Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH AQIDAH AKHLAK

“AKHLAK DALAM KELUARGA”


Dosen Pengajar: Leo Siwianti, S.Ag., M.M

Disusun Oleh:
Fajar Firdaus (1930411010)

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2019
Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kita ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kita sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Sukabumi, 10 November 2019

Penyusun
Daftar Isi
Kata pengantar……………………………………………………………………………… ii
Daftar isi……………………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
1.4 Akhlak……………………………………………………………………...2
1.4.1 Pengertian Akhlak…………………………………………………...2
1.4.2 Golongan Akhlak…………………………………………………....2
1.4.3 Keutamaan Memiliki Akhlak Terpuji ………………………………3
1.5 Akhlak Dalam Keluarga……………………………………………………4
1.5.1 Memiliki Pasangan…………………………………………………..4
1.5.2 Melakukan Pernikahan………………………………………………5
1.5.3 Birrul Walidain………………………………………………………8
1.5.4 Silaturrahmi dengan karib kerabat…………………………………..9
BAB III PENUTUP
1.6 Kesimpulan…………………………………………………………………10
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………...11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak perlu diragukan lagi bahwa keluarga itu adalah sebagai sebuah batu dari pada
batu-batu bangunan sesuatu bangsa yang terdiri dari sekumpulan keluarga besar, yang mana
satu sama lain memiliki hubungan yang erat sekali. Dan tidak dapat dipungkiri lagi sebuah
keluarga terdiri dari beberapa orang yang memiliki akhlak atau sikap yang berbeda-beda maka
kita sebagai bagian dari keluarga itu haruslah bisa mengerti satu sama lain atau harus bisa
memahami berbagai sifat dan sikap dari berbagai orang yang tergabung dalam keluarga seperti
ayah, ibu, kakak, adik dan lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari akhlak?
2. Apa yang dimakksud dengan akhlak keluarga?
3. Apaa saja kegunaan dan manfaat dari ahklak berkeluarga?

C. Tujuan
Mengerti apa itu akhlak dalam keluarga dan dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan berkeluarga sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Kata akhlak secara bahasa verasal dari bahasa Arab “Al Khulk” yang diartikan sebagai
perangai, tabiat. Budi pekerti, dan sifat seseorang. Jadi akhlak seseorang diartikan sebagai budi
pekerti yang dimiliki oleh seseorang terkait dengan sifat-sifat yang ada pada dirinya. Dan Kata
akhlak menurut istilah khususnya dalam islam diartikan sebagai sifat atau perangai seseorang
yang telah melekat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut. Seseorang yang
mmeiliki sifat baik biasanya akan memiliki perangai atau akhlak yang baik juga dan sebaliknya
seseorang yang memiliki perangai yang tidak baik cenderung memiliki akhlak yang tercela.
Kata akhlak disebutkan dalam firman Allah pada ayat berikut ini.

ْ َ‫صة أَ ْخل‬
‫صنَا ُه ْم ِإنَّا‬ َ ‫الدَّ ِار ِذ ْك َرى ِبخَا ِل‬
“Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada
mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat”.(QS
Shad : 46)

B. Golongan Akhlak

 Akhlak Terpuji
Diantara beberapa akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim
adalah kesopanan, sabar, jujur, derwaman, rendah hati, tutur kata yang lembut dan
santun, gigih, rela berkorban, adil, bijaksana,tawakal dan lain sebagainya. Seseorang
yang mmeiliki akhlak terpuji biasanya akan selalu menjaga sikap dan tutur katanya
kepada orang lain dan merasa bahwa dirinya diawasi oleh Allah SWT.

 Akhlak Tercela
Akhlak tercela adalah akhlak yang harus dijauhi oleh muslim karena dapat
mendatangkan mudharat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Contoh
akhlak tercela diantaranya adalah dusta (baca bahaya berbohong dan hukumnya dalam
islam), iri, dengki, ujub, fitnah, sombong, bakhil, tamak, takabur, hasad, aniaya,
ghibah, riya dan sebagainya. Akhlak yang tercela sangat dibenci oleh Allah SWt dan
tidak jarang orang yang memilikinya juga tidak disukai oleh masyarakat.).
C. Keutamaan Memiliki Akhlak Terpuji

1) Berat timbangan di akhirat


Seseorang yang memiliki akhlak terpuji disebutkan dalam hadits bahwa ia akan
memiliki timbangan yang berat kelak dihari akhir atau kiamat dimana semua amal manusia
akan ditimbang, sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut:

“Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat
daripada akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa
mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat” [HR Tirmidzi]

2) Dicintai Rasul SAW

Rasul SAW diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia didunia.
Dan tentu saja Rasul SAW sendiri mencintai manusia yang mmeiliki akhlak yang baik.
Dari Jabir RA; Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat tempatnya
dariku di hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya, dan yang paling aku benci dari
kalian dan yan paling jauh tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang banyak bicara,
angkuh dalam berbicara, dan sombong”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]

3) Memiliki kedudukan yang tinggi

Dalam suatu hadits disebutkan bahwa seseorang yang memiliki akhlak dan budi
pekerti yang mulia memiliki kedudukan yang tinggi diakhirat kelak. Rasul SAW
bersabda:

“Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta
(kekayaan) yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang
lebih terisolir dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh
dari musyawarah. Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan
matang) dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada
wara’ yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan
tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman
yang lebih sempurna dari sifat malu dan sabra”. (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)

4) Dijamin rumah di surga

Memiliki akhlak yang mulia sangat penting bagi seorang muslim dan keutamaan
memiliki akhlak mulia sangatlah besar. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasul
menjamin seseorang sebuah rumah disurga apabila ia memiliki akhlak yang mulia. Dari
Abu Umamah ra; Rasulullah SAW bersabda:

“Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan debat sekalipun
ia benar, dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang tidak berbohong sekalipun
hanya bergurau, dan rumah di atas surga bagi orang yang mulia akhlaknya. [HR Abu
Daud ]

D. Ahklak Dalam Keluarga

A. Memilih Pasangan Hidup

Dalam ajaran agama Islam, terdapat 4 macam kriteria umum dalam


menentukan pasangan hidup seseorang, karena dalam menentukan pasangan hidup
tidak cukup hanya dengan modal cinta semata, melainkan terdapat beberapa kriteria
yang harus dipenuhi oleh seseorang bila menginginkan pasangan hidup yang dapat
membawa kebahagiaan di dunia maupun di akhirat nanti. Dari beberapa uraian diatas
maka kita harus berhati-hati dalam menentukan pasangan hidup kita, karena jika kita
kurang tepat dalam menentukan pasangan hidup kita, maka akan berdampak bagi
kehidupan kita di dunia maupun di akhirat.

Maka, ikutilah bimbingan yang diberikan oleh Rasulullah saw tentang beberapa
kriteria yang dipakai oleh seorang laki-laki dalam menentukan pasangan hidupnya, agar
kita bisa memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Dalam salah satu
Hadist Rasulullah bersabda :

“Seorang wanita dinikahi berdasrkan empat pertimbangan: karena harta,


keturunan, kecantikan dan agamanya. Peganglah yang memiliki agama niscaya
kedua tanganmu tidak akan terlepas” (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Daud)

Dimulai oleh Rasulullah saw dengan menyebutkan tiga kriteria yang mengikuti
kecendrungan atau naluri setiap laki-laki yaitu kekayaan, kecantikan dan keturunan
kemudian diakhiri dengan satu kriteria pokok yang tidak boleh ditawar-tawar yaitu
agama.Agama menjadi kriteria pokok dalam menetukan pasangan hidup karena dengan
agama (Islam) seseorang dapat mengerti bahwa pernikahan adalah ibadah semata-mata
mencari ridho Allah SWT. Meskipun dengan adanya suatu pernikahan banyak hikmah
yang bisa diambil, seperti :

1. Penyaluran kebutuhan biologis dan memelihara diri dari dosa,

2. Menjaga masyrakat dari kerusakan dan dekadensi moral,

3. Menjaga kelestarian keturunan umat manusia, dll

Dengan ajaran agama Islam seseorang dapat memahami hak dan kewajibannya
masing-masing dalam membina suatu rumah tangga. Sehingga apabila sepasang suami
isteri masing-masing saling memahami apa tujuan dan hikmah suatu pernikahan serta
mengerti dan mau menjalankan hak dan kewajibannya masing-masing dengan penuh
rasa tanggung jawab, maka keluarga tersebut akan menjadi sebuah keluarga yang
harmonis, segala esuatu berjalan dengan lancar, dan tentu saja pada akhirnya akan
membuahkan kebahagiaan dunia dan akhirat (insya Allah).
B. Melakukan Pernikahan

Nikah adalah adalah akad yang menghalalkan pasangan suami isteri untuk
saling menikmati satu sama lainnya. Pada bagian permulaan surat Al Mu'minuun
disebutkan bahwa salah satu tanda orang-orang mukmin itu ialah orang yang menjaga
kemaluannya, sedang permulaan surat An Nuur menetapkan hukum bagi orang-orang
yang tidak dapat menjaga kemaluannya yaitu pezina wanita, pezina laki-laki dan apa
yang berhubungan dengannya, seperti menuduh orang berbuat zina, keharusan menutup
mata terhadap hal-hal yang ada hubungannya dengan perbuatan zina, menyuruh agar
orang-orang yang tidak sanggup melakukan pernikahan menahan diri dan sebagainya.

ُ ‫اب َما فَا ْن ِك ُح ْوا ْاليَ ٰتمٰ ى فِى ت ُ ْق ِس‬


‫ط ْوا ا َ َّّل ِخ ْفت ُ ْم َوا ِْن‬ َ ‫ط‬ َ ‫س ۤا ِء ِمنَ لَ ُك ْم‬ َ ِ‫الن‬
َ ‫احدَة ت َ ْع ِدلُ ْوا ا َ َّّل ِخ ْفت ُ ْم فَا ِْن ۚ َو ُر ٰب َع َوث ُ ٰل‬
‫ث َمثْ ٰنى‬ ِ ‫ت َما ا َ ْو فَ َو‬ ْ ‫ۚ ا َ ْي َمانُ ُك ْم َملَ َك‬
‫تَعُ ْولُ ْوا ا َ َّّل ا َ ْد ٰ ٰٓنى ٰذ ِل َك‬
Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain)
yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu
berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu
miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.(QS AN-NISA’ 2)

 Rukun Nikah

Sebelum melakukan pernikahan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
mensahkan suatu pernikahan, antara lain :

a. Wali

b. 2 orang saksi

c. Akad nikah/sighat

d. Mahar/mas kawin

C. Hak Dan Kewajiban Suami Istri

 Kewajiban suami kepada isteri

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang suami terhadap isteri antara lain:

a) Mahar

Mahar adalah pemberian wajib dari suami untuk isteri, suami tidak boleh
menggunakanya tanpa seizin dan seikhlas isteri. Rasulullah bersabda,

”Diriwayatkan dari amir ibn Rabi’ah bahwa seorang wanita dari Bani Fazarah
kawin dengan mahar sepasang sandal. Lalu Rasulullah bertanya:”Apakah engkau
rela dari diri dan hartamu dengan sepasang andal?”Perempuan itu menjawab:”Ya”.
Lalu Rasulullah saw membolehkannya.”(HR. Ahmad, Ibn Majah dan Tirmidzi)
b) Nafkah

Nafkah adalah menyediakan segala keperluan isteri berupa makanan,


minuman, pakaian, rumah, dan lain-lain.

Firman Allah:

‫س َعة ذُ ْو ِليُ ْن ِف ْق‬


َ ‫س َعتِه ِم ْن‬ َ ‫ّللاُ ٰا ٰتىهُ ِم َّما ٰٓ فَ ْليُ ْن ِف ْق ِر ْزقُه َعلَ ْي ِه قُد َِر َو َم ْن‬
ٰ ۚ‫َّل‬
‫ف‬ ٰ ‫س َي ْج َع ُل ٰا ٰتى َها َما ٰٓ ا َِّّل نَ ْفسا‬
ُ ‫ّللاُ يُ َك ِل‬ َ ُ‫ّللا‬
ٰ َ‫ع ْسر َب ْعد‬ ُ ‫ۚ يُّ ْسرا‬
“Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut
kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah
dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada
seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya.
Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan”

(QS. AT-THALAQ 7).

c) Ihsan al-‘Asyarah

Ihsan al-‘Asyarah artinya bergaul dengan isteri dengan cara yang sebaik-
baiknya. Teknisnya dapat dilakukan menurut pribadi masing-masing. Misalnya
: membuat isteri bahagia, selalu berprasangka baik terhadap isteri, membantu
isteri apabila ia memerlukan bantuan meskipun dalam urusan rumah tangga,
menghormati harta miliknya pribadi dan lain-lain.

d) Membimbing dan Mendidik Keagamaan Isteri

Seorang suami memiliki tanggung jawab dihadapan Allah terhadap isterinya


karena suami merupakan pemimpin didalam rumah tangga. Maka, suami
berkewajiban mengajar dan mendidik isterinya agar menjadi seorang wanita
shalihah.

 . Kewajiban Isteri Terhadap Suami

Ada dua kewajiban seorang isteri terhadap suami, antara lain

a) Patuh Terhadap Suami

Seorang isteri wajib mematuhi segala keinginan suaminya selama tidak


untuk hal-hal yang mendekati kemaksiatan dan tidak bertentangan dengan
ajaran Islam.
Allah berfirman :
‫س ۤا ِء َعلَى قَ َّوا ُم ْونَ ا َ ِلر َجا ُل‬ َّ َ‫ّللاُ ف‬
َ ِ‫ض َل ِب َما الن‬ ٰ ‫ض ُه ْم‬ َ ‫بَ ْعض َع ٰلى بَ ْع‬
ٰٓ ‫ا َ ْم َوا ِل ِه ْم ِم ْن ا َ ْنفَقُ ْوا َّو ِب َما‬
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang
lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian
dari harta mereka.” (QS. An-Nisa 34)
b) Ihsan al ‘Asyarah
Ihsan al ‘Asyarah isteri terhadap suaminya antara lain dalam bentuk :
Menerima pemberian suami dengan rasa puas dan terima kasih, serta tidak
menuntut hal-hal yang tidak mungkin, serta selalu berpenampilan menarik
agar tercipta keharmonisan dalam keluarga.
Demikianlah akhlaq suami isteri yang pembahasannya kita fokuskan
pada masalah hak dan kewajiban yang tentu saja semua itu tidak terlapas
dari hukum.

E. Birrul Walidain

Birrul Wlidain terdiri dari kata birru dan al-walidain. Birru artinya kebajikan.
Al-walidain artinya dua orang tua atau ibu dan bapak.
Birrul Walidain merupakan suatu istilah yang berasal langsung dari Nabi
Muhammad saw, yang berarti berbuat kebajikan kepada kedua orang tua. Semakna
dengan birrul walidain, Al-Qur’an Al-Karim menggunakan istilah ihsan (wa bi al-
walidaini ihsana), seperti yang terdapat dalam firman Allah SWT berikut ini:

ٰٓ َّ ‫ا ِْحسٰ نا َو ِب ْال َوا ِلدَي ِْن اِيَّاهُ ا‬


ٰ َ‫ِّل ت َ ْعبُد ُْٰٓوا ا َ َّّل َرب َُّك َوق‬
‫ضى‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik
baiknya...”(QS. Al-Isra’ 23)

 Bentuk-bentuk Birrul Waldain

a. Mengikuti keinginan dan saran orang tua.


Seorang anak wajib mengikuti segala keinginan kedua orang tua, dengan
catatan keinginan tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Agama Islam.
b. Menghormati dan Memuliakan kedua orang tua
Banyak cara yang bisa dilakukan seorang anak untuk menunjukkan rasa
hormat kepada kedua orang tua, antara lain memanggilnya dengan panggilan
yang menunjukan rasa hormat, berbicara kepadanya lemah lembut, tidak
mengucapkan kata-kata yang kasar, pamit jika ingin keluar rumah(bila tinggal
serumah), dan lain sebagainya.
c. Membantu kedua orang tua secara fisik dan materil.
Seseorang dapat membantu kedua orang tua baik sebelum berkeluarga
dan belum berpenghasilan maupun apabila anak tersebut sudah berkeluarga dan
berpenghasilan. Misalnya, jika seorang anak belum berpenghasilan dapat
membantu dengan cara fisik atau tenaga dan atau yang lain. Sedangkan bila anak
sudah berpenghasilan dapat membantu secara materi dan atau yang lainnya.
d. Mendo’akan kedua orang tua
Seorang anak yang berbakti adalah anak yang selalu mendo’akan kedua
orang tua baik selama mereka masih hidup walaupun mereka telah menghadap
sang Khaliq.
F. Silaturrahmi Dengan Karib Kerabat

Istilah silaturrahmi terdiri dari dua kata: Shillah (hubungan atau sambungan) dan rahim
(peranakan). Istilah ini merupakan sebuah istilah dari hubungan baik penuh kasih sayang
antar sesame karib kerabat yang asal usulnya berasl dari satu rahim(keluarga).Keluarga
dalam kosep Islam bukanlah keluarga kecil yang hanya terdiri dari bapak, ibu dan anak.
Tetapi adalah keluarga besar yang bisa terdiri dari seluruh aspek dalam suatu keluarga yang
sambung-menyambung, seperti kakek, nenek, paman, bibi, dan lain seterusnya.

Allah berfirman :

‫ّللاَ َواتَّقُوا‬
ٰ ‫ِي‬ْ ‫س ۤا َءلُ ْونَ الَّذ‬ َ ‫ّللاَ ا َِّن ۚ َو ْاّلَ ْر َح‬
َ َ ‫ام بِه ت‬ ٰ َ‫َرقِيْبا َعلَ ْي ُك ْم َكان‬
”Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”(An-Nisa 1)

 Bentuk-Bentuk Silaturahmi

a. Berbuat Baik (ihsan)

Berbuat baik atau saling tolong-menolong antar sanak keluarga dapat


mempererat tali sillaturrahmi antar sanak keluarga. Allah SWT meletakkan
ihsan kepada dzawi al-qurba nomor dua setelah ihsan kepada ibu bapak.

b. Membagi sebagian dari harta warisan

Kita dapat membagi sebagian dari harta warisan kepada karib kerabat
yang hadir pada waktu pembagian, tetapi tidak mendapat bagian jika
terhalang oleh ahli waris yang lebih berhak.

c. Memelihara dan meningkatkan rasa kasih sayang sesama kerabat.

Untuk memelihara dan meningkatkan rasa kasih sayang antar kerabat


dapat dilakukan dengan cara antara lain :

o Saling hormat-menghormati, bertukar salam


o Saling kunjung-mengunjungi
o Menyelenggarakan walimahan, dll

 Manfaat Silaturahmi

Selain meningkatkan hubungan persaudaraan antar kerabat,


silaturrahmi juga memberi manfaat lain yang lebih besar baik di dunia
maupun di akhirat. Antara lain :

a. Mendapatkan Rahmat, Nikmat dan Ihsan dari Allh SWT


b. Masuk Surga dan Jauh Dari Neraka
c. Lapang Rezeki dan Panjang Umur
BAB III

PENUTUP

G. Kesimpulan

Dalam ahklak berkeluarga terdapat berbagai macam tahapan dan bentuk seperti dari
memilih pasangan, melakukan pernikahan, hak dan kewajiban suami istri, birrul walidain
semua tahapan dan bentuk dalam ahklak berkeluarga itu di lakukan agar kita tidak sembarang
dalam membangun suatu keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah karena keluarga kita
nantilah yang akan melindungi ataupun menjurumuskan kita ke surga maupun ke neraka.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/7322545/Akhlak_Dalam_Keluarga
https://dalamislam.com/akhlaq/akhlak-dalam-islam
https://www.radiorodja.com/47243-pengertian-akhlak-macam-macam-akhlak-dan-
dalil-tentang-akhlak/
https://litequran.net/an-nisa
https://litequran.net/al-isra
https://litequran.net/at-talaq
http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/download/199/505
https://amalia07.files.wordpress.com/2008/07/aik.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/195154-ID-pendidikan-akhlak-dalam-
lingkungan-kelua.pdf

Anda mungkin juga menyukai