Anda di halaman 1dari 10

Makalah Fitnah

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberi
berbagai nikmat dan kesehatan serta kekuatan, sehingga bisa menyusun makalah ini.
Penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu pemenuhan tugas mata pelajaran
Aqidah Akhlak.
Mohon maaf apabila makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena sesungguhnya,
kesempurnaan hanya milik Allah, dan saya disini hanya sebagai pelajar yang masih belajar
dan berusaha untuk memenuhi tugas dalam perjalanan saya selama belajar.
Terimakasih kepada Ibu guru, yang telah membingbing saya dalam belajar selama ini.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat.
Penulis,
Kelompok 8

Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................ I
Daftar Isi ................................................................................................................. II
Dalil tentang Fitnah ................................................................................................. 2
Pendapat para ulama ................................................................................................ 3
Menguraikan
1. Pengertian Fitnah ............................................................................................... 4
2. Sifat dan karakteristik ........................................................................................ 6
3. Menghindari Akhlak Tercela (Fitnah) ............................................................... 7
4. Nilai Negatif dari Fitnah .................................................................................... 8
Kesimpulan ......................................................................................................................... 9
Tinjauan Masa Kini Terhadap Fitnah ................................................................................. 10
Solusi .................................................................................................................................. 11

I. Dalil Tentang Fitnah


II.





Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah:
"Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari
jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir
penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan
berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-
hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu
(kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara
kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia
amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal
di dalamnya. (QS Al-Baqarah 217)






Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari
golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk
bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari
mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di
antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran
berita bohong itu baginya azab yang besar. (Q.S. An-Nur 24:11)

III.Pendapat Para Ulama tentang Fitnah


Makna satu kata, Fitnah
Seringkali para juru dakwah menyebut-nyebut kata fitnah, dalam berbagai bahasan.
Seringkali pula mereka beranggapan bahwa masyarakat Indonesia sudah begitu
akrab dengan kata tersebut, sehingga mereka pasti paham. Padahal sesungguhnya
tidaklah demikian. Berbagai realitas -termasuk yang saya dengar-, menunjukkan
bahwa ada kesalahpahaman besar seputar pemaknaan kata tersebut, di tengah
masyarakat kita, saat kata itu disebutkan oleh seorang juru dakwah. Pasalnya, kata
tersebut berbeda makna dalam bahasa kita, Indonesia, dibandingkan makna kata itu
di dalam bahasa Arab. Sementara kerap disampaikan para juru dakwah adalah makna
kata itu dalam bahasa Arab.
Dalam bahasa Indonesia, kata fitnah, seperti disebutkan dalam banyak kamus
bahasa Indonesia adalah: menuduh tanpa bukti. Dalam bahasa Arab, kata itu
berarti buhtaan. Seperti disebutkan dalam hadits tentnag ghibah, yang kesohor itu.
Sehingga, ketika seorang juru dakwah mengatakan, seorang pria muslim tidak boleh
berduaan dengan seorang wanita muslimah yang bukan muhrimnya, karena
dikhawatirkan terjadi fitnah. kebanyakan masyarakat Indonesia akan
memahaminya...khawatir mereka berdua akan difitnah. Yakni, dituduh berbuat
mesum dan sejenisnya. Padahal yang dimaksud juru dakwah tersebut,.khawatir
akan terjadi bencana. Yakni bencana maksiat, mulai dari yang paling ringan, hingga
perzinaan.
IV. Menguraikan
1. Pengertian
Fitnah dalam bahasa Arab disebut , Menurut Kamus Besar bahasa
Indonesia, kata Fitnah diartikan sebagai perkataan yang bermaksud menjelekkan
orang.Fitnah yaitu komunikasi dengan satu orang atau lebih yang bertujuan untuk
memberikan stigma negatif atas suatu peristiwa yang dilakukan berdasarkan fakta
palsu yang dapat mempengaruhi penghormatan, wibawa atau reputasi. Fitnah juga
diartikan sebagai Kekufuran seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Baqoroh:217,
dan Kesesatan seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Maidah: 41.
Maksud Fitnah
Kata "fitnah" asalnya diserap daripada bahasa Arab, dan pengertian asalnya adalah
"cobaan" atau "ujian". Maksud dan pengertian fitnah jika diselak lebar al-Quran dan
hadis adalah sebagaimana berikut.
A. Kufur/Kafir
Friman Allah Subhanahu Wataala yang bermkasud:
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah:
Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari
jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir
penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah . Dan berbuat fitnah
lebih besar (dosanya) daripada membunuh (Al Baqarah: 217)
Firman-Nya lagi yang bermaksud:
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan
itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu),
maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim (Al
Baqarah: 193)
Kata fitnah dalam ayat ini menurut para ulama tafsir adalah bermaksud kekafiran
atau kemusyrikan. Iaitu bahawa mereka itu menyebarkan kekafiran.
B. Bencana
Sabda nabi Sallallhu alaihi Wasallam yang bermaksud:
Apabila datang (meminang) kepada kamu seorang pemuda yang kamu sukai agama
dan akhlaknya, maka kahwinkanlah dia dengan anak perempuan mu. Dikhuatiri akan
terjadi fitnah (bencana) dan kerosakan yang besar di muka bumi.
Perkataan fitnah dalah hadis ini memberikan maksud bencana atau musibah yang
akan berlaku sekiranya perkahwinan ditangguhkan. Ini kerana syarat pemuda soleh
itu adalah sebaik-baik pilihan untuk dijadikan suami kepada anak-anak perempuan.
C. Konflik
Firman Allah Subhanahu Wataala yang bermaksud:
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada
ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al quran dan yang lain (ayat-ayat)
mu-tasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada
kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat
daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari tawilnya, padahal tidak
ada yang mengetahui tawilnya melainkan Allah (Ali Imran: 7)
Terdapat sebagian orang Islam yang hanya menggunakan semata-mata penilaian
mengikut aspek rasional. Sengaja mencari penafsiran ayat melalui pendekatan
logika akal manusia yang terbatas semata-mata, sehingga melencong dari tafsiran
yang tepat. Tujuan mereka semata-mata menyebar fitnah, iaitu mencari konflik dan
perselisihan dengan sesama muslim.
Inilah penjelasan kepada ayat ini yang dengan jelas menyebut perkatan fitnah. Ia
bermaksud menimbulkan konflik dan kekeliruan dalam masyarakat. Ia juga disebut
sebagai propaganda.
D. Tipu
Firman Allah Subhanahu Wataala yang bermaksud :
Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: Demi Allah, Tuhan kami,
tiadalah kami mempersekutukan Allah (Al Anam: 23)
Fitnah yang dimaksud dalam ayat ini adalah ucapan tipu dan dusta, untuk membela
diri mereka di hadapan Allah. Padahal Allah mengetahui hakikat mereka, dan apa
yang tersembunyi dalam hati mereka.
E. Binasa
Firman Allah Subhanahu Wataala: yang bermaksud:
Di antara mereka ada orang yang berkata: Berilah saya keizinan (tidak pergi
berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah.
Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah . Dan sesungguhnya
Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir (At Taubah: 49)
Dalam ayat ini kaum munafik di masa Nabi sallallahu alaihi wasallam enggan
menyertai peperangangan kerana menganggap itu adalah suatu kebinasaan (fitnah).
Padahal sesungguhnya mereka telah berada dalam kebinasaan dengan sifat munafik.
Iaitu kebinasaan diri mereka di akhirat kelak dengan balasan neraka yang paling
bawah.
F. Gangguan
Firman Allah Subhanahu Wataala: yang bermaksud:
Dan di antara manusia ada orang yang berkata: Kami beriman kepada Allah, maka
apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah (gangguan)
manusia itu sebagai azab Allah . Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu,
mereka pasti akan berkata: Sesungguhnya kami adalah bersamamu. Bukankah Allah
lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia? (Al Ankabut: 10)
Dalam ayat ini, kata fitnah membawa maksud ganguan. Inilah sifat biasa manusia
yang menganggap ujian Allah dalam bentuk gangguan manusia sebagai azab.
2. Sifat dan Karakteristik
Inilah gambaran orang yang suka memfitnah (mengadu domba) :Pengecut dan curang.
Orang yang suka memfitnah tidak mampu bersaing secara sehat.
Pendusta. Dusta/bohong menjadi menu utama dalam aksinya untuk memfitnah dan
mengadu domba orang lain.
Hidup dan kehidupannya dihantui oleh prasangka buruk.
Suka memata-matai dan mencari-cari kesalahan orang lain. Dia asyik sekali
membongkar rahasia, keburukan dan kebusukan seseorang, ketika orang itu tidak
ada. Dan ketika orang itu datang, maka pembicaraan pun berhenti dengan sendirinya,
kemudian berganti dengan memuji dan menyanjung. Ini adalah perbuatan hina dan
jijik.
Iri, dengki dan sombong selalu menempel di hatinya, bahkan menjadi darah daging.
Ketika dia merasa gagal, iri dan dengki yang muncul. Namun, ketika memperoleh
kesuksesan, dia sombong dan hidup melampaui batas.
Hubbuddunya (lebih cinta kepada gemerlap duniawi daripada cinta kepada Allah)
Aqidahnya telah rusak, karena lebih takut kepada manusia daripada takut kepada
Allah. Dia rela memfitnah dan mengadu domba orang lain agar posisi dan jabatannya
aman. Yang terpenting baginya adalah uang dan jabatan. Dengan kata lain, orang yang
suka mengadu domba adalah penjilat bermuka dua.
Kufur ni'mat. Orang yang suka memfitnah adalah orang yang tidak bersyukur atas
ni'mat Allah. Karena akal, hati dan raganya digunakan untuk merugikan orang lain.
Menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadi. Hatinya terdorong untuk
mengeruk keuntungan dengan jalan pintas. Bahkan tega mengorbankan sahabat dan
kelompok seperjuangan.
Orang yang suka memfitnah dan mengadu domba berpotensi menjadi pengkhianat.

3. Menghindari Akhlak Tercela (Fitnah)


Untuk menghindari fitnah ada beberapa tips yang perlu diperhatikan.
1) Jangan reaktif, jangan merespon dengan cepat berita-berita yang masih
berkategori katanya.... Reaktif tidak diperlukan dan tidak akan menyelesaikan
masalah. Karena sikap reaktif cenderung lebih tergesa-gesa. Ada ungkapan al khabar
kal ghabar (berita itu seperti debu) melayang ke mana-mana dan tidak bertuan.
2) Pastikan bahwa berita itu ada pembawanya. Sumber berita adalah penentu
kebenaran berita itu sendiri, terkadang berita dari satu tempat ke tempat lain
sudah tidak akurat dan banyak dibumbuhi atau di sisipi berita lain.

3) Tabayyun. Perjelas lagi berita itu kepada sumber aslinya. Inilah yang di ingatkan
oleh QS: al Hujurat:6


.
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu."
4) Jika memang apa yang diberitakan itu benar terjadi tetapi tidak kita inginkan
selesaikan dengan cara dewasa dan penuh kesadaran serta kasih sayang antar
sesama.
Apa yang dapat kita lakukan sebagai upaya membentengi hati dari fitnah (adu
domba) dan memeranginya :
1) Mulailah segala aktivitas dengan niat yang benar, yang baik dan tulus hanya untuk
mendapatkan ridho Allah.
2) Mintalah ridho dan restu orangtua, mintalah kepada orangtua untuk mendoakan
agar kita selamat.
3) Berpikir positif (husnuzhon). Jangan memandang / menilai seseorang dari sisi
negatifnya. saja.
4) Perbanyaklah mengingat Allah (zikrullah), karena zikir kepada Allah dapat
melembutkan hati dan menyehatkan akal.
5) Hati-hati dalam berbicara, bertindak dan dalam menerima informasi/berita.
Gunakan akal sehat dan hati yang sholeh untuk menganalisa dan menemukan
kebenaran dari setiap informasi/berita. Jangan lupa untuk memohon petunjuk dari
Allah dengan sholat istikhoroh.
6) Hati-hati terhadap kesenangan dunia, jabatan dan kedudukan.
7) Hati-hati dalam mengemban amanah. Laksanakan amanah dengan mengedepankan
kejujuran dan penuh tanggungjawab.
8) Jika cinta Islam, maka ikuti aturan Islam. Perdalamlah ilmu agama dengan rajin
mengikuti majelis ilmu atau pengajian dan mengamalkan ajaran Islam dalam hidup
dan kehidupan sehari-hari.
9) Amar Ma'ruf Nahi Mungkar. Jangan pernah membenci manusia, karena benci
kepada ciptaan Allah berarti benci kepada Allah. Bencilah kepada perilakunya yang
negatif. Selalu mengajak sahabat-sahabat kita untuk berbuat baik dan
mengingatkannya jika berbuat kemunkaran dan maksiat.
10) Senantiasa bersyukur kepada Allah. Rajinlah bershodaqoh kepada fakir miskin dan
anak yatim, sebagai perwujudan rasa syukur kita kepada Allah.

4. Nilai Negatif dari Fitnah


Keutuhan masyarakat tercipta apabila anggota-anggotaynya saling mempercayai dan
kasih-mengasihi. Ini mengharuskan masing-masing anggota mengenal yang lain
sebagai manusia yang baik, bahkan menganggapnya tidak memiliki keburukan. Dengan
menggunjing, keburukan orang lain ditonjlkan, rasa percaya dari kasih itu sirna.
Ketika itu benih perpecahan tertanam. Menggunjing apalagi memfitnah seseorang ,
berarti merusak keutuhan masyarakat satu demi satu, sehingga pada akhirnya
meruntuhkan bangunan masyarakat.
Orang yang memfitnah dan menggunjing berarti menunjukkan kelemahan dan
kemiskinannya sendiri. Seandainya kuat dalam argumentasi, tentu tidak perlu
mengada-ada. Apabila tidak miskin dalam pengetahuan, mestinya tidak perlu
menjadikan keburukan orang seagai bahan pembicaraan, masih banyak bahan
pembicaraan yang lain.
Suatu ketika Nabi Isa as., bersama murid-muridnya menemukan bangkai binatang
yang telah membusuk. Para murid beliau berkata,Alangkah busuk bau bangkai ini.
Mendengar hal itu, Nabi isa as., mengarahkan mereka sambil berkata, Lihatlah
betapa putih giginya. Dari kisah di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang harus
melihat isi positif pada suatu yang negatif dan berusaha menemukan kebaikan dalam
suatu yang terliht buruk.
Selain itu, apabila yang kita tuduhkan itu salah dan tidak terbukti, maka kita akan
menjadi orang yang dibenci masyarakat, sungguh merugikan. Naudzubillah.

V. Kesimpulan
Fitnah merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya. Karena dampak yang
ditimbulkan selalu negatif, tidak akan pernah positif. Luka yang
digoreskan/ditusukkan oleh fitnah lebih tajam daripada pedang. Kehancuran akibat
fitnah lebih dahsyat daripada bombardir senjata rudal. Fitnah dapat merusak tali
silaturahim, merusak persatuan dan kesatuan,
merugikan/mencelakakan/menyengsarakan orang lain, bahkan dapat menghancurkan
Islam, mengotori perjuangan.

Jadi, Fitnah dan adu domba merupakan bentuk kezholiman, yang ditegakkan atas tiga
perkara yaitu berpondasi pada kedustaan, kedengkian sebagai alasnya dan
kemunafikan sebagai atapnya. Orang yang suka memfitnah dan mengadu domba
berjalan dengan baju kesombongan, mengikuti kehendak hawa nafsu dan bujukan
syetan. Otaknya dikotori dengan prasangka buruk. Hatinya beku, sulit menerima
kebenaran, merasa dirinya paling benar dan paling berjasa sehingga merasa tidak
enak dan cemburu ketika orang lain mendapat kesuksesan. Kebahagiannya di atas
penderitaan orang lain. Kehidupannya terlena dengan tipu daya syetan. Aqidah dan
idealismenya dijual hanya untuk memperoleh kesenangan dunia. Ingatlah, Rasulullah
SAW bersabda, "Aku tidak khawatir kalian miskin, tetapi aku khawatir (kalian
mendapatkan) dunia (lalu) kalian bersaing dalam urusan dunia itu." (HR. Ahmad)

Kita harus waspada dan hati-hati terhadap fitnah dan adu domba, juga terhadap
orang yang suka memfitnah dan mengadu domba. Karena mereka tergolong orang
yang munafik, kufur ni'mat dan berpotensi menjadi pengkhianat.

VI. Tinjauan Masa Kini terhadap Fitnah


Pada zaman sekarang sudah banyak orang yang saling tuduh menuduh dan saling
mengadu domba pada setiap masalah yang sedang terjadi. Hal seperti ini banyak
terjadi dikalangan masyarakat yang rasa kekeluargaannya sudah mulai pudar, selain
itu juga banyak terjadi di kalangan pemerintahan. Di kalangan pemerintahan, banyak
sekali dugaan yang belum tentu benar adanya mengenai masalah amanah dan tugas
yang diemban. Seperti tuduhan korupsi, tuduhan penggelapan uang dan lain-lain.\
Jika di masyarakat umum, fitnah yang terjadi kebanyakan disebabkan ke-iri hatian
seseorang terhadap orang lain. Contohnya ketika salah seorang diantara tetangga
ada yang membeli mobil baru, tetangga yang lain menuduh yang bukan-bukan, karena
nyatanya dia tak mampu menjadi seperti tetangganya. Sehingga menyebabkan
perpecahan terjadi diantara keduanya.
VII. Solusi
Jadi, untuk mengatasi hal yang sering terjadi tersebut, kita harus mempunyai sifat
transparansi agar orang lain tidak mudah curiga dengan kita. Selain itu, jangan
terlalu menghiraukan fitnah itu sampai ada bukti yang memang jelas adanya.

Anda mungkin juga menyukai