Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKHLAK DALAM KELUARGA

Di Susun Oleh:

1. Wahyu Thahara Kusumaning Putri (200301224)


2. Muhammad Bagus Prasetyo (200301232)
3. Aisi Farakhila (200301239)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
Jl. Sumatra No 101, Randuagung Kec. Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur 6112

TAHUN PELAJARAN 2020 – 2021


KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu kami mengucapkan Puji Syukur kepada Allah SWT., Tuhan Alam
Semesta, Tuhan yang telah mengajarkan apa yang tidak diketahui oleh manusia, dan Tuhan yang
menggenggam nyawa setiap insan di dunia. Shalawat serta salam yang tak lupa kami haturkan
kepada Baginda Rasulullah SAW., seorang Rasul yang diutus kepermukaan bumi ini untuk
menjadi pengajar bagi setiap manusia yang tidak tahu, menjadi pembela bagi setiap manusia
yang tertindas, dan sebagai petunjuk bagi setiap manusia yang tersesat.

Kami menyusun Makalah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dengan judul Akhlak


Dalam Keluarga ini, guna menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh untuk
mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Muh. Thoha Mahsun, S.Ag., M.Pd.I

Dalam penyusunan makalah ini tentunya kami mengalami banyak kesulitan mulai dari
kesulitan mencari sumber refrensi yang benar-benar tepat dengan kebutuhan kami, sampai
dengan kesulitan- kesulitan lainnya. Namun semua kesulitan itu menjadi tidak berarti lagi,
tatkala kami membangun kerjasama kelompok yang baik, dan tentunya dengan bantuan dari
berbagai pihak lainnya. Maka dari itu kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Dan pada akhirnya kami berharap dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua dan utamanya kepada kami, sehingga dapat menambah wawasan kita
khususnya dalam bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.

Gresik, 17 Maret 2021

Tim Penulis

MAKALAH AIK 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................................4


1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................5
1.3 TUJUAN PENULISAN............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Urgensi Keluarga dalam Hidup Manusia..................................................................................6


2.2 Akhlak Suami atau Istri.............................................................................................................8
2.3 Akhlak Orang Tua kepada Anak...............................................................................................9
2.4 Akhlak Anak Terhadap Orang Tua..........................................................................................10
2.5 Membangun Keluarga Sakinah................................................................................................11
2.6 Larangan Kekerasan dalam Rumah Tangga............................................................................13

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN.............................................................................................................................14
SARAN..........................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

MAKALAH AIK 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok manusia yang
sempurna. Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan bagi umat manusia. Beliau
mempunyai sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana. Sifat-sifat baiknya itu ditunjukkan pada semua
umat manusia, baik pada kalangan keluarga, sahabat maupun semua penduduk disekitar. Dalam
lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang diperuntukkan bagi keluarganya.
Hidup berkeluarga, menurut islam, harus diawali dengan pernikahan. Pernikahan itu sendiri
merupakan upacara suci yang harus di lakukan oleh kedua calon pengantin, harus ada
penyerahan dari pihak wali pengantin putri (Ijab), harus ada penerimaan dari pihak pengantin
putra (Qabul) dan harus disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.
Sebelum membentuk keluarga melalui upacara pernikahan, calon suami istri hendaknya
memahami hukum berkeluarga. Dengan mengetahui dan memahami hukum berkeluarga,
pasangan suami istri akan mampu menempatkan dirinya pada hukum yang benar. Apakah
dirinya sudah diwajibkan oleh agama untuk menikah. Sehingga perhatian terhadap kemuliaan
akhlak ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang
ada orang yg bisa bersopan santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar
rumah namun hal yg sama sulit ia lakukan di dalam rumah tangganya, maka dari itu akhlak
mulia ini harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas
kebaikan, Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan bagi
seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa bersopan santun
berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar rumah namun hal yg sama sulit ia
lakukan di dlm rumah tangganya,Menyinggung akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada keluarga maka hal ini tdk hanya berlaku kepada para suami sehingga para istri merasa
suami sajalah yg tertuntut utk berakhlak mulia kepada istrinya,Karena akhlak mulia ini harus ada
pada suami dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan. Memang
suamilah yg paling utama harus menunjukkan budi pekerti yg baik dlm rumah tangga karena dia
sebagai sebagai pimpinan. Kemudian ia di haruskan utk mendidik anak istri di atas kebaikan
sebagai upaya menjaga mereka dari api neraka sebagaimana di firmankan Allah SWT.

‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َمالَئِ َكةٌ ِغالَظٌ ِشدَا ٌد الَ يَ ْعصُوْ نَ هللاَ َما أَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُوْ نَ َما ي ُْؤ َمرُوْ ن‬

“Wahai orang – orang yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yg
bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaga malaikat-malaikat yg kasar, yg keras, yg tdk
pernah mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yg diperintahkan.”

MAKALAH AIK 4
Hidup berkeluarga akan mendatangkan berbagai hikmah yang dapat dirasakan oleh para
pelakunya. Hidup berkeluarga berarti mengamalkan ajaran yang disyari’atkan. Setelah
berkeluarga, seseorang akan lebih serius dalam beribadah. Fikiran tidak lagi memikirkan calon
kekasih atau terganggu.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka penulis memperoleh beberapa


perumusan masalah. antara lain adalah :

1. Bagaimana Urgensi Keluarga dalam Hidup Manusia?


2. Bagaimana Akhlak Suami atau Istri?
3. Bagaimana Akhlak Orang Tua Kepada Anak?
4. Bagaimana Akhlak anak terhadap Orang Tua?
5. Bagaimana Membangun Keluarga Sakinah?
6. Bagaimana Larangan kekerasan dalam rumah tangga?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun Tujuan penulisan makalah ini antara lain :

1. Untuk Mengetahui Urgensi Keluarga dalam Hidup Manusia.


2. Untuk Mengetahui Akhlak Suami atau Istri.
3. Untuk Mengetahui Akhlak Orang Tua Kepada Anak.
4. Untuk Mengetahui Akhlak anak terhadap Orang Tua.
5. Untuk Mengetahui Membangun Keluarga Sakinah.
6. Untuk Mengetahui Larangan kekerasan dalam rumah tangga.
7. Untuk Memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam Kemuhamadiyahan.
8. Untuk Menambah Pengetahuan tentang Akhlak Berkeluarga.

MAKALAH AIK 5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 URGENSI KELUARGA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Secara sosiologis keluarga merupakan golongan masyarakat terkecil yang terdiri atas suami-
isteri-anak. Pengertian demikian mengandung dimensi hubungan darah dan juga hubungan
sosial. Dalam hubungan darah keluarga bisa dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti,
sedangkan dalam dimensi sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh
saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi, sekalipun antara satu dengan
lainnya tidak terdapat hubungan darah.
Pengertian keluarga dapat ditinjau dari perspektif psikologis dan sosiologis. Secara
Psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal
bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling
mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan pengertian
secara sosiologis, keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara
pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, dengan maksud untuk saling
menyempurnakan diri, saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Dalam suatu keluarga keutuhan sangat diharapkan oleh seorang anak, saling membutuhkan,
saling membantu dan lain-lain, dapat mengembangkan potensi diri dan kepercayaan pada diri
anak. Dengan demikian diharapkan upaya orang tua untuk membantu anak menginternalisasi
nilai-nilai moral dapat terwujud dengan baik.
Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh adanya keharmonisan hubungan
atau relasi antara ayah dan ibu serta anak-anak dengan saling menghormati dan saling memberi
tanpa harus diminta. Pada saat ini orang tua berprilaku proaktif dan sebagai pengawas tertinggi
yang lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari perasaan satu sama lainnya. Sikap
orang tua lebih banyak pada upaya memberi dukungan, perhatian, dan garis-garis pedoman
sebagai rujukan setiap kegiatan anak dengan diiringi contoh teladan, secara praktis anak harus
mendapatkan bimbingan, asuhan, arahan serta pendidikan dari orang tuanya, sehingga dapat
mengantarkan seorang anak menjadi berkepribadian yang sejati sesuai dengan ajaran agama
yang diberikan kepadanya. Lingkungan keluarga sangat menentukan berhasil tidaknya proses
pendidikan, sebab di sinilah anak pertama kali menerima sejumlah nilai pendidikan.
Tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan oleh orang tua dirasakan oleh anak dan
akan menjadi dasar peniruan dan identifikasi diri untuk berperilaku. Nilai moral yang
ditanamkan sebagai landasan utama bagi anak pertama kali diterimanya dari orang tua, dan juga
tidak kalah pentingnya komunikasi dialogis sangat diperlukan oleh anak untuk memahami
berbagai persoalan-persoalan yang tentunya dalam tingkatan rasional, yang dapat melahirkan
kesadaran diri untuk senantiasa berprilaku taat terhadap nilai moral dan agama yang sudah
digariskan.

MAKALAH AIK 6
Sentralisasi nilai-nilai agama dalam proses internalisasi pendidikan agama pada anak mutlak
dijadikan sebagai sumber pertama dan sandaran utama dalam mengartikulasikan nilai-nilai moral
agama yang dijabarkan dalam kehidupan kesehariannya. Nilai-nilai agama sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan keluarga, agama yang ditanamkan oleh orang tua sejak kecil
kepada anak akan membawa dampak besar dimasa dewasanya, karena nilai-nilai agama yang
diberikan mencerminkan disiplin diri yang bernuansa agamis.
Di dalam keluarga anak pertama kali mengikuti irama pergaulan sosial. Suasana seperti ini
disebut dengan situasi domestik, tempat lingkungan pergaulan anak hanya terbatas dengan
sejumlah orang yang terdapat di dalam keluarga tersebut, seperti ibu, ayah, kakak, adik atau
nenek/kakek. Di dalam keluarga inilah pertama kali anak terlibat dalam interaksi edukatif. Anak
belajar berdiri, berbicara, bermain, berpakaian, mandi, menyikat gigi dan lain-lain. Keluarga
bertugas meneruskan dan mewariskan sejumlah nilai baik berkaitan dengan kultural, sosial
maupun moral kepada anak-anak yang baru tumbuh di dalam rumah tangga. Di sini pula anak
diajar mengenal siapa dirinya dan lingkungannya.
Di dalam keluarga, kebutuhan pribadi anak seperti yang disampaikan oleh Abraham Maslow
juga berlangsung. Pada tahap awal, anak memerlukan kebutuhan dasar seperti makan dan
minum, kemudian meningkat kepada kebutuhan akan kasih sayang dan penghargaan, lalu
meningkat lagi menjadi kebutuhan terhadap keamanan dan kesehatan serta pada waktunya anak
memerlukan self actualization (mencari pemaknaan terhadap siapa dirinya).
Keluarga juga berperan menjadi benteng pertahanan dari sejumlah pengaruh yang datang dari
luar. Tidak jarang anak menanyakan sesuatu problem yang datang dari luar yang dia sendiri
canggung untuk menjawab atau mengatasinya. Karena itu, rujukan utama anak adalah keluarga.
Di sinilah diperlukan hadirnya sosok orang tua yang bijaksana dan memiliki wawasan yang
cukup untuk menerangkan kepada anak tentang apa yang dihadapinya. Dengan demikian, anak
tidak mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menyesatkan dirinya.
Di samping menjadi institusi domestik, keluarga juga dapat menjadi institusi sosialisasi
sekunder. Maksudnya adalah bahwa keluarga berperan menghantarkan anak-anak untuk
memasuki wilayah sosial yang lebih besar, seperti lingkungan sosial. Dalam konteks ini,
keluarga menjadi pengatur dan designer anak untuk memilih lingkungan mana yang tepat dan
baik dalam menumbuhkan kepribadian. Keluarga bertanggung jawab untuk mengarahkan anak-
anaknya memasuki lingkungan sosial yang baik agar anak terhindari dari pengaruh lingkungan
yang tidak sehat.

MAKALAH AIK 7
2.2 AKHLAK SUAMI ATAU ISTRI

PROF. Dr. Sayyid Muhammad Al-Maliki, ulama besar dari kota Makkah, dalam bukunya
Adabul Islam Fi Nidzaamil Usrah, mengetengahkan adab, etika, dan akhlak pasangan suami-istri
dalam berkeluarga. Dalam bukunya dijelaskan tentang pentingnya akhlak pergaulan baik dari
pihak suami maupun istri. Keduanya sama-sama memiliki kewajiban dan keharusan untuk
menjadikan akhlak rumah tangga nabi sebagai pedoman paripurna. Adapun Akhlak Suami atau
Istri adalah sebagai berikut :

A. Akhlak Seorang Suami

1. Bagi seorang suami hal pertama yang wajib diketahui dalam mempergauli istri adalah
mengedepankan sikap welas asih, cinta, dan kelembutan
2. Memberi nafkah zahir dan batin, Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu
ujian dalam menjalankan agama.
3. Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan
menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya
4. Sebagai seorang kepala keluarga, suami dianjurkan untuk memperlakukan istri dan anak-
anaknya dengan kasih sayang dan menjauhkan diri dari sikap kasar.

B. Akhlak Seorang Istri

1. Tidak akan membebani suaminya dengan hal-hal yang tidak sanggup ia kerjakan dan
tidak menuntut sesuatu yang lebih dari kebutuhan.
2. Mendahulukan hak suami sebelum hak dirinya dan kerabat-kerabatnya. Termasuk dalam
masalah taat kepada suami adalah berlaku baik pada ibu mertua.
3. Istri sebagai guru pertama bagi anak-anak, hendaknya mendidik mereka dengan
pendidikan yang baik, memperdengarkan kata-kata yang baik, mendoakan mereka
dengan doa yang baik pula.
4. Karakter istri dengan adab baik adalah tidak mengadukan urusan rumah tangga dan
mengungkit-ungkit perkara yang pernah membuat diri si istri sakit hati dalam berbagai
forum.
5. Tidak keluar dari rumahnya sebelum memperoleh izin terlebih dahulu dari suami.

MAKALAH AIK 8
2.3 AKHLAK ORANG TUA KEPADA ANAK

Dalam ajaran Islam diatur bagaimana hubungan antara anak-anaknya serta hak dan
kewajiban mnasing-masing. Orang tua harus mengikat hubungan yang harmonis dan penuh kasih
sayang dengan anak-anaknya. Sebaik-baik orang tua adalah orang tua yang mampu membuat
anaknya menjadi generasi rabbani, yang memiliki akhlak dan adab seperti Rasulullah SAW.
Orang tua sesunguhnya tidak bebas berbuat apa saja kepada anak-anaknya. Ada adab atau etika
tertentu yang harus diperhatikan para orang tua sehubungan adanya kewajiban anak-anak
berbakti kepada mereka. Menurut Imam Al-Ghazali sebagaimana disebutkan dalam kitabnya
berjudul Al-Adab fid Din (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 444) setidaknya ada
lima (5) adab orang tua terhadap anak-anaknya sebagai berikut:

1. membantu anak-anak bersikap baik kepadanya. Sikap anak kepada orang tua sangat
dipengaruhi sikap orang tua kepada mereka. Jika orang tua sayang kepada anak-anak,
mereka tentu akan membalas dengan kebaikan yang sama.
2. tidak memaksa anak-anak berbuat baik melebihi batas kemampuannya. Orang tua perlu
memahami psikologi perkembangan agar anak-anak dapat menjalani kehidupannya
sesuai dengan fase-fase perkembangannya.
3. tidak memaksa anak-anak saat susah. Sebagaimana orang dewasa, anak-anak juga bisa
merasakan susah, misalnya karena kehilangan sesuatu yang menjadi kesayangannya
seperti binatang kesayangan atau lainnya. Pada saat seperti ini orang tua sebaiknya dapat
memahmi psikologi anak dengan tidak menambahi bebannya.
4. tidak menghalangi anak-anak untuk berbuat taat kepada Allah SWT.
5. tidak membuat anak-anak sengsara disebabkan pendidikan yang salah. Adalah kewajiban
orang tua mendidik anak dengan sebaik-baiknya sehingga anak memiliki ilmu yang
cukup dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan.

Singkatnya kelima hal di atas, yakni mengkondisikan anak sanggup dan mampu berbuat baik
kepada orang tua, menghargai prestasi anak dalam meraih hal yang baik sesuai batas
kemampuannya, mengerti perasaan anak ketika mereka sedang susah, mendukung anak untuk
berbuat ketaatan kepada Allah SWT, dan membuat anak mampu hidup bahagia dengan
pendidikan yang benar, merupakan adab atau etika minimal yang perlu dilakukan setiap orang
tua kepada anak-anaknya.
Keberhasilan anak bukan karena guru, tapi dengan orang tuanya. Anak berprestasi bukan
karena gurunya, tapi karena orang tuanya sudah mencetak generasi yang seperti itu. Sebaik-baik
orang tua adalah orang tua yang mampu membuat anaknya menjadi generasi rabbani, yang
memiliki akhlak dan adab seperti Rasulullah SAW.

MAKALAH AIK 9
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa :9:

۟ ُ‫وا ٱهَّلل َ َو ْليَقُول‬


‫وا قَوْ اًل َس ِديدًا‬ ۟ ُ‫وا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّق‬
۟ ُ‫ض ٰ َعفًا خَ اف‬ ۟ ‫ش ٱلَّ ِذينَ لَوْ تَ َر ُك‬
ِ ً‫وا ِم ْن َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan
keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)-nya.
Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara
dengan tutur kata yang benar”. (QS. An-Nisa’:9)

Ayat di atas mengisyaratkan kepada orang tua agar tidak meninggalkan anak dalam keadaan
lemah. Lemah dalam hal ini adalah lemah dalam segala aspek kehidupan, seperti lemah mental,
psikis, pendidikan, ekonomi terutama lemah iman (spiritual). Anak yang lemah iman akan
menjadi generasi tanpa kepribadian. Jadi, semua orang tua harus memperhatikan semua aspek
perkembangan anak, baik dari segi perhatian, kasih sayang, pendidikan mental, maupun masalah
akidah atau keimananya.
Oleh karena itu, para orang tua hendaklah bertakwa kepada Allah, berlaku lemah lembut
kepada anak, karena sangat membantu dalam menanamkan kecerdasan spiritual pada anak.
Keadaan anak ditentukan oleh cara-cara orang tua mendidik dan membesarkannya. Ada beberapa
langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam peranannya mendidik anak, antara lain:
a) Orang tua sebagai panutan.
b) Orang tua sebagai motivator anak.
c) Orang tua sebagai cermin utama anak.
d) Orang tua sebagai fasilitator anak.

2.4 AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA

Fenomena yang banyak terjadi pada zaman sekarang, yaitu problematika rendahnya
pendidikan akhlak yang mengakibatkan kurangnya pengetahuan akan pentingnya pendidikan
akhlak itu sendiri. Sehingga mengakibatkan banyak generasi muda yang memiliki akhlak kurang
baik terutama akhlaknya terhadap kedua orang tua, lantaran hal tersebut berkaitan erat dengan
permasalahan dasar kewajiban anak terhadap kedua orang tua di antaranya:

1. Seorang anak harus bersikap dan berperilaku baik terhadap kedua orang tua dalam
ucapan maupun perbuatan. Artinya jangan sampai si anak menyinggung perasaan orang
tuanya, walaupun seandainya orang tua berbuat zalim kepada anaknya, dengan
melakukan yang tidak semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik,
atau membalas, mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada anaknya, Allah SWT tidak
meridhainya sehingga orang tua itu meridhainya.

2. Setiap anak perlu memiliki pengetahuan tentang akhlak anak terhadap orang tua.
MAKALAH AIK 10
3. Pentingnya pendidikan akhlak anak terhadap orang tua terkait tanggung jawab, etika dan
sopan santun.

Akhlak anak terhadap orang tua yang terdapat dalam Al-Qur’an, menjelaskan bahwa seorang
anak hendaknya:
1. Berbuat baik kepada kedua orang tuanya, dalam keadaan bagaimanapun dan tidak boleh
sekali-kali membalas dan mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepadanya.
2. Memuliakan ibu-bapaknya tanpa mengharapkan apapun sebagai balasannya.
3. Menjalankan kewajiban seorang anak terkait akhlak anak terhadap orang tua dalam
mendo’akan kedua orang tua semasa hidupnya atau setelah mereka tiada.
4. Menjauhi larangan Allah SWT yang berkenaan dengan durhaka terhadap orang tua.
5. Menunaikan hak orang tua dan kewajiban terhadap mereka selagi tidak dalam rangka
mempersekutukan Allah SWT.

2.5 MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH

Apa itu keluarga Sakinah ? Keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia sejahtera, penuh
dengan cinta kasih, sekalipun perkawinan sudah berjalan puluhan tahun namun aroma cinta
kasihnya masih tetap terasa dalam hubungan suami isteri. Allah berfirman dalam surah Ar- Rum
ayat : 21 “Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian isteri dari species
kalian agar kalian merasakan sakinah dengannya; Dia juga menjadikan di antara kalian rasa cinta
dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berpikir.” (Ar-Rûm: 21)”.
Dalam bahasa Arab “Sakinah” sendiri memiliki arti tenang, aman, damai, serta penuh kasih
sayang. Pastinya konteks Keluarga Sakinah ini adalah idaman bagi setiap Muslim. “Mawaddah”
sendiri berarti Cinta, kasih sayang yang tulus kepada pasangan dan keluarganya. Dengan sifat ini
diharapkan keluarga Muslim dapat bertahan sekalipun harus mendapatkan cobaan dalam
dinamika rumah tangganya. “Wa Rahmah” terdiri dari dua kata, yaitu “Wa” yang berarti dan,
dan “Rahmah” yang berarti Rahmat, karunia, berkah, dan anugerah. Tentunya hal ini diharapkan
agar keluarga senantiasa berada di jalan yang benar dan mendapatkan segala Rahmat disisi Allah
SWT.

Untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah Wa rahmah antara lain adalah :

1. Memilih pasangan yang tepat atau sesuai kriteria.


2. Terpeliharanya komunikasi yang baik agar tumbuh rasa saling percaya, pengertian, dan
menghargai.
3. Mengisi hari-hari dalam keluarga dengan penuh kasih-sayang.
4. Menjalankan kewajiban masing-masing dengan penuh tanggung jawab.

MAKALAH AIK 11
5. Keluarga dibangun dengan pondasi agama dan semata-mata untuk ketakwaan kepada
Allah.
6. Tak pernah berhenti bersyukur.
7. Baik suami dan istrik harus tertanam sikap untuk saling setia.

Adapun Ciri-ciri keluarga Sakinah adalah sebagai berikut :

1. Senantiasa memiliki kecenderungan terhadap keagamaan dalam orientasi kehidupannya


sehari-hari.
2. Berlakunya sistem “Yang muda menghormati yang tua, yang tua menyayangi yang
muda”.
3. Tidak melebih-lebihkan dalam memenuhi kebutuhan keseharian.
4. Menjaga etika dan sopan santun dalam bergaul di dalam masyarakat.
5. Senantiasa menjaga dan menginterospeksi anggota keluarganya agar terhindar dari hal-
hal yang munkar.

MAKALAH AIK 12
2.6 LARANGAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Islam sangat menentang kekerasan dalam bentuk apapun termasuk dalam kehidupan rumah
tangga. Prinsip yang diajarkan Islam dalam membangun rumah tangga adalah mawaddah,
rahmah dan adalah (kasih,sayang dan adil).
Pada dasarnya inti ajaran setiap agama, khususnya dalam hal ini Islam, sangat menganjurkan
dan menegakkan prinsip keadilan dan bahkan menghormati terhadap perempuan, bahkan prinsip
yang utama adalah menciptakan rasa aman dan tentram dalam keluarga, sehingga tercipta rasa
saling asih, saling cinta, saling melindungi dan saling menyayangi.
Dalam kehidupan berumah tangga, prinsip menghindari adanya kekerasan baik fisik maupun
psikis sangat diutamakan, jangan sampai ada pihak dalam rumah tangga yang merasa berhak
memukul atau melakukan tindak kekerasan dalam bentuk apapun dengan dalih atau alasan
apapun baik terhadap suami-isteri ataupun anak. Hal ini senada dengan UU PKDRT No 23 tahun
2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, pasal 1 “Kekerasan dalam Rumah
tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang, terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaaan atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Islam agama yang dengan visinya Rahmatan Lil ‘Alamin, sangat menghargai kepada semua
manusia, khususnya kepada perempuan. Hadirnya Islam sebagai agama pembebas dari
ketertindasan dan penistaan kemanusiaan yang membawa misi untuk mengikis habis praktik-
praktik tersebut. Dalam Islam manusia baik laki-laki dan perempuan adalah sebagai makhluk
Tuhan yang bermartabat (human dignity di mana parameter kemuliaan seorang manusia tidak
diukur dengan parameter biologis sebagai laki-laki atau perempuan, tetapi kualitas dan nilai
seseorang diukur dengan kualitas taqwanya kepada Allah. (surah Al Hujurat ayat 13).

MAKALAH AIK 13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena merekalah anak mula-
mula menerima pendidikan-pendidikan serta anak mampu menghayati suasana kehidupan
religius dalam kehidupan keluarga yang akan berpengaruh dalam perilakunya sehari-hari
yang merupakan hasil dari bimbingan orang tuanya, agar menjadi anak yang berakhlak
mulia, budi pekerti yang luhur yang berguna bagi dirinya demi masa depan keluarga agama,
bangsa dan negara.

B. SARAN
Hendaklah orang tua selalu memberikan perhatian yang jenuh kepada anaknya dalam
membina akhlak bukan hanya menyuruh anak agar melakukan perbuatan yang baik tetapi
hendaklah orang tua selalu memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya Serta orang tua
tampil selalu tauladan baik, membiasakan berbagai bacaan dan menanamkan kebiasaan
memerintah melakukan kegiatan yang baik, menghukum anak apabila bersalah, memuji
apabila berbuat baik, menciptakan suasana yang hangat yang religius (membaca Al-Qur'an,
sholat berjamaah, memasang kaligrafi, Do'a-Do'a dan ayat-ayat Al-Qur'an).

MAKALAH AIK 14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.hidayatullah.com/kajian/jendela-keluarga/read/2012/05/29/3523/beginilah-
akhlak-suami-istri-keluarga-muslim.html
http://siskapuspitadefi.blogspot.com/2016/10/makalah-akhlak-dalam-keluarga.html
https://www.academia.edu/29586919/Makalah_ahlak_dalam_keluarga
https://islam.nu.or.id/post/read/84419/lima-adab-orang-tua-kepada-anak-menurut-imam-
al-ghazali
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/pai/article/view/6668
https://www.inews.id/lifestyle/seleb/7-tips-membangun-keluarga-sakinah-nomor-6-mudah-
tapi-sering-dilupakan

MAKALAH AIK 15

Anda mungkin juga menyukai