Anda di halaman 1dari 61

CHILDFREE MENURUT PANDANGAN ISLAM

PAPER

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Tingkat Mu’allimien

Disusun oleh :
Dina Aghnia Firdaus
NIS : 131232110012200369

PESANTREN PERSATUAN ISLAM 40 SARONGGE


PAMULIHAN - SUMEDANG
2022-2023 M / 1443-1444 H
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan

kenikmatan khususnya nikmat Iman, Islam, serta kesehatan sehingga dengan izin-

Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan paper ini.

Paper ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Mu’allimien

Pesantren Persatuan Islam 40 Sarongge. Paper ini membahas tentang childfree

menurut pandangan Islam.

Selama mengerjakan paper ini, tidak sedikit hambatan yang penulis rasakan.

Akan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya paper ini

dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada:

1. Diri sendiri yang telah kuat, dari mulai awal mengerjakan proposal

sampai saat ini sehingga paper ini dapat selesai.

2. Yang terhormat kedua orang tua penulis khususnya Ibu Penulis yang

telah mencurahkan kasih sayangnya, dan selalu membantu penulis baik

dari segi material maupun spiritual sehingga paper ini dapat

terselesaikan.

3. Yang terhormat Mudirul’Am Pesantren Persatuan Islam 40 Sarongge

Al-Ustadz Koko Kadier, BA.

ii
4. Yang terhormat Mudirul Mu’allimien Al-Ustadz Dadang Sulaeman,

S.Pd.

5. Yang terhormat Pembimbing I dan Pembimbing II yaitu: Al-Ustadzah

Lina Nurfalah, S.Pd. dan Al-Ustadzah Dedeh Sariah, S.Pd. yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis sehingga paper ini dapat

diselesaikan.

6. Yang terhormat Al-Ustadzah Yeni Herlina, S.Pd. sebagai wali kelas dan

guru mata pelajaran MPKT (Metode Penulisan Karya Tulis) yang sudah

memberikan ilmu nya sehingga paper ini dapat selesai.

7. Yang terhormat seluruh Asatidz Asatidzah Pesantren Persatuan Islam

40 Sarongge yang telah memberikan dukungan kepada penulis sehingga

paper ini dapat diselesaikan.

8. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan do’a dan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikannya.

9. Kepada kaka tercinta yaitu Hanifah Nur Azizah yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan paper ini, agar paper dapat selesai dengan

tepat waktu.

10. Kepada Asep Alias Faiz Rizqi Ramadhan yang selalu mensupport

penulis, mendengarkan segala keluh kesah penulis dan memberikan

motivasi agar paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

11. Kepada Sopi Saharani selaku teman dekat penulis, yang selalu berbagi

suka maupun duka dan selalu memberikan dorongan agar paper ini

dapat selesai.

iii
12. Seluruh teman-teman seperjuangan penulis yaitu people-people random

XII IPA-IPS Magnificient Generation yang tidak bisa penulis sebutkan

satu persatu, yang selalu memberikan semangat agar paper ini dapat

selesai.

13. Seluruh adik kelas di Pesantren Persatuan Islam 40 Sarongge,

khususnya adik kelas jenjang Tsanawiyyah yang selalu memberikan

semangat kepada penulis.

14. Kepada Boboiboy, Kapten Kaizo dan Choi Kanglim yang selalu

menemani penulis di sela-sela waktu istirahat ketika sedang

mengerjakan paper ini.

15. Kepada acara vindes, tonight show, shinbi’s house, detective conan

yang selalu menghibur penulis di sela-sela mengerjakan paper ini.

16. Kepada Atan alias Fathan Asfari yang selalu memberikan ungkapan

random serta semangat yang selalu ia buat dengan caranya sendiri

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini.

17. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu dalam penulisan paper ini.

Dalam penulisan paper ini tentunya masih banyak sekali kekurangan dan

kesalahan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun.

Kritikan dan saran-saran penulis butuhkan agar paper ini menjadi lebih baik dan

digunakan sebagaimana fungsinya.

iv
Akhir kata, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam

penyusunan paper ini terdapat banyak kesalahan. Semoga paper ini dapat

bermanfaat khusunya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Sumedang, 14 Januari 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7
E. Metode Penulisan .......................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan.................................................................... 7

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Pengertian childfree....................................................................... 9
B. Faktor-faktor penyebab terjadinya childfree ................................. 11
C. Dampak childfree bagi kehidupan manusia .................................. 19

BAB III : PEMBAHASAN

A. Fenomena childfree ....................................................................... 29


B. Childfree menurut pandangan islam ............................................. 35

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................... 48
B. Saran .............................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan salah satu hal yang banyak dinanti-nantikan

oleh orang-orang yang belum menikah khususnya bagi para pasangan-

pasangan muda. Pernikahan merupakan suatu momen istimewa yaitu sang

calon mempelai pria akan mengucapkan ijab qobul pada saat akad

untuk meminang calon mempelai wanita agar bisa ia jadikan sebagai istri

yang sah.

Pernikahan menurut Islam adalah penyatuan dua lawan jenis anak

adam dalam sebuah ikatan ritual agama yang menghalalkan hubungan

biologis di antara keduanya, serta menyatukan antara kedua keluarga.

Sebagai seorang muslim segala sesuatu yang kita lakukan pasti tidak

luput dari perintah Allah SWT, begitu pun dengan menikah, Allah SWT

berfirman :

ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ۟ ‫لصـٰلِ ِح‬ َّ ‫َنك ُحوا۟ ٱ أْلَيـَٰ َم ٰ۟ى ِمن ُك أ۟م َ۟وٱ‬


ِ ‫وأ‬
َ‫ي م أ۟ن عبَاد ُك أ۟م َوإ َمآئ ُك أ۟م۟ۚ إن يَ ُكونُو۟ا فُـ َقَرآ۟ء‬ َ
٣٢ ۟‫ضلِِ۟ه۟ۦ۟ۗ َ۟وٱ َّّللُ۟ َٰو ِسع۟ َعلِيم‬
‫ّللُ ِمن فَ أ‬
َّ۟ ‫يـُ أغنِ ِه ُ۟م ٱ‬
Artinya : “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara

kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba

sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan
memberi kecukupan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah

Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur [24] : 32)

Selain itu pernikahan tidak semata-mata hanya dilakukan karena

rasa ingin, ajakan dari seseorang, perintah orang tua ataupun karena rasa

suka kepada seseorang. Namun pernikahan juga mempunyai beberapa

tujuan yaitu sebagai berikut :

1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia

Kebutuhan dasar tersebut terdiri dari kebutuhan emosional, biologis,

rasa saling membutuhkan, dan lain sebagainya.

2. Mendapatkan ketenangan hidup

Dengan menikah suami dan istri dapat saling melengkapi satu sama

lain. Jika merasa cocok kedua-duanya akan saling memberi dukungan,

baik itu dukungan moril atau materil, penghargaan, serta kasih sayang

yang akan memberikan ketenangan hidup bagi kedua pasangan.

3. Menjaga akhlak

Dengan menikah seorang muslim akan terhindar dari dosa dan zina,

sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. :

‫اَّللُ َعلَْي ِه‬ ِ ُ ‫ال لَنَا رس‬ ِ ٍ ِ ِ


ٰ‫صلهى ه‬ َ ‫ول اَ هَّلل‬ ُ َ َ َ‫اَّللُ َعْنهُ ق‬ ٰ‫َع ْن َعْبد اَ هَّلل بْ ِن َم ْسعُود َرض َي ه‬
ِ ِ َ‫اب ! م ِن استَط‬
َ ْ َ ِ َ‫َو َسله َم ( ََي َم ْع َشَر اَل هشب‬
َ َ‫ فَِإنههُ أَ َغضُّلْلب‬, ‫اع مْن ُك ُم اَلْبَاءَةَ فَ ْليَ تَ َزهو ْج‬
‫ص ِر‬
‫ص ْوِم ; فَِإنههُ لَهُ ِو َجاءٌ ) ُمته َف ٌق َعلَْيه‬ ‫ َوَم ْن ََلْ يَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَْي ِه ِِبل ه‬, ‫ص ُن لِْل َف ْرِج‬
َ ‫َح‬
ْ ‫ َوأ‬,

Artinya : “Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian


berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah. Karena menikah
dapat menundukkan pandangan dan membentengi fajri (kemaluan).
Dan barang siapa yang tidak mampu maka hendaklah ia shaum, karena
shaum itu dapat membentengi dirinya.” (Muttafaqun Alaih)

4. Mendekatkan diri serta meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.

Dengan menikah perbuatan-perbuatan yang haram sebelum

menikah akan menjadi ibadah jika setelah dilangsungkannya

pernikahan. Seperti berkasih sayang antar yang bukan mahram itu dosa,

tetapi jika dilakukan dalam ikatan pernikahan yang sah maka itu akan

dicatat sebagai pahala di sisi Allah SWT, Selain itu nikah juga menjadi

jalan agar kita lebih dekat lagi dengan Allah SWT, sebagaiman firman-

Nya :

‫َوِم ْن اهيهتِهٖۤ اَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم ِٰم ْن اَنْ ُف ِس ُك ْم اَْزَوا ًجا لِٰتَ ْس ُكنُ ْوا اِلَْي َها َو َج َع َل‬
‫ت لَِٰق ْوٍم يهتَ َف هك ُرْو َن‬
ٍ ‫ك َ هل يه‬ ِ ِ
َ ‫بَْي نَ ُك ْم هم َوهدةً هوَر ْْحَةً ۤ ا هن ِ ْف هذل‬
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda yang mendekatkan seseorang
kepada Allah, ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari
jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya,
dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi kaum yang berpikir.” (Q.S. Ar-Rum [30] : 21)
5. Memperoleh keturunan yang sholeh dan sholehah

Salah satu amalan yang tak akan habis pahalanya jika seorang

muslim meninggal adalah keturunan yang shaleh dan shalehah. Dengan

berumah tangga, seseorang dapat mendidik generasi muslim yang

beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. yang merupakan tabungan

pahala dan amal kebaikan yang berkepanjangan. Firman Allah SWT. :

ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ ‫َوا هَّٰللُ َج َع َل لَ ُك ْم ٰم ْن اَنْ ُفس ُك ْم اَْزَوا ًجا هو َج َع َل لَ ُك ْم ٰم ْن اَْزَوا ج ُك ْم بَن‬
‫ْي‬
‫اَّللِ ُه ْم يَ ْك ُف ُرْو َن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٰ‫َو َح َف َدةً هوَرَزقَ ُك ْم ٰم َن الطهيِٰهبت ۤ اَفَبِا لْبَا ط ِل يُ ْؤمنُ ْو َن َوبِن ْع َمت ه‬
“Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami-istri dan
menjadikan bagimu istri-istrimu itu, anak-anak dan cucu-cucu dan
memberimu rezeki yang baik. Maka mengapakah mereka beriman pada
yang batil dan mengingkari nikmat Allah.” (Q.S. An-Nahl [16] : 72)
Namun, melihat fenomena saat ini banyak penyelewengan terhadap

tujuan menikah. Banyak orang terutama kalangan muda yang menikah

dengan tujuan lain dan tidak sesuai dengan tujan pernikahan. Seperti

menikah hanya untuk menghilangkan fitnah ataupun menikah karena

disuruh oleh orang tuanya tanpa terlebih dahulu memahami tujuan dari

menikah.

Salah satu penyelewengan terhadap tujuan menikah adalah dengan

melakukan childfree. Childfree yaitu sebuah keputusan seseorang

khususnya seorang pasangan untuk tidak memiliki anak, baik itu anak

kandung maupun anak angkat. Dianggap menyeleweng karena salah satu

tujuan dari menikah adalah memperoleh keturunan yang sholeh dan

sholehah, tetapi pasangan tersebut malah melakukan childfree.

Saat ini belum banyak yang tahu mengenai fenomena childfree

terutama bagi orang-orang yang masih sangat awam dengan perkembangan

informasi. Bahkan bisa saja mereka tidak akan percaya dengan adanya

fenomena childfree. Akan tetapi fenomena childfree ini memang benar-

benar terjadi di dunia kita bahkan di setiap negara pasti akan ada seorang

pasangan yang melakukan childfree.

Oleh karena itu, dengan adanya fenomena ini mereka yang

melakukan childfree dianggap melawan takdir oleh sebagian orang yang

kontra dengan keputusan tersebut. Karena bagi mereka mempunyai anak


dalam sebuah pernikahan adalah hukum alam dan juga termasuk anugrah

besar pemberian Tuhan yang Maha Esa. Dengan mempunyai anak juga

mereka akan mempunyai penerus di dalam keluarganya. Bahkan anak

adalah salah satu sumber rezeki yang diberikan tuhan, sehingg ada istilah

banyak anak banyak rezeki. Jadi semakin banyak anak maka in syaa allah

semakin banyak juga rezeki dan berkah yang diterima oleh orang tuanya.

Apalagi ketika pasangan tersebut memperhatikan salah satu tujuan dari

menikah yaitu untuk memperoleh keturunan yang sholeh dan sholehah.

Ketika pasangan ini berhasil mendidik anak, tentu saja mereka akan menjadi

anak yang sholeh dan sholehah yang senantiasa akan mendo’akan kedua

orang tuanya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muttafaqun

Alaih disebutkan bahwa do’a dari anak yang sholeh adalah satu dari tiga

perkara amal jariyyah yang pahalanya tidak akan terputus walaupun kedua

orang tuanya sudah meninggal dunia. Selain itu anak yang sholeh dan

sholehah akan bisa membawa orang tuanya masuk ke dalam surga sekalipun

orang tuanya adalah orang yang selalu berbuat dosa.

Sebagian orang yang kontra dengan childfree ini menganggap

pasangan yang melakukan childfree adalah orang yang tidak bersyukur.

Sedangkan masih banyak pasangan suami istri yang menantikan kehadiran

seorang anak. Tetapi pasangan tersebut melakukan penolakan kehadiran

anak dengan melakukan childfree.

Sedangkan menurut pandangan Islam sendiri fenomena childfree ini

belum ada kejelasan hukumnya. Oleh sebab itu, maka penulis tertarik untuk
membahasnya dalam karya tulis ilmiah dengan judul CHILDFREE

MENURUT PANDANGAN ISLAM.

B. Rumusan Masalah

Berdsarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di

atas, dan agar bahasan yang akan dikaji tidak terlalu luas, maka penulis

membatasi pada pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji yaitu dengan

berupa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan childfree?

2. Apa saja faktor penyebab terjadinya childfree?

3. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari fenomena childfree bagi

kehidupan manusia?

4. Bagaimana fenomena childfree yang terjadi di dalam kehidupan?

5. Bagaimana childfree menurut pandangan Islam?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menetahui pengertian childfree.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

childfree.

3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan fenomena childfree bagi

kehidupan manusia.

4. Untuk mengetahui fenomena childfree yang terjadi di dalam kehidupan.

5. Untuk mengetahui bagaimana pandangan slam terhadap fenomena

childfree.
D. Manfaat Penelitian

1. Secra teoritis, karya tulis ini diharapkan dapat menambahkan ilmu serta

wawasan bagi pembaca maupun penulis tentang fenomena childfree.

2. Secara praktis, karya tulis ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah

di masyarakat tentang pemahaman childfree.

E. Metode Penelitian

Dalam menyusun karya tulis ini, penulis menggunakan metode

penulisan deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui studi

kepustakaan. Menurut pendapat Amran Y.S Chaniago sumber deskriptif

adalah memaparkan apa adanya ( suatu bentuk atau kenyataan yang ada )

sedangkan teknik studi pustaka yaitu cara mengumpulkan data atau

keterangan dengan menggunakan sumber-sumber data yang digali dari

naskah-naskah tertulis, baik buku, document, Al-Qur’an, hadits, dan sumber

buku lainnya. Selain itu metode penulisan karya tulis ini juga sebagian

berasal dari sumber internet, baik itu google, youtube maupun sumber

internet yang lain.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah mengarahkan pembahasan dalam karya tulis

ini, maka penulis menyusunnya dengan sistematika penulisan yang terdiri

dari :
BAB I : PENDAHULUAN

G. Latar Belakang Masalah

H. Rumusan Masalah

I. Tujuan Penelitian

J. Manfaat Penelitian

K. Metode Penulisan

L. Sistematika Penulisan

BAB II : LANDASAN TEORI

D. Pengertian childfree

E. Faktor-faktor penyebab terjadinya childfree

F. Dampak childfree bagi kehidupan manusia

BAB III : PEMBAHASAN

C. Fenomena childfree

D. Childfree menurut pandangan Islam

BAB IV : PENUTUP

C. Kesimpulan

D. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Childfree

Istilah childfree muncul dalam konteks Euro-Amerika pada akhir

abad ke-20. Childfree didefinisikan dalam literatur sebagai keputusan,

keinginan dan rencana untuk tidak memiliki anak (Bimha &

Chadwick,2016).

Namun, jika menurut bahasa childfree berasal dari bahasa Inggris

yaitu child yang berarti anak dan free yang berarti bebas, jadi childfree

menurut bahasa adalah bebas anak. Sedangakan menurut istilah ”childfree

adalah keputusan seseorang khususnya seorang pasangan untuk tidak

memiliki anak, baik itu anak kandung maupun anak angkat”. (Wicaksono

Aryo Bagus, 2021, https://beritadiy.pikiran-rakyat.com/citizen/pr-

702418723/pengertian-childfree-atau-keputusan-menikah-tanpa-memiliki-

anak-dan-pandangan-islam-mengenai-pernikahan, 25 September 2022).

Adapun menurut Muhammad & Nano (dalam jurnal Al-Manhaj:

Journal of Indonesian Islamic Family Law, 3 Februari 2021, halaman 157)

berpendapat bahwa childfree adalah sebuah kesepakatan yang dilakukan

oleh pasangan suami istri untuk tidak memiliki anak selama masa

pernikahannya.

Pada sumber lain ditemukan ”childfree adalah sebuah istilah yang

merujuk pada orang atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki
anak”. (Faridah, Siti. 2021, https://heylawedu.id/childfree:-fenomena-

childfree-dan-kontruksi-masyarakat-indonesia// , 25 September 2022).

Istilah childfree juga banyak dikenal atau familiar di kalangan para

feminis (orang yang menganut ajaran feminisme), yaitu suatu gerakan yang

memiliki tujuan untuk mewujudkan kesetaraan gender. Artinya mereka

menganggap bahwa pria dan wanita itu memiliki kedudukan yang setara

atau sejajar sehingga pada kalangan para perempuan yang menganut ajaran

feminisme ini menganggap bahwa jika seorang laki-laki tidak hamil dan

tidak melahirkan maka seorang perempuan pun boleh memilih jalan

tersebut, sehingga mereka memilih untuk melakukan childfree.

Berbeda dengan menunda dahulu mempunyai anak atau menunda

kehamilan (childless), childfree ini lebih merujuk kepada keputusan

seseorang untuk tidak akan mempunyai anak di dalam kehidupannya atau

kehidupan pernikahannya. Jika suatu saat nanti mereka memutuskan untuk

mempunyai anak maka mereka tidak dikatakan childless tentang apa yang

telah dilakukannya. Namun mereka tetap disebut childfree akan tetapi

mereka sudah tidak melakukannya lagi.

Berdasarkan pemaparan tersebut penulis menyimpulkan bahwa

childfree adalah keputusan yang diambil seseorang atau pasangan untuk

tidak memiliki anak dalam kehidupannya.

B. Faktor Penyebab Terjadinya Childfree

Semua peristiwa yang terjadi selain mempunyai latar belakang

pasti mempunyai faktor pendukung mengapa hal tersebut dapat terjadi.


Berikut beberapa faktor yang dapat mendorong seseorang melakukan

childfree, diataranya yaitu sebagai berikut:

1. Memiliki Kekhawatiran Tidak Mampu Membesarkan Anak dengan

Baik

Salah satu hal yang ditakutkan sebagian orang yang sudah menikah

ataupun masih berencana menikah adalah ketika nanti mempunyai anak,

mereka tidak mampu membesarkan anaknya dengan baik. Dikarenakan

anak adalah sebuah titipan besar yang dianugrahkan Allah SWT kepada

pasangan agar si anak bisa dijaga dengan baik, penuh rasa kasih sayang

serta dibimbing ke jalan yang lurus. Bagi orang yang melakukan

childfree hal ini menjadi salah satu faktor mereka melakukan childfree.

Selain itu, alasan lainnya mereka takut tidak bisa memberikan

kebahagiaan kepada si anak.

Gita Safitri menuturkan, “ bahkan buat aku punya anak itu it’s a

big deal gitu kan, mungkin mba ana lebih ngerti karena mba ana sikolog

gitukan gimana kalo misalnya kita sebagai orang tua ga big responsible

terus taunya kita memberikan luka kepada anak kita”. (Channel Youtube

Analisa Channel, 2022).

Para pasangan takut untuk memiliki anak dengan alasan tidak bisa

mendidik anak dengan baik. Padahal di dalam Al-Qur’an sendiri cara

mendidik anak sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat

13-19, Allah berfirman:


)١٣( ‫الشْرَك لَظُْل ٌم َع ِظ ٌيم‬ ِٰ ‫ن ل تُ ْش ِرْك ِِب هَّللِ إِ هن‬ ِ ِِ
‫ال لُْق َما ُن لبْنه َوُه َو يَعظُهُ ََي بَُه‬َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
‫ْي أ َِن ا ْش ُك ْر ِل‬ ِ ِ ِ
ِ ْ ‫صالُهُ ِف َع َام‬ َ ‫صْي نَا اإلنْ َسا َن بَِوال َديْه َْحَلَْتهُ أ ُُّمهُ َوْهنًا َعلَى َوْه ٍن َوف‬‫َوَو ه‬
‫ك بِِه ِع ْل ٌم‬ ِ ‫اه َد َاك َعلى أَ ْن تُ ْش ِرَك‬ ِ‫) وإ‬١٤( ‫صي‬ ِ ‫ل الْم‬ ِ‫ك إ‬ ِ‫ولِوال‬
َ َ‫س ل‬ َ ‫ي‬
َْ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬
َ ‫ب‬ َ ‫ج‬
َ ‫ن‬
ْ َ ُ َ ‫ه‬ َ َ ‫ي‬
ْ ‫د‬
َ ََ
‫ل َم ْرِجعُ ُك ْم‬‫ل ثُه إِ َه‬ ‫ب إِ َه‬ ِ ِ ِ
َ ‫صاحْب ُه َما ف الدُّنْيَا َم ْع ُروفًا َواتهب ْع َسب‬
َ ‫يل َم ْن أ َََن‬
ِ ‫فَال تُ ِطعهما و‬
َ َ َُْ
‫ال َحبه ٍة ِم ْن َخ ْرَد ٍل فَتَ ُك ْن‬ َ ‫ك ِمثْ َق‬ ُ َ‫ن إِ هَّنَا إِ ْن ت‬ ِ
‫) ََي بَُه‬١٥( ‫فَأُنَبِٰئُ ُك ْم ِبَا ُكْن تُ ْم تَ ْع َملُو َن‬
)١٦( ٌ‫يف َخبِي‬ ٌ ‫اَّللَ لَ ِط‬ ‫ض ََيْ ِت ِِبَا ه‬
‫اَّللُ إِ هن ه‬ ِ
ْ ‫ص ْخَرةٍ أ َْو ِف ال هس َم َاوات أ َْو ِف‬
ِ ‫األر‬ َ ‫ِف‬
‫ك إِ هن‬ َ ‫اصِ ْب َعلَى َما أ‬
َ َ‫َصاب‬
ِ
ْ ‫صالةَ َوأْ ُم ْر ِِبلْ َم ْع ُروف َوانْهَ َع ِن الْ ُمْن َك ِر َو‬ ‫ن أَقِِم ال ه‬ ‫ََي بَُه‬
‫ض َمَر ًحا إِ هن‬ ِ ‫هك لِلن‬ َ ‫ص ٰعِْر َخد‬ ِ ِ ِ‫ذل‬
ْ ‫ش ِف‬
ِ ‫األر‬ ِ َْ‫هاس َول َت‬ َ ُ‫) َول ت‬١٧( ‫األموِر‬ ُ ‫ك م ْن َع ْزم‬ َ َ
‫ك‬َ ِ‫ص ْد ِف َم ْشي‬ ِ ْ‫) واق‬١٨( ‫ب ُك هل ُمُْتَ ٍال فَخوٍر‬
َ ُ ُّ ‫اَّللَ ل ُُِي‬
‫ه‬
)١٩( ‫اْلَ ِم ِي‬ ِ َ ِ‫ص ْوت‬ ِ ‫ض‬
ْ ‫ت‬ ُ ‫ص ْو‬َ َ‫األص َوات ل‬ ْ ‫ك إِ هن أَنْ َكَر‬ َ ‫ض م ْن‬ ْ ُ ‫َوا ْغ‬
Artinya: ”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. Dan Kami
perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.
Bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu. Hanya
kepada Aku kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai
ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat
kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Wahai anakku! Sungguh, jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Mahateliti. Wahai anakku!
Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf
dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk
perkara yang penting. Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari
manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan
angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan dir. Dan sederhanalah dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai. (QS. Luqman [31]:13-19)

2. Kondisi Finansial

Salah satu alasan selanjutnya orang melakukan childfree adalah

karena kondisi finansial. Selain tanggung jawab orang tua kepada anak

yaitu harus mendidiknya, mereka juga harus membiayai kehidupannya

dimulai dari pakaian, makanan, dan pendidikannya. Karena seorang

anak tidak akan terus menerus kecil, ia akan tumbuh besar seiring

dengan berjalannya waktu. Kebutuhan pun semakin meningkat, apalagi

jika anak sudah mulai menduduki bangku sekolah. Tidak hanya biaya

sekolah saja yang harus dikeluarkan oleh orang tua tetapi mulai dari

perlengkapan sekolah seperti sepatu, tas, alat tulis dan sebagainya.

Ditambah lagi deangan uang jajan dan ongkos transportasi.

Bahkan disebutkan bahwa orang tua itu membiayai seorang anak

dimulai dari anak di dalam kandungan sampai ia menikah, setelah

menikah lepaslah tanggung jawab orang tua untuk membiayai anak

tersebut. Karena kondisi inilah orang tua takut tidak bisa membesarkan

anaknya dengan baik dengan alasan kondisi finansialnya yang tidak

cukup. Anak adalah amanah dari Allah yang luar biasa, jadi mereka

takut akan mendapat dosa jika tidak bisa membesarkan anaknya dengan

baik karena kondisi finansialnya. Oleh sebab itu mereka melakukan

childfree. Padahal jika kita kembali lagi kepada Allah SWT maka semua

ketakutan tentang tidak ingin mempunyai anak dan tidak bisa


membesarkannya dengan baik karena kondisi finansial yang kurang itu

tidak akan terjadi, seperti yang disebutkan di dalam hadits bahwasanya

rezeki manusia sudah Allah SWT tetapkan sejak ia berada dalam

kandungan. Rasulullah SAW bersabda:

ِ‫ حدهثَنَا رسو ُل هللا‬: ‫ال‬ ِ ٍ ِ ِ ِ


ْ ُ َ َ َ َ‫َع ْن أَِب َعْبد الهر ْْحَ ِن َعْبد هللا ب ِن َم ْسعُ ْود َرض َي هللاُ َعْنهُ ق‬
ِ ‫صلى هللا عليه وسلم وهو ال ه‬
‫َح َد ُك ْم ُُْي َم ُع َخ ْل ُقهُ ِف بَطْ ِن‬ َ ‫ إِ هن أ‬: ‫ص ُد ْو ُق‬ ْ ‫صاد ُق الْ َم‬ ََُ
ِ ِ
‫ ثُه‬،‫ك‬ َ ‫ضغَةً ِمثْ َل ذَل‬ ْ ‫ ثُه يَ ُك ْو ُن ُم‬،‫ك‬ َ ‫ ثُه يَ ُك ْو ُن َعلَ َقةً ِمثْ َل ذَل‬،ً‫ْي يَ ْوماً نُطْ َفة‬ ِ ِِ
َ ْ ‫أ ُٰمه أ َْربَع‬
‫َجلِ ِه‬ ِ ِ ِ ‫ بِ َكْت‬:‫ات‬
َ ‫ب ِرْزقه َوأ‬
ٍ ‫ وي ْؤمر ِِبَرب ِع َكلِم‬،‫الروح‬
َ َ ْ ُ َ ُ َ َ ْ ُّ ‫ك فَيَ ْن ُف ُخ فْيه‬
ِِ ُ َ‫يُْر َس ُل إِلَْي ِه الْ َمل‬
‫َح َد ُك ْم لَيَ ْع َم ُل بِ َع َم ِل أ َْه ِل‬ ِ ِ ِ ِ ِِ
َ ‫ فَ َو هللا الهذي لَ إِلَهَ َغ ْيُهُ إِ هن أ‬.‫َو َع َمله َو َشق ٌّي أ َْو َسعْي ٌد‬
‫اب فَيَ ْع َم ُل بِ َع َم ِل‬ ِ ِ ِ ِْ
ُ َ‫اْلَنهة َح هَّت َما يَ ُك ْو ُن بَْي نَهُ َوبَْي نَ َها إِله ذ َراعٌ فَيَ ْسبِ ُق َعلَْيه الْكت‬
ُ‫َح َد ُك ْم لَيَ ْع َم ُل بِ َع َم ِل أ َْه ِل النها ِر َح هَّت َما يَ ُك ْو ُن بَْي نَه‬ َ ‫ َوإِ هن أ‬،‫أ َْه ِل النها ِر فَيَ ْد ُخلُ َها‬
‫[رواه‬.‫اْلَن ِهة فَيَ ْد ُخلُ َها‬ ْ ‫اب فَيَ ْع َم ُل بِ َع َم ِل أ َْه ِل‬ ِ ِ ِ
ُ َ‫َوبَْي نَ َها إِله ذ َراعٌ فَيَ ْسبِ ُق َعلَْيه الْكت‬
]‫البخاري ومسلم‬
Artinya: “Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu
beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan
dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di
perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian
berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian
menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus
kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia
diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya,
ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah
yang tidak ada ilah selain-Nya, sesungguhnya diantara kalian ada yang
melakukan perbuatan ahli syurga hingga jarak antara dirinya dan
syurga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan,
dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam
neraka. sesungguhnya diantara kalian ada yang melakukan perbuatan
ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan
tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli
syurga maka masuklah dia ke dalam syurga. (HR.Bukhori dan Muslim)
Allah SWT juga menyebutkan bahwa anak terlebih dahulu diberi

rezeki baru orang tuanya dan tentunya dengan ikhtiar, sebagaimana

dalam Al-Qur’an surat Al- Isra ayat 31

۟‫أَوََل دَ ُك أم۟ َخ أش يَةَ۟ إِ أم ََل ق۟۟۟ ََنأ ُن۟ نـَ أر ُزقـُ ُه أم۟ َوإِ ََّّي ُك أم۟ ۚ۟ إِ َّن‬
‫َوََل۟ تـَ أق تـُ لُوا۟ أ‬
۟‫قـَ تأـ لَ ُه أم۟ َك ا َن۟ ِخ طأئًا۟ َك بِريًا‬
Artinya:” Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan
juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa
yang besar.” (Q.S Al- Isra [17]:31)

Dan dalam surat An-Nahl ayat 72 juga disebutkan bahwa Allah akan

mengatur dan memberikan rezeki kepada hambanya sehingga alasan itu

tidak perlu terlalu di khawatirkan. Allah SWT berfirman:

ِ ِ ِ ِ ِ
۟‫ي‬
َ ‫اجا َو َج َع َ۟ل لَ ُك أ۟م م أ۟ن أ أَزَواج ُك أ۟م بَن‬ ً ‫اّللُ َج َع َ۟ل لَ ُك أ۟م م أ۟ن أَنأـ ُفس ُك أ۟م أ أَزَو‬
َّ۟ ‫َو‬
‫اّللِ ُه أ۟م يَ أك ُف ُرو َ۟ن‬
َّ۟ ‫اط ِ۟ل يـُ أؤِمنُو َ۟ن َوبِنِ أع َمِ۟ة‬
ِ ‫ات أَفَبِالأب‬ِ ِ
َ ۟ َ‫َو َح َف َد۟ةً َوَرَزقَ ُك أ۟م م َ۟ن الطَّيِِّب‬
Artinya:” Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak anak dan
cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari
nikmat Allah?"(QS.al-nahl [16]:72)
Orang menganggap karena rezeki sudah ditentukan Allah SWT

sehingga mereka menjadi bermalas-malasan dan tidak berusaha. Padahal

rezeki tidak akan datang tiba-tiba dengan kita hanya diam saja, tetapi

dengan berusaha dan sekaligus berdo’a maka in syaa allah Allah SWT akan

permudah jalan kita untuk mendapatkan rezeki. Allah SWT tidak mungkin

akan terus menerus memberikan kesulitan kepada hambanya yang suka


berusaha, justru Allah SWT akan senantiasa memberikan kemudahan

kepadanya.

3. Menganggap bahwa anak sumber masalah

Salah satu faktor lain yang memotivasi orang atau pasangan

melakukan childfree adalah menganggap bahwa anak adalah sumber

masalah, seperti ungkapan salah seorang aktris yang menganut

gaya hidup childfree, Rina Nose mengatakan “ Hidup sudah banyak

masalah nih. Nanti kalau punya anak akan nambah masalah pasti.

Kadang nitizen atau fans bilang, ayo dong punya anak pasti cantik dan

lucu. Masalahnya, punya anak bukan lucu-lucuan. Lucunya sementara

paling berapa tahun, habis itu problem muncul.” (Cahnnel Youtube

Melaney Ricardo,16 September 2022)

Sebagian orang yang melakukan childfree mempunyai alasan yang

sama yaitu takut menambah masalah baru di dalam hidupnya, karena

memang tidak diragukan lagi mempunyai dan membesarkan anak

bukanlah hal yang mudah. Belum lagi jika anak itu rewel pasti bagi

orang tua yang mempunyai kesabaran rendah ia akan mudah terbawa

emosi sehingga menganggap mempunyai anak adalah salah satu pilihan

yang buruk. Seorang anak tidak akan selalu menjadi seorang bayi, pasti

ia akan tumbuh menjadi balita kemudian menjadi anak-anak, lalu

menjadi remaja dan diteruskan menjadi orang dewasa.

Di masa perkembangannya seorang anak pasti akan mengalami

beberapa perubahan khususnya dalam hal perilaku. Anak bayi dan balita
mungkin ia masih akan menurut dan mendengarkan perkataan kedua

orang tuanya karena mereka belum mengerti apa-apa. Tetapi ketika ia

sudah beranjak menjadi anak-anak mulailah ada sedikit perlawanan

ketika orang tua mulai menyuruh melakukan sesuatu. Selain itu pasti ia

akan mulai menimbulkan masalah-masalah yang menjengkelkan kedua

orang tuanya seperti kenakalan yang biasanya anak-anak lakukan,

apalagi ketika ia sudah beranjak remaja dan berada di masa peralihan

(masa puber) seorang anak akan lebih banyak mengalami perubahan dan

masalah akan semakin bertambah.

Ketika orang yang melaklukan childfree menganggap bahwa

mempunyai anak hanya akan menambah masalah, justru Allah

menyebutkan bahwa kehadiran seorang anak adalah Qurotta Ayun

(penyenang hati dan penyejuk pandangan) bagi mereka yang masih

dalam fitrah, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Furqon ayat 74:

‫اج َع ألنَا‬ ۟ ُ ‫ب لَنَ۟ا ِم أ۟ن أ أَزَو ِاجنَا َوذُ ِِّرََّّ۟يتِنَا قُـَّر۟ةَ أ أَع‬
‫ي َو أ‬ ۟‫ين يـَ ُقولُو َ۟ن َربـَّنَا َه أ‬َ۟ ‫َوالَّ ِذ‬
َ۟ ‫لِأل ُمت َِّق‬
۟‫ي إِ َم ًاما‬
Artinya:” Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-
orang yang bertakwa.” (QS.al-furqon [25]:74)
Dan dalam surat Al-‘Imran ayat 14 Allah berfirman:

ِ ‫الذ َه‬َّ ‫اط ِ۟ري الأ ُم َقأنطَر۟ةِ ِم َ۟ن‬


ِ َ‫ي والأ َقن‬ ِ ِ۟ ‫ات ِم ۟ن النِِّس‬ ِ ‫َّاس حب۟ الش‬ ِ
۟‫ب‬ َ َ َ۟ ‫اء َوالأبَن‬ َ َ ۟ ‫َّه َو‬ َ ُ ِ۟ ‫ُزيِِّ َ۟ن للن‬
ِ َّ۟ ‫اْلي ۟اةِ الدنأـي۟ا و‬
ُ‫اّللُ عأن َد۟ه‬ َ َ ََ‫اعُ أ‬ ۟ َ‫ك َمت‬ َ۟ ِ‫ث َذل‬
ِ۟ ‫اْلَأر‬
‫اْلَأي ِ۟ل الأ ُم َس َّوَم ِ۟ة َ۟واْلنأـ َع ِ۟ام َو أ‬ ِ۟ ‫َوالأ ِفض‬
‫َّة َو أ‬
ِ۟ ‫ُح أس ُ۟ن الأ َم‬
‫آب‬
Artinya:” Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Q.S AL-‘Imron [3]:14)

Sebagian orang menganggap bahwa masalah yang akan muncul

ketika mengurus seorang anak adalah hal biasa yang akan terjadi. Oleh

sebab itu mengurus seorang anak adalah sebuah kebahagiaan dan sebuah

nikmat yang Allah SWT berikan. Karena mereka berfikir bahwa tidak

semua orang akan bisa merasakan hal tersebut.

Jadi secara garis besar faktor yang mendorong seseorang melakukan

childfree terbagi menjadi 3 bagian. Seperti faktor kesiapan yaitu memiliki

kekhawatiran tidak mampu membesarkan anak dengan baik, faktor ekonomi yaitu

kondisi finansialnya yang dianggap tidak cukup, dan faktor yang menganggap

bahwa kehadiran anak hanya akan menambah masalah baru didalam kehidupannya.

Namun sebenarnya semua faktor pendukung seseorang untuk melakukan childfree

tersebut sudah Allah SWT sanggah. Karena pada kenyataannya semua faktor itu

hanyalah alibi seseorang untuk melindungi diri dari pandangan buruk orang lain

terhadapnya karena sudah memilih keputusan untuk melakukan childfree. Seperti

salah satu contoh, ketika orang yang melakukan childfree menganggap bahwa

mempunyai anak hanya akan menambah masalah. Padahal Allah SWT

menyebutkan di dalam Al-qur’an bahwa anak adalah sebagai qurotta ‘ayun dan

kesenangan hidup di dunia.


C. Dampak Childfree Bagi Kehidupan Manusia

Setiap peristiwa yang terjadi di dunia ini selain ada faktor penyebab yang

mendukung peristiwa tersebut terjadi, ada juga dampak yang dapat ditimbulkan

dari peristiwa tersebut. Berikut beberapa dampak yang ditimbulkan dari

fenomena childfree bagi kehidupan manusia, yaitu :

1. Dampak Sosial

Dampak pertama yang ditimbulkan dari fenomena childfree adalah

dampak bagi kehidupan sosial, dampak sosial ini terbagi kedalam dua bagian

yaitu :

a. Tidak memiliki penerus keturunan

Indonesia termasuk dalam negara pronatalis, yakni sangat percaya

bahwa kehadiran anak adalah sebuah keharusan dalam pernikahan

sebagai hadiah, ahli waris dan penerus keturunan. Nailis Shofita, dkk

(dalam Eduvest-Journal of Universal Studies, Desember 2021)

berpendapat bahwa:

“Dalam pandangan Islam, pasangan suami istri yang memilih


childfree termasuk perbuatan yang bertentangan dengan kodrat. Ini
karena memiliki anak merupakan anugrah dan sebagi fitrah manusia.
Islam juga menanggapi kebebasan anak atau childfree dengan beberapa
argumentasi tentang keutamaan anak dalam keluarga.”

Childfree berisi ajakan untuk tidak memiliki anak sedangkan

Rasulullah SAW. Memerintahkan para pengikutnya untuk menikahi

perempuan subur agar memiliki anak. Sebagaimana sabda Rasulullah

SAW:
‫ت‬ ِ ‫يد ابن أُخ‬ ٍِ ِ ُ ‫َْحَ ُد بْ ُن إِبْ َر ِاه َيم َحدهثَنَا يَِز‬
ْ َ ْ ‫َخ ََبََن ُم ْستَل ُم بْ ُن َسع‬ ْ ‫يد بْ ُن َه ُارو َن أ‬ ْ ‫َحدهثَنَا أ‬
‫صوٍر يَ ْع ِن ابْ َن َزاذَا َن َع ْن ُم َعا ِويَةَ بْ ِن قُهرةَ َع ْن َم ْع ِق ِل بْ ِن‬ ُ ‫صوِر بْ ِن َزاذَا َن َع ْن َمْن‬ ُ ‫َمْن‬
‫ت‬ َ ‫ال إِِّٰن أ‬
ُ ‫َصْب‬ َ ‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسله َم فَ َق‬
‫صلهى ه‬ َ ‫هب‬ ِ
ِٰ ِ‫ال َجاءَ َر ُج ٌل إ ََل الن‬ َ َ‫يَ َسا ٍر ق‬

‫ال َل ثُه أ َََتهُ الثهانِيَةَ فَنَ َهاهُ ثُه‬ َ َ‫ب َو ََجَ ٍال َوإِ هَّنَا َل تَلِ ُد أَفَأَتَ َزهو ُج َها ق‬ ٍ ‫ات َحس‬
َ َ ‫ْامَرأَةً َذ‬
‫ود فَِإِّٰن ُم َكاثٌِر بِ ُك ْم ْاأل َُم َم‬ َ ُ‫ود الْ َول‬
َ ‫ال تَ َزهو ُجوا الْ َوُد‬َ ‫أ َََتهُ الثهالِثَةَ فَ َق‬
Artinya: “Ahmad bin Ibrahim menyampaikan kepada kami dari Yazid bin
Harun, dari Mustalim bin Sa’ai, anak saudara perempuan Mansur bih
Zahzan, dari Mansur bin Zadzan yang mengabarkan dari Muawiyah bin
Qurrah, dari Ma’qil bin Yasar bahwa seorang laki-laki datang menemui
Nabi SAW dia berkata, ”Aku bertemu dengan seorang perempuan yang
mempunyai paras cantik dan keturunan yang bagus, tetapi tidak dapat
melahirkan anak. Apakah aku boleh menikahinya? ”Beliau menjawab,
”Tidak”. Pada hari berikutnya laki-laki tersebut datang lagi dan
menanyakan hal yang sama, beliau tetap melarangnya. Pada hari
berikutnya laki-laki itu menanyakan hal yang sama ketiga kalinya,
kemudian beliau bersabda “Nikahilah perempuan yang penyayang dan
subur. Karena sesungguhnya aku berbangga-bangga atas banyaknya
jumlah kalian dihadapan seluruh umat.” (HR.Abu Daud:1754)

Allah SWT Lebih mengetahui bagaimana cara manusia hidup

berbahagia dengan kebahagiaan hakiki, bukan dengan kebahagiaan semu.

Allah SWT yang menciptakan manusia dan seluruh alam semesta,

sehingga dia yang paling tahu konsep dan cara untuk berbahagia. Allah

SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 140

ِ‫اه يم وإِ ْْس اع‬ِ ‫أَم تَ قُ ولُو َن إِ هن إِب ر‬


‫وب‬
َ ُ‫ح ا َق َويَ عْ ق‬ َ ‫َوإِ ْس‬ ‫يل‬
َ َ َ َ َْ ْ
‫قُ ْل أَأَنْ تُ ْم أَعْ لَمُ أَِم ه‬
ُ‫اَّلل‬ ‫ار هى‬
َ‫ص‬ َ َ‫ط َك انُوا ُه ودً ا أ َْو ن‬َ ‫َس بَا‬
ْ ‫َو ْاأل‬
‫اَّللُ بِغَافِ ٍل‬
‫اَّللِ َو َم ا ه‬
‫هن َك تَمَ َش َه ادَ ةً عِ نْ َد هُ ِم َن ه‬ ِ ‫وم ن أَظْلَم‬
‫ِم‬
ْ ُ ْ ََ
‫عَ هم ا تَ عْ َم لُو َن‬
Artinya: “ Ataukah kamu (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata
bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya adalah penganut
Yahudi atau Nasrani? Katakanlah, “Kamukah yang lebih tahu atau Allah,
dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan
kesaksian dari Allah yang ada padanya?” Allah tidak lengah terhadap apa
yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [2]:140)

Dalam ruang lingkup keluarga seorang penerus memang seharusnya

ada, agar ketika sebuah keluarga mempunyai perusahaan atau bisnis dan

ketika orang tuanya sudah tidak mampu menjalankan bisnisnya lagi karena

faktor usia maka pada saat itulah peran anak dibutuhkan. Banyak contoh di

luaran sana yang bisa kita lihat, ketika seorang ayah yang dulunya

memimpin sebuah perusahaan yang besar tetapi ketika umurnya sudah

bertambah dan ia tidak mampu lagi memimpin dan menjalankan

perusahaan tersebut, maka sang ayah memilih sang anak yang mengantikan

posisinya untuk memimpin perusahaannya. Karena selain anak adalah

penerus jalannya perusahaan atau bisnis keluarga, anak juga adalah salah

satu orang yang paling bisa dipercaya.

b. Berkurangnya populasi manusia

Berkurangnya populasi manusia akan berdampak juga pada

berkurangnya tenaga kerja sehingga menurunkan produktifitas suatu

negara. Salah satu dampak negatif childfree bagi suatu negara adalah

jumlah penduduk usia produktif yang sedikit di masa depan. Contohnya


di beberapa negara banyak orang tua yang kehidupannya bergantung

pada negara karena tidak ada anak atau keluarga yang mengasuh.

Sehingga beban negara akan semakin besar untuk membiayai penduduk

usia tua, karena jumlah penduduk usia produktif semakin sedikit

dibandingkan dengan yang tidak produktif.

“Para peneliti memperingatkan populasi China berkurang

setengah dalam waktu 45 tahun, jika trend tingkat kelahiran ini

berlanjut, para analis memperingatkan bahwa populasi China 1,4 milyar

saat ini dapat berkurang separuhnya sebelum akhir 2055, seperti yang

dilansir dari Daily Mail”. (Kompas.com, 2021,

https://www.kompas.com/global/read/2021/10/02/001656470/para-

peneliti-memperingatkan-populasi-china-bisa-berkurang-setengah-

apa?page=all, 03 Januari 2023)

Dari fenomena tersebut akhirnya China mencoba untuk menarik

kebijakan sebelumnya yang mencoba untuk menutup pertumbuhan

populasinya, membatasi jumlah anak yang dapat dimiliki pasangan.

2. Dampak Kesehatan

Salah satu dampak lain yang dapat ditimbulkan dari adanya

fenomena childfree adalah dampak bagi kesehatan. Beberapa dampak

kesehatan yang mungkin akan dirasakan khususnya bagi seorang wanita

ketika ia menjalani pernikahan childfree. Namun, dalam penelitian Bien

A dan rekan (2017) yang terbit pada jurnal Annals of Agricultural and
Environmental Medicine mendukung peningkatan kesehatan mental

pada wanita yang tidak memiliki anak di Polandia. Penelitian mereka

menyimpulkan bahwa wanita yang memilih untuk tidak memiliki anak

memiliki kualitas hidup dan persepsi kesehatan pribadi yang lebih baik.

Meskipun demikian, tidak semua penelitian menunjukan dampak

baik childfree terhadap kesehatan fisik dan mental. Penelitian Melissa L

Graham dan rekan pada tahun 2011 pada wanita di Australia

menunjukan hasil yang berlawanan. Wanita yang memilih childfree

memiliki risiko yang lebih besar mengalami kesehatan fisik dan mental

yang buruk dibandingkan dengan wanita yang memiliki anak. Peneliti

juga beranggapan bahwa kesehatan wanita yang tidak memiliki anak

pada usia suburnya mungkin berdampak terhadap kesehatan jangka

panjang.

Beberapa penelitian di Republik Rakyat Tiongkok, Amerika Serikat

dan Kanada menunjukan bahwa wanita tanpa anak akan mengalami

kesepian, depresi, dan tekanan psikologi yang lebih besar pada usia

lanjut. Nyatanya, setiap kondisi dalam kehidupan selalu mempunyai dua

sisi yaitu sisi buruk dan sisi baik. Termasuk bukti penelitian yang saling

bertentangan tentang kesehatan fisik dan mental pada wanita yang

memilih childfree. Begitu pula dengan risiko terkait kesehatan di masa

tua. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dampak buruk

childfree terhadap kesehatan mental cenderung muncul pada usia tua,

dan berbagai penelitian juga mengungkapkan penyakit-penyakit tertentu


lebih mungkin dialami oleh wanita yang tidak memiliki anak hingga

akhir hayatnya. Terutama risiko mengalami penyakit kanker pada

wanita.

Penelitian-penelitian epidemiologi telah menempatkan faktor fungsi

reproduksi wanita sebagai faktor yang paling erat kaitannya dengan

kemunculan beberapa kanker yang paling sering dialami oleh wanita

yaitu kanker payudara, kanker endometrium (lapisan dalam rahim), dan

kanker ovarium (indung telur). Wanita yang tidak pernah melahirkan

dan menyusui akan cenderung lebih mungkin mengalami kanker

payudara, endometrium, dan kanker ovarium dibandingkan dengan

wanita yang memiliki anak.

Wanita yang mengalami childfree tentu tidak akan mengalami

fungsi kehamilan, melahirkan dan menyusui. Padahal ketika seorang

wanita mengalami fungsi-fungsi tersebut secara alami proses hormonal

pada tubuh akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat

mengurangi risiko kanker payudara. Kehamilan juga akan menyebabkan

penurunan jumlah total siklus pelepasan sel telur dari indung telur

(ovulasi) yang erat kaitannya dengan penurunan risiko kanker ovarium.

Demikian pula dengan lapisan endometrium dalam Rahim.

Endometrium sangat sensitif akan lingkungan hormonal. Ketika seorang

wanita mengalami kehamilan, lapisan endometrium akan terpapar

dengan hormon estrogen dan progesterone. Paparan hormonal tersebut

telah terbukti mengurangi risiko kanker endometrium.


Childfree jelas melanggar norma sosial dan agama. Sebab memiliki

anak adalah kebahagiaan dan fitrah manusia. Penelitian-penelitian juga

menunjukkan hasil yang saling bertolak belakang terkait dengan

manfaat childfree bagi kesehatan fisik dan kesehatan mental. Begitu

pula dengan dampak kesehatan jangka panjang. Wanita yang tidak

memiliki anak lebih mungkin mengalami kanker payudara, ovarium,

dan endometrium. Selain itu, wanita usia tua tanpa anak juga cenderung

akan mengalami kematian yang lebih cepat. Data dari Japan

Collaborative Cohort Study menemukan bahwa wanita usia 40 tahun

atau lebih memiliki tingkat kematian yang tinggi akibat semua penyebab

kematian dibandingkan dengan wanita yang mempunyai anak.

Peningkatan risiko kematian juga terjadi akibat kanker rahim, ovarium,

dan kanker serviks. Jadi, pilihan untuk tidak memiliki anak akan

cenderung memberikan risiko kesehatan yang buruk bagi wanita di masa

tua.

3. Dampak Ekonomi

Dampak lain yang akan dirasakan bagi orang yang melakukan

childfree adalah dampak bagi ekonomi, ekonomi yang dimaksud disini

bukan berarti ekonomi secara keseluruhan akan tetapi kehilangan salah

satu dari banyaknya pintu rezeki. Mereka yang melakukan childfree

menganggap karena kondisi finansial yang tidak cukup ditambah lagi

mempunyai anak semuanya akan terasa lebih berat, padahal anak adalah

tititpan tuhan yang harus dijaga, artinya mempunyai anak merupakan


anugrah terindah dan tak terhingga dari Allah SWT. Kehadirannya

sudah pasti akan dibarengi dengan rezeki dan keberkahan dari Allah

SWT. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 6:

‫اّللِ ِرأزقُـ َها َويـَ أعلَ ُ۟م ُم أستَـ َقَّرَها‬


َّ۟ ‫ض إَِل َعلَى‬
ِ۟ ‫اْلر‬
‫ف أ‬ ۟ ِ ۟‫َوَما ِم أ۟ن َدابَّة‬
۟ َ‫ف كِت‬
۟‫اب ُمبِي‬ ۟ ِ ۟‫َوُم أستَـ أوَد َع َها ُكل‬

Artinya:” Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat
berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis
dalam kitab yang nyata (Lauhulmahfudz).” (QS.Hud [11]:6)

Rasulullah SAW pun telah menyampaikan dalam hadits yang

diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa rezeki dan ajal manusia

sudah ditentukan ketika kita berusia 120 hari di dalam kandungan.

Dengan demikian maka janganlah kita mengeluh dan menyalahkan

kondisi apalagi sampai berburuk sangka kepada Allah SWT karena

rezeki kita yang kurang, padahal rezeki tidak akan datang secara tiba-

tiba. Oleh sebab itu kita sebagai manusia yang rezeki nya sudah diatur

oleh Allah SWT hendaknya berusah serta berdo’a agar semua pekerjaan

yang sedang dijalankan berjalan dengan lancar dan mendapat rezeki

yang berkah dari Allah SWT.

Rezeki dari Allah SWT semata-mata tidak hanya berupa harta

melimpah yang kemudian membuat diri menghabiskan waktu saat

memburunya untuk memakmurkan hidupnya. Karena arti rezeki

sesungguhnya adalah segala hal yang bermanfaat dan menyenangkan

bagi penerimanya. Anak-anak yang hadir ditengah kehidupan kita


merupakan rezeki dari Allah SWT. Ia adalah salah satu dari perantara

yang Allah jadikan sebagai sumber rezeki.

Apabilah anak-anak itu menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah

yang tumbuh dalam ketaatan beribadah kepada Allah SWT, maka

semakin bertambah karunia yang Allah berikan kepada kedua orang

tuanya. Hidup menjadi semakin berkah dengan kehadirannya.

Kerja keras orang tua dalam mendidik anak-anaknya menjadi

hamba-hamba Allah yang shalih dan shalihah akan menjadi sebab

semakin bertambahnya rezeki. Ditambah lagi jika anak-anaknya tumbuh

menjadi pengahfal Al-Qur’an maka kelak orang tua akan menuai

hasilnya. Ia akan dianugrahi mahkota dan jubah kehormatan kelak di

hari kiamat. Karena orang tua yang sungguh-sungguh mendidik

anaknya dalam ketaatan kepada Rabb-Nya berarti ia telah bertakwa

kepada Allah SWT dan surgalah tempat yang pantas baginya.

Dengan demikian, kita tidak boleh ragu dengan rezeki yang sudah

dijamin oleh Allah SWT. Kita harus yakin kepada-Nya. Tidaklah

mungkin Allah mendzalimi hamba-hamba-Nya. Sungguh, teramat

mudah bagi Allah untuk melimpahkan rezeki bagi diri dan anak-

anaknya.

Dari berbagai macam dampak yang dipaparkan tersebut sudah jelas bahwa

childfree lebih banyak memberikan dampak negatif bagi kehidupan serta bagi diri

sendiri yang melakukannya dibandingkan dengan dampak positif. Walaupun ada

satu penelitian yang membahas dampak positif childfree bagi kesehatan fisik dan
mental, namun penelitian lain langsung menyanggah hal tersebut dengan penelitian

yang lebih rinci. Sebenarnya berbagai alasan boleh menjadi dasar pilihan untuk

childfree. Namun, pilihan untuk tidak berusaha memiliki keturunan sudah menikah

bukanlah hal yang bijak. Pelanggaran norma sosial dan agama hingga ancaman

risiko kesehatan serta kematian jelas menjadi konsekuensi dari pilihan tersebut.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Fenomena Childfree

Belakangan ini, fenomena childfree atau keputusan untuk tidak

memiliki anak dalam pernikahan ramai diperbincangkan masyarakat

Indonesia terlebih kaum wanita. Ada yang beranggapan bahwa perempuan

memiliki hak atas tubuhnya, tetapi ada juga yang berpandangan kodrat

perempuan adalah memiliki anak. Keputusan childfree memang sangatlah

personal. Namun, jika banyak perempuan memutuskan tidak mau memiliki

anak sebagaimana yang terjadi di banyak negara maju, maka masalah lain

akan muncul. Jumlah populasi di dunia memengaruhi keberlangsungan

hidup, seperti daya dukung lingkungan hidup, problematika sosial-ekonomi,

dan ketahanan negara. Oleh sebab itu fenomena childfree ini menimbulkan

kekhawatiran tentang populasi penduduk di masa depan.

Sejalan dengan fenomena tersebut, jurnalis journo liberta


menghubungi dosen program studi hukum tata negara UIN Jakarta,
Masyrofah, via whatsapp, senin (6/9/2021). Ia menuturkan bahwa
”walaupun pemerintah mempunyai program Keluarga berencana (KB)
fenomena childfree tentu saja tidak relevan. Menurut Masyrofah “memiliki
ataupun tidak memiliki anak adalah hak seseorang. Akan tetapi untuk
budaya Indonesia keputusan tersebut tentu sangatlah mengejutkan dan
menimbulkan pro kontra di tengah masyarakat”. (Journoliberta.com, 2021,
https://www.journoliberta.com/2021/09/fenomena-childfree-dan-ancaman-
bonus-demografi-html, 10 Januari 2023)
Program pemerintah tentang cukup memiliki 2 anak merupakan

upaya pemerintah dalam menanggulangi laju pertumbuhan penduduk yang

pesat di Indonesia. Namun apabila program tersebut dikaitkan dengan

fenomena childfree tentu tidak relevan karena substansinya berbeda.

Menurut Masyrofah “Program pemerintah menganjurkan untuk


memiliki dua 2 anak cukup (KB), tentunya masih dalam koridor agar
keluarga Indonesia masih tetap berkeinginan memiliki anak. Bukan justru
seperti dalam konteks childfree yang tidak berkeinginan memiliki anak
meskipun sudah berkeluarga. Dalam tatanan negara, fenomena tersebut
tentu saja berdampak, karena hal ini bisa saja menjadi tantangan sekaligus
ancaman bagi keluarga Indonesia, apabila fenomena tersebut meluas dan
diikuti oleh masyarakat terlebih lagi bagi kalangan keluarga muda. “
memang memiliki anak merupakan hak individu. Namun, apabila itu
disuarakan oleh kelompok pengikutnya dan disebarluaskan tentu akan
berdampak tidak baik bagi generasi milenial yang akan berubah mindset-
nya bahwa tidak memiliki anak merupakan life style dan bebas melakukan
segala aktivitas” (Journoliberta.com, 2021,
https://www.journoliberta.com/2021/09/fenomena-childfree-dan-ancaman-
bonus-demografi-html, 10 Januari 2023)

Di balik fenomena ini tentu ada beragam alasan yang mendasari

suatu keluarga untuk tidak memiliki anak. Namun, menurut Masyrofah

alasan tersebut tidak bisa dijadikan argumen diperbolehkannya childfree.

Misalnya apabila alasannya finansial, tentu saja seharusnya dapat dicari

solusi agara keuangannya dapat meningkat sehingga cukup untuk

menafkahi satu keluarga. Keharmonisan keluarga juga dapat tercipta dan

terjalin dengan baik apabila adanya seorang anak di tengah-tengah keluarga.

Dalam UU No.35 tahun 2014 juga disebutkan bahwa anak sebagai tunas,

potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa.

Masyrofah juga berpendapat bahwa fenomena childfree sendiri


sama sekali tidak menguntungkan negara, justru dapat mengancam
keberlangsungan negara. Masyrofah menilai bahwa fenomena ini sangat
bertentangan dengan nilai dan budaya Indonesia “sebagaimana kita ketahui
bahwa syarat berdirinya suatu negara yaitu adanya warga negara atau
penduduk, yang terlahir dari keluarga-keluarga yang memiliki anak. Negara
dapat terus exsist lantaran ada keluarga yang melahirkan anak sebagai
generasi bangsa di masa depan” (Journoliberta.com, 2021,
https://www.journoliberta.com/2021/09/fenomena-childfree-dan-ancaman-
bonus-demografi-html, 10 Januari 2023)

Munculnya fenomena childfree di Indonesia memunculkan

padangan baru tentang stigma keluarga yang berbeda dari biasanya.

Sebagian masyarakat ada yang memandang positif tentang fenomena ini,

AA (dalam Kembang & Devina, 2022:24) berpendapat bahwa “childfree

merupakan keputusan yang diambil dari pasangan yang sudah saha secara

hukum dan agama untuk tidak memiliki anak.”

Fenomena ini menjadi sebuah terobosan yang bisa dilakukan kedua

belah pihak untuk mengurangi tuntutan secara finasial karena harus

memenuhi kebutuhan anak secara penuh, alasan lainnya yaitu latar belakang

yang kurang baik dari pasangan memicu seseorang melakukan childfree.

Dari berbagai alasan tersebut, akhirnya muncul banyak pasangan childfree

di Indonesia pada platform facebook dengan nama Indonesia Childfree

Community yang telah ada sejak tahun 2014 dengan anggota mencapai lebih

dari 1.300 orang”. (Komala dan Wamiyati. Proses Pengambilan Keputusan

pada Pasangan Suami Istri Yang Memilih Untuk Tidak Memiliki Anak,

2022.https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/download/13

536/10245 diakses pada 03 Januari 2023).

Pendapat lain berada pada posisi netral, Aulia (dalam Kembang &

Devina, 2022:25) berpendapat bahwa “Tetap memiliki anak meskipun


dalam jumlah sedikit. Alasan yang sebaiknya dihindari ketika melakukan

childfree adalah sekedar hanya ingin mengikuti trend. Dari pendapat

tersebut kita dapat melihat bahwa pendapatnya mengacu kepada ketidak

ikut sertaan secara fisik untuk mengikuti trend childfree, pendapat tersebut

pula mengarah pada keinginan untuk memiliki keturunan daripada

meniadakannya sama sekali. Keputusan tersebut selaras dengan paradigma

yang berkembang di masyarakat dengan memaknai bahwa kehadiran

seorang anak dalam pernikahan sebagai harapan dan generasi penerus bagi

pasangan suami dan istri.”

Dalam jurnal media pengkajian social budaya yang ditulis oleh

Kembang Wangsit Ramadhani dan Devina Tsabitah yang membahas

tentang fenomena childfree dan prinsip idealisme keluarga Indonesi dalam

perspektif mahasiswa meneliti bahwa semua responden sebagai representasi

mahasiswa tidak asing dengan fenomena childfree. Bahkan mereka telah

mampu menelaah makna childfree menurut perspektif pribadi masing-

masing. Seluruh responden dalam penelitian mereka menyatakan ujaran dan

pemahaman serupa tentang konsep childfree bahwasanya fenomena

tersebut adalah bentuk keputusan yang dibuat oleh pasangan untuk tidak

memiliki anak sesuai kesepakatan bersama. Namun, respon terhadap

eksistensi fenomena childfree menjadi beragam dikalangan mahasiswa.

Sebagian mereka menyatakan bahwa childfree dapat direspon sebagai

bentuk inovasi yang positif bagi pasangan yang membutuhkan, sedangkan

lainnya menganggap hal tersebut negatif karena menyalahi kodrat


perempuan untuk melahirkan keturunan yang menolak pemberian rezeki

dari Yang Maha Kuasa.

Penelitian ini berkesimpulan bahwa meskipun fenomena childfree

telah dipahami dan diterima eksistensinya secara terbuka, akan tetapi

implementasi fenomena ini belum bisa sepenuhnya diterapkan dalam

mengonstruksi idealisme keluarga yang terbentuk tanpa adanya anak.

Selain dari penelitian yang sebelumnya telah dibahas mengenai

fenomena childfree dikalangan mahasiswa, penulis juga mengamati

fenomena childfree ini berkembang dikalangan public figure di Indonesia.

Sebagai berikut adalah data public figure yang memutuskan untuk childfree:

1. Gita Safitri Devi

Gita Safitri merupakan seorang muslimah, selebgram, youtuber dan

juga seorang penulis. Keputusannya untuk childfree disetujui oleh

suaminya yang merupakan seorang mualaf yaitu Paul Andre Partohap.

Keluarga dari pihak Paul sempat tidak setuju dengan keputusan Paul

dan Gita untuk childfree, namun setelah dibujuk dan melalui diskusi

panjang akhirnya keluarga Paul bisa memaklumi keputusan itu.

Menurut Paul dan Gita kebahagiaan tidak selalu dengan memiliki anak,

bisa melakukan pernikahan dan saling memiliki sudah cukup membuat

kebahagiaan untuk mereka berdua. Dalam sebuah talkshow “Kick

Andy”, salah seorang host bertanya tentang Gita apakah ada rencana

untuk mengadopsi anak dan Gita mengatakan bahwa salah satu alasan
mengapa Gita Safitri memutuskan untuk childfree karena ia butuh

“silent”, ia merasa terganggu akan suara kegaduhan dari anaknya nanti.

2. Chef Juna

Junior John Rorimpandey atau lebih dikenal dengan sebutan Chef

Juna merupakan juru masak professional dan kemudian menjadi

terkenal setelah menjadi juri di acara Masterchef Indonesia. Dikabarkan

bahwa Chef Juna penganut gaya hidup Childfree sempat diundang di

acara podcast Deddy Corbuzier, Chef Juna menyebutkan bahwa ia ingin

memiliki anak apabila istrinya juga berkeinginan untuk mempunyai

anak. Penyataanya ini karena Chef Juna tidak ingin membebani istrinya.

3. Anya Dwinov

Anya merupakan seorang aktris, penyiar radio dan presenter.

Dalam semua kanal youtube Dapur Bincang Online, Anya

menyebutkan bahwa telah memiliki kekasih, belum memutuskan untuk

menikah namun sudah memutuskan untuk tidak memiliki anak.

Keputusannya ini karena Anya ingin kehidupan di bumi menjadi lebih

baik sehingga ia tidak ingin menambah populasi bumi.

4. Cinta Laura

Cinta Laura Khiel atau lebih dikelan dengan Cintra laura

merupakan seorang aktris dan penyanyi. Berbeda dengan Anya

Dwinov, Cinta di podcast The Hermasyah A6 mengatakan bahwa ia

tidak ingin melahirkan anak karena ia tidak ingin menambah populasi


bumi dengan menambah anak . Cinta Laura lebih memilih untuk

mengadopsi anak daripada melahirkan anak.

5. Rina Nose

Komedian Rina Nose memilih untuk tidak memiliki anak dalam

pernikahannya dengan Josscy Vallaza Aarsten. Keputusannya itu diam

diambilnya berdasarkan kesepakatannya bersama suami. “Kami sudah

happy dengan berdua, tanpa anak pun kami sudah happy,” katanya saat

tampi di channel youtube Melaney Ricardo, pada 16 September 2022.

Rina menilai punya anak bisa menimbulkan masalah baru dalam

hidunya, “Hidup sudah banyak masalah nih, nanti kalua punya anak

akan menambah masalah. Kadang netizen atau fans bilang ayo dong

punya anak pasti cantik dan lucu. Masalahnya punya anak bukan buat

lucu-lucuan, lucunya sementara paling beberapa tahun habis itu

problem muncul,” tuturnya.

Berdasarakan beberapa pemaparan tersebut penulis dapat menyimpulkan

bahwa fenomena childfree ini sudah menjadi life style di kalangan masyarakat

Indonesia, terutama di kalangan public figure. Dan sebagai seorang muslim hal ini

patut kita waspadai supaya kita tidak terjebak atau membiarkan ide-ide dan

pemikiran yang bisa mengarahkan kita serta generasi muda untuk menjadikan

childfree sebagai life style.

B. Childfree Menurut Pandangan Islam


Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, yang di dalamnya

diatur berbagai hal dalam kehidupan dari hal terkecil hingga yang terbesar.

Islam hadir sebagai jawaban atas masalah yang dihadapi umat manusia dari

zaman ke zaman. Untuk mengetahui respon Islam tentang hukum childfree

maka umat manusia bisa mempelajari berbagai nash dan pemikiran para

faqih dalam menginterpretasikan childfree.

Salah satu tujuan menikah yang disyariatkan Islam adalah guna

mendapatkan keturunan. Keturunan ini dimaknai dengan memiliki anak

kandung dari hasil pernikahan yang dilangsungkan antara laki-laki dan

perempuan.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisaa ayat 1:

ِ ‫َّاس اتـَّ ُقوا ربَّ ُك ۟م الَّ ِذي خلَ َق ُك ۟م ِم ۟ن نـَ أفس۟ و‬


‫اح َدة۟ َو َخلَ َ۟ق ِمأنـ َها‬ ُ۟ ‫ََّ۟ي أَيـ َه۟ا الن‬
َ ‫َ أ أ‬ ُ َ
‫اّللَ الَّ ِذي تَ َساءَلُو َ۟ن بِِ۟ه‬ ۟ ‫َزأو َج َها َوبَثَّ۟ ِمأنـ ُه َما ِر َجاَل َكثِ ًريا َونِ َس‬
َّ۟ ‫اءً َواتـَّ ُقوا‬
‫اّللَ َكا َ۟ن َعلَأي ُك أ۟م َرقِيبًا‬
َّ۟ ‫اْلر َح َ۟ام إِ َّ۟ن‬
‫َو أ‬
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisaa [4]:1)

Menurut As-Shobuni, secara umum QS. An-Nisaa ini membahas

tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan perempuan. Dari awal surat

sebagaimana disebutkan diatas mengingatkan manusia akan asal usul

kejadiannya yaitu dijadikan dari jiwa yang satu, kemudian menikah,


mewarisi, menanggung hak dan kewajiban, berketurunan dan lain

sebagainnya. Secara khusus bisa dipahami bahwa ayat diatas menjelaskan

bahwa memiliki keturunan salah satu dari tujuan pernikahan. Pernikahan

adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menjaga keberlangsungan

hidup manusia untuk bisa terus berjalan dan berlanjut dari generasi ke

generasi seterusnya.

Menikah dan memiliki keturunan adalah fitrah manusia sejak dahulu

kala, sejak masa sebelum kerasulan Muhammad SAW. Hal ini disebutkan

dan dijelaskan dalam QS. Ar-Ra’d ayat 38, Allah SWT berfirman :

۟‫اجا َوذُ ِِّريَّ۟ةً َ۟وَما َكا َ۟ن لَِر ُسول‬ َ۟ ِ‫َولََق أ۟د أ أَر َس ألنَا ُر ُسَل ِم أ۟ن قَـأبل‬
ً ‫ك َو َج َع ألنَا ََلُأ۟م أ أَزَو‬
۟ َ‫َجل۟ كِت‬ ِ َِّ۟ ‫ت ِِبية۟ إَِل ِبِِ أذ ِ۟ن‬
‫اب‬ َ ‫اّلل ل ُك ِِّ۟ل أ‬ َ َ۟ ِ‫أَ أ۟ن ََيأ‬
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul
sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan
keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu
ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab
(yang tertentu).” (QS. Ar-Ra’d [13]:38)

Dalam tafsir Ibnu Katsir juga dijelaskan bahwa Rasulullah SAW

beserta para rasul disyukuri bersama. Sehingga kehadiran anak dalam

perjalanan rumah tangga dan kehidupan bisa mnejadi ladang ibadah dan

pahala serta membawa kebahagiaan orang tua di dunia dan di akhirat.

Dalam hal kebahagiaan memiliki keturunan, Allah SWT berfirman dalam

QS. Al-Imran ayat 14 :


ِ ‫الذ َه‬َّ ‫اط ِ۟ري الأ ُم َقأنطَرةِ۟ ِم َ۟ن‬
ِ َ‫ي والأ َقن‬ ِ ِ۟ ‫ات ِم ۟ن النِِّس‬ ِ ‫َّاس حب۟ الش‬ ِ
۟‫ب‬ َ َ َ۟ ‫اء َوالأبَن‬ َ َ ۟ ‫َّه َو‬ َ ُ ِ۟ ‫ُزيِِّ َ۟ن للن‬
ِ َّ۟ ‫اْلي ۟اةِ الدنأـي۟ا و‬
ُ‫اّللُ عأن َد۟ه‬ َ َ ََ‫اعُ أ‬ ۟ َ‫ك َمت‬ َ۟ ِ‫ث َذل‬
ِ۟ ‫اْلَأر‬
‫اْلَأي ِ۟ل الأ ُم َس َّوَم ِ۟ة َواْلنأـ َع ِ۟ام َو أ‬ ِ۟ ‫َوالأ ِفض‬
‫َّة َو أ‬
ِ۟ ‫ُح أس ُ۟ن الأ َم‬
‫آب‬
Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak
dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).”(QS. Al-Imran [3]:14)
Sebagaimana Allah memberikan petunjuk mengenai tujuan dari

pernikahan yakni untuk memiliki keturunan dalam berbagai ayat Al-Qur’an,

Nabi Muhammad SAW atas izin Allah juga bersabda tentang bagaimana

seorang laki-laki harus menikahi perempuan yang subur dan hal ini

mengisyaratkan betapa memiliki keturunan adalah hal yang mulia dan

berpahala. Rasulullah SAW bersabda :

‫ت‬ ِ ‫يد ابن أُخ‬ ٍِ ِ ُ ‫َْحَ ُد بْ ُن إِبْ َر ِاه َيم َحدهثَنَا يَِز‬
ْ َ ْ ‫َخ ََبََن ُم ْستَل ُم بْ ُن َسع‬ ْ ‫يد بْ ُن َه ُارو َن أ‬ ْ ‫َحدهثَنَا أ‬
‫صوٍر يَ ْع ِن ابْ َن َزا َذا َن َع ْن ُم َعا ِويَةَ بْ ِن قُهرةَ َع ْن َم ْع ِق ِل بْ ِن‬ ُ ‫صوِر بْ ِن َزا َذا َن َع ْن َمْن‬ ُ ‫َمْن‬
‫ات‬َ ‫ت ْامَرأَةً َذ‬ َ ‫ال إِِّٰن أ‬
ُ ‫َصْب‬ َ ‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسله َم فَ َق‬
‫صلهى ه‬ َ ‫هب‬ ِ
ِٰ ِ‫ال َجاءَ َر ُج ٌل إ ََل الن‬ َ َ‫يَ َسا ٍر ق‬
‫ال َل ثُه أ َََتهُ الثهانِيَةَ فَنَ َهاهُ ثُه‬ َ َ‫ب َو ََجَ ٍال َوإِ هَّنَا َل تَلِ ُد أَفَأَتَ َزهو ُج َها ق‬ ٍ ‫َحس‬
َ
َ ‫الثهالِثَةَ فَ َق‬
ُ‫ال تَ َزهو ُجوا أ َََته‬
‫ود فَِإِّٰن ُم َكاثٌِر بِ ُك ْم ْاأل َُم َم‬
َ ُ‫ود الْ َول‬
َ ‫الْ َوُد‬
Artinya: “Ahmad bin Ibrahim menyampaikan kepada kami dari Yazid bin
Harun, dari Mustalim bin Sa’ai, anak saudara perempuan Mansur bih
Zahzan, dari Mansur bin Zadzan yang mengabarkan dari Muawiyah bin
Qurrah, dari Ma’qil bin Yasar bahwa seorang laki-laki datang menemui
Nabi SAW dia berkata, ”Aku bertemu dengan seorang perempuan yang
mempunyai paras cantik dan keturunan yang bagus, tetapi tidak dapat
melahirkan anak. Apakah aku boleh menikahinya? ”Beliau menjawab,
”Tidak”. Pada hari berikutnya laki-laki tersebut datang lagi dan
menanyakan hal yang sama, beliau tetap melarangnya. Pada hari
berikutnya laki-laki itu menanyakan hal yang sama ketiga kalinya,
kemudian beliau bersabda “Nikahilah perempuan yang penyayang dan
subur. Karena sesungguhnya aku berbangga-bangga atas banyaknya
jumlah kalian dihadapan seluruh umat.” (HR.Abu Daud:1754)
Dalam agama Islam, kehadiran seorang anak merupakan

kewenangan dan kehendak Allah SWT dengan melalui proses penciptaan.

Orang tua dalam hal ini hanyalah wasilah lahirnya anak ke dunia sehingga

wajar jika anak dianggap sebagai titipan Tuhan kepada orang tuanya yang

harus dijaga dan diperlakukan secara manusiawi agar kelak bisa menjadi

manusia berakhlak mulia dan berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Anak

adalah pewaris ajaran Islam pengertian ini mengandung arti bahwa setiap

anak yang dilahirkan harus diakui dan diyakini, sebagai implementasi dari

amalan yang diterima oleh orang tua, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kembang Wangsit dan

Devina Tsabitah tentang fenomena childfree dan prinsip idealisme keluarga

Indonesia dalam perspektif mahasiswa disebutkan bahwa Pernyataan

tentang pentingnya kehadiran anak dalam sebuah keluarga ditemukan

adanya perbedaan dimana 2 dari 7 responden teguh menyikapi kepemilikan

anak sebagai suatu hal yang sangat krusial tanpa diganggu gugat. Pernyataan

ini didukung oleh responden berinisial AA dan AF yang menyebutkan

bahwa “Anak merupakan goal dari setiap pasangan sekaligus merupakan hal

yang identic di dalam sebuah keluarga. Keluarga akan terasa kurang tanpa

adanya figure anak”. (AA) Selanjutnya, pernyataan itudirincikan secara

gamblang oleh responden AF yaitu “Arti memiliki keturunan sangatlah

penting. Karena ada yang membuat hati menjadi senang. Selain itu, anak
merupakan investasi akhirat. Semakin banyak anak, semakin banyak yang

menyayangi dan mendoakan.”(AF).

Kedua responden mempercayai bahwa kehadiran anak yang dinilai

penting ini tidak terlepas dari keuntungan atau nilai nilai positif memiliki

keturunan yang bisa berdampak baik bagi kedua orang tuanya, seperti

diantaranya menjadi amal jariyah di akhirat kelak. Sebagaimana sabda

Rasulullah SAW:

ِ ِ
َ ‫ إِ َّل من‬: ‫سا ُن ان َق طَ َع عَنهُ عَ َملُهُ إِ َّل م ن ثَ ََلثَة‬
‫ص َدقَة َجا ِريَة‬ ِ ‫ات‬
َ ‫اْل ن‬ َ ‫إِذَا َم‬
‫صالِح يَدعُو لَهُ – رواه مسلم و‬ ِ ِ
‫الرتمذي وأبو‬
ٰ َ ‫أَو علم يُن تَ َف ُع بِه أَو َولَد‬
‫النسائي وابن حبٰان عن أب هريرة‬ ٰ ‫داود و‬

Artinya: “Ketika seorang manusia meninggal dunia, maka amalannya


terputus kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at,
dan anak shaleh yang mau mendo’akannya.” (Hadits diriwayatkan oleh
Imam Muslim, Imam at-Tirmidzi, Imam Abu Dawud, Imam an-Nasa`i,
dan Imam Ibnu Hibban bersumber dari Sayyidina Abu Hurairah ra).

Hadits tersebut secara tersirat mengungkapkan salah satu

keuntungan memiliki buah hati dalam pernikahan. Jika orang tua

mengajarkan kebaikan bagi tumbuh kembang anak, maka akan menjadi

penolong bagi orag tuanya di akhirat kelak. Selain itu, pahala do’a dari anak

sholeh tersebut akan terus mengalir kepada orang tuanya.

Sebagai pewaris agama, Al-Qur’an menyebutkan kata anak dengan

berbagai istilah menurut munawwir 1997 istilah tersebut diantaranya adalah

zuriyyah yang artinya anak, cucu dan keturunan. Selain itu ada Ibn yang
artinya anak, kata Ibn dengan berbagai derivasinya disebutkan sebanyak 47

kali dalam Al-Qur’an. Selain kata zuriyyah dan Ibn ada juga kata walad, dan

kata lainnya seperti :

1. Athfal

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 59 :

۟‫ين ِم أ۟ن قَـأبلِ ِه أم‬


َ۟ ‫استَ أذَ َ۟ن الَّ ِذ‬ ِ ‫ال ِمأن ُك ُ۟م أ‬
‫اْلُلُ َ۟م فَـ أليَ أستَ أذنُوا َك َما أ‬ ُ۟ ‫َوإِذَا بـَلَ َ۟غ اْلطأ َف‬
۟‫اّللُ َعلِيم۟ َح ِكيم‬ َّ۟ ‫آَّيتِِ۟ه َو‬
َ ‫اّللُ لَ ُك أ۟م‬
َّ۟ ‫ي‬ َ۟ ِ‫َك َذل‬
َُِِّ۟‫ك يـُب‬
Artinya:” Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig,
maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang
sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-
ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS.An-Nuur [24]:59)

2. Shabiy

Allah berfirman dalam al-qur’an surat Maryam ayat 12, dan 29 :

‫صبِيًّ۟ا‬
َ ‫أم‬
َ۟ ‫اْلُك‬ َ۟ ‫ي ُخ ِ۟ذ الأ ِكتَا‬
‫ب بِ ُق َّوة۟ َوآتَـأيـنَ ۟اهُ أ‬ َ۟ ‫ََّ۟ي َأَي‬

Artinya: “Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan

sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia

masih kanak-kanak.” (QS.Maryam [19]:12)

ِ ۟ ِ ‫ف نُ َكلِِّ ۟م م ۟ن َكا َ۟ن‬ ِ ۟‫َشار أ‬


‫صبِيًّا‬
َ ‫ف الأ َم أه ۟د‬ ‫ت إِلَأي ۟ه قَالُوا َكأي َ۟ ُ َ أ‬َ َ ‫فَأ‬
Artinya: “maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka
berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang
masih dalam ayunan?" (QS.Maryam [19]:29)

3. Ashbat

Allah berfirman dalam al-qur’an surat al-baqarah ayat 136 dan 140
َ۟ ‫يل َوإِ أس َح‬ ِ ‫يم وإِ أْس‬ ِ َ۟ ِ‫ّللِ وما أُنأ ِزَ۟ل إِلَيـنَا وما أُنأ ِزَ۟ل إ‬
‫وب‬
َ۟ ‫اق َويـَ أع ُق‬ َ۟ ‫اع‬ َ َ َ۟ ‫ل إِبأـَراه‬ ََ ‫أ‬ َ َ َّ۟ ‫قُولُوا َآمنَّا ِِب‬
َ۟ ‫ق بَأ‬
‫ي‬ ُ۟ ‫ُوتَ النَّبِيو َ۟ن ِم أ۟ن َرِِِّبِ أ۟م َل نـُ َفِِّر‬
۟ ِ ‫يسى َوَما أ‬ ِ
َ ‫وسى َوع‬ َ ‫ُوتَ ُم‬۟ ِ ‫اط َوَما أ‬ ِ۟ َ‫اْلسب‬‫َو أ‬
‫َحد۟ ِمأنـ ُه أ۟م َوَأَن ُ۟ن لَ۟هُ ُم أسلِ ُمو َ۟ن‬
َ‫أ‬
Artinya: “Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman
kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang
diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya,
dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-
bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk
patuh kepada-Nya" (QS.al-baqarah [2]:136)

َ۟ ‫يل َوإِ أس َح‬ ِ ‫يم وإِ أْس‬ ِ


‫ودا‬
ً ‫ط َكانُوا ُه‬ َ۟ ‫اْلسبَا‬
‫وب َو أ‬ َ۟ ‫اق َوي۟ـَ أع ُق‬ َ۟ ‫اع‬ َ َ َ۟ ‫أ أَ۟م تَـ ُقولُو َ۟ن إِ َّ۟ن إِبأـَراه‬
۟‫اّللُ َوَم أ۟ن أَظألَ ُ۟م ِِم أ‬
‫َّن َكتَ َ۟م َش َه َاد۟ةً ِعأن َد۟هُ ِم َ۟ن‬ َّ۟ ۟‫ص َارى قُ أ۟ل أَأَنأـتُ أ۟م أ أَعلَ ُ۟م أَِم‬
َ َ‫أ أَ۟و ن‬
‫اّللُ بِغَافِل۟ َع َّما تَـ أع َملُو َ۟ن‬ َّ۟ ‫اّللِ َوَما‬
َّ۟
Artinya: “ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani)
mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakqub dan anak
cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?
Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah,
dan siapakah yang lebih lalim daripada orang yang
menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan
Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.”
(QS.al-baqarah [2]:136)

Selain itu kata ashbat juga terdapat dalam Al-Qur’an surat

Al-Imran ayat 84 dan An-Nisaa ayat 163.

4. Ghulam

Allah berfirman Al-Qur’an surat Maryam ayat 19 :

‫َلما َزكِيًّا‬ ِ۟ َ‫ب ل‬


ً ُ‫ك غ‬ َ۟ ‫ْله‬
َ ‫ك‬ ِ۟ ِِّ‫ول َرب‬ َ۟ ‫ق‬
ُ۟ ‫ال إََِّّنَا أَ َ۟ن َر ُس‬ َ۟
Artinya: “Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah

seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki

yang suci". (QS.Maryam [19]:19)

Tidak hanya menyebutkan kata anak dalam berbagai bentuk

kata, al-qur’an juga menyebutkan berbagai peran seorang anak yaitu

sebagai berikut :

1. Hiasan (Ziinatun)

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 46 :

‫اِب‬ َ۟ ِِّ‫ات َخ أ۟ري ِعأن َ۟د َرب‬


ً۟ ‫ك ثـَ َو‬ ِ ‫الص‬
ُ۟ َ‫اْل‬ ُ۟ َ‫اْلَيَ ۟اةِ الدنأـيَا َوالأبَاقِي‬
َّ ‫ات‬ ‫ال َوالأبَـنُو َ۟ن ِزينَ۟ةُ أ‬
ُ۟ ‫الأ َم‬
‫َو َخ أ۟ري أ ََمَل‬

Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia

tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik

pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”

(QS. Al-Kahfi [18]:46)

2. Penyejuk hati (qurottan Ayun)

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Furqon ayat 74

‫اج َع ألنَا‬ ۟ ُ ‫ب لَنَ۟ا ِم أ۟ن أ أَزَو ِاجنَا َوذُ ِِّرََّّيتِنَا قُـَّر۟ةَ أ أَع‬
‫ي َو أ‬ َ۟ ‫َوالَّ ِذ‬
۟‫ين يـَ ُقولُو َ۟ن َربـَّنَا َه أ‬

َ۟ ‫لِأل ُمت َِّق‬


۟‫ي إِ َم ًاما‬

Artinya:” Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami,

anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami


sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-

orang yang bertakwa.” (QS.al-furqon [25]:74)

Dengan adanya berbagai penyebutan dan peran anak dalam Al-

Qur’an menjadi bukti bahwa islam memberikan ruang yang luas untuk

mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan anak. Selama ini diskusi anak

hadir pada ranah bagaimana cara mendidik anak, bagaimana cara orang tua

membesarkan anak sejak dalam kandungan, bagaimana anak harus berbakti

kepada orang tua dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut memang sangat

penting untuk dikaji, namun sebelum itu semua, sebagai manusia yang

beriman kepada Allah SWT tentu kita juga harus mempelajari tentang fitrah

dan tujuan dalam pernikahan dan bagaimana kehadiran anak itu bisa

membawa kebahagiaan bagi orang tua.

Adapun trend saat ini yang mengemukakan tentang pilihan untuk

tidak memiliki anak dalam pernikahan menjadi salah satu hal yang menarik

karena dengan alasana apapun, hal itu bertentangan dengan tujuan dari

pernikahan sebagaimana dianjurkan adalam ayat-ayat al-qur’an yang telah

disebutkan diatas. Sebagai contoh, faktor ekonomi yang kerap dijadikan

salah satu alasan childfree terjawab dalam QS. An-Nahl ayat 72 yang

menyebutkan bahwa Allah akan mengatur dan memberikan rizki kepada

hambanya sehingga alasan itu tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Demikian

juga dengan faktor-faktor lainnya, sesungguhnya hal tersebut tidak perlu

dikhawatirkan karena Allah selalu memberikan solusi dan jalan keluar.


Islam adalah agama kasih sayang, menjadi orang tua dan memiliki

anak adalah salah satu fitrah manusia di dunia ini yang harus dilaksanakan

dalam rangka mewujudkan maqashid syari’ah khususnya hifdz an-nasl.

Sebagai upaya menjaga keturunan atau hifdz an-nasl, Islam menganjurkan

setiap manusia untuk memiliki keturunan dari pernikahan yang sah, namun

tidak berhenti disitu melainkan ada pula kewajiban yang melekat pada

orang tua ketika memiliki anak sehingga segalanya perlu dipersiapkan dan

diusahakan dengan baik.

Setiap orang tua harus mempersiapkan pendidikan dan bertanggung

jawab atas anaknya. Anjuran untuk memperoleh keturunan harus

dibersamai dengan kesadaran penuh akan tanggung jawab orang tua

sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. An-Nisā ayat 9 :

َّ۟ ‫ين لَ أ۟و تَـَرُكوا ِم أ۟ن َخ أل ِف ِه أ۟م ذُ ِِّريَّ۟ةً ِض َعافًا َخافُوا َعلَأي ِه أ۟م فَـ أليَـتَّـ ُقوا‬
َ‫اّلل‬ َ۟ ‫ش الَّ ِذ‬
َ۟ ‫َولأيَ أخ‬
ً ‫َولأيَـ ُقولُوا قَـ أوَل َس ِد‬
۟‫يدا‬
Artinya:” Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya
mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan
tutur kata yang benar”.(QS. An-Nisaa [4]:9)

Ayat di atas memberikan penjelasan akan anjuran memperbanyak

keturunan dan perlu dibersamai dengan perhatian dan kesejahteraan sang

anak sehingga anak tersebut bisa hidup secara baik di dunia ini. Adapun

salah satu cara untuk mengoptimalkan pendidikan anak adalah dengan cara
mengatur jarak kelahiran anak dan tidak sampai pada menolak kehadiran

anak dengan memilih childfree.

Berdasarkan kajian nash di atas, dapat dipahami bahwa secara

tekstual memang tidak ada satupun ayat yang membahas pelarangan

childfree. Namun secara subtansi QS. An-Nisā 4:1, QS. Ar-Ra’d 13:38, dan

QS. An-Naḥl 16:72 menganjurkan manusia untuk memiliki keturunan yang

sah dari hasil pernikahan. Hal ini dikatakan dalam Al-Qur’an untuk

mencapai pernikahan yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Dalam Islam

jika niat yang ada hanyalah untuk menunda kehamilan baik dengan

menggunakan alat maupun secara alami tanpa memutus kehamilan dari

sumbernya maka hukumnya boleh (Ramli, n.d.) dan inilah yang bisa

menjadi alternatif solusi pada pasangan yang merasa belum siap untuk

memiliki keturunan dengan berbagai faktornya. Selama masa penundaan

pasangan bisa saling belajar untuk mempersiapkan diri baik secara mental

maupun material untuk membentuk keluarga yang bahagia bersama

hadirnya keturunan.

Kendati demikian, hal yang penting untuk diperhatikan bahwa

dalam Islam anak dipandang sebagai anugerah yang harus disyukuri karena

anak adalah pemberian Tuhan. Kehadiran anak sebagai salah satu tujuan

dari pernikahan adalah bentuk kasih sayang Allah pada umat manusia.

Namun, walaupun tidak dilarang bukan berarti kita harus melakukan

childfree. Banyak sekali dampak yang didatangkan dari fenomena tersebut,


dimulai dari dampak sosial, kesehatan dan kehilangan salah satu pintu

rezeki. karena dengan hadirnya seorang anak dalam pernikahan bisa

menambahkan keharmonisan keluarga dengan catatan kedua orangtuanya

siap secara jasmani dan rohani. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan ketika

pasangan suami istri yang sah memiliki anak karena kelak anak akan

menjadi generasi penerus dalam berbuat kebajikan. Selain itu, di dalam

Islam terdapat konsep tujuan syari’ah (Maqasid Al-Syari’ah). Terdapat lima

konsep tujuan syari’ah yaitu Hifz Al-Nafs (Memelihara jiwa), Hifz Al-Mal

(Memelihara Harta), Hifz Al-Aql (Memelihara akal), Hifz Al-Nasl

(Memelihara keturunan), dan Hifz Al-Din (Memelihara agama).

Terkait dengan fenomena childfree, seperti yang sudah disebutkan

sebelumnya bahwa di dalam Islam terdapat konsep tujuan syari’ah yaitu di

antaranya ada Hifz Al-Nasl yaitu memelihara keturunan. Yang dimaksud

memelihara keturunan adalah di syari’atkan menikah dan dilarangnya

berzina, karena apabila kegiatan ini (menikah) diabaikan maka eksistensi

keturunan akan terancam. Di dalam Islam sendiri menikah dan mempunyai

keturunan sudah dianjurkan, karena dengan menikah dan mempunyai

keturunan (anak) maka orang itu sudah melaksanakan salah satu dari lima

konsep tujuan syari’ah. Oleh sebab itu, orang-orang yang melakukan

childfree berarti mereka tidak menjaga keturunan, dengan itu berarti orang

yang melakukan childfree telah melanggar salah satu konsep tujuan

syari’ah yaitu Hifz Al-Nasl.


Berdasarkan uraian di atas bisa disimpulkan bahwa secara tekstual

tidak ada ayat nash atau hadits yang melarang pilihan untuk childfree.

Namun, di dalam Islam terdapat Mashlahah Mursalah yaitu suatu dalil

hukum untuk menetapkan hukum atas persoalan-persoalan baru yang

secara eksplisit tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jadi,

melalui penjelasan tersebut penulis menyimpulkan bahwa childfree itu bisa

dikategorikan ke dalam hal yang bersifat haram, karena orang yang

melakukan childfree sudah melanggar salah satu konsep tujuan syari’ah

Hifdz Al-Nasl.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan dari bab 1 sampai

bab 3, maka penulis menyimpulkan tentang Childfree Menurut Pandangan

Islam yaitu sebagai berikut:

Pertama, Childfree adalah keputusan yang diambil seseorang atau

pasangan untuk tidak memiliki anak didalam kehidupannya.

Kedua, Faktor penyebab seseorang melakukan ada childfree ada 3,

yaitu memiliki kekhawatiran tidak mampu membesarkan anak dengan baik,

kondisi finansial dan menganggap bahwa anak sumber masalah.

Ketiga, Dampak yang ditimbulkan dari childfree juga terbagi kepada

tiga diantaranya dampak sosial yaitu tidak memiliki penerus keturunan,

berkurangnya populasi manusia; dampak kesehatan; dampak ekonomi yaitu

kehilangan salah satu dari banyaknya pintu rezeki.

Keempat, fenomena childfree ini sudah menjadi life style

dikalangan masyarakat Indonesia, terutama dikalangan selebritis.


Terakhir, childfree itu bisa dikategorikan ke dalam hal yang bersifat

haram, karena sudah melanggar salah satu konsep tujuan syari’ah Hifdz Al-

Nasl.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis ingin mengemukakan saran sebagi

berikut:

1. Bagi para pembaca, penulis menyarankan agar para pembaca mampu

mengamalkan apa yang tersurat dalam paper ini, meskipun dalam

penyajiannya paper ini masih sangat kurang.

2. Bagi para pendakwah agar penelitian tentang childfree menurut pandangan

Islam bisa disebarluaskan kepada masyarakat umum. Serta lebih

menekankan lagi kepada masyarakat tentang dampak dan pandangan Islam

tentang fenomena childfree, agar fenomena childfrre ini tidak terus menerus

berkembang.

3. Kepada penulis yang selanjutnya agar lebih teliti dalam mengerjakan paper,

agar paper yang selanjutnya lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA
Devita, M. K., dan Maria. 2022. Proses Pengambilan Keputusan pada
Pasangan Suami Istri Yang Memilih Untuk Tidak Memiliki Anak.
https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/download/13536/1
0245 (Diakses pada 03 Januari 2023)

Faridah, Siti. 2021. https://heylawedu.id/childfree:-fenomena-childfree-


dan-kontruksi-masyarakat-indonesia//. (Diakses tanggal 25 September
2022).

Fenomena Childfree dan Ancaman Bonus Demografi. (2021). Diakses pada


10 Januari 2023, dari https://www.journoliberta.com/2021/09/fenomena-
childfree-dan-ancaman-bonus-demografi-html

Kembang, W. R., dan Devina. 2022. Fenomena Childfree dan Prinsip


Idealisme Keluarga Indonesia Dalam Perspektif Mahasiswa. http://urj.uin-
malang.ac.id/index.php/lorong/article/view/2107 (Diakses tanggal 03
Januari 2023)

Nailis S., Raushani A., dan Syahrozad K. 2021. Childfree Problems and
Their Solution From an Islamic Perspective.
https://eduvest.greenvest.co.id/index.php/edv/article/view/309/1337.
(Diakses tanggal 03 Januari 2023)

Para Peneliti Memperingatkan Populasi China Bisa Berkurang Setengah,


Apa Akibatnya?. (2021). Diakses pada 03 Januari 2023, dari
https://www.kompas.com/global/read/2021/10/02/001656470/para-
peneliti-memperingatkan-populasi-china-bisa-berkurang-setengah-
apa?page=all

Umam, M. K., dan Nano. 2021. Childfree Pasca Pernikahan: Keadilan


Hak-Hak Reproduksi Perempuan Perspektif Masdar Farid Mas’udi dan Al-
Ghazali.
http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/almanhaj/article/view/5325.
(Diakses tanggal 12 Januari 2023)
(Wicaksono Aryo Bagus, 2021, https://beritadiy.pikiran-
rakyat.com/citizen/pr-702418723/pengertian-childfree-atau-keputusan-
menikah-tanpa-memiliki-anak-dan-pandangan-islam-mengenai-
pernikahan, 25 September 2022).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dina Aghnia Firdaus, dilahirkan di


Sumedang pada tanggal 08 Oktober 2004. Penulis
merupakan purti ketiga dari 3 bersaudara dari pasangan
Bapak Aef Syaefudin dan Ibu Nunung Rohaeni. Saat ini
penulis bertempat tinggal di Jl. Tol Cisumdawu Dusun
Karangsari RT 04 RW 04 Desa Pamulihan Kecamatan
Pamulihan Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat.

Riwayat Pendidikan penulis dimulai dari Raudhatul Athfal Persatuan Islam No. 148
Uswatun Hasanah pada tahun 2010-2011. Setelah itu penulis melanjutkan ke
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Babakanloa pada tahun 2011-2017.
Kemudian penulis melanjutkan Pendidikan menengah pertama di Tsanawiyyah
Pesantren Persatuan Islam 40 Sarongge pada tahun 2017-2020 dan penulis
melanjutkan Pendidikan menengah atas di sekolah yang sama yaitu Mu’allimien
Pesantren Persatuan Islam 40 Sarongge pada tahun 2020-2023.

Selama menjalani pendidikan penulis aktif dalam kegiatan organisasi sekolah yaitu
RG-UG (Rijalul Ghad-Ummahatul Ghad), penulis diberikan amanah diantaranya
yaitu :

1. Qismu Da’wah Wal Irsyad UG Masa jihad 2017-2018.


2. Al-Amni Wassalamah (Keamanan-Ketertiban) UG Masa jihad 2018-2019.
3. Qismu I’lan UG Masa jihad 2020-2021.
4. Katibah (sekretaris) UG Masa jihad 2021-2022.
LEMBAR PENGESAHAN

CHILDFREE MENURUT PANDANGAN ISLAM

Disusun oleh :

Nama : Dina Aghnia Firdaus


NIS : 31232110012200369

Diujikan pada tanggal 19 Januari 2023

Penguji I Penguji II

Muhammad Shogir, S.Psi, M.Pd. Mirna Rosmawati, S.Pd.


CHILDFREE MENURUT PANDANGAN ISLAM

Oleh : Dina Aghnia Firdaus


NIS : 31232110012200369

Diujikan dan disahkan oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Lina Nurfalah, S.Pd. Dedeh Sariah, S.Pd.

Diketahui oleh :

Mudirul’Am Mudir Mu’allimien

Koko Kadier, BA Dadang Sulaeman, S.Pd.

Anda mungkin juga menyukai