Anda di halaman 1dari 181

Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa

Thoyyibatur Rufiah, S.Pd


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2014
tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta Pasal 1 Hak Cipta adalah hak eksklusif
pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

Ketentuan Pidana Pasal 113

(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan


pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan
secara komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp 100.000.000 (sartus juta rupiah)
(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
izin pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayai (1) huruf c, huruf d, huruf
f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan/atau pidana dengna paling banyak
Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa

Penulis : Thoyyibatur Rufiah, S.Pd

Editor : Tim. Cv. Sinergi Karya Mulia

Desain Sampul : Tim CV. Sinergi Karya Mulia

Tata Letak : Tim Cv. Sinergi Karya Mulia

Publisher :

CV. SINERGI KARYA MULIA

Jl. Batoro Katong No. 15 Cokromenggalan Ponorogo, Jawa


Timur, 63411

Telpon/WhatsApp: 08881326373

E-Mail : rvsmart2021@gmail.com

Cetakan Pertama : 2022

ISBN : 9 786239 716622


Thoyyibatur Rufiah, S.Pd
Segala puji hanyalah milik Allah Rabb semesta
alam. Kepada-Nya kami memohon pertolongan,
perlindungan, dan kepada-Nya pula kami berserah diri.
Salam serta shalawat semoga senantiasa tercurah
limpahkan kepada suri tauladan kita, Nabi Agung nan
Mulia, Nabi Muhammad SAW kemudian para
keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya
yang taat hingga akhir zaman.

Setiap bayi yang terlahir di dunia dalam keadaan


fitrah, suci dan bersih, kedua orang tuanyalah yang
kemudian berperan penting dalam proses menentukan
arah kehidupannya. Sebab, mengharapkan memiliki
anak yang sholih dan sholihah tak kunjung tercapai
bila hanya sebatas impian.

Generasi Rabbani perlu untuk disiapkan, sebab


hal itu tak akan muncul begitu saja tanpa ikhtiar.
Tarbiyah (pendidikan), ta’lim (pengajaran), dan ta’dib

ii
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
(pengadaban) terhadap mereka mutlak diperlukan demi
terwujudnya generasi Rabbani, pejuang, khaira ummah
, para penyeru kebaikan, pencegah kemungkaran, serta
penegak kebaikan.

Tak sepantasanya amanah tarbiyah, ta’lim, dan


ta’dib ini hanya dilemparkan begitu saja kepada guru
maupun lembaga pendidikan. Karena sejatinya guru
dan lembaga pendidikan hanyalah membantu orang tua
dalam perannya mendidik anak, adapun tanggung
jawab utama pendidikan anak tetaplah menjadi
kewajiban orang tua.

Membentuk generasai rabbani sejatinya diawali


dengan memilih calon pasangan, bagaimana hubungan
keduanya dengan Rabb, serta keshalihannya
merupakan pengaruh yang cukup kuat dalam
membentuk psikis anak.

Menelaah dari berbagai sumber metode


pendidikan sesuai sunnah Nabi Muhammad, penulis
mencoba merangkum serta mengembangkan
pengetahuan dalam sebuah buku dan berharap mampu
membantu orang tua dalam proses mendidik anak

iii
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
menjadi generasi Rabbani. Di dalam buku ini pula
dipaparkan secara singkat berbagai kisah-kisah Islami
yang sangat bermanfaat dalam mendidik pola pikir
anak.

Harapan kami, semoga buku ini mampu


menggugah kembali kesadaran para orang tua serta
calon orang tua untuk bersemangat dalam melahirkan
generasi Rabbani di rumah-rumah mereka. Aamiin yaa
rabbal ‘aalamiin.

Akhirnya, kami berharap semoga buku ini


bermanfaat sehingga banyak hikmat yang dapat
diambil. Tak lupa pula kami sampaikan jika di dalam
buku ini terdapat kekeliruan dan kekurangan, besar
harapan kami untuk bisa dimaafkan. Kami pun akan
berbesar hati dalam menerima kritik maupun saran
yang membangun. Dan kepada Allah kami mohon
petunjuk dan pengampunan.

Ponorogo, 28 November 2020

Thoyyibatur Rufiah S. S.

iv
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Daftar Isi
Pengantar Penulis ..................................................... ii
Daftar Isi ................................................................... v
Bagian Satu
Nasehat Untuk Ayah & Bunda .................................. 1
Membangun Rumah Tangga Surgawi ..................... 7
Tanggung Jawab Pendidikan ................................. 12
Bagian Dua
Meneladani Rasulullah Menjadi Orang Tua .............. 17
Suri Tauladan Yang Baik ....................................... 21
Bersikap Adil ........................................................ 26
Menunaikan Hak Anak .......................................... 29
Bagian Tiga
Ajarkan Cinta Kepada Anak ...................................... 35
Hakikat Cinta ....................................................... 37
Tahapan Mengajarkan Cinta ................................. 40
Membentuk Aktivitas Ibadah ................................. 49
Mengajarkan Sholat ......................................... 50
Melatih Anak Berpuasa .................................... 56
Melatih Anak Membayar Zakat ......................... 60
Mengajarkan Haji ............................................ 63
Bagian Empat
Tanamkan Akhlak Mulia ........................................... 65

v
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Adab Kepada Orang Tua ........................................ 67
Adab Kepada Guru ................................................ 70
Adab Bertamu dan Meminta Izin ........................... 73
Adab Makan .......................................................... 76
Adab Berpakaian ................................................... 79
Adab Tidur ............................................................ 84
Jujur Dalam Ucapan ............................................. 86
Amanah ................................................................ 92
Tanggung Jawab ................................................... 95
Hidup Bersih ......................................................... 97
Pemaaf .................................................................. 98
Menundukkan Pandangan ................................. 102
Bagian Lima
Tumbuhkan Cinta Al-Qur’an & Ilmu ...................... 105
Cinta Al-Qur’an .................................................. 113
Keutamaan Menghafal Al-Qur’an ................... 113
Pahala Bagi Orang Tua ................................. 115
Tahapan Mengajarkan Al-Qur’an ................... 117
Cinta Ilmu ........................................................ 123
Tahapan Cinta .............................................. 124
Menceritakan Kisah Para Ulama ................... 132
Imam Malik bin Anas ra ........................... 132
Imam Syafi’i ............................................ 135
Ibnu Sina ................................................ 140

vi
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Imam Abu Hanifah .................................. 142
Said Nursi ............................................... 147
Penutup
Mari Memupuk Niat ...................................... 152
Tentang Penulis ..................................................... 154
Daftar Pustaka ....................................................... 155

vii
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Bagian 1

Nasehat Untuk Ayah &


Bunda
Tiada terlihat lebih indah bagi
dua hati yang saling mencinta, semisal pernikahan.
Tiada terdengar lebih tuah bagi dua pribadi yang
menikah, semisal berkah. Tiada terbaca lebih menjaga
bagi dua jiwa yang berkah, semisal sakinah. Tiada
teraba lebih membara bagi dua sosok yang sakinah,
semisal mawaddah. Tiada terasa lebih surga bagi dua
sosok yang mawaddah, semisal rahmah

-Salim A. Fillah-

2
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
ِ ْ ‫َوِم ْن ُك ِل َشي ٍء َخلَ ْقنَا َزْو َج‬
‫ْي لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُرو َن‬ ْ
“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasang supaya

kamu mengingat kebesaran Allah” QS. Adz-Dzariyat ayat 49

“Tidaklah orang yang memuliakan wanita, kecuali orang


yang mulia; dan tidaklah yang menghinakannya, kecuali
orang yang hina.”

(HR Ibnu ‘Asakir)

Menikah adalah momen spesial bagi setiap


manusia dalam hidupnya, maka dari itu proses yang
dilalui pun harus penuh pertimbangan.
Pertimbangan utama ialah memilih pasangan yang
mampu membawa mahligai rumah tangganya
menuju sakinah, mawaddah, warahmah.

3
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Rasulullah Shallalallahu ‘alaihi wasallam
memberikan tuntunan bagi kita semua, sebagaimana
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

“Wanita dinikahi karena empat perkara, karena


hartanya, karena martabatnya, karena kecantikannya, dan
karena agamanya. Maka hendaklah engkau mendapatkan
wanita yang baik agamanya, niscaya engkau beruntung”
HR. Bukhari dan Muslim

Kemudian sang Nabi menjelaskan bahwa


janganlah menikahi wanita karena kecantikannya,
mungkin itu membawa fitnah bagimu. Janganlah
menikahinya karena hartanya, mungkin itu
menyebabkan kerendahanmu. Dan janganlah
menikahinya karena nasab mulia, mungkin itu
menjadikan kehinaanmu. Namun nikahilah mereka
dengan dasar agamanya.1

Bagi setiap muslim pernikahan impian ialah


pernikahan yang berlandaskan iman dan ketakwaan.
Dengan keimanan kehidupan rumah tangga menjadi
terarah dalam kebaikan, dan dengan ketaqwaan
menjadikan keluarga sebagai lahan meraih ridho dan
surga Allah Ta’ala.

1
Salim A. Fillah, Lapis-Lapis Keberkahan (Yogyakarta: Pro-U
Media, 2014), hal. 415.

4
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Islam adalah agama yang adil, dalam
menentukan hak dan kewajiban secara berimbang,
bukan hanya dalam lingkup rumah tangga tetapi
juga dalam setiap permasalahan yang ada. Islam juga
telah menentukan hukum yang berkenaan dengan
umatnya dalam penepatanya secara adil dan
proposional. Karena setiap hamba mempunyai hak
dan kewajiban yang sama.

Setiap rumah tangga tentu mempunyai resep


dan kunci kebahagiaan yang berbeda-beda, dari
rumah tangga lainnya. Dapat dikatakan hubungan
rumah tangga akan nampak harmonis dan bahagia
ketika antara suami dan istri mampu berlaku adil
dalam tugas masing-masing, mampu mengemban
hak dan kewajiban masing-masing. Apabila hal itu
tercipta dengan baik maka selanjutnya adalah
menata jalannya hidup menjadi lebih baik dari hari
ini.

Dengan tumbuhnya kesadaran hak dan


kewajiban masing-masing antara suami dan istri
merupakan gerbang awal dari keluarga yang utuh,
penuh berkah, serta sakinah, mawadah dan rahmah.
Semua itu terbingkai untuk menuju kebahagiaan

5
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
hidup dunia dan akhirat seraya berharap petunjuk
dan ridha dari Allah Swt.

Bekal terbaik dalam perjalanan mengarungi


bahtera rumah tangga adalah sifat terbuka dan
saling percaya serta tidak merasa benar sendiri
dengan menguatkan argument-argument
pembenaran ketika muncul perselisian. Jika hal
tersebut terjadi maka pintu awal keretakan dalam
rumah tangga telah terbuka. Dari itu tumbuhlah
prasangka antara suami dan istri untuk saling
mencurigai; suami tidak mau mengalah karena
merasa dirinya sebagai pemimpin atau kepala rumah
tangga sehingga semua keputusan ada pada dirinya.
Padahal istri juga bagian internal yang harus selalu
dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan,
begitu juga sebaliknya.

Sifat-sifat tersebut harus dihilangkan karena


dalam rumah tangga banyak komponen yang terlibat
tidak hanya dua belah pihak saja. Kerabat,
masyarakat sekitar juga akan menjadi bagian terkecil
dalam rumah tangga yang sedang dibina,
sebagaimana petuah bijak mengatakan menikah
bukanlah menyatukan dua manusia melainkan

6
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
menyatukan dua keluarga, dua masyarakat dan dua
budaya. Karenanya rumah tangga membutuhkan
komponen yang saling menopang untuk sebuah
tujuan yang mulia dikemudian hari.

Pernikahan adalah misi suci yang wajib


dilaksanakan oleh setiap hamba Allah Swt, baik laki-
laki maupun perempuan.2 Jangan pernah mengotori
misi suci tersebut dengan perbuatan-perbuatan yang
keluar dari koridor agama. Dalam hal menikah,
dibutuhkan kelurusan niat dan hati yang kuat serta
bersih. Menikah bukan hanya sekedar pengukuhan
suatu ikatan antara suami dan istri. Tetapi, menikah
adalah bagian dari jalan ibadah agar diantara kedua
pasangan bisa saling mendekatkan diri kepada Allah
SWT.

Membangun Rumah Tangga Surgawi

Keluarga surgawi adalah keluarga dengan


orientasi dan aktifitas ibadah semata karena Allah
SWT, keluarga yang mengedepankan Islam
daripada sekedar kehidupan duniawi, mengejar

2
Khalifi Elyas Bahar, Akibat-Akibat Fatal Durhaka Kepada
Istri (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hal. 177.

7
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
kebahagiaan hakiki. Menggapai keluarga surgawi
tak lengkap rasanya jika tidak menyusuri jejak-
jejak luar biasa kisah rumah tangga Nabi. Inilah
beberapa cerminan rumah tangga nabi;3

1. Melandasi Rumah Tangga dengan Keimanan


Ciri para penduduk surga, Allah SWT
sebutkan dalam surat al Mu’min ayat 1-11,
dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa
penduduk surga adalah mereka yang beriman
kepada Allah SWT.
Iman dalam artian ini ialah, khusyu’
dalam sholat, berpaling dalam hal yang sia-sia,
menunaikan zakat, menjaga kemaluan,
amanah, memenuhi janji, dan menjaga amal
ibadahnya. Dengan demikian ciri rumah tangga
surgawi yang pertama adalah Ia yang memiliki
hubungan bagus dengan Allah SWT.

2. Menjadikan Akhirat Sebagai Orientasi Keluarga

3
Mahmud Budi Setiawan, “Mendesain Rumah Tangga
Surgawi,” diakses 2 November 2020,
https://www.hidayatullah.com/kajian/jendela-
keluarga/read/2018/12/07/156128/mendesain-rumah-tangga-
surgawi.html.

8
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Di dalam Al-Qur’an, sering kali kata
iman kepada Allah diiringi secara langsung
dengan keimanan kepada hari akhir. Keimanan
kepada Hari Akhir (akhirat) ini menunjukkan
pentingnya orientasi akhirat.
Dari kehidupan berkeluarga Nabi
Muhammad SAW, segenap potensi, daya,
tenaga, dan pikiran beliau dipersembahkan
untuk kepentingan akhirat.
Sebenarnya, Beliau SAW mampu
menjadi seorang yang kaya raya, mengingat di
samping kepiawaiannya berdagang dengan
jujur, istrinya Khadijah juga seorang wanita
hartawan.
Akan tetapi, seluruh kekayaan
didedikasikan untuk kegiatan dakwah yang
terarah pada akhirat. Maka ketika suatu saat
Aisyah cemburu dan mengatakannya sebagai
wanita tua renta, Nabi tersinggung dan
menyatakan bahwa dia tidak ada gantinya,
karena selama hidupnya, Khadijah abdikan
dirinya untuk perjuangan Nabi dan Islam
bahkan seluruh hartanya habis digunakan
untuk kepentingan dakwah Islam.

9
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Oleh karena itu, keluarga dengan desain
surgawi akan mengukur kebahagiaan,
kesenangan, dan suka citanya dengan
timbangan akhirat.
Maka, jika keluarga sudah didesain
menjadi keluarga surgawi yang berorientasi
menuju kebahagiaan di akhirat, segenap
aktivitas yang dilakukan di dalam keluarga
akan senantiasa mengarah dan berkisar pada
urusan surgawi.
3. Menanamkan Nilai Positif Para Penghuni Surga
Di dalam al-Qur’an, banyak sekali
penjabaran mengenai sifat-sifat positif
penghuni surga. Sebagaimana gambaran al-
Qur’an, penduduk surga memiliki nilai-nilai
positif yang perlu diteladani di dalam surah al-
Waqi’ah ayat yang ke 25-26.
Penduduk surga itu tidak mengatakan
sesuatu yang sia-sia dan dosa. Yang dikatakan
selalu mengandung keselamatan, kesejukan
dan kedamaian.
Surah al-Hijr ayat 47 menyebutkan
bahwa penduduk surga itu bukanlah orang
pendengki, sebab sifat itu dicabut dari dada

10
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
mereka, mereka pun rukun bersaudara. Bila ini
diterapkan di dalam kehidupan berkeluarga
berumah tangga, maka dampak yang
dihasilkan akan besar.
Penduduk surga juga memiliki ciri-ciri
yang bisa diteladani bagi yang menginginkan
rumah tangga yang bernilai surgawi. Misalnya,
bertakwa kepada Allah, rajin berinfak baik
ketika kondisi susah maupun lapang, pandai
menahan (mengontrol) amarah, mudah
memaafkan, ketika berbuat zalim atau maksiat
segera ingat dan bertaubat kepada Allah SWT
serta tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Hal ini telah Allah SWT jelaskan dalam surah
ali Imran ayat 133-135.
Jika nilai-nilai itu bisa diterapkan dalam
rumah tangga, maka keluarga sedang
mendesain mahligainya dengan desain
Surgawi.
4. Sarana Mengabdi Kepada Allah
Hal ini sebagai realisasi dari surah adz-
Dzariyat ayat 56, bahwa misi penciptaan
manusia di dunia adalah beribadah atau
mengabdi kepada Allah SWT. Inilah misi utama

11
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
seorang manusia sebagai hamba Allah SWT,
yakni menjadikan setiap aktifitas
kehiduapanya bernilai ibadah dihadapan Allah
swt.
Oleh karena itu, ciri rumah tangga
Surgawi selanjutnya adalah menjadikan
segenap aktivitas hidupnya dalam landasan
pengabdian kepada Allah SWT. Pergaulan,
interaksi, pekerjaan, kegiatan sosial, aktivitas
kesehariannya diniatkan sebagai pengabdian
kepada Allah SWT.
5. Mendesain Dengan Akhlak Mulia
Ahmad meriwayatkan Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam pernah bersabda,
“Sesuatu yang paling banyak
memasukkan seseorang ke dalam Surga adalah
takwa kepada Allah dan akhalak yang mulia
dan sesuatu yang paling banyak memasukkan
seseorang ke dalam neraka adalah mulut dan
kemaluan.” (HR. Ahmad, Baihaqi).

Oleh karena, itu tidak mungkin disebut


rumah tangga Surgawi jika akhlaknya tercela.
Tak bisa dikatakan sebagai keluarga Surgawi
jika kehidupannya sangat jauh dari akhlak
mulia.

12
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Dari pembahasan tadi jelaslah bahwa,
yang dimaksud dengan rumah tangga yang di
desain dengan desain Surgawi adalah yang
menjadikan iman, orientasi akhirat, transfer
nilai ahli surga ke dalam keluarga, pengabdian
kepada Allah dan akhlak mulia sebagai desain
atau rancangan perencanaan untuk membina
rumah tangga.

Tanggung Jawab Pendidikan


Ibnu Jauziyah berkata
“Barang siapa yang dengan sengaja tidak
mengajarkan apa yang bermanfaat bagi anaknya
dan meninggalkannya begitu saja, berarti dia
telah melakukan suatu kejahatan yang sangat
besar. Kerusakan pada diri anak kebanyakan
datang dari sisi orang tua yang meninggalkan
mereka dan tidak mengajarkan kewajiban-
kewajiban dalam agama berikut sunnah-
sunnahnya”4

Ketika seorang bayi telah dilahirkan di


dunia, maka yang pertama kali Ia lihat adalah
orang tua dan kerabatnya. Maka terlukis sangat
jelas baginya bagaimana orang tua
memperlakukannya, yang lambat laun penglihatan

4
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Propethic Parenting:
Cara Nabi Mendidik Anak (Yogyakarta: Pro-U Media, 2010), 47.

13
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
tersebut membentuk pribadinya sesuai dengan
apa yang ia lihat dari orang tuanya.
Sebagai orang tua, pasti telah menyadari
bahwa hakikat seorang anak adalah sebuah
amanah yang Allah SWT berikan. Hatinya suci
seperti mutiara yang murni. Kemudian apabila Ia
dibiasakan dengan kebaikan maka Ia akan
bertumbuh kearah kebaikan, dan apabila Ia
dibiasakan dalam kelalaian maka ia pun akan
tumbuh kearah kebinasaan.
Dari sinilah hakekat tanggungjawab
pendidikan itu diberikan bersamaan dengan
karunia Allah SWT berupa seorang anak. Allah
SWT memilih keluarga untuk menerima amanah
berupa anak yang kemudian baik dan buruknya
anak menjadi tanggungjawab kedua orang tuanya.
Tanggungjawab orang tua terhadap pendidikan
terhadap anak melekat sampai anak itu dewasa.
Namun, saat ini banyak sekali orang tua
yang lupa akan tanggungjawabnya terhadap
pendidikan anaknya, sehingga tak sedikit orang
tua yang menjadikan sekolah sebagai tumpuan
satu-satunya bagi pendidikan anak-anaknya.
Bahkan, tidak sedikit yang melepaskan tugas

14
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
mendidik anak setelah memasukkan anak ke
sekolah. Segala sesuatunya diserahkan kepada
sekolah.5
Ibarat sekolah adalah tempat laundry,
yaitu apabila datang membawa baju kotor, maka
cukup membayar dan kemudian mendapatkan
baju yang bersih dan rapi. Walaupun, akhirnya
banyak orang tua yang kecewa dengan pihak
sekolah, manakala hasilnya tidak sesuai dengan
yang diharapkan.
Rasulullah bersabda,
“Setiap anak dilahirkan di atas fitrahnya.
Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya
Yahudi, Majusi, atau Nasrani” 6
Oleh karena itu, orang tua adalah unsur
terpenting dalam tumbuh kembang anaknya.
Maka, sebuah kebinasaan apabila orang tua tidak
memberikan perhatian dalam pendidikan sejak
anak dalam kandungan hingga terlahir dan
bertumbuh di dunia.
Pendidikan adalah hak anak atas kedua
orang tuanya, bukan sebuah pemberian maupun

5
Harry Santosa, Fitrah Based Education (Bekasi: Yayasan
Cahaya Mutiara Timur, 2018), 389.
6
Suwaid, Propethic Parenting: Cara Nabi Mendidik Anak,
245.

15
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
pilihan. Maka orang tua tidak boleh terlepas dari
tanggung jawab tersebut dengan mendelegasikan
kepada lembaga maupun orang lain. 7

Sebagai pendidik dalam keluarga, maka


orang tua hendaknya mengawali dari dirinya
sendiri. Meluruskan kembali tujuannya menjadi
orang tua, meluruskan kembali tujuannya
mengasuh anak. Sebab, hakikatnya pendidikan
rumah adalah sebuah keteladanan.
Atmosfir kesholihan orang tua di rumah
dan masyarakat lingkungan sekitar akan menjadi
sangat berpengaruh dalam keberhasilan
pendidikan anak. Maka, sholih terlebih dahulu diri
orang tua agar anak-anak mampu terpacu untuk
menjadi sholih dan sholihah.
Umar bin Khattab ra. seorang Khalifah
yang jelas kesibukan dan pekerjaanya berat, tetapi
dalam hal pendidikan anak beliau senantiasa
menyediakan waktu khusus untuk anak-anaknya.
Beliau mengajari anak-anaknya melaksanakan
sholat serta ibadah lainnya. Tidak jarang beliau
tidur bersama mereka untuk memberi nasehat dan

7
Santosa, Fitrah Based Education, 340.

16
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
pesan-pesan sebelum tidur. Beliau melatih anak-
anaknya untuk Qiyamul Lail.
Sebagai orang tua, teruslah untuk
memuhasabah diri. Terutama mengevaluasi niat
dalam mendidik anak. Hendaknya orang tua
senantiasa ikhlas dan semata-mata mengharap
ridha Allah SWT dalam menjalankan amanah
pendidikan ini. Juga senantiasa berusaha
mendidik anak sesuai dengan metode yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dengan
demikian, segala aktivitas yang dilakukan akan
bernilai ibadah dan berkah. InsyaaAllah.

17
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Bagian 2

Meneladani Rasulullah
Sebagai Orang Tua

18
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Jadilah orang tua yang asyik,
Bukan mendidik dengan cara klasik,
Jadilah orang tua yang cerdas,
Bukan mendidik dengan keras

-Merry Riana-

19
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
ِ ‫والَّ ِذين ي ُقولُو َن ربَّنَا َهب لَنَا ِمن أَ ْزو‬
‫اجنَا‬ َ ْ ْ َ ََ َ
‫ْي إِ َم ًاما‬ ِ ‫ْي واجعلْنَا لِل‬ ِ
ُ َ ْ َ ٍ ُ ‫َوذُ ِرََّّيتنَا قُ َّرةَ أَ ْع‬
َ ‫ْمتَّق‬
“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami,
anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan
kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami
imam bagi orang-orang yang bertakwa”

-QS. Al-Furqan ayat 74-

Mendidik dan membesarkan anak memiliki


seni tersendiri. Kita sebagai orang tua dituntut untuk
memiliki stabilitas emosi dalam membesarkan dan
mendidik anak-anak.

Allah SWT berfirman, yang artinya, "Dan


ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu

20
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi
Allah-lah pahala yang besar" (QS Al-Anfal: 28).

Kunci pertama mendidik anak adalah


kelapangan dada, dan kesabaran menjadi dasar
selanjutnya ketika mendidik makhluk polos yang
menjadi darah daging kita itu. Lalu, keyakinan
bahwa semata-mata mendidik anak adalah sebagian
kewajiban mengabdi kepada Allah SWT.

Firman Allah SWT dalam Al Qur’an surah al-


Munaafiqun ayat 9, artinya, "Hai orang-orang yang
beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa
yang membuat demikian maka mereka itulah orang-
orang yang rugi."

Cobalah kita lihat contoh konkret dari Nabi


Muhammad SAW ketika mendidik anak-anaknya
dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Jika
sayyidatina Fatimah datang mengunjungi ayahnya,
Rasulullah SAW bangkit berdiri menyambut dan
memberikan ciuman kepada putrinya itu, lalu
dipersilakan duduk di sebelah beliau.

21
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Begitupun kalau Nabi SAW datang
mengunjunginya, Fatimah bangkit menyambut
ayahnya, diciuminya dengan penuh kasih sayang,
seraya dipersilakan ayahnya duduk di sebelahnya.

Anak adalah bagian dari jiwa dan kehidupan


kita, sehingga mendidiknya dengan benar dan penuh
kasih sayang menjadi kewajiban kita kepadanya. Jika
pendidikan anak yang dinaungi cinta kasih dan niat
ibadah kepada Allah SWT bisa kita mulai dari
keluarga kita, maka insya Allah masyarakat kita
kelak akan menjadi masyarakat yang bermoral tinggi
dan penuh kasih sayang ketika berinteraksi satu
sama lain.

Suri Tauladan Yang Baik

Sebagai seorang Muslim, sudah


sepantasnya untuk mengambil pelajaran dari
kehidupan Rasulullah Muhammad SAW. Segala
segi kepribadian beliau dapat menjadi teladan.
Termasuk dalam hal menjadi orang tua yang baik.

Merujuk buku 'Mendidik Buah Hati Ala


Rasulullah' karya Azizah Hefni, Nabi Muhammad
SAW memiliki tujuh orang anak. Enam di antara

22
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
mereka lahir dari rahim Siti Khadijah. Putra
pertama beliau bernama Qasim, yang meninggal
dunia saat berusia dua tahun lantaran sakit. Tak
lama setelah Qasim, lahirlah Abdullah. Namun,
Abdullah juga wafat saat masih berusia balita.8

Putri-putri Rasulullah SAW berjumlah


empat orang. Mereka adalah Zainab, Rukayyah,
Ummu Kultsum, dan Fatimah. Adapun dari istri
beliau SAW yakni Maria Qibtiyah, Nabi SAW
memperoleh anak laki-laki bernama Ibrahim.
Hanya saja, putranya itu wafat saat berusia
belasan bulan.9

Di antara cara Rasulullah SAW dalam


mendidik setiap buah hatinya ialah
memperkenalkan tauhid sedari dini. Dengan
begitu, di dalam diri mereka akan tumbuh sifat
tunduk dan pasrah terhadap Allah SWT. Nabi SAW
bahkan mengajarkan tauhid kepada anak-anaknya
sebelum risalah kenabian datang kepadanya.

8
Suwaid, Propethic Parenting: Cara Nabi Mendidik Anak, hal.
222.
9
Martin Lings, Muhammad: Kisah HIdup Nabi Berdasarkan
Sumber Klasik, Terjemahan: Qomarudin SF (Jakarta: Serambi, 2016),
hal. 40.

23
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Setelah beliau diangkat menjadi utusan
Allah SWT, anak-anaknya pun kian patuh dan
berbakti. Mereka memahami betul bahwa perintah
ayahnya berasal dari wahyu Rabb. Sebagai contoh,
ketika diperintahkan untuk hijrah mengikuti
suaminya, Utsman bin Affan, ke Habasyah,
Rukayyah menjalani dengan setulus hati dan
kesabaran. Anak-anak Nabi SAW juga tegar saat
menyertai dakwah Islam yang penuh rintangan
selama di Makkah pada masa pra-hijrah ke Yastrib
(Madinah). Mental yang kuat itu ditunjang oleh
keyakinan tauhid yang mengakar di dalam
sanubari mereka.10

Hal berikutnya adalah melibatkan anak-


anak dalam kajian keilmuan agama. Saat sudah
hijrah ke Madinah, Rasul SAW menjadikan masjid
sebagai pusat aktivitas sosial kaum Muslimin. Di
sanalah beliau menyelenggarakan shalat, majelis
ilmu, dan berbagai kegiatan lainnya terkait
maslahat umat. Majelis Rasulullah SAW terbuka
bagi siapapun, termasuk kaum perempuan. Putri-

10
Suwaid, Propethic Parenting: Cara Nabi Mendidik Anak,
hal. 46.

24
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
putri Nabi SAW sering mengikuti kajian yang
diselenggarakan di Masjid Nabawi.

Membiasakan anak-anak menghadiri kajian


ilmu tentu mensyaratkan adanya kecintaan dari
diri orang tua sendiri terhadap thalab al-‘ilm.
Jangan sampai orang tua enggan meluangkan
waktu untuk mengajak seluruh anggota keluarga
menyimak kajian-kajian agama.

Salah satu bentuk pendidikan bagi anak-


anak adalah teguran. Ketika mereka berbuat
kesalahan, orang tua mesti mengingatkannya
dengan cara-cara yang baik. Sebagai contoh,
ketika Rasulullah SAW melihat putrinya, Fatimah,
mengenakan kalung emas. Nabi SAW menyiratkan
rasa tidak suka di wajahnya. Fatimah yang
menyadari hal itu segera pamit, untuk kemudian
menjual kalung emas itu. Uang hasil dari
penjualan dibelikannya seorang budak, tetapi
hanya untuk dimerdekakan. Begitu kembali
kepada sang ayah, Fatimah menjelaskan
keadaannya sekarang. Nabi SAW menunjukkan
raut wajah gembira.

25
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Tampak bahwa Rasulullah SAW mengoreksi
perilaku anaknya tanpa perlu berkata kasar,
marah-marah, apalagi sampai menggunakan
kekerasan fisik. Di sisi lain, Fatimah sebagai
anaknya juga memiliki kepekaan terhadap
suasana hati orang tuanya. Mengapa bisa
demikian? Menurut Azizah Hefni, Fatimah sejak
kecil dididik oleh ayahnya untuk bersikap patut.
Seorang anak hendaknya sejak dini dibimbing
untuk memilah dan memilih perbuatan yang baik,
bermanfaat, dan adil. Bila seorang anak sudah
terbiasa memiliki rasa malu untuk berbuat salah,
maka harapannya di tengah masyarakat nanti dia
akan enggan melakukan segala hal yang
bertentangan dengan norma-norma.

Kasih sayang dapat menjadi cara efektif


untuk mendidik anak. Rasul SAW
mencontohkannya. Beliau mengucapkan salam
terlebih dulu saat lewat di hadapan anak-anak.
Rasulullah SAW bahkan ikut bermain, berbagi
makanan, mencium, dan menggendong anak-
anak.

26
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Dikisahkan oleh Ibnu Umar, sebagaimana
riwayat Bukhari, Rasulullah SAW sedang bersama
sekelompok orang dewasa. Di tempat yang sama,
ada juga Ibnu Umar yang kala itu masih anak-
anak. Nabi SAW lantas mengajak mereka,
termasuk Ibnu Umar, untuk bermain tebak-
tebakan.

Rasul tidak pernah membiarkan anak-anak


terabaikan. Karena itu, beliau membolehkan
jamaah untuk mengajak anak-anak hadir dalam
majelis atau perayaan yang dibolehkan syariat.

Bersikap Adil

Dasar yang haruslah dimiliki setiap orang


tua ialah mampu bersikap adil dan menyamakan
pemberian untuk anaknya. Hal ini tentunya
memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku
anak dalam sikap berbakti.
Sering kita jumpai bahwa seorang anak
merasa orang tuanya lebih sayang terhadap
saudaranya dibandingkan dirinya (semoga Allah
menghindari hal yang demikian kepada kita).

27
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Sebab hal tersebut mampu menjadikan benci, dan
melampiaskan bencinya secara liar.
Seperti kisah saudara-saudara Yusuf11,
ketika mengetahui sang bapak lebih sayang
kepada salah satu anaknya, kemudian
menganggap sang bapak telah melakukan
kesalahan yang tak termaafkan. Hal ini Allah SWT
ceritakan dalam surat Yusuf ayat 8,
“Yaitu ketika mereka berkata:
"Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya
(Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada
kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan
(yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam
kekeliruan yang nyata”

Kemudian akibat rasa benci tersebut


mendorong mereka untuk melakukan perbuatan
keji terhadap Yusuf, saudara mereka sendiri,
dalam ayat 9-10,
“Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia kesuatu
daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian
ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah
itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang
baik, Seorang diantara mereka berkata: "Janganlah
kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke
dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa
orang musafir, jika kamu hendak berbuat."

11
Suwaid, hal. 146.

28
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Demikianlah mereka membuat makar
terhadap saudara kecil mereka yang belum baligh
dan tidak memiliki salah, hanya sebab sang bapak
memperlihatkan sikap diskriminatif yaitu
mencintai Yusuf daripada saudara-saudaranya.
Kedengkian telah menimbulkan tipu daya,
oleh karena itu sebanyak apapun nasehat yang
dilontarkan orang tua kepada anak, tidak akan
menghasilkan apapun selama orang tua belum
mampu bersikap adil, menyamaratakan dalam
pemberian, baik pemberian material maupun
spiritual.
Rasulullah SAW telah menjelaskan secara
gamblang kepada umatnya tentang suatu kaidah
agung dalam pencapaian ketaatan anak kepada
orang tuanya yaitu bersikap adil dan menyamakan
pemberian. Sebagaimana diriwayatkan dari
Bukhari dan Muslim dari Nu’man bin Basyir ra.,
bahwa bapaknya membawanya menghadap
Rasulullah SAW dan berkata, “Sesungguhnya aku
akan memberikan seorang budak kepada anakku
ini”, Rasulullah SAW bersabda,
“Apakah seluruh anakmu engkau beri
pemberian yang sama?”, dia menjawab, “Tidak”,

29
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Rasulullah bersabda, “Jangan engkau persaksikan
aku dalam kejahatan”, kemudian beliau
melanjutkan, “Apakah engkau mau kalau sikap
berbakti anakmu sama?”, dia menjawab, “Ya”,
Beliau bersabda, “Bertaqwalah kepada Allah dan
berlakulah adil kepada anak-anakmu”.
Dalam riwayat Daruquthni, disebutkan
bahwasana Rasulullah SAW bersabda “Orang
sepertiku tidak akan bersaksi atas hal itu.
Sesungguhnya Allah suka apabila kalian bersikap
adil kepada anak-anak kalian sebagaimana Allah
suka apabila kalian bersikap adil terhadap diri
kalian”.
Asy Syaikh Abdul Ghani an-Nabulsi
mengatakan bahwa tidak menyamaratakan
pemberian kepada anak-anak hukumnya haram,
karena membedakan antara anak yang satu
dengan anak yang lain dapat mengakibatkan
timbulnya kebencian, dan permusuhan diantara
mereka yang kemudian menyebabkan terputusnya
tali persaudaraan.
Imam Ahmad berpendapat diharamkan
mengutamakan salah seorang anak selama tidak
ada penyebab yang mengharuskan hal itu,

30
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
maksud dari pendapat ini yaitu apabila sebagian
anak diberi pemberian yang lebih karena sesuatu
hal, seperti sibuk menuntut ilmu, kebutuhan yang
mendesak dan sebagainya, maka hal ini
diperbolehkan.

Menunaikan Hak Anak


Menunaikan hak anak dan menerima
kebenaran yang disampaikan oleh anak dapat
menumbuhkan perasaan positif dalam dirinya,
dan sebagai pembelajaran bahwa kehidupan itu
memberi dan menerima.12

Islam telah mengatur secara rinci segala


hak dan kewajiban manusia. Masing-masing
memiliki porsi, termasuk antara orang tua dan
anaknya. Hak anak yang semestinya didapatkan
dari orang tuanya ialah mendapatkan penjagaan
dari gangguan fisik maupun gangguan mental.
Selain hal tersebut orang tua juga wajib
memenuhi kebutuhan sandang dan papan anak.
Lebih penting lagi ialah orang tua wajib
memberikan pendidikan agama bagi anak-

12
Suwaid, hal. 151.

31
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
anaknya bahkan sejak masih di dalam
kandungan.

Tanggung jawab mengurus anak antara


ayah dan ibu memiliki peran sama-sama mulia.
Ayah adalah sosok pemimpin dalam rumah
tangga. Ia haruslah menjadi teladan dan hal
kedisiplinan bukan dengan sikap otoriter.
Berperan sebagai pencari nafkah, sosok ayah
harus mampu menjaga istri dan anak dengan
penuh kasih sayang.

Sementara peran ideal seorang ibu adalah


menjaga anaknya ketika masih dalam kandungan
sampai selesai menyusui dengan penjagaan-
penjagaan yang bermakna. Sebab bagaimana
anak berkembang yaitu bergantung dengan
bagaimana pengasuhan yang diberikan oleh
orang tuanya.

Oleh karena itu, dalam proses


perkembangan anak tidak cukup sebagai orang
tua hanya memenuhi anak dengan hak materi
semata. Kasih sayang dan perhatian langsung

32
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
justru berperan lebih besar dalam membentuk
pribadi mulai daripada hanya pemenuhan materi.

Bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits


setidaknya beberapa hal anak yang wajib
ditunaikan oleh orang tua13, antara lain:

1. Hak untuk hidup dan berkembang


Islam mengajarkan bahwa menjaga
kelangsungan hidup dan tumbuh
berkembanganya anak merupakan sebuah
keharusan, dan meremehkan pelaksanaan
tersebut termasuk dosa besar. Allah SWT
berfirman dalam surat al-An’am ayat 151 yang
artinya
“... dan janganlah kamu membunuh
anak-anak kamu karena takut kemiskinan.
Kami akan memberi rezeki kepada mereka…”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa setiap


anak itu punya hak itu hidup dan berkembang
sesuai fitrahnya. Dengan demikian Islam
sangat melarang umatnya untuk membunuh

13
Budiyanto, “Hak-Hak Anak Dalam Perspektif Islam,” Jurnal
IAIN Pontianak 2017, hal 4–7.

33
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
anaknya baik dengan aborsi maupun alasan
lain yang tidak dibenarkan oleh agama.
2. Hak mendapatkan perlindungan dari siksa
neraka
Meskipun Allah SWT telah melengkapi
manusia dengan kecenderungan alamiyah
untuk menghindar dari bahaya yang
mengancamnya, ternyata Allah SWT masih
juga secara tegas mengingatkan kepada setiap
orang tua untuk terus menerus melindungi
dan menjaga diri dan keluarganya, khususnva
anak anak dan istrinya, dari siksa api neraka.
Tercantum dalam surat At-Tahrim ayat 6,
Allah SWT berfirman yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman,
jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api
neraka"
Maksud menjaga dari ayat tersebut
adalah dengan selalu mengerjakan perbuatan-
perbuatan yang baik, yaitu melaksanakan
perintah-perintah Allah SWT serta tidak
mengerjakan perbuatan yang dilarangnya. Hal
ini relevan dengan sabda Rasulullah SAW;
“Perintahkanlah anakmu mengerjakan
perintah-perintah (Allah) dan menjauhi
larangan-larangan (Allah). Maka yang demikian

34
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
itulah cara menjaga mereka dari siksa api
neraka” HR. Ibnu Jarir

3. Hak mendapatkan nafkah dan kesejahteraan


Rasulullah SAW sangat mendorong agar
setiap orangtua memperhatikan masalah
nafkah keluarganya ini, dengan mengatakan,
“Satu dinar yang engkau infaqkan untuk
sabilillah, satu dinar yang engkau infaqkan
untuk memerdekakan budak, satu dinar yang
engkau infaqkan (sodaqohkan) pada orang
miskin, dan satu dinar yang engkau infaqkan
(memberi nafkah) kepada keluargamu, yang
paling besar pahalanya adalah yang engkau
gunakan memberi nafkah keluargamu”.HR.
Muslim

Dengan demikian amatlah berdosa bagi


orang tua yang enggan memberikan nafkah
yang layak kepada keluarganya.
4. Hak mendapatkan pendidikan
Salah satu upaya menjaga diri dan
keluarga dari api neraka adalah dengan
memberikan pendidikan. Pendidikan utama
yang wajib diberikan oleh orang tua yaitu ilmu
agama, ilmu yang mampu menumbuhkan
mereka atas akhlak utama, dan menunjukkan
mereka kepada hal-hal yang bermanfaat dan

35
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
membahagiakan bagi mereka di dunia
maupun akhirat.
5. Hak untuk mendapatkan cinta dan kasih
sayang
Sudah menjadi fithrahnya bila setiap
orangtua mencintai anak-anaknya.
Walaupun demikian, Islam masih juga
memerintahkan agar orangtua
memperlihatkan perasaan cinta kasihnya itu
kepada anak-anaknya, sehingga anak betul-
betul merasa bahwa orangtuanya mencintai
dan mengasihinya. Setiap anak punya hak
untuk mendapatkan dan merasakan wujud
nyata dari perasaan cinta kasih orangtuanya.

36
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Bagian 3

Ajarkan Cinta Kepada


Allah
Cinta kepada Allah
Umpama sebuah cahaya terang
Tanpanya, diri bagai terombang-ambing di lautan
kegelapan

-Ibnu Qayyim-

38
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
‫اَّللُ َويَ ْغ ِف ْر‬ ‫قُ ْل إِ ْن ُكْن تُ ْم ُُِتبُّو َن ه‬
‫اَّللَ فَاتهبِعُ ِوِن ُُْيبِْب ُك ُم ه‬
‫يم‬ ِ‫اَّلل َغ ُفور ر‬
ٌ َ ٌ ُ‫لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو ه‬
‫ح‬
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”

QS. Ali Imran ayat 31

Hakikat Cinta

Allah Yang Maha Agung telah menciptakan


manusia dengan sebaik-baiknya penciptaan,
memberikan kelebihan atas makhluk-Nya yang lain.
Allah SWT pula lah yang memberikan kepada
manusia sebaik-baiknya nikmat, yaitu Islam. Allah
SWT memberikan rezeki kepada manusia yang
berlimpah ruah, serta menjanjikan surga bagi
mereka yang taat kepada-Nya.

39
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Cinta kepada Allah SWT terjadi ketika
seseorang mencintai Allah SWT lebih dari rasa
cintanya kepada diri sendiri, orang tua, dan segala
hal yang dimilikinya. Cinta kepada Allah SWT
melebihi kecintaan terhadap dunia dan isinya,
adapun cinta kepada dunia dan isinya disebabkan
karena cintanya kepada Allah SWT dan sebaliknya
kebencianya juga karena kebencian Allah SWT,
itulah makna cinta yang hakiki.

Setiap orang tua memiliki rasa cinta kepada


anaknya, setiap orang tua pula memiliki ragam cara
mengekspresikan cinta kepada anaknya. Namun, tak
jarang orang tua yang salah memberikan cinta
kepada anaknya, karena berlebihan atau karena
tidak sesuai dengan cinta yang Allah SWT berikan.
Oleh karenanya, penting bagi orang tua memahami
hakekat anak agar tak salah memberikan cinta
kepadanya.

Keberadaan seorang anak merupakan pondasi


paling mendasar bagi terbentuknya sebuah
bangunan masyarakat. Apabila kita meletakkan
pondasi itu dengan benar, maka bangunannya
secara utuh akan bisa lurus berdiri meskipun
bangunan tersebut tinggi menjulang langit.

40
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Diibaratkan pula bahwa anak itu merupakan
bibit, cikal bakal tumbuhnya suatu pohon yang
besar, yang darinya akan tumbuh cabang-cabang
dan ranting-rantingnya. Jika hal tersebut dapat
dipahami oleh setiap orang tua maka pastilah setiap
orang tua akan berusaha memberikan perhatian
terhadap tumbuh kembang anak dengan baik,
meliputi kebutuhan fisik, kebutuhan batin, serta
pendidikan yang mengarahkan anak memiliki cara
berfikir dan cara hidup yang sesuai dengan ajaran
Islam.

Ketika cinta kepada Allah SWT telah


memenuhi isi hati, maka akan melahirkan rasa takut
yang disertai penghormatan dan pengagungan
kepada Allah SWT. Merasa bergembira dalam
beribadah, merasa ringan ketika beramal sholih, dan
senantiasa berusaha memperbaiki kualitas
keimanannya kepada Allah SWT.

Mencintai Allah SWT, berarti merasakan


keberadaan Allah SWT dalam setiap langkah kita.
Dengan demikian membuahkan ketenangan,
ketentraman keteguhan, serta jauh dari kegelisahan
maupun kesedihan. Sehingga terhindarlah jiwa dan
badan kita dari segala bentuk penyakit hati.

41
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Tahapan Mengajarkan Cinta

Sebagai orang tua, dalam proses mengajarkan


cinta kepada Allah SWT ialah dengan meneladani
bagaimana pola didik Rasulullah SAW. Amani Ar-
Ramadi dalam bukunya Athfaaluna wa Hubbullaah,
Hubburrasuul, Hubbul Islaam Kaifa Nuraghghibu
Aulaadana ilaas Shalaati Banaatuna wal Hijaab
menjelaskan beberapa fase mengajarkan cinta
kepada Allah SWT14, antara lain:

1. Fase Pranikah
Benih yang baik jika ditanam di tanah
yang gersang akan tumbuh kurus, kering, dan
mati sebelum berbuah, sama halnya dengan
manusia. Oleh karena itu Islam mengajarkan
kepada umatnya untuk memilih pasangan yang
baik, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat An-Nuur ayat 26:
“Wanita yang baik-baik adalah untuk laki-
laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk
wanita yang baik pula”

Rasulullah SAW juga bersabda;

14
Ar-Ramadi Amani, Menanamkan Iman Kepada Anak,
penerjemah: Fauziyah Bur Faridah (Solo: Istanbul, 2018), hal. 20-38.
42
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
“Pilihlah untuk tempat air manimu yang
baik, sesungguhnya tabiat orang tua itu menurun
kepada anaknya”

Islam mengajarkan kepada umatnya


untuk memilih calon pendamping hidup ialah
seseorang yang baik agamanya, sebab baik
agamanya itulah yang mampu menghadirkan
nuansa surga dalam rumah tangga. Dan
janganlah hanya memilah berdasarkan fisik,
sebab fisik bukanlah jaminan kebahagiaan dunia
dan akhirat.

2. Fase Alam Rahim


Sebagai seorang muslimah yang sedang
menanti kelahiran sang buah hati, maka
hendaknya meningkatkan taqqarub kepada Allah
SWT dengan memperbanyak dzikir, tilawah,
sedekah, dan ibadah. Hal tersebut mampu
menentramkan hati dan memberikan ketenangan
jiwa sang ibu begitu pula ketenangan jiwa bagi
janin.
Ibu muslimah tentunya juga harus
berhati-hati dalam makanannya, tutur katanya,
sebab hal tersebut mampu mempengaruhi
kondisi janin. Sebuah riset menjelaskan bahwa
kondisi ibu hamil memperngaruhi kondisi janin,

43
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
apabila ibu gelisah maka janin akan ikut gelisah
dan sebagainya.
Oleh karena itu, dalam mewujudkan
memiliki buah hati yang sholih dan sholihah
sebagai orang tua perbanyak aktivitas-aktivas
mendekatkan diri kepada Allah SWT sejak janin
masih di dalam kandungan.
3. Fase kelahiran sampai 2 tahun
Balita itu seperti kertas putih yang siap
menampung segala bentuk coretan atau lukisa.
Berbeda dengan remaja yang sudah baligh yang
telah banyak memainkan peran kehidupan
sehingga lebih sulit untuk menghapusnya.
Oleh karena itu, sebagai orang tua
hendaknya mengajarkan dan mencontohkan
anak dengan membiasakan mendengarkan
tilawah, istighfar, tasbih, tahmid, takbir dan
tahlil ketika sedang menggendong, bermain,
mampu melaksanakan aktivitas yang lain
bersama buah hati.
4. Fase 2 sampai 3 tahun
Usia 2 sampai 3 tahun merupakan usia
dimana otak anak sudah mampu untuk
menampung memori. Maka berilah memori yang
baik untuk anak, arahkan anak untuk

44
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
menghafalkan kalimat syahadat, surat-surat
pendek, menghafalkan rukun islam, rukun iman,
menghafalkan nasyid anak yang menguatkan
iman.
Semakin bertambahnya nalar, maka
semakin sering pula orang tua mengulang-ulang
kepada anak bahwa Allah-lah yang menciptakan
manusia, bahwa Allah-lah yang memberikan
rezeki berupa makanan, rumah, bahkan mainan.
Mengajak anak untuk senantiasa bersyukur atas
rezeki yang Allah SWT berikan.
Membiasakan anak untuk senantiasa
membaca bismillah dan doa sebelum
melaksanakan sesuatu, dan mengakhirinya
dengan alhamdulillah. Belikan kepada buah hati
mainan maupun poster yang mampu menggugah
keimanannya, seperti poster ka’bah, masjid, dan
sebagainya.
5. Fase 3 sampai 6 tahun
Pada usia ini kemampuan anak dalam
menerima pengetahuan, mengambil pelajaran,
serta mencontoh perilaku mulai berkembang.
Karenanya, di usia ini sering ajaklah anak untuk
berdialog iman, dengan menceritakan kisah para
Nabi, para sahabat, para ‘alim ulama, yang

45
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
mampu mengarahkan pada akhlak yang mulia.
Sehingga muncul keinginan anak untuk
mengidolakan serta mencontoh tokoh tersebut.
Sebagai orang tua hindari untuk berkisah
yang tidak bermanfaat dan menampilkan akhlak
tercela, seperti kisah kancil mencuri ketimun,
kisah seram tak berdasar, kisah fiktif yang hanya
menipu anak dan kisah yang tidak bermanfaat
sebagainya.
Sebaiknya, ceritakan kepada buah hati
tentang kebesaran Allah SWT, sehingga
menimbulkan rasa cinta dan patuh anak. Ketika
berkisah tentang Allah SWT, berbicara dengan
benar dan jangan berlebihan kepada anak-anak,
karena khawatir terjatuh ke dalam kekeliruan
yang dapat menyebabkan kita terkena adzab.
6. Fase 7 sampai 10 tahun
Pada fase ini akal dan daya nalar anak
sudah mulai terbuka, oleh karena itu jadikan
anak sebagai teman dalam berinteraksi dan
tanamkan dalam jiwanya pengetahuan tentang
ibadah kepada Allah SWT secara mendalam.
Ajarkan kepada anak untuk senantiasa
mengucapkan syukur dan berterima kasih atas

46
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
setiap pemberian yang ia dapatkan dan dikaitkan
dengan kebesaran Allah SWT.
Pada fase ini tumbuhkan minat
membacanya, pilihkan buku bacaan yang
mampu menumbuhkan kecintaan kepada Allah
SWT. Sebaliknya hindari majalah atau kartun
yang bercerita tentang budaya barat yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam.
Kembangkan pula kepada anak untuk
mencintai al-Qur’an, memulai menghafalkan
surat-surat al-Qur’an.
7. Fase 10 tahun ke atas
Pada usia ini akan nampak jelas tanda-
tanda anak ingin bebas, berdikari, keras kepala,
membangkang terhadap nasehat dan perintah
orang tua. Pada fase ini anak menganggap orang
tua laksana bos yang mengikat kebebasannya.
Sehingga sering kali anak merasa lebih nyaman
dengan teman-temannya.
Pada fase ini sebagai orang tua seringlah
ajak anak untuk berbicara, cobalah untuk
mendengarkan keiinginannya, dan apabila
keinginannya tidak terwujud ceritakan kepada
mereka bahwa terkadang Allah SWT menguji
manusia dengan sesuatu yang tidak disukai,

47
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
atau menimpakan musibah kepada hamba-Nya
dalam rangka membersihkan dosanya serta
meninggikan derajatnya.
Ajarkan pula anak untuk bersemangat
memperlancar bacaan al-Qur’an, memulai untuk
menghafalkan surat-surat dalam al-Qur’an,
mempelajari fikih, adab serta aqidah.
Rentang usia ini merupakan masa yang
sangat rawan, oleh karena itu sering ajaklah
anak untuk berdialog ringan namun terarah.
Bukan dialog yang mendikte, dimana orang tua
enggan menerima pendapat anak dan cenderung
memaksakan anak untuk menuruti
keinginannya.
Cara yang benar dalam berdialog adalah
santai namun positif, yaitu berisi kebaikan-
kebaikan dan memberikan pengaruh positif
terhadap anak. Dialog yang bisa memperlihatkan
sebab akibat suatu masalah tersebut. Yang
paling penting dalam dialog ini bukan semata-
mata nafsu, mampu tujuan untuk merekatkan
cinta kasih, tanggung jawab dan perhatian.

48
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Dialog Perang Badar

Marilah kita ambil satu contoh


tentang dialog positif yang pernah terjadi
dalam sejarah Islam di saat perang badar.
Di saat kaum muslimin sudah berkumpul
untuk menghadapi pasukan kafir
sementara mata air-mata air berada di
depan mereka.
Di sinilah al-Khabbah bin al-
Mundzir maju lalu bertanya kepada
Rasulullah, “Apakah tempat ini merupakan
wahyu Allah yang diperintahkan kepada
Anda atau hanya sekadar pendapat dan
taktik Anda?”
Rasulullah menjawab, “Sekadar
pendapat dan tipu muslihatku.” Maka al-
Khabbah berkata, “Wahai Rasulullah, ini
bukan tempat yang strategis”.

49
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Ia lalu menunjukkan tempat
pemberhentian, di mana letak mata air
berada di belakang kaum muslimin
sehingga kaum musyrikin tidak bisa
mencapai mata air-mata air tersebut.
Akhirnya Rasulullah SAW
melaksanakan pendapat brilian ini,
sehingga hal tersebut termasuk diantara
faktor tercapainya kemenangan dalam
peperangan tersebut.

Sumber: Buku Menanamkan Iman Kepada


Anak Karya Dr. Amani Ar-Ramadi

50
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Membentuk Ativitas Ibadah

Pembentukan aktivitas ibadah dalam pribadi


anak dianggap sebagai pelengkap bagi
pembentukkan akidah Islamiyah. Sebab, ibadah
merupakan bagian utama dalam akidah. Demikian
juga sebaliknya, ibadah merupakan refleksi dari
gambaran akidah. Seorang anak ketika menyambut
panggilan Rabbnya dan menaati perintah-Nya, itu
artinya dia sedang menyambut naluri fitrah dari
dirinya sendiri.
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki
kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu.
Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa” QS. Thaha ayat 132

Masa kecil bukanlah masa memikul beban


kewajiban. Masa kecil adalah masa persiapan,
latihan serta pengenalan untuk mencapai tingkatan
memikul beban kewajiban setelah baligh, agar
mudah baginya dalam menjalankan segala
kewajiban. Juga agar dapat memiliki persiapan yang
matang guna menghadapi kerasnya kehidupan
dengan penuh percaya diri.

51
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Mengajarkan Sholat
Mengapa kita harus mengajarkan anak untuk
sholat??

Sebagai orang tua tentunya kita sangat


khawatir apabila anak-anak kita sedang tertimpa
musibah, sehingga kita akan senantiasa berusaha
menjaga diri mereka. Lalu, mengapa kita tidak
khawatir atas siksaan neraka Jahannam?
Naudzubillahi.

Shalat adalah cahaya yang mampu menerangi


kehidupan baik di dunia maupun di akhirat. Shalat
merupakan perintah Allah SWT, mematuhi
perintah-Nya serta berserah diri sepenuhnya
terhadap perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya merupakan ciri seorang yang
beriman.

Shalat disebut juga sebagai penghubung


antara seorang hamba dengan dengan Rabbnya.
Oleh karena itu, jika kita khawatir akan masa
depan anak-anak dari kerusakan moral dan
beragam penyakit sosial selepas kita mati, kita
hendaknya membentengi kehidupan mereka sejak
dini.

52
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Beberapa poin di bawah ini semoga bisa
membantu kita dalam proses mengajarkan sholat
kepada anak15:

a. Senantiasa berniat awal untuk mengharapkan


keridhoan Allah SWT.
b. Ingat bahwa anak adalah ladang pahala bagi
orang tua, oleh karena itu mulai dengan
memperbaiki hubungan orang tua dengan Rabb.
c. Hendaknya kita mendidik sejak dini, sebab
segala sesuatu yang di mulai sejak dini akan
lebih mudah.
d. Perhatian yang baik terhadap anak pertama
tentang sholat tentunya modal baik bagi adik-
adiknya.
e. Senantiasa dampingi dan mengajak anak untuk
sholat, bukan hanya sekedar menyuruhnya.
f. Perbanyak kisah-kisah motivasi shalat kepada
anak.
g. Senantiasa berdoa kepada Allah SWT. Sebab kita
tidak akan pernah mencapai suatu cita-cita
dengan pengorbanan dan hasil usaha semata,
namun semua itu merupakan taufiq dari Allah
SWT.

15
Suwaid, Propethic Parenting: Cara Nabi Mendidik Anak, hal.
355.
53
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Mengajarkan sholat kepada anak tentu
haruslah bertahap sesuai dengan kemampuan dan
usianya, seperti berikut ini:

a. Fase 3 tahun sampai 5 tahun


Usia tiga tahun merupakan usia dimana
anak akan mulai belajar untuk mengenali
lingkungannya, sehingga ia akan sangat suka
mencontoh aktivitas yang dilakukan oleh orang
dewasa. Maka, sering ajaklah anak ketika orang
tua hendak melaksanakan sholat, meskipun
masih belum bisa fokus, atau berbicara sendiri,
bertepuk, bahkan bermain, sebaiknya kita
biarkan saja dan tidak perlu untuk
membentaknya.
Dalam proses ini biarkan terlebih dahulu
anak merasa nyaman dengan aktivitas sholat,
baik di rumah maupun di masjid, sehingga
lambat laun ia akan merasa sholat merupakan
sebuah kebiasaan baginya. Selain itu mulai
ajarkan kepada anak untuk menghafal beberapa
surat-surat pendek seperti an-naas, al-falaq, al-
ikhlas.
b. Fase 5 sampai 7 tahun
Pada usia ini ceritakan kepada anak
tentang nikmat, karunia serta kemuliaan Allah
54
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
SWT. Sehingga timbul rasa cinta anak kepada
Rabbnya. Maka merasa akan merasa betapa
bahagianya apabila Ia termasuk hamba yang taat
akan perintah Allah SWT.
Oleh karena itu mulai buatlah komitmen
dengan anak untuk melaksanakan sholat. Da
yang paling terpenting jadilah sosok suri
tauladan yang baik dalam sholat kepada anak,
sehingga ia akan mulai mencintai dan
merasakan bahwa sholat telah menjadi
kebiasaan baginya.
Pada usia itu kenalkan pula kepada anak
bacaan sholat yang baik, gerakan sholat yang
benar, dzikir sholat, dan adab-adab ketika
sholat.
c. Fase 7 sampai 10 tahun
Usia ini merupakan usia dimana anak
telah memiliki dunia yang lebih luas, sehingga
sebagai orang tua tentulah harus bijak dalam
memberikan pergaulan yang baik untuk anak-
anak sehingga tidak merubah kebiasaan baik
yang telah tertanam sejak kecilnya.
Usia ini pula anak-anak terkadang mulai
tergoyahkan konsitensinya dalam melaksanakan
sholat, merasa malas, bosan. Jika hal ini

55
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
dibiarkan bisa saja anak menjadi membangkang,
susah diatur, dan tergesa-gesa dalam
melaksanakan sholat. Sebagai orang tua, apabila
mendapati hal tersebut terhadap anak, maka
nasehati dengan baik bukan dengan otoriter.
Beberapa faktor yang mampu menjaga
konsistensi anak dalam sholat:
1) Apabila anak izin untuk tidur terlebih dahulu
sebelum sholat. Maka sebagai orang tua
nasehati anak dengan mengatakan, “Ayo kita
sholat isya’ bersama-sama. Sholat isya’ hanya
sebentar, setelah itu kamu boleh tidur”.
2) Apabila anak mengajak untuk jalan-jalan ke
suatu tempat, padahal ketika itu sudah
mendekati waktu sholat Maghrib, maka
katakan kepada anak, “ Kita sholat Maghrib
dulu baru pergi” . sehingga akan akan belajar
peka dan mengetahui bahwa sholat itu tidak
boleh ditinggalkan.
3) Apabila anak sakit, sebagai orang tua
hendaknya mengajarkan anak untuk
melaksanakan sholat semampunya, bisa
dengan duduk maupun berbaring. Sehingga
anak akan terbina, tahu dan terbiasa. Karena
tidak ada alasan bagi seorang mukmin untuk

56
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
meninggalkan sholat meskipun ia dalam
kondisi sakit.
4) Apabila anak sedang melakukan perjalanan
jauh, hendaknya orang tua memberi tahu
bahwa Allah telah memberikan rukhsah
(keringanan) kepada hamba-Nya dalam
melaksanakan sholat, boleh dengan meng-
qhasar (meringkas) dan men-jama’
(menggabungkan) sholatnya.
5) Tanamkan pada diri anak akan keutamaan
sholat tepat waktu dan berjamaah, sehingga
terbentuklah kebiasaan dan keberanian
untuk mengajak teman, maupun keluarganya
untuk segera melaksanakan sholat ketika
adzan telah berkumandang.
6) Apabila anak-anak telah terbiasa untuk
menjalankan sholat lima waktu, maka mulai
ajaklah anak untuk melaksanakan sholat-
sholat sunnah, seperti sholat dhuha, sholat
tahajjud, sholat rawatib dsb, serta senantiasa
ceritakan kepada anak mengenai keutamaan-
keutamaan sholat tersebut.

57
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Melatih Anak Berpuasa
Ibadah puasa adalah ibadah jasmani dan
rohani. Dari ibadah ini seorang anak belajar
keikhlasan hakiki kepada Allah SWT dan selalu
diawasi oleh-Nya. Dengan ibadah ini anak akan
belajar untuk menahan keinginannya atas
makanan dan minuman walaupun sedang haus
dan lapar.
Selain itu puasa juga melatih
kesabarannya. Meskipun puasa bulan
Ramadhan tidaklah wajib bagi anak-anak
sebelum mereka baligh, namun mengajarkan
anak untuk berpuasa sejak dini sangat
diperlukan sehingga mereka terbiasa hingga usia
balighnya.
Anak-anak mulai memahami apa itu
puasa ketika berusia 3 sampai 5 tahun, oleh
karena itu pada usia ini mulai ajarkan anak
untuk mencintai bulan Ramadhan. Sebab
apabila anak telah cinta dengan bulan
Ramadhan, mereka akan bersenang hati untuk
menjalankan aktivitas-aktivitas selama bulan
Ramadhan, termasuk berbuka dan sahur.

58
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Ada beberapa langkah yang dapat orang
tua lakukan dalam melatih anak berpuasa,
antara lain:
a. Memberi pemahaman mengenai rukun Islam
Hal pertama yang dapat dilakukan
orang tua dalam melatih anak berpuasa ialah
memberi tahu mereka mengenai rukun Islam.
Sebab puasa merupakan salah satu rukun
Islam.
Dari Abu Abdirrahman bin Umar bin
Khattab ra. beliau berkata: “Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, Islam dibangun atas
lima perkara, yaitu syahadat, bahwa tiada
Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan
shalat, membayar zakat, puasa bulan
ramadhan, dan berhaji ke Baitullah al
Haram”16
Dengan memahami dan mengamalkan
rukun Islam, maka proses melatih anak
berpuasa akan lebih mudah dilakukan.
b. Memberitahu tentang keutamaan berpuasa
Bagi anak, menahan hawa nafsu
untuk makan dan minum mungkin adalah hal

16
Suwaid, hal. 371.
59
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
yang sulit, akan tetapi, sebagai orang tua
mulai fahamkan dan jelaskan kepada anak
tentang keutamaan berpuasa, sebagaimana
Al-Quran menjelaskan dalam surat al Baqarah
ayat 183,
“Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa”
Orang yang sedang berpuasa
sesungguhnya juga melatih dirinya untuk
semakin dekat dengan Allah SWT serta
mendapatkan pahala dari-Nya.
c. Memberitahu mengenai larangan berpuasa
Jelaskan kepada anak tentang hal-
hal yang tidak boleh dilakukan ketika sedang
berpuasa, seperti menahan diri untuk tidak
makan dan minum, tidak boleh berbohong,
dan menahan marah.
d. Berlatih puasa secara bertahap
Kemampuan usia anak-anak
tentunya berbeda dengan kemampuan orang
dewasa. Karena itu, di usia 4 sampai 7 tahun
ajarkan anak untuk berpuasa 4 sampai 5
jam. Ataupun dalam istilah jawa sering

60
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
disebut puasa bedug atau puasa setengah
hari, jadi ketika terdengar adzan dhuhur
anak bisa untuk berbuka, kemudian
melanjutkan kembali puasanya sampai
maghrib.
Adapun jika anak telah menginjak
usia 8 tahun ajaklah anak untuk memulai
puasa satu hari penuh.
e. Menyediakan makanan favorit
Tentunya akan akan merasa senang
apabila telah berpuasa kemudian berbuka
dengan makanan favoritnya. Tidak perlu
berlebihan dalam menyediakan makanan
berbuka. Setidaknya anak telah merasa
senang, dan akan bersemangat untuk
berpuasa esok hari.
f. Berikan teladan yang baik
Anak merupakan peniru yang handal
terhadap kedua orang tuanya, termasuk saat
berpuasa. Maka jadilah orang tua yang bijak
dengan memberikan teladan dalam berpuasa,
misalnya dengan tidak bermalas-malasan,
dan menahan amarah saat berpuasa.
g. Menghargai usahanya

61
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Sebagai orang tua, jangan lupa untuk
senantiasa menghargai usaha anak ketika
berpuasa, karena haruslah diingat setiap
anak memiliki kemampuan yang berbeda,
maka janganlah orang tua membandingkan
anaknya dengan anak orang lain.
Berilah penghargaan atas segala
usahanya sebagai motivasi dan semangat
anak sehingga mampu melakukan yang lebih
baik untuk hari esoknya.

Melatih Anak Membayar Zakat


Membayar zakat merupakan rukun Islam
yang ke tiga. Membayar zakat terutama zakat
fitrah biasa dilaksanakan di akhir bulan
Ramadhan. Tentu sebagai orang tua jangan
sampai melewatkan momen tersebut untuk
melatih anak agar lebih mencintai Rabbnya
melalui keistimewaan zakat.
Walaupun si kecil belum memahami uang
dan materi, namun tidak ada salahnya untuk
mengenalkan pada zakat, sebab ada nilai-nilai
dan himah yang luar biasa yang dapat dipetik
dan diamalkan oleh anak. Sama halnya dengan

62
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
membiasakan anak untuk melaksanakan sholat
dan puasa.
Zakat pada esensinya sama dengan
bersedekah lainnya, yang dapat menumbuhkan
empati anak kepada orang lain, membiasakan
anak menolong orang yang membutuhkan,
mengajarkan anak untuk bersyukur, melatih
anak mengendalikan hawa nafsu atau
keinginannya, mengajarkan anak untuk
berhemat, dan melatih kedisiplinan bagi anak.
Selain itu di dalam Al-Quran menjelaskan bahwa
zakat dapat membersihkan harta dan
memberikan pahala.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan
orang tua dalam membiasakan anak membayar
zakat sebagai berikut17:
a. Kenalkan konsep zakat dan manfaatnya
Kenalkan konsep zakat kepada anak
melalui kisah-kisah yang menyentuh dan
menggugah emosi anak, sehingga anak
tergerak hatinya untuk senantiasa
bersyukur. Pahamkan kepada anak bahwa
harta itu tidak kekal dan di dalam harta kita
terdapat hak anak yatim dan orang yang

17
Suwaid, hal. 379.
63
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
membutuhkan. sehingga salah satu cara bagi
untuk mensyukuri setiap rezeki yang telah
Allah SWT berikan yaitu dengan bersedekah
dan membayar zakat. Hal ini mampu
menumbuhkan kepekaan anak terhadap
lingkungannya.
b. Libatkan anak ketika berzakat
Pendidikan yang sangat efektif bagi
anak yaitu mengajak mereka untuk praktek
atau berkegiatan secara langsung. Oleh
karena itu ketika orang tua telah tiba waktu
untuk membayar zakat ajaklah anak untuk
menakar 2,5 liter beras untuk zakat, ajak
mereka mengantarkan zakat ke masjid
maupun kepada penerima zakat. Begitu juga
apabila zakat yang dikeluarkan berupa uang.
Kebiasaan sederhana inilah yang akan
diingat anak dan menjadikannya sebuah
keteladanan.
c. Latih anak menyisihkan uang untuk sedekah
secara rutin
Mengajarkan zakat dan syukur sejak
dini dapat dimulai dari membiasakan diri
untuk berhemat dan tidak foya-foya. Hal
tersebut selain bermanfaat bagi orang lain,

64
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
menabung dan berhemat dapat memberi
manfaat bagi diri anak. Kedisiplinan,
tanggung jawab, dan mandiri dalah beberapa
nilai yang dapat dipetik anak dari kebiasaan
menabung.
d. Membantu tetangga
Umat muslim juga diperintahkan
untuk memuliakan dan menjaga hubungan
baik dengan tetangga. Maka, ajarkan anak
untuk peduli, peka, dan membantu tetangga
yang membutuh sebagai esensi ibadah zakat
kepada anak.

Mengajarkan Haji
Ibadah haji merupakan rukun kelima dari
rukun Islam. Sebagaimana diketahui bersama,
ibadah haji menyatukan segala kesulitan ibadah,
selain itu juga menyatukan segala kelezatannya.
Maka, apabila seorang anak bersemangat
melaksanakan ibadah haji, maka sungguh hal ini
merupakan bagi gembira atas ketaatannya
kepada Allah SWT di masa depannya kelak.
Insyaa Allah.
Haji artinya menyengaja atau menuju,
sehingga dimaksudkan sengaja mengunjungi

65
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Baitullah Ka’bah di Makkah unutk beribadah
kepada Allah SWT pada waktu tertentu dan
dnegan cara tertentu secara tertib.18
Berdasarkan firman Allah SWT dalam
surat Al-Baqarah ayat 197, maka para ulama
bersepakat bahwa ibadah haji dilaksanakan pada
bulan Dzulhijjah.
Kenalkan kepada anak bahwa ibadah haji
ialah wajib bagi umat muslim yang mampu
secara fisik maupun finansial. Oleh karena itu,
tumbuhkan semangat untuk beribadah haji
dengan mengikut sertakan dalam kegiatan
manasik haji secara berkala, sehingga anak
mampu merasakan melaksanakan ibadah haji
sesuai dengan syarat dan rukunnya.

18
Suwaid, hal. 373.
66
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Bagian 4

Tanamkan Akhlak
Mulia

67
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
‫تعلم األدب قبل أن تتعلم العلم‬
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

-Imam Malik ra-

‫ابألدب تفهم العلم‬


“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah
memahami ilmu.”

-Yusuf bin Al Husain-

68
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
‫اِلًا ِم ْن ذَ َك ٍر أ َْو أُنْ ثَى َو ُه َو ُم ْؤِم ٌن‬
ِ ‫من َع ِمل ص‬
َ َ َْ
‫س ِن‬ ‫َح‬
ْ ِ ‫َج َرُه ْم‬
‫ِب‬ ْ ‫أ‬ ‫م‬ْ ‫َّه‬
ُ ‫ن‬ ‫ي‬
َِ
‫ز‬ ‫ج‬ْ ‫ن‬
َ ‫ل‬
َ‫و‬َ ‫ة‬
ً ‫ب‬
َ ِ‫فَ لَنُ ْحيِيَ نَّهُ َحيَاةً طَي‬
َ
‫َما َكانُوا يَ ْع َملُو َن‬
“ Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan”

QS. An-Nahl ayat 97

Adab Kepada Orang Tua

Tidak ada orang yang lebih penting dihormati


seorang anak setelah Rasulullah SAW selain orang
tua. Rasulullah SAW senantiasa mengingatkan
kepada umatnya untuk selalu taat dan berbakti
kepada orang tua, baik orang tua secara biologis

69
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
maupun lainnya. Beberapa adab yang harus kita
ajarkan kepada anak,19 antara lain:

1. Tidak Memandang Dengan Tatapan Tajam.


Sebagai seorang yang lebih muda, sebuah
kedurhakaan apabila memandang dengan
tatapan tajam dan tidak menyenangkan. Oleh
karena itu Rasulullah SAW memerintahkan
untuk memandang dengan penuh kelembutan
dan kehormatan terhadap orang tua.
2. Tidak mendahului berbicara
Dahulukan orang tua untuk berbicara.
Dengan demikian merupakan wujud sikap
hormat serta lebih menyenangkan hati orang
tua. Hal ini dicontohkan oleh Ibnu Umar sebagai
berikut:
“Dulu kami berada di sisi Nabi SAW,
kemudian didatangkanlah bagian dalam pohon
kurma. Lalu beliau mengatakan “Sesungguhnya
di antara pohon adalah pohon yang menjadi
permisalan bagi seorang muslim.” Aku (Ibnu
‘Umar) sebenarnya ingin mengatakan bahwa itu
pohon kurma. Namun, karena masih kecil aku
lantas diam. Lalu Nabi SAW mengatakan, “Itu
adalah pohon kurma.” HR. Bukhari dan Muslim

3. Berkata Baik Dan Lembut

19
Bambang Wahrudin, Buku Panduan MI Muhammadiyah 6
Nglegok Ponorogo (Ponorogo: SAQU Press, 2020), hal. 34.
70
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Seorang anak hendaknya senantiasa
berbicara dengan nada yang lembut dan penuh
sopan santun. Jangan pernah berbicara dengan
nada tinggi bahkan membentak, sebab hal
demikian hanya akan menyebabkan luka di hati
orang tua.

4. Tidak berdiri ketika orang tua sedang duduk


Bentuk lain dari penghormatan seorang
anak terhadap orang tua ialah apabila orang tua
sedang duduk maka hendaknya ikut
memposisikan diri dengan duduk. Begitu juga
apabila orang tua sedang berdiri, maka
hendaknya ikut berdiri. Sehingga lebih sopan
dalam etikanya.

5. Mendahulukan Orang Tua


Sebagai seorang anak maka dahulukan
terlebih dahulu orang tuamu daripada dirimu.
Hal ini sebagaimana yang pernah diceritakan
oleh Rasulullah SAW mengenai tiga orang
pemuda yang terjebak di dalam gua. Salah satu
dari mereka pun berdoa kepada Allah SWT
dimana dalam doa tersebut menunjukkan
bahwa sang pemuda senantiasa mendahulukan

71
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
untuk memberi susu kepada orang tuanya
sebelum memberikan kepada anak-anaknya
sendiri.

6. . Selalu Mendoakan
Anak merupakan anugrah terindah dalam
sebuah keluarga. Memiliki anak yang sholih
merupakan dambaan bagi orang tua. Salah satu
ciri anak yang sholih ialah anak yang senantiasa
mendoakan kebaikan untuk kedua orang
tuanya.

Adab Kepada Guru


Guru merupakan aspek besar dalam
penyebaran ilmu, terlebih apabila yang diajarkan
adalah ilmu agama. Sebab, siapapun yang
mengajarkan ilmu agama Ialah yang disebut
sebagai para pewaris Nabi SAW, yang memiliki
kedudukan tinggi di hadapan Allah SWT.

Maka berikut beberapa adab yang semestinya


diperhatikan oleh para penuntut ilmu20:

1. Menghormati Guru
Sahabat Abu Sa’if Al Khudri r.a. berkata:

20
Wahrudin, hal. 35.
72
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid,
maka keluarlah Nabi Muhammad SAW kemudian
beliau duduk di hadapan kami. Maka seakan-
akan di atas kepala kami dihinggapi burung,
sehingga tidak ada satu pun dari kami yang
berbicara” HR. Bukhari

Hadits tersebut menunjukkan kepada kita


betapa mulianya seorang Nabi SAW atau
pendidik sehingga para sahabat tidak berani
untuk membuat kegaduhan, sungguh begitu
besar penghormatan yang diberikan.

2. Merendahkan Diri di Hadapan Guru


Bagi seorang murid tentunya harus
senantiasa merendahkan diri kepada guru,
meskipun sejujurnya kita sudah mengetahui
ilmu yang disampaikan. Sebab orang yang
sombong, merasa dirinya lebih hebat sesungguh
sulit baginya untuk menerima ilmu yang
disampaikan.
Merendahkan dalam hal berbicara dengan
tidak bersuara keras, merendahkan dalam
perilaku dengan senantiasa menyapa apabila
bertemu, dan mendahulukan guru apabila
berjalan. Menunduk dalam memandang guru.

73
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
3. Tidak Memotong Pembicaraan Guru
Murid hendaknya mendengarkan dengan
seksama dan duduk dengan rapi apabila
seorang guru sedang menyampaikan sebuah
ilmu. Kemudian jika dirasa tidak faham maka
bertanyalah dengan baik, bertanyalah ketika
guru telah selesai menyampaikan ilmu dengan
mengangkat tangan meminta izin bertanya dan
tidak berbicara sebelum dipersilahkan oleh
guru.
4. Bersabar terhadap kesalahan guru
Setiap guru tentunya memiliki karakter
yang berbeda-beda. Ada yang lemah lembut. Ada
yang tegas. Maka ketika seorang murid telah
berniat menuntut ilmu, maka fokuslah pada
ilmu yang akan diperoleh dan hadapilah dengan
penuh kesabaran. Sebab tanpa kesabaran
dalam diri maka mudah sekali bagi murid
merasa malas untuk belajar.

5. Mendoakan kebaikan untuk guru


Balaslah kebaikan dengan kebaikan pula.
Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk
membalas kebaikan ialah dengan
mendoakannya. Tanpa ilmu yang telah

74
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
diajarkan oleh guru, mungkin kita masih saja
dalam keadaan bodoh tidak mengetahui apa-
apa. Hal ini sesuai dengan yang telah
dianjurkan oleh nabi Muhammad SAW;
“Apabila ada yang berbuat baik padamu,
maka balaslah dengan balasan yang setimpal.
Apabila kamu tidak dapat membalasnya, maka
doakanlah Ia hingga engkau memandang telah
mencukupi untuk membalas dengan balasan
yang setimpal” HR. Bukhari

Adab Bertamu dan Meminta Izin


Manusia adalah makhluk sosial, dimana Ia
tidak mampu untuk hidup tanpa adanya peran
manusia yang lainnya. Oleh karena itu dalam
interaksi antar sesama hendaknya bagi seorang
muslim senantiasa menjaga akhlaknya, terutama
adab ketika bertamu.21
Beberapa adab bertamu yang harus
diperhatikan setiap muslim adalah:
1. Mengucapkan Salam
Disunnahkan mendahuluinya dengan
mengucapkan salam sebelum meminta izin. Hal
ini sesuai dengan riwayat Kaldah bin Hanbal
“Bahwa Shafwan bin Umayyah
mengutusnya menemui Rasulullah SAW
membawa susu, anak kijang, dan anak rubah.

21
Wahrudin, hal. 36.
75
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Saat itu Nabi SAW sedang berada diperbukitan
Makkah. Lalu Kaldah masuk tanpa
mengucapkan salam terlebih dahulu, maka
Beliau pun bersabda “Kembali dan ucapkanlah
Assalamu’alaikum” Kejadian itu setelah
Shafwan bin Umayyah masuk Islam” HR.
Ahmad dan Abu Dawud

2. Tidak Berdiri Di Depan Pintu


Hendaknya orang yang akan bertamu
berdiri di samping kanan maupun kiri pintu.
Hal ini dimaksudkan agar Ia tidak
mengarahkan pandangannya ke tempat-tempat
yang tidak dihalalkan baginya di rumah orang
lain. Sesungguhnya disyari’atkan bagi setiap
muslim untuk menjaga pandangannya.

3. Tidak Mengintip Keadaan di Dalam Rumah


Sebagai seorang tamu tentu suatu hal
yang tercela apabila kita mengintip rumah
orang lain melalui jendela maupun celah pintu
tanpa izin sang pemilik rumah. Oleh karena itu
hendaklah menunggu hingga diizinkan oleh
tuan rumah.

4. meminta Izin Tiga Kali


Rasulullah SAW menganjurkan bagi kita
meminta izin sebanyak tiga kali, kemudian
76
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
apabila tidak ada jawaban dari tuan rumah
maka kembalilah
Hal ini merupakan wujud kita
menghargai orang lain, mungkin saja sang tuan
rumah sedang sibuk, sedang ingin istirahat
sehingga tidak ingin untuk ditemui.

5. Tidak Menimbulkan Kegaduhan


Ketuklah pintu dengan tidak terlalu
keras sehingga mengganggu orang lain, namun
jangan terlalu pelan sehingga tidak terdengar.
Hal ini telah dicontohkan oleh para
sahabat nabi sebagai gambaran betapa
tingginya kedudukan adab dalam kehidupan
manusia.

77
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Adab Makan

Islam adalah agama yang sempurna,


mengatur segala aktivitas sehari-hari pemeluknya
sesuiai dengan perintah Allah SWT, yang
dicontohkan melalui Nabi Muhammad SAW.
Sebagai umatnya, hendaknya segala adab yang
dicontohkan beliau mampu untuk diaplikasikan
sebagai perwujudan menjalankan sunnah dan
menunjukkan jati diri muslim.22 Beberapa hal yang
semestinya diperhatikan dalam adab makan dan
minum sebagai berikut:

1. Konsumsi Makanan yang Halal


Adab makan dan minum dalam Islam
yang paling utama dan paling penting adalah
memilih makanan dan minuman yang halal.
Allah SWT sangat melarang hamba-Nya
mengkonsumsi makanan yang haram, karena
terdapat banyak mudharatnya.

2. Mencuci Kedua Tangan


Hal yang sangat sederhana bagi
muslim, namun masih banyak yang
meremehkan hal ini. Mencuci kedua tangan

22
Wahrudin, hal. 38.
78
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
merupakan bentuk peduli kita terhadap
kebersihan diri dan makanan, sebab kita tidak
tahu apakah yang kita pegang sebelumnya
mengandung kuman atau tidak. Oleh karena
itu mencuci kedua tangan agar terhindar dari
penyakit yang tidak kita inginkan.

3. Berdoa Sebelum Makan


Setelah mencuci kedua tangan, maka
selanjutnya adalah berdoa sebagai wujud rasa
syukur atas limpahan rezeki berupa makanan
yang telah Allah SWT berikan. Sebelum
melafadzkan doa, hendaknya mengawali dengan
bacaan basmalah.

Doanya

‫اب النها ِر‬ ِ ِ ّٰ


َ ‫اَلل ُه هم ََب ِرْك لَنَا فْي َما َرَزقْ تَ نَا َوقنَا َع َذ‬
"Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki
yang telah Engkau berikan kepada kami dan
peliharalah kami dari siksa api neraka."

4. Menggunakan Tangan Kanan


Nabi Muhammad SAW selalu
mencontohkan kepada umatnya untuk makan
dengan tangan kanan. Hal ini terdapat dalam
hadist, bahwa Rasulullah SAW bersabda;
79
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
”Jika seseorang makan, maka makanlah
dengan tangan kanannya. Dan jika minum maka
minumlah dengan tangan kanannya. Karena
setan makan dan minum dengan tangan kirinya”
HR. Muslim

5. Tidak Mubazir
Agama Islam sangat melarang umatnya
untuk melakukan sebuah kesia-siaan atau
mubazir. Bahkan Allah SWT melaknat orang-
orang yang berlebihan dalam melakukan segala
sesuatu. Baik berlebihan dalam berpakaian dan
berlebihan dalam makan dan minum.

Umat Islam dianjurkan untuk


mengambil makan dan minum secukupnya.
Sehingga tidak menyebabkan diri kekenyangan
dan meninggalkan banyak sisa makanan.

6. Tidak Mencela Makanan


Ketika kita berada disebuah tempat dan
dihidangkan berbagai makanan yang disitu
terdapat makanan yang tidak kita sukai, maka
lebih baik diam. Dan janganlah kalian mencela
makanan tersebut. Hal ini merupakan wujud
hormat kita terhadap orang lain yang telah
bersusah payah menyiapkan hidangan tersebut.

7. Makan dari yang terdekat


80
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Saat makan, banyak berbagai jenis
makanan yang dihidangkan. Dan Rasulullah
SAW menganjurkan kita untuk mengambil
makanan yang berada paling dekat dengan kita
terlebih dahulu.

Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah


SAW;

"Sebutkan Nama Allah dan makanlah


makanan yang lebih dekat denganmu." (HR.
Bukhari)

Setelah mengawali makan dengan


berdoa, maka akhirilah makan dengan berdoa
pula. Sebagai ucapan syukur dan
mengharapkan keberkahan atas apa yang telah
dimakan.

Doa setelah makan,

ِ ِ ِ
َ ْ ‫اَ ِْلَ ْم ُدِ هلل الَّذ ْى اَط َْع َمنَا َو َس َق َاَن َو َج َعلَنَا ُم ْسل ِم‬
‫ْي‬
"Segala puji bagi Allah yang telah
memberi kami makan dan minum serta
menjadikan kami termasuk dari kaum muslimin."

81
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Adab Berpakaian
Pakaian pada hakikatnya diciptakan untuk
menutupi tubuh manusia. Hal ini Allah SWT
jelaskan melalui firman-Nya dalam surat al-A’raaf
ayat 26:

ِ
‫يشا‬ً ‫اسا يُ َوا ِري َس ْوآتِ ُك ْم َوِر‬ َ ‫ََي بَِِن‬
ً َ‫آد َم قَ ْد أَنْ َزلْنَا َعلَْي ُك ْم لب‬
‫اَّللِ لَ َعله ُه ْم يَ هذ هكُرو َن‬
‫ت ه‬ ِ ‫ك ِمن آَي‬ ِ ِ ِ
َ ْ َ ‫ك َخ ْْيٌ َذل‬ َ ‫اس الته ْق َوى َذل‬ ُ َ‫َولب‬
Artinya: “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami
telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling
baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka selalu ingat.”

Adab berpakaian menjadi perhatian khusus


dalam Agama Islam. Merujuk ayat diatas, beberapa
hal yang semestinya diperhatikan seorang muslim
dalam berpakaian antara lain;23

1. Menutup Aurat
Perintah untuk menutup aurat telah ada
sejak diciptakannya nabi Adam AS dan Hawa.
Adapun aurat antara laki-laki dan perempuan
berbeda. Aurat laki-laki yaitu dari pusar sampai

23
Wahrudin, hal. 39.
82
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
lutut, sedangkan aurat perempuan seluruh
tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.

Menutup aurat merupakan kewajiban


setiap muslim, maka sebagai muslim yang baik,
tutuplah auratmu dengan sempurna. Selain itu
menutup aurat mampu menutup celah
kejahatan manusia.

2. Tidak Menyerupai Orang Kafir


Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang menyerupai suatu


kaum, maka seolah Ia bagian dari kaum
tersebut” HR. Dawud

Orang kafir ialah orang yang tidak


mengimani Allah SWT sebagai Tuhan yang
disembah. Oleh karena itu Allah SWT melarang
hamba-Nya mengikuti identitas orang kafir,
baik dari pakaiannya, budayanya, maupun
ibadahnya. Sebab hal tersebut merupakan
kesyirikan yang sangat pedih siksaannya di
neraka.

3. Tidak Menyerupai Lawan Jenis


Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas ra,
beliau berkata:

83
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
“Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang
menyerupai perempuan dan perempuan yang
menyerupai laki-laki”24

Allah SWT telah menciptakan manusia


dengan sebaik-baiknya bentuk, ada yang
diciptakan sebagai laki-laki adapula yang
diciptakan sebagai perempuan dan semua
memiliki kelebihan masing-masing. Maka
bersyukurlah atas kodrat yang telah Allah SWT
berikan.

4. Tidak Transparan dan Mengundang Syahwat


Pakaian terbaik umat muslim adalah
pakaian yang menutup auratnya, bukan hanya
sebatas membalut namun nampan lekuk
tubuhnya. Meskipun telah memakai pakaian
yang panjang, namun masih terlihat tubuhnya
(berpakaian namun telanjang) berjalan lenggak
lenggok, sungguh mereka tak akan mencium
wanginya surga dan neraka adalah tempatnya
kembali.

5. Senantiasa Membaca Doa Sebelum Berpakaian


Islam senantiasa mengajarkan berbagai
hal disertai dengan doa dan tuntunannya.

24
HR. Bukhari no 5885
84
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Bahkan dalam urusan berpakaian hendaknya
senantiasa mengawali dengan berdoa. Sebagai
wujud syukur serta memohon keberkahan
kepada Allah SWT. Oleh karena itu bagi setiap
muslim dianjurkan untuk menghafalkan doa
berikut:

Doa Memakai Pakaian

‫اْلَ ْم ُد ِهَّللِ اله ِذي َك َس ِاِن َه َذا َوَرَزقَنِ ِيه ِم ْن َغ ِْْي‬


ْ
ٍ‫حوٍل ِم ِِن وال قوة‬
َْ
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang
telah memberikan pakaian ini dan
menganugerahkannya kepadaku tapa daya dan
kekuatan dariku, pakaian yang dengannya aku
menutup auratku dan dengannya aku
memperindah diriku dalam hidupku.”

Doa Melepas Pakaian

‫بِ ْس ِم هللاِ اله ِذ ْي الَ إِلَهَ إِهال ُه َو‬


Artinya: "Dengan nama Allah yang tiada
Tuhan selain-Nya."

Selain itu, sebagai seorang muslim setiap


kali hendak menggunakan pakaian senantiasa

85
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
mengawali dengan bagian kanan, dan apabila
hendak melepaskan dari sebelah kiri

Adab Tidur

Sebagai seorang muslim, hendaknya


senantiasa melaksanakan beberapa hal sebelum
tidur, antara lain:

1. Tidur Dalam Keadaan Berwudhu


Rasulullah SAW bersabda:

“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu,


maka berwudhulah seperti berwudhu untuk
shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan
badanmu”25

2. Tidur Berbaring Ke Kanan


Ibnu Qayyim dalam Zaadul Ma’ad
menyampaikan bahwa tidur berbaring pada sisi
kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang
tidak kesusahan untuk bangun malam. Tidur
pada sisi kanan lebih bermanfaat untuk
kesehatan jantung. Sedangkan apabila tidur
dengan berbaring ke kiri membuat seseorang
menjadi malas.26

25
HR. Bukhari No, 247 dan Muslim No. 2710
26

86
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
3. Berdoa Sebelum Tidur
Rasulullah SAW mencontohkan umatnya
ketika hendak berdoa sebelum tidur, yaitu
dengan meniup kedua telapak tangan sambil
membaca surat al Ikhlas, al Falaq, dan an Naas
masing-masing sekali. Kemudian diusapkan ke
wajah dan anggota tubuh lainnya.

Kemudian dilanjutkan membaca ayat


kursi dan doa sebelum tidur sebagai berikut.

Doa Sebelum Tidur

‫ت‬ ّٰ َ ‫بِس ِم‬


ُ ‫ك الل ُه هم اَ ْحيَا َواَُم ْو‬ ْ
Artinya: “ "Dengan menyebut nama-Mu ya
Allah, aku hidup dan aku mati."

Doa bangun tidur

ِ
ُ ‫اَ ْْلَ ْم ُدِ هللِ اله ِذ ْى اَ ْحيَا ََن بَ ْع َد َمآ اََماتَنَا َوالَْي ِه الن‬
‫ُّش ْوُر‬
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang
menghidupkan kami kembali setelah mematikan
kami dan kepada-Nya aku dibangkitkan.”

4. Tidur di awal malam


Umat muslim sangat dilarang untuk tidur
selepas sholat maghrib, dan disunnahkan untuk

87
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
tidur di awal malam atau selepas sholat isya’
(tidak begadang) jika tidak ada kepentingan yang
bermanfaat.

Hal ini dilaksanakan untuk


mempermudah umat Islam bangun di sepertiga
malam.

Jujur Dalam Ucapan


Kejujuran adalah tanda kesempurnaan iman
dan takwa kepada Allah SWT. Kisah sahabat Nabi
Ka’ab bin Malik ra. dapat kita jadikan pelajaran
bagaimana beliau berlaku jujur hingga taubatnya
diterima oleh Allah SWT.

88
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Ka’ab bin Malik adalah sahabat Nabi
Muhammad dari kalangan kaum Anshar.
Suatu ketika Rasulullah SAW bersama para
sahabat dan kaum Muslimin dari kota
Madinah hendak berangkat menuju Perang
Tabuk melawan Pasukan Romawi. Namun
Ka’ab bin Malik tidak ikut dalam perang.
Padahal, Ka'ab bin Malik tidak
memiliki uzur saat itu. Usianya belumlah
tua dan beliau pun tidak sedang dalam
keadaan sakit. Beliau juga bukan golongan
orang-orang munafik di Kota Madinah. Ka'ab
bin Malik tidak turut serta dalam perang
hanya karena faktor kelalaiannya.
Sepulangnya Rasulullah SAW
bersama pasukan kaum Muslimin ke
Madinah, Ka'ab bin Malik pun menghadap
kepada Rasulullah SAW.
Sebenarnya ketika itu Ka'ab bin Malik
bisa saja menyampaikan alasan-alasan yang
dibuat-buat.

89
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Ia bisa saja mengatakan kedustaan
demi menyelamatkan dirinya di hadapan
Rasulullah SAW.Akan tetapi, Ka'ab bin
Malik tidak melakukannya. la justru
menyampaikan apa yang sebenarnya
terjadi, mengapa ia tidak turut serta dalam
pasukan kaum Muslimin di Perang Tabuk.
Ka'ab bin Malik menyampaikan apa
adanya secara jujur di hadapan Rasulullah,
karena ia tahu sesungguhnya Allah Maha
Tahu dan ia mengharapkan ampunan-Nya.
Kemudian, Rasulullah SAW
memerintahkan Ka'ab bin Malik untuk
menunggu kabar berita yang akan datang
berdasarkan wahyu Allah SWT. Tidak
hanya itu, Rasulullah SAW pun melarang
para sahabat yang lain untuk berbicara
dengan Ka'ab bin Malik.

90
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Keadaan itu berlangsung selama 40
hari lamanya. Ka'ab bin Malik menjadi
terasing sementara dari para sahabat
lainnya dan kaum Muslimin di kota
Madinah karena tak seorang pun yang
mau berbicara dengannya. Hal ini tentu
saja membuat Ka'ab bin Malik merasa
terhimpit.
Namun, pada suatu saat selepas
shalat subuh, Rasulullah SAW
menyampaikan sebuah berita gembira
bahwasanya Allah SWT menerima taubat
Ka'ab bin Malik dan dua sahabat lainnya
yang tidak turut serta dalam Perang
Tabuk.
Sejak saat itu, Ka'ab bin Malik
semakin kuat imannya, semakin besar
semangat jihadnya dan semakin kuat
kejujurannya.

91
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Ka'ab bin Malik berkata: "Wahai
Rasulullah, sesungguhnya Allah
menyelamatkan aku dengan kejujuran,
dan sesungguhnya termasuk taubatku
bahwa aku tidak akan berbicara kecuali
yang benar selama hidupku."

Sumber:
https://kalam.sindonews.com/read/208368/
70/kisah-kejujuran-kaab-bin-malik-yang-
mengagumkan-1603635041?showpage=all

Demikian kisah Ka'ab yang sangat indah


untuk diteladani di tengah masyarakat. Pada
umumnya manusia enggan mengakui kesalahan
dan tidak mau bertaubat atas kesalahannya.
Keengganan ini biasanya disebabkan rasa gengsi,
atau hatinya buta akan kebenaran.

Tindakan berkelit dari kesalahan, merangkai


dusta demi dusta dan menyulam kebohongan bisa

92
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
saja dilakukan Ka'ab untuk menyelamatkan
mukanya. Namun, beliau memilih bersikap jujur
dan terbuka kepada Rasulullah SAW.
Kejujuran itu adalah keselarasan antara hati
dan perkataan, tidak ada yang ditutupi tidak ada
pula yang dilebihkan. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya kejujuran itu akan
membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan
membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa
berlaku jujur, maka Ia akan dicatat sebagai orang
yang jujur.” HR. Muslim

Kejujuran yang paling utama ada tiga27, yaitu:

a. Jujur dalam niat, yaitu memurnikan niat ibadah


hanya karena Allah SWT membenarkan azimah
(tekad) dan menguatkan iradah (kehendak).
b. Jujur dalam ucapan, yaitu hanya mengucapkan
kebenaran dan menjauhi perkataan bathil, sia-
sia dan tiada guna yang dharamkan.
c. Jujur dalam amal perbuatan, yaitu dengan
menyesuaikan ucapan dengan perbuatan.
Caranya dengan mengikuti petunjuk Al-Qur’an
dan Sunnah Rasulullah SAW.

27
Yudha Kurniawan dan Tri Puji Hindarsih, Character Building
Membangun Karakter Menjadi Pemimpin (Yogyakarta: Pro-U Media,
2013), hal. 209.
93
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Amanah

Abdullah bin Dinar meriwayatkan


bahwa suatu hari dia berjalan bersama
Amirul Mukminin Umar bin Khattab dari
Madinah menuju Makkah. Di tengah
perjalanan, beliau bertemu dengan
seorang anak penggembala.
Lalu timbul dalam hati Khalifah
Umar bin Khattab untuk menguji
kejujuran dan keamanahan si anak
penggembala itu.
S “Wahai anak penggembala, juallah
kepadaku seekor anak kambing dari
ternakmu itu!” Ujar Amirul Mukminin
“Aku hanya seorang budak,” jawab
si anak penggembala

94
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Umar bin Khattab berkata lagi,
“Katakan saja nanti pada tuanmu bahwa
anak kambing itu dimakan serigala.”
Anak penggembala itu diam sejenak,
ditatap wajah Amirul Mukminin, lalu
keluar dari bibirnya perkataan yang
menggetarkan hati khalifah Umar.
“Jika Tuan menyuruh saya
berbohong, lalu dimanakan Allah?
Bukankah Allah Maha Melihat? Apakah
Tuan tidak yakin bahwa siksa Allah itu
pasti bagi para pendusta?”
Umar bin Khattab adalah seorang
khalifah, pemimpin umat yang sangat
berwibawa lagi ditakuti, dan tak pernah
gentar menghadapi musuh. Akan tetapi,
menghadapi anak itu beliau gemetar, rasa
takut menjalari sekujur tubuhnya,
persendian tulangnya terasa lemah,
kemudian beliau menangis.

95
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Menangis mendengar kalimat tauhid
tersebut, kalimat yang mengingatkan pada
keagungan Allah dan tanggung jawab
dihadapan-Nya kelak.
Kemudian dibawanya anak
penggembala itu kepada tuannya. Lalu
ditebuslah oleh Umar bin Khattab, dan
beliau berkata,
“Dengan kalimat tersebut (lalu
dimanakah Allah?) telah kumerdekakan
kamu dari perbudakan itu dan dengan
kalimat itu pula Insyaa Allah kamu akan
merdeka di akhirat kelak.

Sumber:
http://myislamicstudies.blogspot.com/200
9/05/arti-sebuah-kejujuran-html; dengan
beberapa perubahan

96
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Amanah adalah sesuatu yang dipercayakan kepada
orang lain. Salah satu ciri seorang mukmin ialah
apabila diberi kewajiban Ia berlaku amanah dan
dapat dipercaya.28
Saat ini di negara kita kehilangan peran
amanah dalam diri pejabat maupun rakyatnya.
Rusaknya amanah seseorang berdampak buruk
bukan hanya terhadap dirinya namun terhadap
hubungan dengan orang lain, dan rusaknya
hubungan dengan Allah Sang Maha Pencipta.

Tanggung Jawab

ٌ‫ت َرِهينَة‬
ْ َ‫س ِِبَا َك َسب‬
ٍ ‫ُك ُّل نَ ْف‬
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa
yang telah diperbuatnya” Q.S. Al-Muddatstsir ayat
38

Tanggung jawab ialah keadaan dimana


seseorang wajib menanggung segala sesuatunya.
Mengajarkan tanggung jawab sesungguhnya dapat
dilakukan sejak usia balita, sesuai dengan
kemampuannya. Pendidikan tanggung jawab ini
dapat dimulai dari hal-hal sederhana seperti

28
Kurniawan dan Hindarsih, hal. 114.
97
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
membereskan mainan atau menaruh piring pada
tempatnya.29
Orang tua dalam menegur atau memberitahu
anak terhadap pekerjaan yang dapat dilakukan,
sebaiknya dengan cara yang berbeda dengan
menghadapi orang dewasa. Misalnya dalam hal
mencuci piring, anak-anak diberikan amanah untuk
cukup mencuci piring atau gelas yang telah Ia pakai,
sehingga anak tidak merasa terbebani. Begitu juga
dengan amanah yang lain.
Pendidikan tanggung jawab tidak hanya
berkaitan dengan perkara dunia saja, namun ada
tanggung jawab yang lebih penting dan harus
dikenalkan kepada anak sejak kecil yaitu berkaitan
ibadah kepada Allah SWT. Kewajiban melaksanakan
sholat, berpuasa, bersedekah, menutup aurat dan
sebagainya.

29
Kurniawan dan Hindarsih, hal. 162.
98
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Hidup Bersih

ِ ُّ ‫ني َوُُِي‬
َ ‫ب الْ ُمتَطَه ِر‬
‫ين‬ ُّ ‫اَّللَ ُُِي‬
َ ِ‫ب الته هواب‬ ‫إِ هن ه‬
Artinya:“Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang mensucikan diri.” QS. Al-Baqarah ayat
222

Kebersihan merupakan setengah dari


keimanan. Hal ini mengisyaratkan bahwa
kebersihan merupakan perkara yang penting dan
tidak boleh disepelekan. Bersih diri terbagi menjadi
bersih lahirnya dan bersih batinnya.30
Bersih batinnya berarti kita membersihkan
jiwa dari berbagai pengaruh dosa dan perilaku
buruk. Dengan cara bertaubat secara sungguh-
sungguh dan membersihkan hati dari kotoran dosa
seperti sombong, dengki, khianat, dan bohong. Lalu
bersegera melakukan perbuatan yang baik.
Bersih lahirnya berarti membersihkan
kotoran yang melekat di tubuh, maupun di
lingkungan. Dengan cara rajin berwudhu, mandi,
gosok gigi, memakai pakaian yang bersih, dan sering
membersihkan sekitarnya seperti kamar, rumah,
halaman dan sebagainya.

30
Kurniawan dan Hindarsih, hal. 194.
99
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Mandi merupakan kegiatan yang berguna
untuk membersihkan kotoran yang melekat di
tubuh. Seseorang yang tidak rajin mandi tentunya
terlintas badan yang kotor, bau, dan bisa jadi
dijauhi oleh teman-temannya. Namun bukan itu
saja akibat yang terjadi apabila tidak rutin mandi.
Orang yanng tidak mandi, padahal telah
banyak kotoran yang terlihat maupun tidak terlihat
yang melekat di tubuhnya, tentunya akan
menimbulkan rasa gatal. Hal ini tentu
meningkatkan resiko seseorang terkena
infeksickulit. Oleh karena itu mandi merupakan hal
efektif untuk menjaga kebersihan badan.

Pemaaf

Dikisahkan bahwa tidak lama setelah


kerasulannya, Nabi Muhammad SAW mengajak
kaum Quraisy untuk memeluk agama Islam.

100
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Anehnya, bukan disambut dengan suka
cita, beliau malah mendapatkan perlakuan
buruk. Ada yang menuduhkan gila, tukang
sihir, pemecah keluarga. Bahkan dilempari
kotoran.
Karena begitu bencinya dengan Nabi
SAW ada seorang kafir Quraisy yang setiap
hari kerjanya hanya menanti Nabi Muhammad
di pinggir jalan.
Ketika sang manusia mulia lewat
dihadapannya, seketika kafir Quraisy itu
meludahinya. Kejadian itu bukan hanya terjadi
satu atau dua kali, namun hampir setiap hari.
Nabi yang mulia tetap tenang, dan tiak
terjebak untuk emosi. Sehingga tidak
menyisakan secuil kebencian terhadap kafir
Quraisy tersebut. Waktu pun bergulir, pada
suatu waktu sang peludah tidak meludahi
Nabi.

101
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Setelah mendengar kabar, ternyata sang
peludah sedang sakit. Seketika Nabi
Muhammad menjenguk orang kafir tersebut.
Sang peludah pun terkejut dengan kedatangan
nabi.
“Duhai betapa luhurnya budi manusia
ini, meskipun setiap hari aku ludahi, justru dia
adalah orang pertama yang menjengukku.”
Dengan menitikkan air mata, sang peludah itu
bertanya,
“Wahai Muhammad, kenapa engkau
menjengukku, padahal tiap hari aku meludahimu”
Nabi SAW menjawab, “Aku yakin,
engkau meludahiku karena engkau belum tahu
tentang kebenaranku. Jika engkau
mengetahuinya, aku yakin engkau tak akan
lagi melakukannya.”
Mendengar ucapan bijak dari beliau,
tukang ludah itupun menangis dalam hati.
Dadanya sesak, tenggorokannya serasa
tersekat. Kemudian berkata.

102
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
“Wahai Muhammad mulai hari ini aku
bersaksi untuk mengikuti agamamu” tukang
ludah itu pun mengikrarkan kalimat syahadat.

Sumber:
http://hidayatullah.com/read/26966/28/01/2013/
raih-kemuliaan-dengan-gemar-memaafkan%21-
.html

Begitulah sosok Nabi Muhammad SAW yang


mulia. Kezhaliman yang ditimpakan orang
kepadanya, tak membuatnya gelap mata untuk
membalasnya, apalagi menyerangnya dnegan
kekuatan. Beliau justru tenang dan tak sedikitpun
keberatan untuk memberikan maaf.
Sebagai manusia, merasakan dan
mengekspresikan perasaan marah merupakan hal
yang wajar. Namun, akan menjadi bahaya ketika
perasaan marah dan kesal tersebut terus dipelihara
di dalam hati. Memelihara perasaan negatif di dalam
hati bisa berakibat negatif pula dalam diri kita.
Perasaan negatif tersebut akan menjadi life-
toxins yang menggerogoti hidup. Maka, agar tidak
menjadi life-toxins, ada baiknya kita mulai belajar

103
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
untuk berlapang dada dan berbesar hati untuk
memaafkan kesalahan orang lain.31 Salah satu
manfaat dari berlapang dada ialah pikiran yang
tenang, dan tidak ada lagi beban berat yang
menghimpit pikiran dan perasaan. Dengan
memaafkan kita akan lebih bahagia.

Menundukkan Pandangan dan Menutup Aurat


“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu,
anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya
ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Al-Ahzab
ayat 59

Pandangan adalah jendela anak untuk


melihat alam luar. Apa yang dilihat oleh kedua
matanya, akan tertanam dalam ingatannya hingga
dewasa. Oleh karena itu latihlah seorang anak
untuk terbiasa menundukkan pandangan dengan
senantiasa mengharapkan pertolongan dan merasa
senantiasa diawasi oleh Allah SWT.32

31
Kurniawan dan Hindarsih, hal. 88.
32
Suwaid, Propethic Parenting: Cara Nabi Mendidik Anak, hal.
552.
104
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Menutup aurat wajib hukumnya bagi orang
muslim ketika telah baligh. Oleh karenanya, agar
anak tidak merasa berat dalam mengenakan jilbab
ketika menginjak usia baligh, maka perlu adanya
usaha orang tua untuk membiasakan anak berhijab
sejak dini.
Pembiasaan sejak kecil akan melahirkan
kebiasaan untuk konsisten menutup aurat hingga
anak dewasa. Pembiasaan tersebut dimulai dengan
beberapa hal seperti berikut33:

1. Berikan contoh langsung dari kita


Anak adalah pemerhati orang tua yang
pertama. Kerap kali anak tidak mampu untuk
menjalankan sebuah nasihat, sebab sebagai
orang tua hanya memerintahkan saja tanpa ikut
andil untuk mencontohkan. Oleh karena itu,
berikan contoh kepada anak kapan Ia harus
memakai hijab, dan kapan Ia boleh melepasnya.

2. Berikan pakaian yang panjang


Hijab bukan hanya berarti penutup
kepala. Namun menutup seluruh aurat di

33
Kurniawan dan Hindarsih, Character Building Membangun
Karakter Menjadi Pemimpin, hal. 179.
105
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
tubuhnya. Maka biasakan sejak dini anak untuk
megenakan pakaian-pakaian yang panjang.

3. Berikan hijab yang nyaman digunakan


Pemilihan hijab merupakan hal yang
penting. Pilihlah hijab yang ringan, lembut dan
tidak panas, sehingga anak nyaman ketika
menggunakan, dan tidak mengganggu aktivitas
mereka untuk tumbuh dan berkembang.

4. Berikan Motivasi Dan Apresiasi


Hal yang terpenting dalam proses
pendidikan menutup aurat ialah senantiasa
memberikan motivasi dan apresiasi sehingga
anak lebih bersemangat dan percaya diri dalam
menutup aurat. Ceritakan pada anak bagaimana
Allah memberikan pahala yang besar bagi yang
menaati perintah-Nya. Ceritakan pula betapa
indahnya surga yang Allah SWT janjikan bagi
hamba-Nya yang taat. Dengan demikian anak
mampu tumbuh dengan kesalehan, teratur
jiwanya, lurus akhlaknya dan kuat imannya.

106
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Bagian 5

Tumbuhkan Cinta Al-


Qur’an dan Ilmu

107
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar al-
Qur’an dan mengajarkannya

-HR. Bukhari-

108
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
ِ ُ‫اَّلل أَ ْخرج ُكم ِمن بط‬
‫ون أ َُّم َهاتِ ُك ْم ََل تَ ْعلَ ُمو َن‬ ُ ْ ْ َ َ َُّ ‫َو‬
َ‫ار َو ْاألَفْئِ َدة‬
َ‫ص‬ َ ْ‫الس ْم َع َو ْاألَب‬
َّ ‫َش ْي ئًا َو َج َع َل لَ ُك ُم‬
‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرو َن‬
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur”

QS. AN-Nahl ayat 78

Usia anak-anak merupakan usia dimana


mereka memiliki daya ingat yang luar biasa. Maka,
semestinya bagi orang tua mengarahkan anak-
ananknya untuk memulai mengajari perkara-perkara
agama. Seperti menghafal al-Qur’an, sunnah Nabi
Muhammad SAW, serta menanamkan aqidah yang
benar.

109
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Umat Islam saat ini membutuhkan peran
ulama serta dai-dai yang memiliki pandangan yang
luas dengan al-Qur’an dan sunnah. Ibnu Muflih
berkata :

“Ilmu yang didapat sejak kecil akan lebih kuat.


Sudah seharusnya memperhatikan pelajar muda,
terlebih lagi mereka memiliki kecerdasan dan
penalaran serta semangat menuntut ilmu. Janganlah
jadikan usia dini sebagai suatu kefakiran dan
kelemahan bagi mereka.34

Abdullah bin Abbas,


Muda Usianya Luas Ilmunya

Di zaman Nabi Muhammad SAW, ada


seorang sahabat beliau yang sudah
menunjukkan keingintahuan dan
kesungguhannya dalam belajar banyak hal.
Dia bernama Abdullah bin Abbas atau biasa
dikenal dengan nama Ibnu Abbas.

34
Suwaid, Propethic Parenting: Cara Nabi Mendidik Anak,
hal. 494.

110
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Dia adalah salah satu sahabat Nabi
Muhammad SAW yang dikenal tidak pernah
bosan menggali ilmu sejak usia muda. Ibnu
Abbas, si 'gila' ilmu pengetahuan.
Abdullah bin Abbas adalah sepupu
dari Nabi Muhammad SAW. Ia merupakan
anak dari Abbas bin Abdul Muthalib dan
Ummu al-Fadl Lubaba. Ayah dari Abdullah,
adalah paman terkasih Nabi Muhammad
SAW. Ketika Nabi Muhammad SAW wafat,
Abbas adalah orang yang paling merasa
kesepian atas kepergiannya.
Sosok Ibnu Abbas sudah dikenal
akrab dengan Nabi Muhammad SAW sejak
kecil. Bersama beliau, ia tumbuh menjadi
pribadi yang mempunyai karakter dan sifat
yang kuat.

111
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Pernah suatu ketika, Ibnu Abbas
dipenuhi rasa keingintahuan yang besar
tentang bagaimana cara Nabi Muhammad
SAW salat.
Hingga ia dengan sengaja menginap
di rumah bibinya, Maimunah binti Al-
Harits yang merupakan istri Nabi
Muhammad SAW.
Hingga dipertengahan malam, ia
mendengar Nabi Muhammad SAW bangun
untuk menunaikan ibadah salat. Dia pun
bergegas mengambil air untuk bekal wudu
Nabi Muhammad SAW. Betapa terkejutnya
beliau ketika menemukan Ibnu Abbas
masih terjaga dan menyediakan air wudhu
untuknya.

112
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Rasa bahagia menggelora di hati
Nabi Muhammad SAW saat itu. Beliau
pernah mendoakan Abdullah bin Abbas,
"Ya Allah, berilah ia pengertian dalam
bidang agama dan berilah ia pengetahuan
takwil (tafsir)."
Dari doa tersebut, Abdullah bin
Abbad pun dikenal sebagai ahli tafsir. Dia
juga banyak meriwayatkan hadist, tak
kalah dari sahabat Nabi Muhammad SAW
sekaligus perawi hadist lainnya, seperti Abu
Hurairah, Anas bin Malik, dan lainnya

Begitulah hidup Abdullah bin Abbas,


mengetuk satu pintu ke pintu yang lain untuk
menimba ilmu dari para sahabat Nabi Muhammad
SAW. Sampai pada akhirnya, ia menjadi seorang
pemuda dengan ilmu dan pengetahuan yang tinggi.
Di saat usianya yang masih muda, ilmu dan

113
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
pengetahuan yang ia dapat tak berimbang dengan
usianya.

Ada orang yang pernah bertanya kepada


beliau, "Bagaimana Anda mendapatkan ilmu ini, Ibnu
Abbas?"

Abdullah bin Abbas menjawab, "Dengan lidah


dan gemar bertanya, dengan akal yang suka berpikir."
35

Tingginya ilmu yang ia gapai, menjadikannya


sebagai kawan dan lawan diskusi bagi para sahabat
senior.

Kisah Abdullah bin Abbas yang selalu haus


akan ilmu dan pengetahuan, menjadikannya sebagai
seorang yang patut dijadikan panutan. Semoga,
kisahnya bisa menjadi pembelajaran positif bagi kita
semua untuk mengetahui banyak hal.

35
Muhammad Khalid Khalid, Biografi 60 Sahabat Nabi,
Terjemahan: Agus Suwandi (Jakarta: Ummul Qura, 2016), hal. 549.

114
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Cinta Al-Qur’an
Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

Dari Utsman ra, bahwa Rasulullah SAW


bersabda:

”Sebaik-baik kamu adalah orang yang


belajar al-Qur’an dan mengajarkannya” HR.
Bukhari

Hadits tersebut menjelaskan bahwa bagi


para penghafal al-Qur’an dan mereka yang
mengajarkan al-Qur’an memiliki keududkan
dan derajat keutamaan yang sama. Al-Qur’an
adalah inti dari Agama Islam, menjaga dan
menyebarkannya sama dengan telah
menegakkan agama.

Para sahabat dan para tabi’in dalam


proses pendidikan kepada anak-anaknya
senantiasa mengawali dengan mentalqin
anaknya dengan al-Qur’an dan sunnah.
Karena keduanya merupakan dasar
pendidikan terbaik dalam pembangunan ilmu
dan pengetahuan anak.

115
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Ibnu Sina dalam kitab as-Siyaasah
mengatakan, “Apabila seorang anak sudah
siap menerima pendidikan, maka mulailah
mengajarinya dengan al-Qur’an, dan ajari
kepadanya masalah-masalah agama”

Membaca al-Qur’an adalah perdagangan


yang tidak pernah merugikan. Sebab:

a. Modal utama mempelajari agama Islam


b. Satu hurufnya diganjar dengan 1 kebaikan
dan dilipatkan menjadi 10 kebaikan
c. Membaca al-Qur’an merupakan sebuah
kebaikan yang akan menghapuskan kesalahan
d. Mendatangkan kebaikan, yaitu apabila ia
lancar dalam membacanya maka sungguh Ia
akan bersama para malaikat yang taat dan
mulia.
e. Membaca al-Qur’an mendatangkan syafaat di
hari kiamat
f. Barang siapa yang menghafalkan al-Qur’an,
Allah SWT tinggikan derajatnya di surga dan di
dunia

116
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Pahala Bagi Orang Tua

Dari Abu Hurairah ra. berkata,


Rasulullah SAW bersabda,

“Orang yang hafal al-Qur’an kelak akan


datang, dan al-Qur’an berkata “Wahai Tuhan,
pakaikanlah dia dengan pakaian yang baik lagi
baru. Kemudian dirinya diberikan mahkota
kehormatan. Al-Qur’an berkata lagi, “Wahai
Tuhan tambahkanlah pakaian untuk mereka”
Kemudian mereka (orang tuanya) diberikan
pakaian kehotmatan. Al-Qur’an berkata lagi
“Wahai Tuhan, ridhailah dia” maka kepadanya
dikatakan, “Baca dan naiklah” dan untuk
setiap ayat sesungguhnya Ia diberi tambahan
satu kebajikan.” HR. At-Tirmidzi

Hadits tersebut menjelaskan betapa


istimewa kehormatan yang SWT berikan
kepada para penghafal al-Qur’an. Kepadanya
Allah SWT berikan mahkota kehormatan, dan
kepada orang tuanya Allah SWT berikan
pakaian kehormatan di surga. Hal ini

117
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
dijelaskan pula dalam sebuah hadits, dari
Burairah ra. Rasulullah SAW bersabda:

“Siapa yang menghafalkan al-Qur’an,


mengkajinya dan mengamalkannya, maka
Allah akan memberikan mahkota baginya dari
cahaya yang terang seperti matahari. Dan
untuk kedua orang tuanya akan diberikan
pakaian mulia yang tidak bisa dinilai oleh
dunia. Kemudian kedua orang tuanya
bertanya. “mengapa kami diberikan pakaian
ini?” Lalu disampaikan kepada mereka
disebabkan anakmu telah mengamalkan al-
Qur’an.” HR. Hakim

Selain itu, dalam hadits yang


diriwayatkan oleh Ibnu Majah menjelaskan
bahwa keutamaan lain dari para penghafal al-
Qur’an ialah Allah SWT anugerahkan
kepadanya hak untuk memberikan syafa’at
kepada sepuluh orang keluarganya yang telah
ditetapkan sebagai penghuni neraka.

Oleh karena itu, para orang tua


hendaknya senantiasa menyadari betapa
pentingnya bagi mereka untuk
memperkenalkan dan membiasakan dirinya
serta anak-anaknya untuk membaca,
menghafal serta mempelajari al-Qur’an. Hal

118
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
tersebut merupakan bekal utama yang mampu
menuntun anak meraih masa depan di jalan
yang benar serta mampu menaikan derajat
orang tuanya di akhirat kelak.

Tahapan Mengajarkan Al-Qur’an


Berikut beberapa tahapan yang bisa
dilakukan oleh orang tua dalam mengajarkan
al-Qur’an kepada anak36:
a. Mulailah Dari Diri Sendiri
Sebelum memulai untuk
mengajarkan al-Qur’an kepada anak, mari
orang tua mengintropeksi terlebih dahulu,
sudahkah kita melakukan hal tersebut?.
Adalah sebuah keegoisan bagi orang tua
yang mengharapkan memiliki anak
penghafal al-Qur’an namun dirinya enggan
memberikan contoh, padahal anak akan
lebih mudah meniru apa yang orang tua
contohkan.

36
Siti Nur Wakhidah, “10 Tips Mengajarkan Anak Menghafal
Al-Qur’an,” 2019, diakses 18 November 2020,
https://m.dream.co.id//parenting/ibu-dan-anak/10-tips-cara-
mengajarkan-anak-menghafal-alquran-untuk-orang-tua.html.

119
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Maka, mulailah dari diri sendiri
dengan menghafalkan al-Qur’an. Lalu
biarkan anak melihat dan mendengar apa
yang telah dilakukan oleh orang tuanya.
Perlahan akan akan penasaran dan meniru.
b. Mulai sejak dini
Banyak orang tua bertanya-tanya
kapan pembelajaran al-Qur’an bisa mulai
dikenalkan kepada anak. Banyak orang tua
kemudian baru mengenalkan kepada anak
ketika telah masuk sekolah dasar. Padahal
hakikatnya usia dini memiliki
kecenderungan dalam hal meniru dan
mengulang-ulangi hal-hal yang mereka
senangi. Maka, kecenderungan inilah
semestinya mampu diisi dengan
mengenalkan anak untuk mencintai al-
Qur’an.

Hal ini seperti dalam sebuah


mahfudzat

“Belajar di waktu kecil bagaikan


mengukir di atas batu, belajar di waktu
senja, bagaikan mengukir di atas pasir”

120
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Maka, ketika anak-anak telah akrab
dengan al-Qur’an maka akan tertanam
dalam hatinya untuk berusaha
mengamalkan dalam kehidupannya.

c. Mengetahui Gaya Belajar Anak


Anak-anak memiliki gaya belajar dan
gaya menghafal yang berbeda-beda, jadi
jangan gunakan metode menghafal al-
Qur’an yang sama. Ketahui dan pahami
terlebih dahulu gaya belajar anak.
Ada dua tipe gaya belajar dan
menghafal anak, yaitu dengan mendengar
dan melihat. Apabila anak memiliki
kecenderungan mudah mengingat dengan
mendengar, maka dengarkanlah selalu
lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an, baik
ketika bermain, makan, berada di
kendaraan, maupun ketika tidur.
Apabila anak lebih cenderung mudah
mengingat dengan gaya visual, maka
perlihatkan kepada mereka tentang
gambaran ayat yang hendak dihafal, bisa

121
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
melalui gambar, video, maupun
menggunakan gerakan tubuh.
d. Ikut Terlibat Langsung
Sering dilupakan oleh orang tua,
bahwa faktor terpenting dalam proses
menghafal bagi anak ialah adalah
pendampingan dan keterlibatan orang tua
secara langsung, maka hendaknya orang
tua ikut turut menemani anak untuk
menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an setiap
hari.
e. Menciptakan Suasana yang Nyaman
Ketika anak belajar, suasana dan
kondisi yang nyaman adalah kunci agar Ia
tetap bisa fokus dan berkonsentrasi. Maka
tidak baik bagi orang tua apabila terlalu
mengekang anak untuk menghafalkan al-
Qur’an. Buatlah anak merasa nyaman,
enjoy ketika sedang menghafal bisa dengan
sambil bermain dan sebagainya.
Selain itu, beri penjelasan kepada
anak tentang pembagian waktu, kapan
waktunya belajar, kapan waktunya
menghafal, kapan waktunya beribadah,

122
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
dan kapan waktunya bermain. Sehingga
anak bisa lebih tenang dan berkonsentrasi
dalam setiap aktivitasnya.
f. Mengurangi Gangguan
Ketika orang tua ingin menciptakan
kondisi yang nyaman, maka harus diikuti
dengan mengurangi gangguan-gangguan
yang ada di sekitar. Gangguan tersebut
biasanya berupa mainan, HP, televisi dan
sebagainya. Maka, apabila anak telah
memasuki waktu untuk menghafalkan al-
Qur’an, singkirkan semua gangguan-
ganggung tersebut darinya. Namun, orang
tua hendaknya memberikan nasehat dan
pemahaman kepada anak ketika
menjauhkan gangguan tersebut, sehingga
anak mengerti dan ikhlas dalam
melaksankannya.

g. Mengatur Waktu
Pemilihan waktu yang tepat untuk
menghafalkan al-Qur’an sangat penting
untuk dilakukan. Waktu terbaik untuk
belajar al-Qur’an yaitu sebelum tidur, dan di

123
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
pagi hari. Selain waktu tersebut orang tua
bisa menambahkan waktu ketika anak
sebelum bermain, dan ketika anak sedang
bersemangat.
Pemilihan waktu ini tentunya dengan
pertimbangan bagaimana kondisi anak.
Ketika sudah menemukan waktu yang
tepat, maka pahamkan kepada anak dan
buatlah kesepakatan bersama,bahwa
diwaktu tersebut adalah waktu dimana
anak akan belajar menghafalkan al-Qur’an,
sehingga anak tidak rewel.
h. Menjadikan Aktivitas Rutin
Cara selanjutnya ialah, konsisten
dengan jadwal dan kesepakatan yang sudah
dibuat. Sehingga menjadi sebuah kebiasaan
rutin, dengan demikian anak akan terbiasa
dan lebih mudah baginya untuk
berkonsentrasi. Selain itu, orang tua juga
tetap harus konsisten untuk mendampingi
anak dan senantiasa berdoa agar Allah SWT
memberikan kemudahan bagi dirinya dan
anaknya.
i. Memurojaah hafalan Sesering Mungkin

124
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Murojaah bukan hanya untuk orang
dewasa, metode ini juga sangat efektif
diterapkan pada anak-anak. Karena anak-
anak justru memiliki daya ingat yang lebih
baik dibandingkan orang dewasa.
Saat tiba waktu untuk menghafalkan
ayat baru, ajaklah terlebih dahulu untuk
mengulangi ayat maupun surat yang telah
dihafalkan. Ulangi bersama 3 kali maupun
lebih. Kemudian biarkan anak untuk
mengucapkan sendiri, agar orang tua dapat
mengetahui sejauh mana kemampuan anak
dalam menghafalkan al-Qur’an. Koreksi
bacaannya dan sesuaikan dengan kaidah
tajwid, mahkraj serta tartilnya.

j. Beri Hadiah Pada Anak


Cara ini sudah sangat umum
dilakukan oleh orang tua. Berilah sebuah
apresiasi atas prestasi yanng telah anak
lakukan. Hadiah bukan hanya berupa
materi saja. Namun berilah hadiah yang
bermanfaat baginya, seperti mengajaknya
berekreasi, memasakan masakan

125
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
kesukaannya dan hadiah lain yang
memberikan manfaat.
Tugas orang tua memang semestinya
mendidik dan mengajarkan anak ke arah
kebaikan, maka jangan sampai
melemparkan amanah mulia ini kepada
lembaga maupun orang lain. Jadilah orang
tua yang bijaksana dan totalitas dalam
mengasuh anak.

Cinta Ilmu
Perumpamaan orang yang mempelajari
ilmu di waktu kecil seperti memahat batu,
sedangkan perumpamaan mempelajari ilmu ketika
dewasa adalah menulis di atas air. Begitulah yang
disampaikan oleh Rasulullah SAW di dalam
haditsnya yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani
dan Abu Darda.
Islam mengajarkan kepada pemeluknya
untuk memiliki antusiasme yang tinggi dalam
menuntut ilmu. Antusiasme dalam belajar yang
tinggi serta meniatkan belajar sebagai ibadah,
yang kemudian menjadikanya istimewa dalam
sejarah Islam, seperti Ibnu Abbas, Ibnu Sina,

126
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Imam Al Ghazali, Imam Syafi’i dan sebagainya
merupakan teladan luar biasa atas kegigihnya
menuntut ilmu.
Masa kanak-kanak adalah fase yang
istimewa atau sering disebut dengan istilah golden
age, sebab usia dini ialah usia yang paling subur
untuk melakukan pembinaan keilmuan dan
pemikiran. Pada masa ini daya tangkap dan daya
serap otak berada pada kemampuan maksimal,
pikiran mereka lebih longgar sehingga mudah
untuk menghafal apa yang ia dengar, mengingat
apa yang ia lihat.
Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang mempelajari al-Qur’an ketika
masih muda, maka al-Qur’an itu akan menyatu
dengan daging dan darahnya. Siapa yang
mempelajari al-Qur’an ketika dewasa, sedangkan
ilmu itu akan mulai lepas darinya dan tidak
melekat pada dirinya, maka ia mendapatkan
pahala dua kali” HR. Hakim

Tahapan Cinta
Fase emas ini jangan sampai
terlewatkan oleh orang tua. Oleh karena itu
agar orang tua mudah mengarahkan anak

127
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
untuk mencintai ilmu, ada beberapa hal
penting yang harus ditempuh:
a. Tanamkan Bahwa Menuntut Ilmu adalah
Perintah Allah SWT.
Kecintaan anak kepada Allah SWT
seyogyanya menjadi prioritas dalam segala
aktivitasnya. Maka, tanamkan terlebih
dahulu cinta Allah SWT, sehingga akan
memunculkan ketaatan para setiap
perintah-Nya dan takut akan azab-Nya,
termasuk dalam menuntut ilmu. Cinta dan
takut kepada Allah SWT akan
memunculkan sikap konsisten, semangat
serta ikhlas tanpa bosan untuk menuntut
ilmu.
b. Tanamkan Bahwa Al-Qur’an adalah
Sumber Kebenaran.
Al-Qur’an merupakan sumber dari
segala kebenaran. Tanamkan sejak awal
kepada anak bahwa semua yang benar
menurut al-Qur’an itulah yang harus dan
boleh dilakukan, begitu juga apa saja yang
dilarang dalam al-Qur’an maka tidak boleh
untuk dilakukan.berikan pula keteladanan

128
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
kepada anak, dengan begitu anak akan
melihat realisasi al-Qur’an sebagai sumber
kebenaran dalam setiap perilaku orang tua.
c. Ajarkan metode belajar menurut Islam.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani
menjelaskan dalam kitab as-Syakhshiyah
al-Islamiyah jilid 1, bahwa Islam
mengajarkan metode belajar yang benar,
yaitu:
1) Mempelajari suatu ilmu secara
mendalam, hingga mampu dipahami
dengan benar
2) Meyakini ilmu yang sedang dipelajari
hingga mampu dijadikan sebuah dasar
dalam melakukan aktivitas
3) Ilmu yang dipelajari adalah bersifat
pratis, sehingga tidak hanya melulu
teoritis namun mampu dijadikan
sebagai pemecahan masalah.37
Dalam pelajaran alam semesta,
misalnya sebuah teori menyatakan bahwa

37
Daaruttaqwa, “Agar Anak-Anak Mencintai Ilmu,” 2015,
diakses pada tanggal 22 November 2020 http://daaruttaqwa.sch.id/agar-
anak-anak-kita-mencintai-ilmu.html.

129
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
bulan mengelilingi matahari. Agar teori ini
dapat dipahami dengan mudah ajaklah
anak untuk memperhatikan bulan setiap
hari. Maka, anak akan menemukan fakta
bahwa dari hari ke hari bulan mengalami
perubahan bentuk. Dengan begitu, anak
akan meyakini bahwa perubahan bentuk
setiap harinya disebabkan peredaran bulan,
sehingga anak dapat menentukan tanggal
hijriyah berdasarkan bentuk bulan.
d. Memilih Guru Dan Sekolah Yang Terbaik.
Guru adalah cermin yang dilihat oleh
anak sehingga akan membekas di dalam
jiwa dan pikiran mereka. Guru adalah
sumber pengambilan ilmu. Para Sahabat
dan Salaf ash-Shâlih sangat serius di dalam
memilih guru yang baik bagi anak-anak
mereka.
Ibnu Sina dalam kitabnya, As-
Siyasah, mengatakan,
“Seyogyanya seorang anak itu dididik
oleh seorang guru yang mempunyai
kecerdasan dan agama, piawai dalam
membina akhlak, cakap dalam mengatur
anak, jauh dari sifat ringan tangan dan

130
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
dengki, dan tidak kasar di hadapan
muridnya.”

Imam Mawardi menegaskan urgensi


memilih guru yang baik dengan
mengatakan,
“Wajib bersungguh-sungguh di dalam
memilihkan guru dan pendidik bagi anak,
seperti kesungguhan di dalam memilihkan
ibu dan ibu susuan baginya, bahkan lebih
dari itu. Seorang anak akan mengambil
akhlak, gerak-gerik, adab dan kebiasaan
dari gurunya melebihi yang diambil dari
orangtuanya sendiri.” 38

Begitupun memilihkan sekolah yang


baik yang di dalamnya diajarkan hal-hal
yang tidak bertentangan dengan agama,
apalagi pioneer yang merusak akidah anak-
anak Muslim. Banyak orangtua memilih
sekolah untuk anaknya sekedar agar anak
dapat memperoleh ilmu dan prestasi yang
bagus, tetapi lupa akan perkembangan
kekokohan akidah dan perkembangan
akhlaknya.

38
Daaruttaqwa. “Agar Anak-Anak Mencintai Ilmu,” 2015,
diakses pada tanggal 22 November 2020 http://daaruttaqwa.sch.id/agar-
anak-anak-kita-mencintai-ilmu.html.

131
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Namun demikian, tentulah guru yang
paling pertama dan utama adalah
orangtuanya, dan sekolah yang paling
pertama dan utama adalah rumah tempat
tinggalnya bersama orangtua.
e. Mengajari Anak Untuk Memuliakan Para
Ulama.
Abu Umamah ra. menuturkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
“Ada tiga manusia, tidak ada yang
meremehkan mereka kecuali orang munafik.
Mereka adalah orangtua, ulama, dan
pemimpin yang adil.” HR. Thabrani

Ulama adalah pewaris para nabi.


Memuliakan dan menghormati mereka,
bersikap santun dan lembut di dalam
bergaul dengan mereka, adalah diantara
adab yang harus dibiasakan sejak kanak-
kanak.
Memuliakan ulama menjadikan anak
akan memuliakan ilmu yang diterimanya,
yang dengannya Allah SWT menghidupkan
hati seseorang. Abu Umamah ra. juga

132
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
menuturkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
“Sesungguhnya Luqman berkata
kepada putranya, “Wahai anakku, engkau
harus duduk dekat dengan ulama.
Dengarkanlah perkataan para ahli hikmah,
karena sesungguhnya Allah menghidupkan
hati yang mati dengan cahaya hikmah,
sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang
mati dengan hujan deras.” HR. Thabrani

f. Membiasakan Seluruh Keluarga Membaca


dan Menghapal Ayat-Ayat Al-Quran dan
Hadist.
Membina akidah anak, mengajarkan
al-Quran dan Hadis Nabi adalah hal yang
utama dalam membentuk mentalitas
anak.Keduanya merupakan sumber untuk
menghidupkan ilmu yang akan menyinari
dan menguatkan akal. Para Sahabat ra.
sangat berambisi sekali mengikat anak-
anak mereka dengan al-Quran. Anas bin
Malik ra., setiap kali mengkhatamkan al-
Quran, mengumpulkan istri dan anak-
anaknya, lalu berdoa untuk kebaikan
mereka.

133
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Pada masa Rasulullah SAW. masih
hidup, Ibnu Abbas ra. telah hafal al-Quran
pada usia sepuluh tahun. Imam Syafi’i ra.
telah hafal al-Quran pada usia tujuh tahun.
Imam al-Bukhari mulai menghapal hadis
ketika duduk dibangku madrasah dan
mengarang kitab At-Tarikh pada usia 18
tahun.
g. Menyiapkan Perpustakaan Rumah.
Mempelajari ilmu tak akan lepas dari
kitab ataupun buku-buku sebagai media
referensi yang senantiasa akan memenuhi
kebutuhan ilmu. Keberadaan perpustakaan
rumah menjadi hal yang sangat penting
untuk mengkondisikan anak-anak
seantiasa dekat dengan ilmu dan
bersahabat dengan kitab-kitab ilmu.
Imam asy-Syahid Hasan al-Banna
dalam Risâlah-nya, sarana paling efektif
dalam mendidik generasi muda dengan
pendidikan Islam yang murni adalah
menyediakan perpustakaan di dalam
rumah, sekalipun sederhana. Koleksi
bukunya dipilihkan dari buku-buku

134
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
sejarah Islam, biografi Salafus Shâlih,
buku-buku akhlak, hikmah, kisah
perjalanan para ulama ke berbagai negeri,
kisah-kisah penaklukan berbagai negeri,
dan semisalnya.
h. Mengajak Anak Menghadiri Majelis-Majelis
Kaum Dewasa.
Rasulullah SAW menceritakan bahwa
beliau ketika masih kecil juga turut
menghadiri majelis-majelis kaum dewasa.
Beliau mengatakan: “Aku biasa menghadiri
pertemuan-pertemuan para pemuka kaum
bersama paman-pamanku….” HR. Ahmad
Dengan membawa anak-anak ke
majelis orang dewasa, akalnya akan
meningkat, jiwanya akan terdidik, semangat
dan kecintaannya kepada ilmu akan
semakin kuat.
Menceritakan Kisah Para Ulama

Memberikan kisah inspiratif, dapat


menarik perhatian anak dan memberi
pengaruh pada pola pikirnya, selain itu

135
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
bercerita merupakan metode belajar yang juga
diterapkan Nabi SAW kepada anak-anaknya.

Beberapa kisah nyata ini dapat menjadi


titik tolak dalam memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada anak-anak serta untuk
mengembangkan cita-cita mereka.

Imam Malik bin Anas ra39


Imam Malik dilahirkan di Kota
Madinah 79 tahun setelah wafatnya Nabi
kita Muhammad SAW, tepatnya tahun 93
H. Tahun kelahirannya bersamaan dengan
tahun wafatnya salah seorang sahabat Nabi
SAW yang paling panjang umurnya, Anas
bin Malik ra.
Malik kecil tumbuh di lingkungan
yang religius, kedua orang tuanya adalah
murid dari sahabat-sahabat yang mulia.
Pamannya adalah Nafi’, seorang periwayat
hadis yang terpercaya, yang meriwayatkan
hadis dari Aisyah, Abu Hurairah, Abdullah
bin Umar, dan sahabat-sahabat besar

39
Suwaid, Propethic Parenting: Cara Nabi Mendidik Anak,
hal. 516.

136
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
lainnya. Dengan lingkungan keluarga yang
utama seperti ini, Imam Malik dibesarkan.
Ibu Imam Malik adalah orang yang
paling berperan dalam memotivasi dan
membimbingnya untuk memperoleh ilmu.
Tidak hanya memilihkan guru-guru yang
terbaik, sang ibu juga mengajarkan
anaknya adab dalam belajar. Ibunya selalu
memakaikannya pakaian yang terbaik dan
merapikan imamah anaknya saat hendak
pergi belajar. Ibunya mengatakan,
“Pergilah kepada Rabi’ah, contohlah
akhlaknya sebelum engkau mengambil ilmu
darinya.”
Imam Malik belajar dari banyak
guru, dan ia memilih guru-guru terbaik di
zamannya agar banyak memperoleh
manfaat dari mereka. Di antara pesan dari
gurunya yang selalu beliau ingat adalah
untuk tidak segan mengatakan “Saya tidak
tahu” apabila benar-benar tidak mengetahu
suatu permasalahan. Salah seorang guru
beliau yang bernama Ibnu Harmaz
berpesan, “Seorang yang berilmu harus

137
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
mewarisi kepada murid-muridnya
perkataan ‘aku tidak tahu’.
Setelah mempelajari ilmu-ilmu
syariat secara komperhensif, Malik bin
Anas mulai dikenal sebagai seorang yang
paling berilmu di Kota Madinah. Beliau
menyampaikan pelajaran di Masjid Nabawi,
di tengah-tengah penuntut ilmu yang
datang dari penjuru negeri.
Salah satu hal yang menarik dari
kajian fiqih yang beliau sampaikan adalah
penafsiran-penafsiran hadits dan
pendapat-pendapat beliau banyak
dipengaruhi oleh aktifitas yang dilakukan
penduduk Madinah. Menurut Imam Malik,
praktik-praktik yang dilakukan penduduk
Madinah di masanya tidak jauh dari
praktik masyarakat Madinah di zaman
Rasulullah SAW.
Penduduk Madinah juga
mempelajari Islam dari para leluhur
mereka dari kalangan para sahabat Nabi.
Jadi kesimpulan beliau, apabila penduduk
Madinah melakukan suatu amalan yang

138
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
tidak bertentangan dengan Alquran dan
sunnah, maka perbuatan tersebut dapat
dijadikan sumber rujukan atau sumber
hukum. Inilah yang membedakan Madzhab
Imam Malik disbanding 3 madzhab lainnya.
Imam Malik juga dikenal dengan
semangatnya dalam mempelajari ilmu,
kekuatan hafalan, dan dalam
pemahamannya. Imam Malik juga seorang
yang sangat perhatian dengan
penampilannya dan ini adalah karakter
yang ditanamkan ibunya sedari ia kecil.
Pakaian yang ia kenakan selalu rapi,
bersih, dan harum dengan parfumnya. Isa
bin Amr mengatakan,
“Aku tidak pernah melihat seorang
yang berkulit putih ataupun merah yang
lebih tampan dari Malik. Dan juga ian
seseorang yang lebih putih dari
pakaiannya.”40

40
https://kisahmuslim.com/4351-biografi-imam-malik.html

139
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Imam Syafi’i41
Imam Syafi'i yang dikenal sebagai
pendiri madzhab Syafi'i memiliki nama
lengkap Muhammad bin Idris As Syafi'i Al
Quraisy. dengan kunyah (gelar bagi orang
Arab) Abu Abdillah. Nasab beliau secara
lengkap adalah Muhammad bin Idris bin al-
'Abbas bin 'Utsman bin Syafi' bin as-Saib
bin 'Ubayd bin 'Abdu Zayd bin Hasyim bin
al-Muththalib bin 'Abdu Manaf bin Qushay.
Beliau dilahirkan di daerah
Ghazzah, Palestina pada bulan Rajab, tahun
150 H. Pada tahun itu pula, Abu Hanifah
wafat sehingga dikomentari oleh al-Hakim
sebagai isyarat bahwa beliau adalah
pengganti Abu Hanifah dalam bidang yang
ditekuninya.
Ketika Berumur 10 tahun, Imam
Syafi'i dan ibunya tinggal di kota Mekkah,
dekat Syi'bu al-Khaif. Di sana, sang ibu
mengirimnya belajar kepada seorang guru.
Sebenarnya, ibunya tidak mampu untuk

41
Suwaid, Propethic Parenting: Cara Nabi Mendidik Anak,
hal. 517.

140
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
membiayainya menuntut ilmu, tetapi sang
guru ternyata rela tidak dibayar setelah
melihat kecerdasan dan kecepatan yang
dimiliki oleh Imam Syafi'i, terutama dalam
menghafal.
Imam Syafi'i pernah bercerita
bahwasanya ketika dahulu dia belajar di al-
Kuttab (sekolah tempat menghafal Al-
Qur'an), dia melihat guru yang mengajar di
situ membacakan ayat Alquran kepada
murid-muridnya. Maka beliau pun ikut
menghafalnya. Sampai ketika beliau
menghafal semua yang didiktekan oleh
gurunya, gurunya pun berkata kepada
Imam Syafi'i: “Tidak halal bagiku mengambil
upah sedikitpun darimu.”
Dan ternyata kemudian dengan
segera guru itu mengangkatnya sebagai
penggantinya (mengawasi murid-murid yang
lain) jika dia tidak ada. Demikianlah,
sebelum menginjak usia baligh pun, Imam
Syafi'i telah diangkat menjadi seorang guru.
Setelah rampung menghafal Al-Qur'an di al-
Kuttab, beliau kemudian beralih ke Masjidil

141
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Haram untuk menghadiri majelis-majelis
ilmu di sana.
Sekalipun hidup dalam kemiskinan,
beliau tidak berputus asa dalam menimba
ilmu. Beliau mengumpulkan pecahan
tembikar, potongan kulit, pelepah kurma,
dan tulang unta untuk dipakai menulis.
Sampai-sampai tempayan-tempayan milik
ibunya penuh dengan tulang-tulang,
pecahan tembikar, dan pelepah kurma yang
telah bertuliskan hadits-hadits Nabi. Dan
itu terjadi pada saat beliau belum lagi
berusia baligh.
Sampai dikatakan bahwa beliau
telah menghafal Al-qur’an pada saat berusia
7 tahun, lalu membaca dan menghafal kitab
Al-Muwaththa' karya Imam Malik pada usia
12 tahun sebelum beliau berjumpa
langsung dengan Imam Malik di Madinah.

Peranan Ibunda Imam Syafi’i


Imam an-Nawawi pernah
menceritakan bagaimana peran ibunda
Imam Syafi'i dalam mendidik Imam Syafi'i di

142
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
waktu kecil. Ibunda Imam Syafi'i adalah
seorang wanita berkecerdasan tinggi tapi
miskin. Meski saat itu Ibunda Imam Syafi'i
telah ditinggal oleh suaminya, dan hidup
sebatang kara, hal itu tidak menghalangi
sang ibu untuk menempatkan anaknya
dalam kultur pendidikan agama yang
terbaik di Mekkah. Dalam sebuah riwayat,
Ibunda Imam Syafi’i pernah berdo’a:
“Ya Allah, Tuhan yang menguasai
seluruh Alam! Anakku ini akan
meninggalkan aku untuk berjalan jauh,
menuju keridhaan-Mu. Aku rela
melepaskannya untuk menuntut ilmu
pengetahuan peninggalan Nabi-Mu. Oleh
karena itu aku bermohon kepada-Mu Ya
Allah permudahkanlah urusannya.
Berikanlah keselamatan kepadanya,
panjangkanlah umurnya agar aku dapat
melihat sepulangnya nanti dengan dada
yang penuh dengan ilmu pengetahuan yang
berguna, Aamiin”
Meskipun dibesarkan dalam
keadaan yatim dan kondisi keluarga yang

143
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
miskin, hal tersebut tidak menjadikan
beliau rendah diri apalagi malas.
Sebaliknya, keadaan itu membuat beliau
makin giat menuntut ilmu. Beliau banyak
berdiam di Masjid al-Haram dimana beliau
menuntut ilmu pada ulamaulama dalam
berbagai bidang ilmu.
Kekuatan hafalan Imam Syafi'i
sangat mencengangkan. Sampai-sampai
seluruh kitab yang dibaca dapat dihafalnya.
Ketika beliau membaca satu kitab beliau
berusaha menutup halaman yang kiri
dengan tangan kanannya karena khawatir
akan melihat halaman yang kiri dan
menghafalnya terlebih dahulu sebelum
beliau hafal halaman yang kanan.
Beliau juga telah mencapai
kemampuan berbahasa yang sangat indah.
Kemampuan beliau dalam menggubah syair
dan ketinggian mutu bahasanya mendapat
pengakuan dan penghargaan yang sangat
tinggi oleh orang-orang alim yang sejaman
dengan beliau.

144
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Demikian tinggi prestasi-prestasi
keilmuan yang telah beliau capai dalam usia
yang masih sangat belia, sehingga guru-
gurunya membolehkan beliau untuk
berfatwa di Masjid al-Haram. Ketika itu
beliau bahkan baru mencapai usia 15
tahun.42

Ibnu Sina43
Ibnu Sina memiliki nama lengkap
Abu Ali al Huseyn bin Abdullah bin Hassan
Ali bin Sina. Ilmuwan berdarah Persia ini
lahir pada tahun 980 M atau 370 H di
Afsyanah, Uzbekistan. Sepanjang hidupnya
telah menghasilkan 450 karya ilmiah.
Pada usia sepuluh tahun, Ibnu Sina
telah mampu menyelesaikan hafalan al-
Qur’annya, menguasai satra arab, hafal
dasar-dasar agama, menguasai matematika,
aljabar, dan ilmu perbandingan.

42
https://kisahmuslim.com/4351-biografi-imam-malik.html
43
Suwaid, Propethic Parenting: Cara Nabi Mendidik Anak,
hal. 521.

145
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Pengetahuan yang luar biasa telah dimiliki
Ibnu Sina sejak masa kecilnya.
Pada usia 16 tahun mulai
mempelajari ilmu kedokteran, beliau pun
juga belajar merawat orang sakit
berdasarkan pengetahuan yang beliau
miliki. Berkat melayani orang sakit, Ibnu
Sina pun mampu menemukan metode-
metode baru dalam kesehatan. Beliau
kemudian menjadi dokter di usia 17 tahun.
Beliau semakin terkenal sebagai dokter
semenjak berhasil menyembuhkan Raja
Dinasti Samaniah, Nuh bin Mansur.
Di masa kesibukan menuntut ilmu
tersebut, beliau tidak pernah tidur malam
semalam suntuk, juga tidak pernah
melakukan kesibukan di siang hari selain
membaca. Apabila beliau sedang ada
masalah, maka beliau berwudhu kemudian
pergi ke masjid jami’. Di sana beliau sholat
dan berdoa kepada Allah SWT untuk
memudahkan dan memberinya jalan keluar.

146
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Di zaman ini merupakan hal yang
sangat langka ditemui oleh para generasi
muda bangsa.

Imam Abu Hanifah44


Nama lengkap imam Abu Hanifah
adalah Nu’man bin Tsabit bin Marzuban.
Lahir di kota Kuffah pada tahun 699 M.
Ayahnya bernama Tsabit merupakan
seorang pebisnis kain sustra yanng
sukses.
Di masa remaja, beliau
menyibukkan diri untuk belajar agama
dari ulama-ulama terkenal serta
berkesempatan belajar langsung dengan
beberapa sahabat nabi. Di usia masih
muda ini beliau pun juga telah
menghafalkan al-Qur’an.
Di kisahkan pada usia 7 tahun,
ada seorang ulama berilmu luas dan tiada
bandingnya bernama Dahriyah. Seluruh
ulama pada masa itu tidak ada yang
mampu menandingi saat berdebat. Maka,

44
Suwaid, hal. 516.

147
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
muncullah sifat sombong dalam diri ulama
tersebut.
Ulama tersebut bahkan
mengatakan bahwa Allah SWT itu tidak
ada. Pada suatu pagi para ulama
dikumpulkan di sebuah majelis milik
Syeikh Himad (guru Imam Abu Hanifah).
Hari itu Abu Hanifah kecil ikut hadir
dalam perkumpulan majelis itu.
Dahriyah pun naik ke mimbar lalu
berkata dengan sombong dan congkaknya:
"Siapakah di antara kalian hai para
ulama yang akan sanggup menjawab
pertanyaanku?"
Sejenak suasana hening, para
ulama semua diam, namun tiba-tiba
berdirilah Abu Hanifah kecil dan berkata:
"Omongan apa ini? Maka barang
siapa tahu pasti ia akan menjawab
pertanyaanmu."
"Siapa kamu hai anak ingusan,
berani kamu bicara denganku. Tidakkah
kamu tahu, bahwa banyak yang berumur
tua, bersorban besar, para pejabat, dan
para pemilik jubah kebesaran, mereka
semua kalah dan diam dari pertanyaanku,
kamu masih ingusan dan kecil berani
menantangku," kata Dahriyah.
Abu Hanifah menjawab:

148
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
"Allah tidak menyimpan kemuliaan
dan keagungan kepada pemilik sorban
yang besar dan para pejabat dan para
pembesar, tetapi kemuliaan hanya
diberikan kepada al-Ulama."
"Apakah kamu akan menjawab
pertanyanku?" tanya Dahriyah.
"Ya, aku akan menjawab
pertanyaanmu dengan taufiq Allah," kata
Abu Hanifah kecil.
Dahriyah bertanya: "Apakah Allah
itu ada?". Lalu Abu Hanifah menjawab:
"Ya, ada,"
"Dimana Dia?" tanya Dahriyah.
Kemudian Abu Hanifah menjawab: "DIA,
tiada tempat bagi-Nya."
Dahriyah bertanya lagi:
"Bagaimana bisa disebut ada bila DIA tak
punya tempat?"

"Dalilnya ada di badan kamu, yaitu


Ruh. Saya tanya, kalau kamu yakin Ruh itu
ada, maka di mana tempatnya? Di
kepalamu, di perutmu atau di kakimu?"
kata Abu Hanifah kecil.
Mendengar jawaban itu, ulama
sombong bernama Dahriyah terdiam
seribu bahasa dengan wajah malu.

149
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Lalu Abu Hanifah meminta air
susu pada gurunya, Syeikh Himad, lalu
bertanya kepada Dahriyah:
"Apakah kamu yakin di dalam susu
ini ada manis?"
"Ya saya yakin di susu itu ada
manis," jawab Dahriyah.
Abu Hanifah kecil berkata: "
Kalau kamu yakin ada manisnya,
saya tanya apakah manisnya ada di
bawah, atau di tengah, atau di atas?"
Lagi-lagi Dahriyah terdiam
mendengar jawaban Abu Hanifah itu
dengan rasa malu. Kemudian Abu Hanifah
menjelaskan:
"Seperti Ruh atau manis yang tidak
memiliki tempat, maka seperti itu pula tidak
akan ditemukan bagi Allah tempat di Alam
ini baik di 'Arsy atau dunia ini.”
Dahriyah bertanya lagi: "Sebelum
Allah itu apa dan setelah Allah itu apa?"
Abu Hanifah menjawab: "Tidak ada
apa-apa sebelum Allah dan sesudahnya
tidak ada apa-apa".
"Bagaimana bisa dijelaskan bila
sebelum dan sesudahnya tak ada apa-
apa?" tanya Dahriyah penasaran.

150
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
"Dalilnya ada di jari tangan kamu,
apakah sebelum jempol dan apakah
setelah kelingking? Dan apakah kamu bisa
menerangkan jempol duluan atau
kelingking duluan? Demikianlah sifat Allah.
Ada sebelum semuanya ada dan tetap ada
bila semua tiada. Itulah makna kalimat Ada
bagi Hak Allah," jelas Abu Hanifah kecil.
Lagi-lagi Dahriyah dipermalukan,
lalu ia berkata: "Satu lagi pertanyaanku,
apa perbuatan Allah sekarang?"
Abu Hanifah menjawab: "Kamu
telah membalikkan fakta, seharusnya yang
bertanya itu di bawah mimbar dan yang
ditanya di atas mimbar."

Akhirnya Dahriyah pun turun dari


mimbar dan Abu Hanifah naik ke atas
mimbar. "Apa perbuatan Allah sekarang?"
kata Dahriyah mengulangi pertanyaannya.
"Perbuatan Allah sekarang adalah
menjatuhkan orang yang tersesat seperti
kamu ke bawah jurang neraka dan
menaikkan yang benar seperti aku ke atas
mimbar keagungan," kata Abu Hanifah
kecil dengan bijak.

Demikian kisah Abu Hanifah kecil


dengan seorang ulama sombong yang sarat
hikmah. Maha Suci Allah yang telah
menyelamatkan keyakinan Islam melalui

151
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
lisan anak kecil bernama Abu Hanifah
yang kini menjadi salah satu imam
madzhab dalam sejarah Islam. Semoga
kita dijauhkan dari sifat-sifat tinggi hati,
angkuh, merendahkan orang lain, buruk
sangka, takabbur, zalim, sombong.

Said Nursi
Said Nursi lahir di Desa Nurs,
Provinsi Bitlis, Turki pada 1877 M. Ia
berasal dari suku Kurdi. Penduduk dunia
mengenal beliau sebagai ulama besar dan
mendapat julukana Baiduzzaman Artinya
keajaiban zaman.
Julukan itu mulanya diucapkan
gurunya, Syekh Fathullah Effendi. Sebab,
kecerdasan Said Nursi memang begitu
cemerlang. Bagi rakyat Turki, Said Nursi
tak sekadar seorang alim, melainkan juga
pahlawan.
Nama aslinya adalah Said bin
Mirza. Ayahnya bernama Mirza, sedangkan
ibunya adalah Nuriye. Anak keempat dari

152
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
tujuh bersaudara ini dibesarkan di
lingkungan keluarga petani yang saleh.
Mirza merupakan sosok suami
yang baik, amanah, dan tanggung jawab.
Sepanjang hayatnya berkomitmen tidak
pernah memakan barang haram. Ia hanya
menafkahi keluarganya dengan jalan dan
harta yang halal. Adapun Nuriye
merupakan ahli ibadah, sepanjang malam
Ia menenggelamkan dirinya dalam ibadah,
melantunkan al-Qur’an dan shalat malam.
Kala menjadi ibu hanya menyusui anak-
anaknya dalam keadaan berwudhu.45 Tak
mengherankan jika Said Nursi dan
saudara-saudaranya tumbuh menjadi
insan berakhlak baik.
Secara nasab, Said Nursi sampai
pada Rasulullah Muhammad SAW. Sejak
kecil, Said Nursi telah menunjukkan
kecemerlangannya. Ia merupakan seorang
anak yang cerdas dan kritis. Said kecil
sering kali mengkritisi persoalan yang

45
Habiburrahman El Shirazy, Api Tauhid (Jakarta: Replubika,
2015), hal. 143.

153
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
tidak masuk akal. Bertanya tentang
gerhana bulan, untuk apa hidup? Setelah
hidup mau kemana? Kematian itu apa?
Bagaimana rupa hari kiamat? Juga
tentang surga dan neraka..
Menginjak usia tujuh tahun, Said
muda telah menunjukkan ketertarikannya
dalam agama, terutama al-Qur’an. Ia pun
telah hafal berbagai macam dzikir.
Suatu ketika Said dan saudara-
saudaranya menemani sang ibu memetik
sayur di kebun,. Saat sedang asyiknya,
tiba-tiba angin berhembus sangat
kencang. Sang ibu cemas kemudian
meminta anak-anaknya untuk berlindung
di balik batu besar.
Hanya Said yang tidak cemas.
Dengan tenang Ia berkata, “Ibu tak usah
takut dan cemas, Allah akan
menyelamatkan kita dari bahaya ini,
Insyaa Allah”
Sejak belia Nursi suka berjalan-
jalan ke madrasah untuk mendengarkan
diskusi para syekh bersama murid.

154
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Kegiatan masa kecilnya ini pun
mempunyai pengaruh positif terhadap
karakternya di masa depan.
Said Nursi kecil pernah bermimpi
bertemu Rasulullah SAW. Mimpi itu
seakan menunjukkan, ke depannya ia
akan berjuang dalam ranah dakwah Islam.
Dalam mimpi tersebut, Said Nursi minta
didoakan oleh Nabi agar diberikan ilmu.
Nabi SAW lantas menjawab, Said
Nursi akan dianugerahi ilmu Alquran
dengan syarat tidak akan meminta-minta
kepada siapapun. Mimpi itu begitu
membekas dalam benak Said Nursi hingga
akhir hayatnya.

Masih banyak kisah-kisah luar biasa


para rasul, sahabat, tabi’in serta ulama-ulama
yang mampu dijadikan sebagai pengingat dan
penyemangat bagi anak dalam mencintai ilmu,
ceritakan kepada mereka kisah-kisah Islam
dan jauhkan kepada mereka kisah maupun
kartun yang jauh dari nilai Islam. Sehingga
apabila dari kecil telah tertanam cintanya

155
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
kepada Islam, insyaa Allah mereka akan
menjadi generasi penerus Islam yang luar
biasa.

156
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Bagian 6

Penutup

157
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Mari Memupuk Niat

Sejatinya menjadi orang tua memang tidak


mudah, sebab mereka bukan hanya berkewajiban
menjaga tumbuh kembang anak, namun berkewajiban
pula mendidik dan membimbing ke arah kebaikan.
Orang tua adalah sosok yang pertama dikenali
oleh anaknya, bagaimana gerak-gerik orang tua itulah
yang pertama kali akan ditiru oleh anaknya. Anak
adalah cerminan orang tuanya. Maka, apabila
menginginkan anak yang baik, perbaiki dulu orang
tuanya.
Sadarilah, bahwa anak adalah amanah terindah
dari Allah SWT yang kelak mesti dipertanggung
jawabankan di dunia maupun di akhirat. Jangan
sampai sebagai orang tua terlalu sibuk mencukupi
kebutuhan dunia hingga lalai akan kewajiban untuk
akhiratnya.
Pentingnya meluruskan niat bukanlah perkara
yang sepele, tetapi merupakan perkara yang besar. Para
ulama terdahulu mengetahui pentingnya untuk selalu
meluruskan niat. Dalam beberapa pendapat para ulama

158
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
dijelaskan, antara lain; Mutharrif bin Abdullah ra.
Pernah berkata,

‫صالَ ِح النِيهة‬
َ ِ‫الع َم ِل ب‬ َ ‫ َو‬،‫الع َم ِل‬
َ ‫صالَ ُح‬ َ ِ‫لب ب‬
َ ‫صالَ ِح‬ ِ ‫صالَ ُح ال َق‬
َ
“Baiknya hati adalah dengan baiknya amalan. Dan
baiknya amalan adalah dengan baiknya niat“
Begitu juga Sufyan Ats Tsauri ra. dalam sebuah
kalimatnya mengatakan,

ِ ِ ‫َش ُّد ع‬
ُ ‫لي من نيهِِت ألَ هَّنَا تَتَ َقله‬
‫ب َعلي‬ ‫ت َشيئًا أ َ َ ه‬
ُ ‫َما َعا ََل‬
“Tidak ada sesuatu yang paling berat untuk saya
obati, kecuali masalah niatku, sebab ia senantiasa
berbolak-balik dalam diriku“.
Begitulah seharusnya tak bosan dan tak pernah
lelah untuk terus melihat dan meluruskan niat kita.
Terlebih terkait masa depan anak-anak kita yang akan
menjadi jariyah kita di masa yang akan datang. Mari
menanam adab dan al-Qur’an kepada anak-anak kita
agar kelak menjadi generasi istimewa. Karena generasi
istimewa akan lahir dari orang tua yang istimewa pula.

159
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Daftar Pustaka

Amani, Ar-Ramadi. Menanamkan Iman Kepada Anak,


penerjemah: Fauziyah Bur Faridah. Solo:
Istanbul, 2018.

Bahar, Khalifi Elyas. Akibat-Akibat Fatal Durhaka


Kepada Istri. Yogyakarta: Diva Press, 2013.

Budiyanto. “Hak-Hak Anak Dalam Perspektif Islam,”


2017.

Daaruttaqwa. “Agar Anak-Anak Mencintai Ilmu,” 2015.


http://daaruttaqwa.sch.id/agar-anak-anak-kita-
mencintai-ilmu.html.

El Shirazy, Habiburrahman. Api Tauhid. Jakarta:


Replubika, 2015.

Fillah, Salim A. Lapis-Lapis Keberkahan. Yogyakarta:


Pro-U Media, 2014.

Khalid, Muhammad Khalid. Biografi 60 Sahabat Nabi,


Terjemahan: Agus Suwandi. Jakarta: Ummul
Qura, 2016.

Kurniawan, Yudha, dan Tri Puji Hindarsih. Character


Building Membangun Karakter Menjadi Pemimpin.
Yogyakarta: Pro-U Media, 2013.

Lings, Martin. Muhammad: Kisah HIdup Nabi


Berdasarkan SUmber Klasik, Terjemahan:
Qomarudin SF. Jakarta: Serambi, 2016.

Santosa, Harry. Fitrah Based Education. Bekasi:


Yayasan Cahaya Mutiara Timur, 2018.
161
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Setiawan, Mahmud Budi. “Mendesain Rumah Tangga
Surgawi.” Diakses 2 November 2020.
https://www.hidayatullah.com/kajian/jendela-
keluarga/read/2018/12/07/156128/mendesain-
rumah-tangga-surgawi.html.

Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafizh. Propethic


Parenting: Cara Nabi Mendidik Anak. Yogyakarta:
Pro-U Media, 2010.

Wahrudin, Bambang. Buku Panduan MI Muhammadiyah


6 Nglegok Ponorogo. Ponorogo: SAQU Press,
2020.

Wakhidah, Siti Nur. “10 Tips Mengajarkan Anak


Menghafal Al-Qur’an,” 2019.
https://m.dream.co.id//parenting/ibu-dan-
anak/10-tips-cara-mengajarkan-anak-
menghafal-alquran-untuk-orang-tua.html.

162
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa
Tentang Penulis
Thoyyibatur Rufiah, bernama lengkap
Thoyyi Batur Rufiah Suryaning Suci,
adalah anak kedua dari pasangan suami
istri Bapak Munari dan Ibu Sumini.
Lahir di kota Ponorogo, 8 Juni 1998.

Penulis saat ini sedang menimba ilmu di


STID (Sekolah Tahfizh dan Ilmu
Dakwah) Al-Furqon Ponorogo. Penulis menyelesaikan
pendidikan dasar pada tahun 2010 di SD Negeri Singkil
Balong Ponorogo, kemudian melanjutkan di SMP Negeri
1 Balong hingga lulus tahun 2013. Menyelesaikan
Pendidikan tingkat menengah Pada tahun 2016 di SMK
Negeri 1 Jenangan Ponorogo dengan jurusan Teknik
Elektronika Industri.

Pada tahun 2020 penulis telah lulus Program


Sarjana Pendidikan di Universitas Muhammadiyah
Ponorogo. Aktivitasnya saat ini ialah turut berperan
dalam menyiapkan generasi muda yang unggul dalam
adab dan al-Qur’an bersama MI Muhammadiyah 6
Nglegok Ponorogo.

Impiannya sederhana, melalui tulisan-tulisan


kecil ini, mampu menebarkan banyak kebaikan bagi
masyarakat, dan menggugah kembali ghirah untuk
berjuang meraih ridho Allah Subhanallahi wata’ala.

Jika lebih ingin mengenal penulis, dapat


dihubungi melalui e-mail: sclahsa@gmail.com, FB:
Thoyyibatur Rufiah, IG: @sucilahsa

160
Bekal Menjadi Orang Tua Istimewa

Anda mungkin juga menyukai