Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MATAKULIAH AKHLAK

JUDUL MATERI

AKHLAK TERHADAP RASULULLAH SAW

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2:

ANGGOTA 1.Muhammad Alif R / 2200018080

2. Novalias Ramadhani / 2200018083

3. Farqad Assanji / 2200018092

4. Fariz Ridwan Zaky / 2200018096

PROGRAM SETUDI INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami nikmat sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa nikmat-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Yang kita
nanti-nantikan syafaatnya di akhirat kelak.

Kami selaku penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT. Atas limpahan nikmat sehat-
Nya, Baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah mata kuliah Akhlak ini dengan judul “Akhlak Terhadap
Suami Istri”.

Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan juga masih
banyak kesalahn serta kekurangan didalamnya. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritikan
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya nantinya dapat menajdi makalah yang
lebih baik lagi. Kemdian apabia terdapat banyak kesalahn pada makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 01 juni 2023

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................................................. ii
BAB I......................................................................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................................................................................................ 1
C. Rumusan Masalah................................................................................................................................................ 1
BAB II........................................................................................................................................................................................ 2
A. Akhlak Suami Istri dalam perspektif Islam...............................................................................................2
B. Akhlak Suami Terhadap Istri...........................................................................................................................4
C. Akhlak Istri Terhadap Suami...........................................................................................................................6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah tangga adalah suatu naungan bagi pasangan suami istri dalam
menjalani kehidupan bersama. Setiap manusia pasti menginginkan untuk
mempunyai rumah tangga. Namun, rumah tangga seperti apa yang di idamkan
oleh pasangan suami istri. Yang sesuai dengan ajaran agama dan Nabi.
Pasangan suami maupun istri memiliki peranan penting dalam
berumah tangga. Salah satunya adalah akhlak yang baik. Akhlak berumah
tangga, akhlak suami terhadap istri dan akhlak istri terhadap suami.
Bagaimana sikap sebagai suami dalam memimpin rumah tangga, membina
keluarga, menganyomi istri. Bagaimana sikap sebagai istri yang mengatur
rumah tangga, melayani suami, menjaga anak.
Maka dari itu, penulis mencoba membahas materi kali ini dengan tema
“ Akhlak Suami,Istri dalam Rumah Tangga “.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui bagaimana akhlak dalam berumah tangga
2. Mengetahui bagaimana akhlak suami terhadap istri dan sebaliknya
3. Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang perilaku-perilaku
baik atau akhlakul kharimah dalam rumah tangga.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam materi ini antara lain :


1. Akhlak suami istri dalam rumah tangga
2. Akhlak suami terhadap istri
3. Akhlak Istri terhadap suami

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akhlak Suami Istri dalam perspektif Islam

Dalam Islam, keluarga diakui dan dihormati sebagai basis masyarakat. Nilai-nilai luhur
ditanamkan untuk memelihara hubungan-hubungan yang sehat dan harmonis dalam keluarga,
peraturan-peraturan akhlaq mengenai hubungan-hubungan ini oleh karenanya menjadi sangat
penting.

Sesungguhnya akhlak yang baik merupakan emas permata yang memiliki dua dimensi
kebaikan: dunia dan akhirat. Kemampuan menempati ‘rumah sorga’ hanya mungkin dicapai
oleh perilaku seseorang yang menunjukkan etika baik, tidak dengan amal perbuatan semata.
Berarti, akhlak yang baik ibarat sebuah tangga yang mengantarkan pemiliknya pada
pencapaian surge. Sebab pada akhlaklah tersimpan beragam kemuliaan dalam jumlah besar,
dan salah satu bentuk akhlak baik adalah hidup bersama keluarga dalam kebaikan dan
kemurahan yang merupakan syarat pencapaian kebahagiaan dan ketenangan[1]

Barang siapa menggembirakan hati istri, (maka) seakan-akan menangis takut kepada Allah.
Barang siapa menangis takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka.
Sesungguhnya ketika suami istri saling memperhatikan, maka Allah memperhatikan mereka
berdua dengan penuh rahmat. Manakala suami merengkuh telapak tangan istri (diremas-
remas) , maka berguguranlah dosa-dosa suami-istri itu dari sela-sela jarinya. [HR. Maisarah
bin Ali dari Ar-Rafi’ dari Abu Sa’id Al-Khudzri][2].

1. Dalam pandangan Islam, orang yang terbaik adalah yang terbaik dan terarah pada
istrinya. Berlaku santun terhadap istri adalah bagian dari akhlaq Islam.
2. Karir seorang pria tidak harus dikejar dengan mengorbankan semua tujuan suci
sedemikian sehingga beresiko bagi kehancuran perkawinannya. Terlepas dari
seberapa keras ia harus bekerja untuk memberi nafkah bagi keluarganya,
bagaimanapun sang suami tetap memiliki kewajiban ntuk meluangkan waktu bagi
istrinya. Hal ini dapat dipenuhi lewat hiburan, menikmati saat-saat bercengkerama,
bermain olahraga atau bentuk-bentuk lain mengisi waktu senggang yang
diperkenankan oleh Islam.
3. Adalah menjadi bagian kebaikan seorang suami terhadap istrinya untuk memenuhi
segala kebutuhannya, sepanjang tidak bertentangan dengan Islam. Sesungguhnya cara
terbaik membelajakan uang dalam pandangan Islam adalah memberi nafkah pada
keluarga[3].
4. Meskipun melakukan shalat di dalam rumah lebih baik daripada di masjid bagi
perempuan, seorang istri tidak harus dicegah pergi ke masjid jika ia ingin
melakukannya.
5. Membicarakan masalah-masalah pribadi dengan orang lain, yaitu perihal seksual,
adalah sesuatu yang sepenuhnya diharamkan dalam Islam.

2
6. Kecemburuan seorang suami terhadap istrinya ada dua macam, kecurigaan yang tak
berdasar atau cemburu buta, yang harus dijauhi dan kecemburuan dimana terdapat
alasan yang kuat, yang dianjurkan.
7. Seorang suami tidak boleh membenci istrinya, karena jika ia tidak karena jika ia tidak
menyukai salah satu karakteristiknya, ia boleh jadi menyukai sifatnya yang lain.
Secara insidental, diharamkan dalam Islam untuk merubah karakteristik- karakteristik
sang istri yang tidak disukai suaminya, sepanjang karakteristik- karakteristik itu tidak
kontradiktif dengan Islam. Seorang istri memiliki personalitasnya sendiri yang
berbeda dari suaminya, dan ia tidak berhak untuk menghancurkan kepribadian istrinya
dan menyesuaikannya dengan kepribadiannya. Suami harus menyadari bahwa
mungkin ada elemen-elemen tertentu dari karakter istrinya yang tidak
menyenangkannya, sebagaimana halnya mungkin ada aspek-aspek tertentu dari
karakteristiknya yang tidak disukai olehnya.
8. Seorang suami tidak boleh mencaci maki istrinya atau kerabatnya.
9. Hubungan suami-istri memiliki sifat khusus. Ia tidak akan membuahkan hasil kecuali
jika pasangan itu berusaha mengatasi hambatan-hambatan artifisial yang disebabkan
oleh rasa malu dan hambatan-hambatan sosial.
10. Hak yang diberikan ada suami untuk memimpin keluarga, tidak boleh mengakibatkan
terjadinya penyalahgunaan dan tindakan yang melampaui batas otoritasnya. Oleh
karena itu, ia tidak boleh meminta istrinya untuk melakukan sesuatu yang diluar
kemampuannya atau memberinya perintah yang amat banyak.
11. Bagi seorang suami yang menghormati dan menghargai kerabat dekat istrinya akan
memperkuat hubungannya dengan istrinya.
12. Menghargai, merespek dan bersikap ramah terhadap teman-teman dan keluarga
istrinya sebenarnya menjadi pertanda dari penghargaannya terhadap istrinya.
13. Sebagaimana telah disebutkan dalam pasal 12, persyaratan- persyaratan yang paling
penting untuk dipenuhi dalam perkawinan adalah persyaratan- persyaratan yang
terkandung dalam kontrak perkawinan. Oleh karena itu, setelah perkawinan
persyaratan- persyaratan tersebut harus betul-betul diperhatikan, tidak boleh diabaikan
dan dilupakan asalkan semuanya itu sesuai dengan hukum Islam.
14. Selalu mengingat-ingat dan menghitung-hitung kesalahan seorang istri, mencela
perbuatan-perbuatan nya dan seringkali menyalahkannya, akan membahayakan ikatan
perkawinan. Suami dianjurkan untuk melupakan kesalahan-kesalahan istrinya dalam
berbagai hal.
15. Sikap tidak acuh seorang suami dan ayah terhadap istri atau anak-anaknya yang
melanggar ajaran-ajaran Islam adalah merupakan kesalahan besar yang tidak boleh
dilakukan seorang muslim.
16. Bagi suami yang mencaci maki istrinya atau menyalahkan perbuatan-perbuatan nya di
depan orang lain, seperti anak-anak mereka, saudara-saudara dan lain-lain adalah
merupakan sikap yang kasar.
17. Seorang suami tidak diperbolehkan menyuruh istrinya bekerja untuk menghasilkan
uang. Memberinya nafkah adalah tanggung jawab suami saja.

3
B. Akhlak Suami Terhadap Istri

Berakhlak mulia terhadap isteri dan anak-anak (keluarga) merupakan salah satu barometer
kemuliaan akhlak seseorang. Rasulullah SAW bersabda :

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang
paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku.” (H.R.Ibnu
Majah[4]).”

Berikut akhlak suami pada isteri tercinta sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah
SAW[5] :

 Berpenampilan prima di hadapan istri dan keluarga.

Ibnu Abbas pernah berkata, ”Sesunguhnya aku senang berhias untuk istri sebagaimana aku
senang jika istriku berhias untukku.” Selanjutnya, Ibnu Abbas membaca firman Allah SWT,

“... Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara
yang makruf…’’ (QS Al-Baqarah: 228).

Aisyah, salah satu istri Rasul shallallahu ‘alahi wa sallam menyampaikan pengamatannya :

“Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam jika masuk ke rumahnya, hal yang pertama kali beliau
lakukan adalah bersiwak.” (H.R. Muslim).

 Memberi makanan dan pakaian yang baik serta memperlakukan isteri dengan baik

Rasulullah SAW bersabda :

"Datangilah kebunmu (istrimu) dari mana saja kamu suka, berilah ia makan jika kamu
makan, berilah ia pakaian jika kamu berpakaian, serta jangan mengatakan wajahnya jelek
dan jangan memukulnya.’’ (HR Abu Dawud).

 Perlakuan yang baik ( Tidak Menyakiti istri )

Mempergauli istri dengan baik dan layak adalah tuntutan agama yang merupakan kewajiban
suami[6], berdasarkan perintah Allah azza wa Jalla dalam firman-Nya :

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan
paksa[7] dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata[8]. dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS.An-Nisa : 19 ).

4
 Harus bersabar dan saling pengertian

Seorang suami harus bersabar atas tabiat buruk isterinya . Begitu pula seorang istri harus
sabar terhadap keburukan suaminya.

Rasulullah SAW bersabda:

“ Janganlah seorang mukmin meninggalkan Mukminah apabila ia membenci sebagian


akhlaknya, tentu ia akan ridha pada sebagian yang lain.” (HR Muslim)

Seorang suami hendaknya menyadari bahwa tidak mungkin istrinya bisa sempurna. Oleh
karena itu, kata Syekh Sayyid Nada, suami harus mengerti istrinya. Seorang suami harus
bersabar terhadap aib istrinya dan tidak membesar-besarkannya. Seorang suami harus
bersabar atas kekurangan istrinya.

 Tidak memukul dan berlaku lemah lembut kepada istri

Seorang suami hendaklah memelihara perasaan dan akal istrinya, sebagaimana Nabi SAW
melakukannya. Rasulullah SAW senantiasa berlaku lemah lembut kepada istri-istrinya.
Bahkan, sesekali bermain dan becanda.

Rasulullah SAW mengingatkan,

“Ingatlah, hendaknya kalian berwasiat yang baik kepada para istri.” (H.R. Tirmidzi dan
dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani).

Benih-benih kesalahan yang ada dalam diri pasangan suami-istri hendaknya tidaklah
didiamkan begitu saja hanya karena dalih menjaga keharmonisan rumah tangga. Justru
sebaliknya, kesalahan-kesalahan itu harus segera diluruskan. Dan tentunya hal itu harus
dilakukan dengan cara yang elegan: tutur kata yang lembut, raut muka yang manis dan
metode yang tidak menyakiti hati pasangannya.

 Turut membantu urusan ‘belakang’

Secara hukum asal, urusan dapur dan tetek bengek-nya memang merupakan kewajiban istri.
Namun, meskipun demikian, hal ini tidak menghalangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk ikut turun tangan membantu pekerjaan para istrinya. Dan ini tidak terjadi
melainkan karena sedemikian tingginya kemuliaan akhlak yang beliau miliki.

Urwah bertanya kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah
menjawab, “Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika
sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat
air di ember.” (H.R. Ibnu Hibban).

5
C. Akhlak Istri Terhadap Suami

Akhlak seorang istri terhadap suami adalah sebagai berikut:

 Wajib mentaati suami, selama bukan untuk bermaksiat kepada Allah SWT.

Al Bazzar dan Ath Thabrani meriwayatkan bahwa seorang wanita pernah datang kepada
Rasulullah SAW lalu berkata, “Aku adalah utusan para wanita kepada engkau: jihad ini telah
diwajibkan Allah kepada kaum laki-laki; jika menang diberi pahala, dan jika terbunuh
mereka tetap hidup diberi rezeki oleh Rabb mereka, tetapi kami kaum wanita yang membantu
mereka, pahala apa yang kami dapatkan?” Nabi SAW menjawab, “Sampaikanlah kepada
wanita yang engkau jumpai bahwa taat kepada suami dan mengakui haknya itu sama dengan
jihad di jalan Allah, tetapi sedikit sekali di antara kamu yang melakukannya.”

 Menjaga kehormatan dan harta suami

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-
laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh,
ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena
Allah telah memelihara (mereka) . wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya . Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” ( QS. An-Nisa : 34 )

 Menjaga kemuliaan dan perasaan suami

Ketika Asma bin Kharijah Al-Fazariyah menyerahkan anak perempuanya kepada suaminya
di malam pernikahannya, ia berkata,”Wahai anakku, sesungguhnya engkau telah keluar dari
kehiduoan yang selama ini engkau kenal. Sekarang engkau akan berada di ranjang yang
belum pernah engkau ketahui, bersama pasangan yang belum sepenuhnya engkau kenali.
Karena itu, jadilah engkau bumi baginya dan dia akan menjadi langit bagimu, jadilah engkau
hamparan baginya dan dia akan menjadi hamba sahaya bagimu. Janganlah engkau
menentangnya, sehingga ia membencimu. Jangankah engkau menjauh darinya, sehingga ia
melupakanmu. Jika ia menjauh darimu, maka menjauh pulalah engkau darinya, dan jagalah
hidungnya, pendengarannya dan matanya; jangan sampai ia mencium darimu kecuali yang
harum, janganlah ia mendengar kecuali yang baik, dan jangan ia memandang kecuali yang
cantik.”

 Melaksanakan hak suami, mengatur rumah dan mendidik anak Anas r.a berkata,
“Para sahabat Rasulullah SAW apabila menyerahkan pengantin wanita kepada
suaminya, mereka memerintahkan agar melayani suami, menjaga haknya, dan
mendidik anak-anak.”
 Tidak boleh seorang istri menerima tamu yang tidak disenangi suaminya.
 Seorang istri tidak boleh melawan suaminya, baik dengan kata-kata kasar maupun
dengan sikap sombong.

6
 Tidak boleh membanggakan sesuatu tentang diri dan keluarganya di hadapan suami,
baik kekayaan, keturunan maupun kecantikannya.
 Tidak boleh menilai dan memandang rendah suaminya.
 Tidak boleh menuduh kesalahan atau mendakwa suaminya, tanpa bukti-bukti dan
saksi-saksi.
 Tidak boleh menjelek-jelekkan keluarga suami.
 Tidak boleh menunjukkan pertentangan di hadapan anak-anak.
 Agar perempuan (istri) menjaga iddahnya, bila ditalak atau ditinggal mati oleh
suaminya, demi kesucian ikatan perkawinannya.
 Apabila melepas suami pergi bekerja, lepaslah suami dengan sikap kasih, dan apabila
menerima suami pulang bekerja, sambutlah kedatangannya dengan muka
manis/tersenyum, pakaian bersih dan berhias.
 Setiap wanita (istri) harus dapat mempersiapkan keperluan makan, minum, dan
pakaian suaminya.
 Seorang istri harus pandai berdandan untuk suaminya serta mengatur dan
mengerjakan tugas-tugas rumah tangganya.
 Istri wajib tinggal bersama suami. Termasuk hak suami terhadap istrinya bahwa suami
berhak menahan istrinya agar ia tinggal di rumah yang telah disepakati untuk berumah
tangga.

Anda mungkin juga menyukai