Marx
menunjukkan perbedaan manusia dengan binatang tentang kebutuhannya,
binatang langsung menyatu dengan kegiatan hidupnya sedangkan
manusia membuat kerja hidupnya menjadi objek kehendak dan
kesadarannya. Menurut marx juga manusia terbuka pada nilai-nilai estetik
dan hakekat perbedaan manusai dengan binatang lain adalah menunjukan
hakekat bebas dan universal. Manusia dibedakan dengan hewan juga
karena kemampuannya untuk merefleksi sehingga menjadi makhluk
berelasi karena kemmpuan kapasitasnya untuk menyampaikan hubungan
dengan dunia.
Hakekat manusia berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya.
Manusia secara individu tidak pernah menciptakan dirinya, namun bukan
berarti ia tidak dapat menentukan jalan hidup setelah kelahirannya dan
eksistensinya untuk mencapai kedewasaan, dari kenyataan itu akan
memberi andil atas pertanyaan mengenai hakikat kedudukan dan
perannya dalam kehidupan yang akan ia hadapi. Manusia dalam Al-Quran
ada tiga macam. Pertama menggunakan huruf alim, nun dan
sin seperti insan, ins, nas dan unas. Kata insan juga digunakan dalam
pengungkapan kata manusia karenan menunjukkan totalitas manusia
seperti jiwa raga manusia yang berbeda satu dengan yang lain. Kedua
menggunakan kata basyar yang menunjukkan suatu proses tentang
kejadian proses kejadian manusia sampai tahap kedewasaan. Dan ketiga
menggunakan kata Bani Adam dan Zuriyat Adam. Penggambaran manusia
tertuang dalam perkataan Nabi yang berisi hati untuk mengungkapkan
kondisi manusia “Dlam tubuh manusia ada sebuah segumpal daging itu
rusak maka rusaklah seluruh tubuh manusiq, taukah apakah segumpal
daging itu? Segumpal daging itu adalah hati”. Disini hati merupaskan
bagian fundamental manusia. Hati manusia dalam ajaran islam identic
dengan seperangkat pengetahuan buka eperangkat emosi.
Manusia sebagai makhluk yang berdimensi social memiliki peran dan
kedudukan yang sangat mulia. Namun sebelumnya perlu dipahami tentang
manusia yang memiliki eksistensi sebagai sebagai al insan, al basyar,
Abdullah, annas dan khalifah. Kedudukan dan peran manusia adalah
memerankan ia kedalam kelima eksistensi tersebut.
Islam memandang manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi dan proyeksi
dimensi vertical kedalam tataran horizontal, dikarenakan manusia memiliki
akal mengetahui realitasnya sendiri dan menjadi salah satu
manifestasinya. Khalifah yang dimaksud meruapkan kekuasaan Tuhan
untuk memakmurkan bumi dalam rangka ibadah kepada Allah. Manusia
memegang amanah sebagai khalifah untuk melakukan keputusan dan
tindakannya sesuai dengan maqasid asy-syariah yang tujuan diciptanya
sebuah hukum atau nilai esensiuntuk menjaga agama, keturunan harta
akal dan ekologi.
Manusia dalam pandangan ikatan adalah manusia berkesadaran kenabian
yang berusaha bertransformasi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki
oleh masing-masing kader. Manusia ini mengaktualkan potensi yang ada
agar berubah menjadi eksistensi sehingga terlaksananya kedudukan
manusia sebagai khalifaj yang bertugas memakmurkan bumi dalam rangka
meningkatkan ibadah pada Tuhan. Pengaktualan tersebut menjadikan
manusia berkarakter insan kamil yang memberikan kebahagiaan dan
peringatan terhadap sesame.
BAB III
MENGGALI MAKNA IKATAN: INTERPRETASI TERHADAP SIMBOL IMM
Persoalan yang terus menumpuk di era sekarang adalah bentuk dari sikap
manusia yang kurang mampu melakukan pengembangan diri sehingga
tertinggal dari yang lain. Kurangnya hal tersebut adalah akibat akses
dalam menggali potensi tidak dimaksimalkan. Melihat berbagai persoalan
yang ada, kelahiran ikatan merupakan suatu keniscayaan yang dapat
dilihat dari sumbangsih ikatan pada proses kebangsaan, digali dari doktrin
yang merupakan symbol dari ikatan yang melekat dalam ikatan dan yang
merupakan ruh serta paradigm gerakan dalam menyikapi realitas social.
Dalam diri ikatan mempunya beberapa sub bab yang harus diperhatikan
diantaranya tujuan ikatan, semboyan ikatan, dan trilogi ikatan. Sebuah
organisasi memiliki mimpi dalam mewudujkan apa yang dicita – citakan,
yang merupakan gambara reflektik kolektif dari para pendirinya dalam
menyikapi realitas. Meilhat dari tujuan serta harapan Muhammadiyah
terhadap ikatan bahwa yang dilakukan oleh ikatan adalah gerakan ilmu
amaliah dan ilmu ilmiah untuk mencapai masyarakat ilmu. Manusia
merupakan makhluk simbolis dikarenakan bentuk dari interaksi manusa
dengan lingkungannya berupa simbol. Simbol adalah cerminan perbuatan
dan perilaku manusia yang tertuang dalam Bahasa. Trilogi ikatan
merupakan lahan juang dan symbol ikatan dalam melakukan transformasi
sosial. Trilogi merupakan hal yang penting karena di dalamnya terdapat
makna yang kompleks, mendalam sebagai ruh ikatan dalam menilai diri
dan cara transformasi sosial yang dilakukan oleh organisasi. Sifat dari
trilogi ikatan merupakan kesatuan yang terintegral, komprehensif antara
ketiga dimensinya, ketida dimensi tersebut tidak bisa dipisahkan namun
dapat dibedakan. Tiga dimensi tersebut adalah keagamaan,
kemahasiswaan, dan kemasyarkatan.
BAB IV
UPAYA MEWUJUDKAN KADER IKATAN: PROFIL KADER IKATAN
Landasan llahiyah
Semangat surah ali imran 110 ini tersebut menjadi salah satu landasan
profil kader ikatan yang berbasi kenabian. Konsep ini selayaknya dijadikan
sebagai rujukan kader yang tertuang dalam tujuan perkaderan diarahkan
pada terbentuknya kader yang memiliki kompetensi sebagai khalifah allah
di muka bumi dalam rangka beribadah.
Tugas intelektual profetik yang utama ialah untuk merubah dunia bukan
hanya menginterpretasi dunia. Sifat yang dibawa oleh intelektual profetik
adalah agama untuk kemanusiaan dan menjadikan aama pemecahan
persoalan-persoalan sosial empiris, ekonoi, pengembangan masyarakat,
penyadaran hak-hak politik rakyat, dan mengeluarkan belenggu manusia
dari ketidakadilan. Proes transformasi sosial yang dilakukan sesuai
dengan tiga pilar dalam etika profetik yaitu; humanisasi, liberasi, dan
transendensi.
BAB V
REALITAS SEKARANG: GLOBALISASI, NEOLIBERALISME DAN
MULTIKULTURALISME
Istilah etika dan moral mempunyai ikatan yang erat dengan arti asalnya
yaitu cara hidup atau kebaikan. Etika dalam pengertiannya merupakan
sebuah konsep tentang moral yang menjadi tindakan praktis manusia
dalam menjalankan kehidupan. Etika profetis adalah suatu bentuk
kesadaran yang berdasar nilai – nilai ilahiah dalam menjalani kehidupan.
Ada beberapa hal yang harus dipenuhi guna mencapai etika profetis
diantaranya konsep umat yang terbaik, kesadaran sejarah dalam ikatan,
dan konsep profetis itu sendiri.
BAB VIII
INDIKATOR DAN METODOLOGI INTELEKTUAL PROFETIK:
PENJELASAN MANIFESTO GERAKAN INTELEKTUAL PROFETIK
Etos memiliki hubungan erta dengan sikap moral, walau tidak sepenuhnya
identik, keduanya memiliki kesamaan pada sikap yang berdasar pada sifat
mutlak. Kebudayaan menurut antropologi merupakan keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil dari manusia. Muhammadiyah adalah gerakan
yang mempunyai dua etos, ada etos keilmuan (kemajuan) dan etos
pembaharu (tajdid). Etos pembaharu adalah sikap yang lahir untuk
menanggapi realitas yang berupa hasil dialektika antara teks, konteks,
dan kontekstualisasi dari pemahaman keagamaan. Ada beberapa hal yang
perlu dipandang dari tajdid, yang pertama dalam masalah keagamaan,
dalam masalah sosial kemasyarakatan, sejarah ikatan yang memiliki faktor
internal dan eksternal, pengungkapan diri ikatan, realitas ikatan, dan yang
terakhir kontekstualisasi ikatan.
Ilmu sosial kritis melekat dari pemikiran filosof Jerman yang mencoba
mengembangkan teori Marxian guna memecahkan persoalan yang
dihadapi sekarang. Teori ini adalah upaya pengkritisan terhadap karya the
fundling father dan pemikiran Marx yang justru menjadi ideologi dan bukan
ilmu. Teori ini mengupayakan agar kebudayaan dan masyarakat bersifat
emansipatoris sehingga dapat terwujudnya transformasi sosial dan
masyarakat yang berkeadilan.
Ilmu sosial profetik (ISP) adalah tugas untuk menjadikan nilai – nilai Islam
diterima. ISP merupakan hasil pemikiran tokoh yang prihatin dengan
realitas sekarang, ISP sebagai produk murni kekhawatiran perlu
mendapatkan pengkritisan guna melakukan pembenahan pada teori
maupun metodologi dan juga perlu melakukan refleksi diri dan evaluatif
agar ISP tidak membeku. ISP dalam pembacaan dan penganalisaan
terhadap realitas sosial memiliki tiga pilar yang saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan. Pilar ISP dihadapkan pada realitas sehingga
pendekatan yang digunakan ISP pun bersifat empiris dengan
menghadapkan al – Qur’an dengan realitas sosial. Tiga pilar dari ISP
adalah humanisasi, liberasi, dan transendensi.
BAB XI
FILSAFAT PERGERAKAN: MEWUJUDKAN SOSIPLOGI GERAKAN
DALAM PRAKSIS KEMANUSIAAN
Transformasi sosial Max Weber dimulai dari pandangan tentang dunia ide,
pencapaian tipe idea. Pencapaian idea ini dapat digerakkan oleh dominasi
dan otoritas suatu masyarakat. Otoritas dalam masyarakat dalam
pandangan Max Weber terbagi menjadi tiga macam; pertama tradisional
(kepercayaan yang mapan terhadap kesunyian tradisi), kedua kharismatik
(daya tarik pribadi seorang pemimpin), ketiga legal rasional (komitmen
terhadap seperangkat peraturan diundang-kan secara resmi).
Transformasi Profetik
BAB XIII
KHOIRU UMMAT: MANIFESTASI NILAI KETUHANAN UNTUK
KEMANUSIAAN
1. Prawacana Ummat
Konsep Ummat