Anda di halaman 1dari 56

qalanq

Bentala
.cinta. Buyung

Sinergi Karya Mulia


Website: https://skm-fofo-copy-atk-copy-center.business.site/
Ig: @skmdigiprint

Apabila anda menemukan kesalahan cetak dan atau kekeliruan informasi pada buku ini,
harap menghubungi penerbit Sinergi Karya Mulia
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu
mengabadikan pemikiran melalui karya tulis berupa buku yang
bersumber dari skripsi, untuk mewariskan pengetahuan pada hari ini
yang akan dinikmati mereka yang hidup di masa depan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW. beserta segenap keluarga, sahabat dan pengikutnya.
Dialah sang revolusioner sejati utusan Allah, sebagai rahmat bagi
semesta alam. Merupakan suatu kebahagiaan dan rasa syukur bagi saya
hingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Dampak Kartun
Terhadap Perilaku Anak di Griya Al-Quran Al-Furqon
Ponorogo”, yang kemudian dibukukan menjadi satu karya yang bisa
dinikmati oleh semua penghuni alam semesta.
“Bentala cinta Buyung” terpilih menjadi judul buku lanjutan
karya sastra ilmiah untuk menjadi prasyarat kelulusan jenjang sarjana,
yang bermula dari setitik pengalaman menekuni tugas akhir program
sarjana hingga pengikhlasan dan perlu ketekunan menyelesaikan tugas
akhir ini yang memakan waktu berbulan-bulan. Di saat yang sama
“Bentala cinta Buyung” juga mewakili prosesku menjalani sekaligus
menyelesaikan program belajar selama di Sekolah Tahfizh dan Ilmu
Dakwah (STID) Al Furqon Ponorogo, selama kurang lebih empat
tahun hingga akhirnya membuahkan sebuah buku yang berjudul
“Bentala cinta Buyung”.
Buku ini merupakan rangkaian inspirasi dari proses
membenturkan pertanyaan dengan jawaban demi jawaban dari masing-
masing orang, yang bersedia meluangkan waktu demi manusia biasa
sepertiku, bahkan dari serakan-serakan perasaan yang terurai dalam
pikiran yang tersebar dalam buaian kemalasan.
Besar harapan saya semoga Allah dan Rasul-Nya, memberikan
pertolongan kepada keluarga, pembimbing, sahabat dan orang yang

iii
pernah membuat saya menggali perasaan dan jawabanmu di hari akhir
kelak, yang mana tiada pertolongan selain dari pertolongan Allah dan
Rasul-Nya. Aamiin...

Muh. Galang Kurniawan


Penulis

iv
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................... iii


Daftar Isi............................................................................................... v
BAB I: PENDAHULUAN ..................................................... 1
BAB II: TEORI...................................................................... 8
A. Definisi Kartun ..................................................................... 8
B. Definisi Perilaku .................................................................... 14
BAB III: PEMBAHASAN ...................................................... 19
Hasil Penelitian..................................................................................... 19
Pembahasan .......................................................................................... 34
Penutup................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 45

v
BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi masa kini akan mempermudah


khalayak ramai untuk menikmati sajian berita maupun tontonan
berbentuk digital dunia maya. Semua menu tersaji mudah dan
banyak pilihan di segala bidang, tidak terkecuali dunia hiburan.
Dunia hiburan saat ini yang menjadi daya tarik paling populer bagi
anak-anak maupun orang dewasa adalah sajian tontonan berupa
animasi bergerak layaknya dunia manusia yang berbentuk sebuah
satu-kesatuan cerita disajikan dalam sebuah film sehingga disebut
dengan istilah kartun.
Anime atau bahasa asingnya adalah animation merupakan
asal kata bahasa latin yaitu anima yang berarti hidup atau animare
yang berarti menghidupkan kehidupan di dalamnya, kemudian
dialih bahasakan ke dalam bahasa Inggris menjadi animate yang
berarti memberi hidup (to give live to), yang biasa disebut dengan
animation yang berarti segala ilusi kehidupan nyata dari sebuah
gerakan yang hidup, kemudian menjadi reinkarnasi dengan istilah
animation itu berupa sebuah gagasan yang bergerak layaknya
manusia yang dialih bahasakan dalam membuat film kartun (the
making of cartoons) .1
Merujuk dari istilah di atas terdapat tambahan yang lebih
fokus terhadap karakter dan jenis animasi. Tontonan anime atau
kartun itu sama-sama bergerak pada dunia animasi yang disajikan
dalam sebuah film. Tetapi anime mayoritas untuk dikonsumsi orang
dewasa karena bersifat proporsional dari gambar dan pencitraan
dalam pembuatannya menirukan ukuran manusia meskipun ada
jenis animasi Jepang untuk kalangan anak-anak. Kartun (cartoon)
animasi yang berkembang di Amerika dengan gaya gambar yang

1 Ranang, A.S, dkk. (dalam Isma Millah, “Psikologi


Anime”, skripsi: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang), Animasi
Kartun Dari Dialog Sampai Digital. (Jakarta: PT. Index, 2010), hal. 1.

1
khayal tidak seperti anime, utamanya menggunakan karakter
binatang.
Perkembangan zaman semakin pesat, akhirnya animasi
kartun menjadi diminati oleh banyak negara tak terkecuali
Indonesia, dengan begitu pada prosesnya Indonesia banyak
mengadopsi animasi kartun dan juga animasi Jepang atau kartun
sebagai sarana hiburan. Berdasarkan dari pembuatannya anime
merupakan karya sastra dari Jepang sedangkan kartun biasanya
dibuat di luar Jepang.2 Kartun merupakan film yang menciptakan
khayalan gerak sebagai hasil pemotretan rangkaian gambar yang
melukiskan perubahan posisi. Kesimpulanya, anime merupakan
istilah kartun dalam bahasa Jepang, sedangkan kartun adalah istilah
yang biasa disebut dengan animasi atau kartun di luar Jepang.3
Animasi pertama kali dengan data yang jelas di Jepang
berasal dari (berawal sejak) tahun 1917 yang dicetuskan oleh 3
orang Jepang: Oten Shimokawa, Junichi Kouchi dan Seitaro
Kitayama. Sedangkan di Indonesia dunia animasi masuk pada awal
tahun 1080-an, yang tayang pertama kali di layar TV nasional yaitu
TVRI adalah kartun Kum-Kum dari produksi Jepang antara tahun
1975– 1976.4
Sajian hiburan anak yang berupa kartun ini ada hubungan
untuk meningkatkan maupun (membangun) karakter positif dan
negatif seorang anak, kartun yang bisa membangun karakter positif
adalah jenis kartun yang bersifat mendidik. Produksi kartun positif

2 Ramdhani Adinegoro, “Perbedaan Kartun dan Cartoon”,

(Mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA semester 1 TA 2013/2014


fak. Ilmu Sosial dan Humaniora. prodi Ilmu Komunikasi),
www.kompasiana.com/ramdhani_adi/552ac6ec6ea834f659552d04
/perbedaan-anime-dan-cartoon.html (akses 28 Desember 2019).
3 Kartun/kar·tun/ n. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) Online. Diakses melalui


https://kbbi.web.id/kartun, 08 Juli 2020.
4 Tim Japanese Station, “Japanese Station” (Jakarta: Bukune,

2015), kaskus.co.id /sejarah-anim\e-1907-hingga-sekarang.html


(akses 28 Desember 2019).

2
di Indonesia bisa berupa Nusa-Rara, Sopo Jarwo & Adit, Upin-Ipin
dan lain-lain. Kartun itu bisa memberikan stimulus terhadap anak
untuk berbuat positif di kehidupan sehari-hari. Kartun yang
bersifat positif itu banyak diterima oleh khalayak ramai dikarenakan
mempunyai daya tarik untuk lebih mengenal bagaimana karakter
pribadi seseorang, mengenal budaya dan bahasa dari Negara asal
pembuat kartun itu.5
Setelah mudahnya akses internet di dunia maya, banyak
kartun yang mudah dikenali anak-anak, sehingga lebih mudah
diakses oleh penggemar kartun yang bersifat mengangkat budaya
lokal meskipun dalam versi aslinya. Hal inilah yang menjadi
motivasi kepada penggemar kartun untuk belajar budaya dan
bahasa asing. Secara sadar atau tidak, penggemar kartun akan
menimbulkan kemampuan berbahasa dalam dirinya karena terdapat
bahasa pengucapan dan terjemah dalam bahasa Indonesia, demi
memudahkan dalam konsumsi tayangan.6 Kemudian dalam
kenyataanya bisa dimasukkan proses pengenalan budaya lokal atau
kebiasaan masyarakat dari asal Negara pembuat, yang tentunya
membawa hal positif bagi anak.7
Kartun yang bersifat negatif akan mempengaruhi dan
bahkan anak akan menirukan perilaku negatif yang terdapat dalam
kartun tersebut. Hal-hal inilah yang menjadi kegelisahan dan
momok menakutkan bagi pakar pemerhati anak, orang tua,
maupun lingkungan. dengan begitu, perlu adanya penanggulangan
terhadap tontonan kartun yang bersifat negatif dengan pembatasan
umur dalam penayangan di TV Nasional, pemerhatian yang khusus
dari orang tua, menghindari akses situs kartun yang bersifat negatif,

5 N, Novianti, Dampak Drama, Kartun, Dan Musik Jepang

Terhadap Minat Belajar Bahasa Jepang. (Lingua: Cultura, 2017), hal.


151-156.
6 Lufi Wahidati, dkk. “Pengaruh Konsumsi Kartun Dan Manga

Terhadap Pembelajaran Budaya Dan Bahasa Jepang”, Volume 7 No 1,


(Jogjakarta: Diploma III Bahasa Jepang, UGM), hal. 2.
7 N, Novianti, Dampak Drama,... hal. 151-156.

3
dikarenakan kartun bersifat negatif memiliki nilai-nilai yang kurang
mendukung bagi anak, karena anak belum bisa memfilter apakah
hal ini perlu dilakukan atau tidak. Seperti kartun action atau
kekerasan jika tidak ada pembatasan umur dalam konsumsinya
maka anak-anak yang belum pada waktunya akan salah dalam
pemanfaatannya, bukan sekedar sajian hiburan tapi malah ajang
kerusuhan dan perkelahian sesama anak.8
Terhitung banyak kasus kekerasan antar anak menjadi
pendukung, bahwa tayangan yang melewati batas bisa membentuk
karakter anak dan memicu kekerasan antar anak, karena tontonan
kartun yang bersifat kekerasan. Muncul berita kekerasan anak di
sekolah, bisa menguatkan pendapat KPAI bahwa 17% kekerasan
anak berasal dari tayangan televisi atau akses bebas melalui TV
kabel dan video streaming seperti youtube. Bahkan pada 2013, tercatat
181 kasus yang berujung pada tewasnya korban. Sedangkan pada
141 kasus korban menderita luka berat, dan 97 kasus korban luka
ringan. Tidak semua hal berbau kekerasan berujung pada hal
kematian, namun data menunjukkan bahwa perilaku kekerasan
anak sudah menjadi keseharian akibat meniru adegan negatif dalam
lingkungannya.9
Menonton kartun sama-sama berupa sajian hiburan
tersendiri yang dapat menghilangkan kepenatan dan sebagai sarana
dalam dunia hiburan bagi anak-anak maupun orang dewasa
penggemar kartun, namun pada fase tertentu kartun dapat
memberikan dampak bagi penontonnya entah dampak positif
maupun dampak negatif. Proses produksi animasi kartun atau
animasi Jepang tidak semata-mata mempengaruhi kepada hal yang
negatif saja, namun dalam perkembangannya kartun bisa dijadikan

8 Ayu Wulansari, Bimbingan Proposal Skripsi, (Universitas

Muhammadiyah Ponorogo: Kepala Perpus, 2019)


9 Elga Andina, “Kartun Dan Persepsi Budaya Kekerasan Pada

Anak Usia Sekolah”, Volume 5 No 2 Desember, (Sekretariat Jendral


DPR: Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi [P3DI] ),
hal. 120.

4
ajang berkreasi dalam bentuk seni rupa dan menjadikan penikmat
kartun mengambil hikmah atau segala hal yang positif di dalam film
animasi kartun atau animasi Jepang.
Melihat kenyataan demikian peneliti memfokuskan pada
sisi positif yang ditimbulkan akibat tontonan kartun tersebut,
dengan begitu peneliti lebih fokus dan mudah dalam mengambil
keputusan, juga sebagai bahan evaluasi bagi semua pihak, bahwa
kartun seperti apakah yang membuat penikmatnya menimbulkan
(menerima) dampak yang positif terhadap perilaku.10 Karena
lingkungan yang bersifat apapun akan berpengaruh terhadap
perilaku dalam kehidupan seorang anak.
Perilaku pada dasarnya adalah aktivitas kontak langsung
atau respon terhadap segala hal yang dialami, yang kemudian
merasuk ke dalam perasaan yang menjiwai oleh seseorang sehingga
timbul rasa timbal balik terhadap suatu respon, serta
mengumpulkan dari berbagai reaksi gabungan yang memunculkan
proses berpikir, bekerja, berhubungan dan lain sebagainya.11
Kartun berkarakter positif mempengaruhi banyak hal
mulai dari pola bergaul, pola pemikiran, pola interaksi sesama anak
yang menimbulkan kepedulian sesama, tindakan bersosialisasi
terhadap lingkungan, norma dan moral anak semakin mengarah
kepada hal yang positif dan masih banyak hal positif lain yang
ditimbulkan akibat tontonan kartun yang berkarakter positif.
Kebiasaan itu dimungkinkan bahwa (karena) mereka meniru
adegan-adegan yang terdapat di kartun, sebagai contoh saja film
kartun “Upin-Ipin” yang menyebabkan anak-anak suka bermain
sambil belajar dari pengalaman ketika menirukan adegan-adegan
yang ada. Contoh lainnya ialah film kartun “Adit dan Sopo Jarwo”
yang tayang setiap hari. Kartun ini memang digemari oleh anak-
anak di Indonesia, dengan beberapa tokoh yang selalu

10 Ibid.,
11 Zaraz Obella Nur Adliyani, “Pengaruh Perilaku Individu
terhadap Hidup Sehat”, (Lampung: Faculty of Medicine, Lampung
University), hal. 111.

5
menggambarkan kebaikan yaitu sosok Pak Haji yang cocok untuk
dijadikan teladan bagi anak-anak karena ia selalu memotivasi Bang
Jarwo untuk giat dalam bekerja dalam rangka ibadah.12
Berdasarkan studi pendahuluan peneliti, di Griya Al-
Qur’an Al-Furqon Ponorogo, kejadian terkait dengan anak-anak
yang menyukai kartun bahwa, beberapa dari mereka menyukai
kartun dengan porsi sebagai bahan hiburan tapi ada nilai belajar di
dalamnya, seperti anak yang sering melihat Upin-Ipin, anak akan
menirukan gaya bahasa dalam keseharian dan tentunya tidak
meninggalkan budaya bahasa Negara sendiri, karena anak yang bisa
dekat dengan guru kelas atau ustadz/ustadzahnya anak akan
mempraktekkan interaksi dengan gaya bahasa asing, selain itu juga
anak tahu karakter dari masing-masing tokoh kartun yang menjadi
tontonan keseharian anak.
Tidak semua anak menyukai satu kartun, ada beberapa
anak yang suka terhadap kartun yang memiliki karakter feminim
seperti layaknya perempuan imut dan menggemaskan. Anak yang
lebih pandai dalam menjadikan sebagai pembelajaran adalah anak-
anak yang suka dengan kartun Nusa dan Rara, mereka bisa
mengambil pelajaran berupa pelajaran agama yang disampaikan dari
kegiatan alur cerita Nusa dan Rara, bisa juga lebih sering meminta
salim atau salaman dengan mengucapkan salam sebelum berjabat
tangan kepada guru kelas atau Ustadz/Ustadzahnya.
“Kartun sering dijadikan tiruan tingkah lakunya dalam
keseharian dikarenakan seringnya jadi tontonan anak-anak, selain
itu memang setiap hari ditayangkan di televisi nasional, namun
tidak menutup kemungkinan kartun dari luar Indonesia bisa
menjadi stimulus anak untuk berbuat hal yang positif, seperti
membantu orang tua, membersihkan rumah dan bersikap lebih

12 Nur Agus Salim, “Peran Tayangan Adit Sopo Jarwo (Asj)


Terhadap Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar Di Kabupaten Kutai
Kartanegara”, Volume 2 Nomor 1 Mei, (Samarinda: Studi Kasus
Pada SDN 008 Muara Jawa), hal. 75.

6
mandiri”, berikut ujaran wali yang biasa membersamai anaknya
ketika menonton kartun di TV maupun lewat media sosial.
Berdasarkan pemaparan dari contoh di atas sehingga
peneliti perlu mengambil penelitian seputar perilaku anak akibat
dunia kartun yang berkarakter positif pada sebuah lembaga
pendidikan Al-Qur’an non formal di Kabupaten Ponorogo
tepatnya berada di lingkungan Batikan, Patihan Wetan, Babadan
yaitu Griya Al-Qur’an Al-Furqon Ponorogo, sehingga hasil yang
didapat dalam penelitian akan memberi sedikitnya masukan untuk
progres sebagai pegangan pendidikan orang tua maupun
lingkungan masyarakat.

7
BAB II
TEORI

A. Teori

1. Definisi Kartun
Kartun merupakan beberapa kumpulan gambar yang
memiliki perubahan pada setiap waktunya bagaikan kehidupan
di dunia namun berada dalam dunia lain yang berkembang
kedepan, bergerak hidup layaknya manusia kemudian
digerakkan melalui proses manipulasi visual lewat beberapa
proses dan rendering aksi sehingga jadilah sebuah gambar yang
bergerak sempurna dari jutaan gambar yang tersusun rapi.13
Dalam proses pembuatan animasi ada beberapa prinsip
dasar yang harus Anda kenali yaitu: pose dan gerakan
diantaranya (Pose-to-pose action and inbetween), pengaturan waktu
(Timing), gerakan sekunder (Secondary action), akselerasi gerak
(Ease in and out), antisipasi (Anticipation), gerakan penutup dan
perbedaan waktu gerak (Follow through and overlapping action),
gerak melengkung (Arcs), dramatisasi gerak (Exaggeration),
elastisitas (Squash and stretch), penempatan di bidang gambar
(Staging), daya Tarik karakter (Appeal) dan penjiwaan peran
(Personality).14
Anime yang dibaca a-ni-me, bukan a-nim biasanya terdiri dari
suatu gambar yang tersusun berwarna-warni dari berbagai
tokoh di dalamnya dan juga terdapat lokasi dan waktu seperti
dunia manusia. Kata anime merupakan asal kata dari ni-me yang
merupakan resapan dari bahasa Inggris yaitu Animation dengan
pengucapan berlogat beda dengan kartun di Jepang yaitu

13 Hernita Noviarina, “Pengaruh Menonton Kartun (Kartun


Jepang) terhadap Perilaku,” (Banjarbaru: Artikel Tidak Diterbitkan,
2016), hal. 1.
14 Madcoms, Adobe Premier Pro CS4 untuk Pemula,

(Yogyakarta: Penerbit Andi, 2015), hal. 182.

8
Anime-shon. Kartun pertama kali yang paling populer adalah
karya Ozuma Tezuka pada tahun 1963 yaitu kartun Astro Boy.
Pada perkembangannya kartun semakin bertambah zaman
juga semakin menarik, mulai dari grafik tampilan dan cerita
semakin bagus sehingga masyarakat Jepang pun juga menjadi
peminat utama dari kartun yang ditayangkan maupun
dibukukan berbentuk komik yang disebut dengan manga. Bagi
mereka kartun merupakan bagian dari kehidupan mereka
sendiri yang sebagian mengangkat dari kisah nyata dijadikan
sebuah cerita sebagai bahan pelajaran bagi kehidupan dan
perantara motivasi bagi pribadi.
Berbagai televisi terkenal pun mengekspor kartun menjadi
tayangan mereka seperti nickelodeon dan lain-lain. Secara cepat
perkembangan kartun kemudian dijadikan peluang bisnis bagi
kalangan tertentu yang biasanya menayangkan berbagi cerita
yang banyak dan paling digemari suatu wilayah kemudian
dapat menjadi peluang untuk berbisnis. Sampai ada pula yang
menjadikan kartun untuk tindak kejahatan dengan
memanfaatkan patungan ataupun sebagai jual beli yang
dilarang.15
Beberapa hal yang menjadi inti istilah anime atau kartun
adalah istilah lain diangkat dari bahasa animasi yang berasal dari
bahasa latin yang berarti hidup atau kehidupan, karena kartun
bersifat hidup yang kemudian pada pemikiran manusia bisa
menjadikan terhegemoni untuk meniru dan mempraktekkan
adegan-adegan yang terdapat dalam kartun. Kemudian kartun
dialihbahasakan menjadi animate dari bahasa Inggris yang
berarti menghidupkan. Kenapa (mengapa) menghidupkan?
karena tidak ada kartun tanpa produksi pembuatan dan
sangkut-paut di dalamnya selain pasti semua pembuatan kartun
memiliki tahapan tersendiri, mulai dari sebuah komik atau
manga kemudian laris terjual dan diadopsi menjadi kartun yang

15 Hernita Noviarina, Pengaruh Menonton Kartun,... hal. 2.

9
bergerak layaknya manusia. Terakhir menjadi patokan istilah
kartun adalah animation yaitu berupa gagasan yang bergerak
bagaikan manusia normal yang dibahasakan ulang dalam
sebuah film menjadi film kartun.
Jenis kartun yang berkembang saat ini ada banyak hal,
menurut kompasiana.com kartun terbagi menjadi banyak jenis
atau unsur 16, saking banyaknya jenis anime dipilah dan dipilih
berdasarkan jenis dan kalangan seperti apakah yang biasa
digemari anak-anak, mulai dari jenis kartun Shounen yang biasa
untuk laki-laki, Shoujo yang sangat terkenal dengan penggemar
wanitanya, Moe untuk jenis yang berkarakter lucu/imut dengan
sifat romantis, Mecha jenis kartun yang membawakan peran
robot, bahkan ada yang keseluruhan didominasi oleh robot
dan terakhir Progressive lebih cenderung ke nilai seninya,
bagaimana bentuk gambar dan lekukan pencitraan per
karakter.
Kartun ketika ditayangkan di media, tidak semua
membawa hal kebaikan dan manfaat, ada beberapa jenis kartun
yang mirip dengan jenis kelakuan manusia di dunia. Berikut
jenis kartun yang menyimpang, Shounen-ai (gay atau sesama
pria) biasanya isi cerita dengan alur suka sesama jenis pria
dalam hal keromantisan, Shoujo-ai (lesbian atau sesama wanita)
jenis ini kesamaan sifat dengan Shounen-ai, namun suka antara
wanita dengan wanita, Hentai / Ecchi (erotis), dengan sub-
kategori yang terkandung di dalamnya antara lain: Yaoi, Yuri,
Shota, dan Lolicon, isi dari jenis cerita itu mengandung karakter
terbuka, maksudnya jenis ini khusus bagi orang dewasa karena
adegan ceritanya memunculkan hawa nafsu bagi orang yang
terlalu baper terhadap kondisi kejiwaan mental dari segi
pandangan pornografi.

16 Albert Ardine, “Mengenal genre kartun dan manga”,


https://www.kompasiana.com/femiardine/551b6cbd813311591a9
de6ea/mengenal-genre-anime-dan-manga, (akses 28 Desember
2019)

10
Kategori-kategori yang didengar atau dilihat secara umum
dan bergaya barat seperti Action, Adventure, Komedi, Horor,
Adult bisa diadaptasikan dengan kategori di atas antara lain:
Giant Robot, Super Robot, dan segala robot-robotan masuk ke
dalam kategori Mecha, yang membawa inti cerita dengan peran
kerobotan. Kartun bertema Action, Adventure, Samurai biasanya
masuk dalam kategori Shounen karena bisa dianggap tontonan
untuk laki-laki, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk ke
Shoujo. Kartun bertema petualangan dan mengandung unsur
magis cenderung masuk ke dalam Mahou Shoujo / Shoujo.
Sekilas tahun 90-an TV drama Jepang masuk ke Indonesia,
beberapa diantaranya yang masuk adalah ‘Tokyo Love Story’
dengan pemain utamanya Oda Yuji. Lalu ada ‘Hitotsu no Yane
no Shita’ dengan ‘Norippi’ sedangkan dalam animasi masuk
Doraemon dan Candy Candy, dari IMMG (sumber: Elex
Media Komputindo). Ketika itu film Indonesia sendiri sedang
mengalami krisis sehingga jumlah sinetron tidak sebanyak
sekarang sedangkan animasi yang ditayangkan kebanyakan dari
Amerika. Sinetron yang banyak ditayangkan saat itu
kebanyakan berasal dari Brazil, Portugal, dan Spanyol.
Begitu masuk sinetron Asia non China yang kebanyakan
bertema love story, banyak orang yang merasa tertarik. Mulai
saat itulah sinetron Jepang banyak ditayangkan di beberapa TV
swasta. Akhirnya, drama TV Jepang dan kartun ini menjadi
trendi di kalangan anak dan anak muda. Mereka ingin
menemukan sesuatu yang baru, yang lain dari drama atau film
Amerika yang selama ini kita kenal dan merajai dunia
pertelevisian kita. Sesuai dengan konsep tentang budaya pop di
atas tadi, tampak adanya hubungan antara keingintahuan anak
muda dengan trendinya drama TV Jepang dan kartun di
Indonesia.17

17 Nalti Novianti “Dampak Drama, Kartun, Dan Musik


Jepang Terhadap Minat Belajar Bahasa Jepang”, Volume 1 No 2

11
Banyaknya jenis kartun di atas menggambarkan bahwa
jenis tontonan kartun ini memiliki potensi hal yang positif dan
negatif, maka perlu adanya pengenalan kartun bagaimanakah
yang menimbulkan hal yang positif. Riwayat kartun yang
membawa hal kemanfaatan adalah kartun yang bersifat
mendidik. Studi kasus yang dilakukan oleh Nalti Novianti
dalam sebuah jurnal Lingua Kultura di Bina Nusantara
University, dalam datanya menunjukkan mahasiswa sangat
terbantu sekali ketika mempelajari sastra Jepang dan bahkan
banyak peminat anak muda yang masuk jurusan sastra Jepang
akibat adanya drama TV Jepang.18
Kalangan penikmat kartun seperi orang dewasa bisa
terpengaruh terhadap isi dari cerita kartun, namun dari
kalangan anak-anak bisa lebih terpengaruh dengan tontonan
itu, karena anak itu prinsipnya melihat - mempraktekkan, jiwa
yang dimiliki anak selalu diekspresikan melalui dunia raga atau
badan berdasarkan pengalaman apa yang dilihatnya maupun
dialaminya. Bila bicara demikian maka, kita harus mengetahui
keadaan jiwa seorang anak, terutama orang tua atau para pakar
pemerhati anak, apakah ia terpengaruh dengan lingkungan
sekitar atau tidak, kemudian tampak pada tubuh seseorang
yang bersangkutan dengan anak lain.19
Kartun sekarang mengalami perkembangan yang
kemudian digunakan oleh animator-animator Jepang untuk
berbagai macam gaya, ide cerita, serta tema, dari yang
ditunjukan untuk anak-anak, remaja hingga dewasa. Muncullah
berbagai kamunitas kartun yang menirukan gaya dan imitasi
tingkah laku bisa dari tokoh idola dalam sebuah kartun,
kemudian pesonanya terhadap anime dilepaskan dengan

November, (Jakarta Barat: Japanese Department, Faculty of


Letters, Bina Nusantara University), hal. 153-154.
18 Ibid., hal. 154.
19 Syarifan Nurjan, Psikologi Belajar, (Ponorogo: Wade

Group, 2016), hal. 4-5.

12
menirukan pribadi tokoh kartun secara totalitas, inilah yang
menjadi alasan kuat bahwa kartun yang ditonton di internet
maupun di web fans club dapat menyebabkan perilaku seorang
anak atau remaja bisa berubah.20
Proses perkembangan anak sangat mempengaruhi
perkembangan motorik anak, apalagi permulaan masa sekolah
sekitar 6 tahun. Umur segitu sangat cepat sekali mengalami
perkembangan secara lahiriyah maupun batiniyah. Mereka
akan pandai saling berinteraksi dengan yang lain, meskipun
pada masing-masing anak berbeda. Masa anak-anak seperti ini
merupakan masa ideal dalam mempelajari suatu hal tak
terkecuali apa yang mereka tonton, sehingga menjadi
keterampilan tersendiri untuk meniru dan mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.21
Proses yang dialami anak dalam perkembangannya tak lain
bertujuan untuk untuk membentuk anak kearah (yg lebih baik)
kebaikan, maka dari itu dalam kehidupan sosial harus
mengedepankan pembentukan karakter anak yang baik dan
benar, yang tentunya untuk meraih ridho Allah SWT. meraih
perkembangan anak melalui tontonan juga perlu adanya jiwa
beragama yang mengarah kepada Tuhan semesta alam,
sehingga jiwa beragama pada anak akan mengikuti
perkembangan jiwa yang lainya. Zakiah Darajat
mengemukakan bahwa, dalam diri manusia mempunyai
kebutuhan jasmani dan juga kebutuhan rohani. Kebutuhan itu
harusnya ada dalam diri seorang anak, demi menepis hal atau
tontonan dalam lingkungan kehidupan, sehingga kebutuhan
keduanya mempunyai keseimbangan dan memunculkan rasa

20 Venny Zanitri, “Pengaruh Menonton Kartun Jepang Di

Internet Terhadap Perilaku Imitasi Di Kalangan Komunitas Japan Club


East Borneo Kota Samarinda”, Volume 6 No 2 2018 (Samarinda:
ejournal.ilkom.fisip-Universitas Mulawarman), hal. 17-19.
21 Syarifan Nurjan, Perkembangan Peserta Didik Perspektif

Islam, (Yogyakarta: Titah Surga, 2019), hal. 33-35.

13
aman, damai, sayang dan bebas tapi mengarah pada perilaku
yang baik.22

2. Definisi Perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam
berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling
nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai
paling yang tidak dirasakan.23
Perilaku dari sebagian pihak bermula dari media atau
sebuah hal yang ditonton kemudian dijadikan sebuah imitasi
pola pikir yang terealisasi dalam praktek keseharian. Perilaku
itu mempunyai farian macam antara yang positif dan perilaku
negatif. Perlu adanya pembedaan demikian bisa digunakan
untuk mengenal orang bagaimana keseharian dan bagaimana
gaya hidupnya. Perilaku positif merupakan isyarat tindakan
yang dilakukan seseorang secara postif dalam bereaksi
terhadap keadaan yang dialami.24
Perilaku yang menggambarkan hal kebaikan itu disebut
dengan perilaku yang positif, sedangkan ada juga perilaku yang
menunjukkan gejala atau hal keburukan dalam keseharian dan
lingkungannya maka disebut dengan perilaku negatif, karena
perilaku itu bermula dari mana ia belajar, yang kemudian dapat
mengubah suatu perilaku. Tujuan Islam dalam menanamkan
pembelajaran pada manusia bukan hanya perubahan pada

22 Ibid., hal. 77-78.


23 Oktaviana, L, “Hubungan Antara Konformitas Dengan
Kecenderungan Perilaku Bulliying,” (Surakarta: Skripsi tidak diterbitkan,
2015),
24 Annisa Dwi Nur Kholifah, dkk., “Hubungan Perilaku

Positif Dalam Praktikum Dan Keterlaksanaan Bimbingan Karir Dengan


Kesiapan Berkarir Di Dunia Industri Siswa Smkn Kelas XII Program
Keahlian Multimedia Di Kota Malang”, Volume 35 Nomor 2 2018,
(Malang: Jurnal Penelitian Pendidikan, Universitas Negeri Malang),
hal. 104.

14
perilaku saja, namun pembelajaran yang ia dapat harus sesuai
dengan idealnya ajaran Islam, seperti belajar dari suatu hal
sampai kepada hakikat, memperkuat akhlak, sehingga
memunculkan ilmu sebenarnya yang menyempurnakan akhlak
kepada Allah dan akhlak kepada manusia.25
Pengaruh tontonan hal yang negatif bisa mudah
mempengaruhi nalar, pikiran dan tingkah laku akibat tren
dunia globalisasi yang mana perilaku ini membawa banyak
dampak yang merugikan, mulai dari bersikap individu atau
mementingkan diri sendiri, lebih sukarela terhadap
mementingkan duniawi, timbulnya gaya hidup mewah serta
lunturnya semangat gotong royong.26
Kegiatan di luar nalar menggunakan stimulus otot respon
bisa disebut dengan perilaku juga, terutama penyebab dari
lingkungan sekitar dan bertatapan langsung dalam satu waktu
sehingga muncul reaksi atau stimulus. Oleh karena itu perilaku
terjadi apabila terdapat kontak stimulus terhadap organisme
kemudian organisme itu merespon balik. Terwujudlah suatu
teori dari Skinner yang disebut dengan S-O-R atau stimulus
organisme respon. Skinner juga dibedakan menjadi dua proses
respon:27
a. Respondent respon, yaitu respon yang timbul akibat
rangsangan oleh hal tertentu yang bisa menyamai
rangsangan tersebut. Stimulus ini biasanya bersifat tetap
terhadap respon-respon dari dunia luar yang bersifat
perusak, tidak mudah lapuk termakan rangsangan yang
merusak. Misalkan ketika tubuh merasa lelah dan rasa
kantuk tak terbendung maka akan menimbulkan keinginan
untuk tidur apalagi lingkungan yang memang mendukung.

25 Syarifan Nurjan, Psikologi Belajar,... hal. 14.


26 Arjoni, “Peran Madrasah dalam Menangkal Dampak Negatif
Globalisasi terhadap Perilaku Remaja”, Volume 3 Nomor 1 2017, (JIP:
Jurnal Ilmiah PGMI), hal. 9.
27 Arjoni, “Peran Madrasah dalam..., hal. 20.

15
Respondent respon ini juga memiliki sifat mengikuti
emosional seseorang, tak terkecuali ketika terjadi berita
duka terhadap dirinya ataupun keluarganya pasti perasaan
sedih tidak bisa dihindari entah menangis atau hanya
bersedih.
b. Operant respont atau instrumental respon, yaitu respon
yang timbul dan berkembang lalu diikuti oleh respon
stimulus tertentu yang mengakibatkan semakin kuat
respon yang dimiliki. Misalkan seorang murid
memperoleh prestasi juara peringkat pertama kemudian
diberikannya penghargaan atas prestasinya maka murid
akan termotivasi dan tambah semangat menuntut ilmu.
Menyikapi hal demikian perlu penanggapan, terkhusus
bagi kaum anak-anak yang rentan terkena efek pengaruh dunia
serba digital, yang berdampak pada perilaku anak secara sosial,
karena perilaku itu respon individu terhadap suatu stimulus
atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai
frekuensi spesifik, durasi dan tujuan, baik disadari maupun
tidak.28
Perilaku anak yang rentan terpengaruh dunia elektronik
itu, bisa dikuatkan dengan perhatian, yang menjadikan perilaku
positif bagi anak, seperti memberikan reward yaitu sebagai kasih
sayang atau penghargaan bagi anak, sehingga anak menjadi
lebih dihargai, dengan perilaku yang berubah-ubah seiring
perkembangan zaman, namun digiring ke arah perubahan yang
membawa hal positif, dengan menggunakan media berupa
tontonan yang mengedukasi otak.29
Perilaku positif bisa berguna bagi diri sendiri maupun
lingkungan, dengan kadar secara terukur seberapa besar hal
manfaat yang diberikan. Anak-anak zaman sekarang mudah

28 Elly Mufida, dkk., “Perancangan Aplikasi Parenting


Penguatan Perilaku Positif Anak Oleh Orang Tua Berbasis Android”,
Volume 17 Nomor 2 2018 (Jakarta: STMIK Nusa Mandiri), hal. 2.
29 Ibid., hal. 2

16
dalam menyelami segala apa yang dilihat dan dirasakan.
Begitulah namanya perilaku yang kadang naik turun merespon
tak menentu, kadang perilaku berwujud negatif dan kadangkala
bermuncul pada hal yang positif.
Manusia mempunyai sifat atau perilaku yang bersifat
dinamis, sehingga terkadang muncul masalah demi masalah
yang timbul akibat sifat yang salah kemudian dilancarkan
dalam perilaku. Perkembangan kemampuan cara berpikir ini
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar seseorang yang
mengkristal sebagai pengalaman dan hasil belajar.30 Perubahan
perilaku itu harus didukung dengan penyadaran diri dengan
kelompok lain, jangan sampai akibat sebuah tontonan bersifat
hiburan ini membawa dampak keburukan yang mendalam.
Karena menonton kartun bisa mengakibatkan perubahan
tingkah laku, yang disebabkan dari cenderungnya meniru
perilaku idola dari yang apa (apa yang) ditontonnya, entah itu
pola kehidupan, gaya pakaian dan cara berinteraksi dengan
orang lain. Membersamai hal demikian perlu dikuatkan
pondasi anak bahwa tujuan dari tontonan itu supaya diambil
postif demi mendukung dan memotivasi kehidupan yang
sesungguhnya dijalani dalam kehidupan sehari-hari.31
Suatu saat tontonan kartun itu bisa digunakan sebagai
pembelajaran bagi anak-anak maupun orang dewasa ketika bisa
mengambil sisi kebaikan di dalamnya, meskipun presentasinya
berbanding antar keduanya. Pada intinya semua bisa menjadi
perubahan perilaku ketika proses pengambilan sebuah
tontonan hiburan bisa berwujud perilaku belajar yang

30 David Chairilsyah, “Pembentukan Kepribadian Positif Anak

Sejak Usia Dini”, Volume 01 Nomor 1 2015, (Dosen Prodi PG


PAUD FKIP UNRI), hal. 1-2.
31 Asti Proborini, dkk., “Correlation Between Watching Japan

Animation (Kartun) With Self-Concept Of Youth In Community Atsuki


Yogyakart”, Volume II Nomor 2 2015, (Yogyakarta: Jurnal
Keperawatan Respati), hal. 31.

17
memenuhi spesifikasi untuk berkembang, belajar, maju, serta
dorongan untuk diakui, disayangi dan diterima. maka
perwujudan lingkungan yang kondusif dapat membawa
perkembangan dalam kegiatan yang berhubungan dengan
proses belajar. Sehubungan dengan kondisi yang serupa, maka
pendidik juga sangat penting dalam mengembangkan,
mempertahankan, dan mengembalikan kondisi dalam belajar
yang kondusif.32 Melihat kegiatan dan lingkungan belajar
tersebut, harus membawa perubahan pribadi menuju kebaikan
secara berangsur, kedua perilaku bisa berbentuk belajar, bisa
melalui pengalaman yang bersifat individu yg mempunyai
tujuan proses belajar, sehingga membentuk inklusifitas sosial
dan gender sebagai kontruksi sosial di masyarakat.33

32 Syarifan Nurjan, Psikologi Belajar,... hal. 187-188.


33 Syarifan Nurjan, Psikologi Belajar,... hal. 24.

18
BAB III
PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Akses Kartun Pada Anak Di Griya Al-Qur’an Al-Furqon


Ponorogo
Kartun merupakan suatu objek yang bisa dijadikan
bahan tontonan oleh anak, entah melalui media televisi
maupun website online. Kartun ini sangat mudah sekali
diakses di internet, bagaimana tidak, ketika kita mengetik di
mesin pencarian browser pasti banyak sekali situs penyedia
tontonan kartun. Awal mula pengenalan anak dengan kartun
tak lain saking seringnya televisi nasional menayangkan di
acara harian, seperti upin-ipin misalnya, pagi jam 07:00
dengan khasnya “selamat pagi Upin-Ipin”, sore hari jam
16.00 wib pasti tayang di stasiun televisi swasta, apalagi pada
musim ramadhan seperti ini, menjelang buka puasa, sembari
ngabuburit pasti tayang di salah satu TV Swasta Indonesia.
Hati yang terpaut dengan rutinitas tontonan kejar jam
tayang siaran di media, bisa mengakibatkan seorang anak
menjadi terpikat hati untuk selalu menerima dan menikmati
apa yang menjadi sajian di depan mata, terutama sehari full
bisa menikmatinya. Dari sebuah rutinitas, kemudian hadirlah
rasa suka yang didasari dari dalam jiwa, kemudian bisa
berwujud aktivitas keseharian seorang anak. Sama halnya
dengan pernyataan wali santri yang anaknya menyukai
tayangan kartun Upin-Ipin, sampai hafal jam berapakah
Upin-Ipin itu tayang dan berakhir jam berapa tayangan itu.
Mudahnya akses kartun dari televisi sangat memungkinkan
untuk mencari dan terus ingin tau banyak hal tentang dunia
kartun lebih dalam, apalagi rasa ingin tau seorang anak itu
sangat besar terhadap hal yang membuat dirinya ingin bisa
dan berkembang. Manakala peristiwa itu mampu

19
dimanfaatkan orang terdekat anak terutama orang tua
kandung. Maka, hal itu bisa menjadi kemanfaatan dalam
sebuah hiburan anak.
Melihat porsi jam tayang demikian, anak akan mudah
sekali mengenali jenis dan versi suatu kartun yang ia suka.
Tidak semua jenis tayangan kartun mereka suka karena
melihat realita, bahwa tayangan kartun di Indonesia semakin
banyak jenis dan versinya, apakah ini cocok dengan
keinginan anak atau tidak. Keingian anak menonton hiburan
tentu ada baiknya dukungan orang tua yang menjadi filter apa
yang menjadi kesenangan anak. Karena anak-anak memang
perlu adanya pengertian dalam kehidupan yang tidak selalu
penuh dengan pembatasan mencari dan menemukan hati
yang suka pada hal positif seperti tontonan kartun yang baik.
Pernyataan ini sejalan dengan karakter dari isi cerita
kartun, antara jenis kartun satu dengan yang lain pasti
memiliki keistimewaan tersendiri, ada yang dibuat untuk
hiburan, pembelajaran, ada juga yang dibuat untuk
menjadikan anak berfikir dan berimajinasi atau dengan cerita
misteri, bahwa kehidupan yang akan datang lebih indah jika
dibarengi dengan usaha belajar serius di hari ini. Sejatinya
kartun berpotensi membawa hal kebaikan di mana isi
ceritanya bersifat positif membawa perbaikan. Maka perlu
adanya penaggulangan dari karakter kartun yang membawa
sifat keburukan bagi penikmatnya, sehingga daripada itu
menyingkirlah segala hal negatif yang dibawa dari sebuah
tontonan kartun. Disinilah peran besar bagi orangtua yang
mana dalam keseharian mereka bersama anak, untuk
menikmati hidangan hiburan anak berupa kartun.
Sembari menikmati masa senggang atau masa liburan
di hari ahad misalnya, mereka pasti asyik dengan tontonan
yang mereka sukai, namun jangan salah persepsi, bahwa
tontonan itu semua tidak penting, bahkan sia-sia bagi
sebagian orang tua, tetapi dilihat dulu, bagaimana sikap dan

20
kepandaian orang tua dalam menyikapi hal tersebut, mampu
memanfaatkan waktu sekecil apapun bisa dibuat penenang
suasana, demi membuat anak menjadi terhibur dan
menjauhkan dari kejenuhan akibat tugas-tugas di sekolah
yang menuntut untuk selesai cepat dan tepat waktu, selain itu
peran orang tua bisa memanfaatkannya untuk mengisi dari
hal yang membawa keburukan anak, yang misalnya berbuat
hal yang tidak senonoh bahkan menjadi penyakit di usia belia
seperti kejadian di daerah pesisir kota Ponorogo yang beredar
berita demikian. Karena kejenuhan menyebabkan anak
mengelak bahkan bosan dengan segala hal, tak terkecuali
kewajiban mereka seperti mengaji, belajar dan lain
sebagainya.
Dibandingkan dengan kartun lain, Upin-Ipin menjadi
tontonan yang banyak disukai, dengan kategori karakter yang
lucu-lucu, dengan porsi usia anak-anak, kartun ini dibilang
lucu. Semua hal yang tercantum dalam isi cerita Upin-Ipin
memang menghibur bagi anak-anak yang suka dan
menganggap lucu karakter Upin-Ipin, keserasian keluarga
seperti ini merupakan jarang dan terkadang sulit terwujud
dalam dunia keluarga zaman sekarang, banyak keluarga yang
melarang anak-anaknya ini dan itu kemudian ujungnya
muncul ketidaknyamanan dalam lingkungan keluarga, maka
jika anak senang dan bahagia melihat sebuah hiburan yang
tidak berdampak negatif sebaiknya memang perlu dukungan
supaya lingkungan keluarga menjadi terhibur dalam hati juga
senang dan nyaman, pun dengan hati orangtua juga pasti
nyaman dan tentram.
Berbagai media mudah untuk dijadikan akses bahan
referensi tontonan anak dari berupa hiburan sampai media
belajar. Semua tontonan kartun itu mengandung unsur rasa
yang memunculkan kecanduan, dari kecanduan itulah yang
mengakibatkan dampak yang tidak baik bagi anak, namun
ditengah banyak anak yang kecanduan dengan tontonan itu

21
ada anak yang hanya menjadikan tontonan tersebut sekilas
senang saja, ketika melihat dari televisi dan tidak
menimbulkan suka yang teramat sangat pada salah satu seri
jenis kartun. Ada juga yang bisa menimbulkan imajinasi.
Pembuktian bahwa sebuah tontonan tidak selamanya
mengakibatkan kecanduan, sehingga berpengaruh pada
kondisi kejiwaan seorang anak untuk menonton secara
berlebihan lewat media apapun demi memenuhi keinginan
hasratnya, tetapi kesukaan itu muncul karena ada dan bisa
dinikmati secara langsung tepat di depan mata.
2. Dampak Kartun pada Perilaku Positif Anak Di Griya Al-
Quran Al- Furqon Ponorogo
Berjalan melalui sebuah garis keturunan manusia, ada
fase dimana anak-anak menginjak usia dini sampai usia
remaja atau dewasa. Fase itu memang sangat pesat
mengalami perubahan, bermula dari bentuk fisik sampai pada
sifat dan perilaku anak atau remaja. Remaja biasa disebut
dengan istilah juvenile yang artinya anak-anak atau anak muda,
sedangkan delinquency artinya kenakalan remaja, maksudnya
juvenile deliquency adalah perilaku jahat atau gejala sakit
(patoligis) secara sosial pada remaja yang bemula dari sebuah
hubungan sosial yang abai, sehingga memunculkan
perkembangan sosial yang melanggar peraturan dan tindak
kriminalitas terutama di lingkungan.34
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan delinkuensi remaja adalah kecenderungan
remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan
yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain, yang dilakukan

34 Kartini Kartono. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja,


(dalam Syarifan Nurjan, Perilaku Delikuensi Remaja Muslim,
(Yogyakarta: Samudra Biru [Anggota IKAPI], 2019), hal. 24)
Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2006, hlm. 79.

22
remaja di antara umur 16-18 tahun.35 Karakter remaja
memang punya sifat yang labil, penuh dengan ambisi yang
menggebu-gebu, bagaikan cinta diujung tombak yang kadang
mengenai tepat pada sasaran dan tidak heran juga yang
terkadang meleset, begitu juga periliku anak, yang ketika
mengambil sebuah sikap pada suatu hal, adakalanya
menggunakan ukuran dan takaran, adakalanya belas sama
sekali tidak, dengan begitu perlu adanya sebuah pembuktian
apakah sebuah hal yang bersifat postif selalu berdampak
positif atau tidak.
Berangkat dari tontonan bisa menjadi ajang
pengetahuan dan kegiatan yang berdampak kepada perilaku,
manakala tontonan itu mengarah kepada hal kebaikan,
kemudian berimbas pada kegiatan seorang anak yang
menontonnya, seolah tontonan itu menjadi penggerak
munculnya suatu hal tependam dalam diri seorang anak,
kemudian respon yang timbul akan mengubah perilaku anak
atau bahkan, seolah-olah mengajak anak untuk menuju
perubahan yang semakin baik. Sejalan dengan pernyataan
demikian maka dalam sebuah lembaga pendidikan juga
memerlukan pioner atau bisa disebut dengan panutan pada
anak didiknya. Seiring perjalan proses pendidikan itu entah
dalam kondisi formal atau non formal maka bisa menjadi
bahan pembelajaran manakala seorang pendidik
mengarahkan segala hal yang terjadi pada seorang anak didik,
dari mulai apa yang mereka alami atau mereka tonton
tentunya punya pengaruh pada diri seorang perilaku anak.
Bersamaan dengan hal itu bisa dimasukkan penanaman adab
(akhlak) yang menjadikan anak semakin baik dan sopan
terhadap sesama maupun orang yang lebih tua darinya.

35 Syarifan Nurjan, Perilaku Delikuensi Remaja Muslim..., hal.


25.

23
Adanya perubahan itu diharapkan menjadi pribadi
yang baik akhlaknya, proses itulah yang menjadi keinginan
siapapun, mulai dari orang tua, pendidik dan para pakar
pemerhati anak, dikarenakan membawa dampak positif bagi
diri anak sendiri, terutama lingkungan sekitar dan teman-
temannya yang kemudian menirukan dan menjadikan hal
maklum, selain itu bagi si anak akan memperoleh karakter
yang bagus bagi kehidupan keseharian mereka. Anak yang
bisa mengambil kebaikan dari apa yang mereka tonton,
mayoritas memiliki perilaku yang baik terhadap pendidik
maupun kepada teman sebaya, sebagaimana banyak yang
menyampaikan mereka terinspirasi dari kisah kartun Nusa
Rara, yang asli buatan anak bangsa Indonesia.
Pendidik yang mengajarkan Al-Quran, mayoritas
memang menuntun anak pada kebaikan, sementara masih
proses kehidupan dunia saja bisa mengantarkan anak pada
kelakuan baik dengan sopan dan santun, apalagi nanti dalam
hitungan akhirat pasti dapat ganjaran kebaikan pula dari
Allah SWT, atas pahala dan ibadah mempelajari Al-Quran
dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Bentuknya
sudah jelas, seperti yang di ajarkan di Griya Al-Quran Al-
Furqon, di sana para Santri (Anak-Anak) pasti punya disiplin
waktu misal contoh mudahnya. Bagaimana tidak? mereka
datang dengan semangat dan tepat waktu menjemput pahala
yang membawa surga dengan ridho Allah SWT.
Memang demikianlah, pendidikan itu mampu
mengubah seseorang melalui pola pikir, perilaku dan
tentunya adab yang baik. Mulai dari adab kepada manusia
disebut akhlak dan adab kepada Allah SWT. disebut tauhid.
Belajar tidak harus selalu di kelas dengan busana formal,
Guru dan harus terpaut buku. Demikian pula belajar
perilaku, bisa juga dengan melihat lalu mencari kebenaran
sumber apa yang dilihat dan kemudian mempraktekkan
dalam interaksi sosial, maka peran orang tua dan pendidik

24
sangat menentukan apakah seorang anak yang menonton
kartun itu bisa mengarah kepada kebaikan atau terjerumus
pada kesesatan dunia anak.
Sebagian anak bisa menjadikan sebuah tontonan
sebagai bahan belajar, dengan meniru dan mempraktekkan
apa adanya yang mereka lihat dalam keseharian. Bisa dari
lingkungan, dari tontonan dan media lain. Pengalaman yang
baik pasti akan menghasilkan kebaikan pula, apalagi setiap
hari mereka menonton dan menjadikannya panutan. Sajian
hiburan berupa kartun Upin-Ipin saja misalnya, mampu
mengubah anak, yang bermula dari hiburan kemudian jadi
bahan pembelajaran dalam kehidupan. Sebagai contoh real,
penuturan dari wali santri Ibu Siti Muawanah, beliau
menyampaikan bahwa:

“anak saya tomi dan adiknya yang kecil-kecil itu, ada


yang berumur 2 tahun juga, mereka saya biasakan
dengan tontonan yang bermanfaat dan saya juga
membatasi tontonan dari televisi, karena telah sepakat
sudah lebih 5 tahun tidak pakai televisi, yang kemudian
anak-anak saya itu mampu belajar dari tontonan yang
berusaha saya filter, misalkan tontonan Nusa-Rara dan
Upin-Ipin yang mereka gemari, mereka bisa meniru gaya
bahasa dan perilaku yang baik-baik dari tokoh kartun
itu mas.”36

Perintah menirukan yang terjadi dalam sensor seorang


anak akan terangsang apabila lingkungan sekitar juga
mendukung akan hal itu. Teman yang baik pasti berpengaruh
kebaikan pula terhadap keseharian perilaku anak. Terdapat
beberapa opsi seorang anak akan menirukan pola kehidupan
terutama dari lingkungan sekitar, karena terpetik semangat

36 Lihat transkip wawancara nomor 08/ W/V/2020

25
menonton adegan Nusa-Rara, saat menirukan orang yang
berdoa, maka anak yang melihat pasti punya rasa ingin
menirukan hal kebaikan dalam dirinya. Adegan meniru dari
hasil apa yang anak lihat merupakan kemakluman yang
memang wajar. Menirukan apa yang mereka lihat pasti
berdasarkan kondisi juga, apakah mereka senang dengan itu
atau interaksi antar sesama, yang kemudian bisa
memproyeksikan hasil tiruan ke dalam kegiatan nyata dari
apa yang dilihatnya.
Suatu waktu pasti ketemu, dengan perilaku anak yang
mengedepankan ego sendiri, dikarenakan usia yang masih
belia pasti anak punya rasa ingin memiliki dan menggapai
semua impian, bagaikan imajinasi karakter dari katun
doraemon yang menggambarkan hidup di masa depan,
sehingga seorang anak yang terobsesi dengan karakter itu
mewujudkan dalam ceritanya sendiri, dengan
menggambarkan dirinya merasakan bahkan menjalani dalam
dunia nyata fersinya. Peran pendidik menjalani demikian bisa
dengan mewadahi imajinasi itu, seperti menyiapkan apa yang
anak butuhkan untuk terwujudnya tuangan imajinasi yang
positif, bukan malah mementahkan keinginan anak yang
dianggap aneh menurut nalar orang dewasa, padahal
kenyataan justru itu, anak mengalami perkembangan pola
pikir yang maju ke depan.
Kartun banyak sekali scane yang menunjukkan
imajinasi jauh kedepan, yang ingin memiliki suatu keinginan
yang kemudian diwujudkan dengan permintaan di masa abad
kemajuan. Apa yang menjadi keingian anak akan berproses
seiring dengan kedewasaan anak, apakah ia mampu
mewujudkan dengan sikap kedewasaan yang muncul dari
dalam dirinya atau tidak.
Masalah itu mungkin terjadi pada anak yang melihat
sekilas atau bahkan mencermati adegan karakter dalam seri
cerita Upin-Ipin, Ihsan yang terkadang tidak memberikan

26
izin meminjamkan mainan kepada temannya yang bernama
Fizi, dikarenakan adanya kekhawatiran akan rusaknya barang
yang dipinjam akibat kurangnya hati-hati dalam menjaganya.
Namun, masalah yang dialami anak cenderung
masalah pribadi yang bisa diselesaikan sendiri atau perlu
bantuan orang tua, tanpa melibatkan lingkungan sekitar.
Semakin anak menjadi pribadi yang dewasa, meskipun
ukuran umur belum mencapainya, tetapi sikap itulah yang
menjadi dambaan orang tua dalam mendidik anak-anaknya,
yaitu mampu mengalah dengan keadaan yang semestinya
tidak perlu diributkan.
Proses kemandirian pasti berlalu dengan berangsur-
angsur seiring perkembangan umur dan cara berfikir seorang
anak. Dalam kategori remajalah anak akan mengalami
perkembangan yang pesat, mulai dari pola bentuk tubuh
hingga pola berpikir semakin matang seiring dengan
bagaimana ia bersikap dan berpengaruh terhadap
lingkungan.37 Lingkungan yang mendukung perkembangan
dan mencegah timbulnya keburukan dalam perilakunya,
sungguh menjadi hal yang istimewa. Maka dari itu,
lingkungan tersebut pasti membawa misi yang mulia untuk
kebaikan bersama.
Anak menggambarkan kebutuhannya dengan
menjadikan itu tanpa beban, artinya anak pasti bisa
memilikinya dengan kadar bahwa, semua akan ditempuh
melalui angan-angan dan kemudian ia menuangkan dengan
suatu bentuk yang jelas. Keingian akan egonya ini tidak selalu
membawa pada hal keburukan, namun ada juga anak yang
punya keinginan memiliki suatu benda tetapi belum sempat
karena kondisi dan lingkungan yang tidak pas. Ketika kondisi
itu belum bisa terwujud pada diri anak, maka perlunya orang

37 Syarifan Nurjan, Perilaku Delikuensi Remaja Muslim..., hal.


60.

27
tua mendidik anak dengan sabar dan kasih sayang untuk
mengantarkan anak pada impiannya, yang mengingankan
banyak hal dari kecil, bisa dengan memfasilitasi barang yang
bisa diukur, apakah jika adanya barang ini bisa menjadikan
anak maju atau hanyak terpaku.
Adakalanya penampilan yang nampak pada layar kaca
kemudian dinikmati seorang anak akan membawa kepada hal
kebaikan berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Kesempatan
lain, aksi selalu mengagumkan yang dibawakan oleh karakter
kartun Nusa-Rara, ketika episode serial berdoa dan
menghafal bulan Hijriah. Sejak lagu itu ada anak akan terus
merasa dibersamai, bahwa tidak sulit untuk menghafal Do’a
dan menghafalkan ayat Al-Quran. Malalui penayangan itu,
anak akan mencoba menirukan dan mempraktekkan dalam
keseharian, sehingga memberi kesan dan bekas yang baik
bagi diri anak. Tidak jarang orang tua semakin senang dengan
kondisi itu. Tujuan dari sebuah pendidikan Islam salah
satunya adalah menjadikan manusia itu semakin bertakwa
dan mengenali untuk apa dirinya diciptakan dan kapada siapa
ia kembali. Kenyataan anak yang ingin menirukan bacaan
bersama dari karakter kartun, alangkah baiknya orang tua
atau pendidik menemani dan mendukung proses itu. Alhasil,
bisa meringankan beban orang tua untuk selalu mengarahkan
pada materi kebaikan, apalagi kondisi pandemi seperti ini,
sangat sulit untuk mengarahkan anak selalu pada hal yang
baik dan juga bermanfaat.
Bukan hanya orang yang mengajak saja yang menjadi
panutan anak, ketika sebuah tontonan yang dikemas dengan
rapi, indah, dan bagus, akan memberi semangat tersendiri
bagi anak yang menontonnya, sehingga anak merasa nyawan
dengan suasana belajar yang demikian. Ada juga
penyampaian wali santri (Ibu Siti) yang putranya pada masa
bulan puasa menyampaikan bahwa:

28
“melihat anak saya yang pengen mencontoh karakter
Upin-Ipin pada sesi semangat melaksanakan ibadah
puasa dengan membantu orang tua misalanya, meskipun
kadar membantunya saya batasi karena melihat
kemampuan anak juga.”38

Bukti nyata bahwa tontonan yang mengajarkan


kebaikan itu juga memberikan imbas baik, karena respon dari
sebuah rangsangan akan menghasilkan apa yang menjadi
contoh awalnya, karena anak-anak sangat mudah meniru dan
merespon kegiatan di depan mereka.39 Tontonan apapun
akan berdampak pada anak yang mudah terpengaruh
pembawaan karakter kartun. Sebuah pengalaman
menunjukkan bahwa manusia mempunyai beberapa indera
yang mana dari penangkapan indera itu kemudian diolah di
dalam otak sehingga menimbulkan rangsangan. Contoh nyata
bahwa tontonan bisa mempengaruhi anak, mulai dari
perilaku sampai gaya bahasa adalah seorang anak yang
menyatakan bahwa semua aktivitas yang enggak normalnya
orang Indonesia, semua penyebutan pasti mirip dengan
kartun animasi Upin-Ipin. Maka dari itu, penyaringan dari
orang tua perlu dilakukan demi mencerna lagi, untuk apa
anak menirukan semua aktivitas dan gaya dari karakter
kartun, apakah hanya sebatas suka atau lebih dari suka dan
sayang.
Mencoba berkomunikasi dengan baik merupakan
awal perkembangan seorang anak, lewat media tontonan bisa

38 Lihat transkip wawancara nomor 08/ W/V/2020


39 Annisa Dwi Nur Kholifah, dkk., “Hubungan Perilaku
Positif Dalam Praktikum Dan Keterlaksanaan Bimbingan Karir Dengan
Kesiapan Berkarir Di Dunia Industri Siswa Smkn Kelas XII Program
Keahlian Multimedia Di Kota Malang”, Volume 35 Nomor 2 2018,
(Malang: Jurnal Penelitian Pendidikan, Universitas Negeri Malang),
hal. 104.

29
saja menjadi bahan anak untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa, meskipun hanya di lingkup keluarga dalam
praktek kesehariannya. Pembuktian semakin jelas dengan
semua angan-angan karakter yang tergambar dari beberapa
kartun yang dipilih, menunjukkan suatu keadaan, di mana
kartun pilihan itu, ada beberapa yang membantu anak dalam
proses belajar, dengan memunculkan ide kreatif, sehingga
bersemangat dalam proses belajar. Sebagaimana pernyataan
berikut, dari wali santri Ibu Ratna menyampaikan:
“Kadang-kadang Mas Albi mampu belajar dari kisah
kartun itu bisa memunculnya ide baru, tapi kadang
melihat saja sekedar menikmati.”40

Kondisi sempurna menjadi awal tumbuhnya


kemampuan anak untuk menjadikan kartun sebagai media
untuk belajar, karena dalam kenyataanya kartun memang bisa
digunakan untuk media pembelajaran, namun ada kondisi
dimana hanya sekilas saja efeknya. Cukup sekedar menikmati
sajian hiburan. Perwujudan lingkungan yang kondusif dapat
membawa perkembangan anak dalam proses belajar. Belajar
berkembang, belajar maju, serta ingin disayangi dan
dihormati. Sehubungan dengan kondisi yang serupa, maka
pendidik juga sangat penting dalam mengembangkan,
mempertahankan dan mengembalikan kondisi belajar yang
kondusif, dengan memberikan lingkungan yang mendukung,
adanya keseimbangan antara mana hiburan dan mana
pembelajaran dalam kehidupan.41
Perilaku sosial yang tinggi atau peduli dengan sesama
merupakan keharusan sikap yang dimiliki oleh manusia yang
memang terlahir dengan kedudukan sebagai makhluk sosial,
yang mustahil bisa hidup sendiri tanpa campur tangan orang

40 Lihat transkip wawancara nomor 10/ W/V/2020


41 Syarifan Nurjan, Psikologi Belajar,... hal. 187-188.

30
lain. Kepedulian terhadap sesama merupakan perilaku yang
baik bahkan dianjurkan dalam agama, meskipun manusia
memang diciptakan beragam warna, bentuk dan ukuran yang
berbeda, tapi tidak menjadikan alasan untuk menjadi orang
yang individual, alias egois. Usia anak-anak, ketika mampu
membantu kepada sesama, tidak pandang siapa dia, selagi
membutuhkan uluran tangan untuk menawarkan bantuan
maka anak itu bisa disebut punya rasa kepedulian yang tinggi
terhadap sesama manusia. Kala demikian orang tua begitu
diuntungkan karena tidak banyak anak zaman sekarang
mampu memposisikan dirinya sebagai orang yang bisa
bermanfaat bagi siapa saja.
Rasa penuh tanggungjawab orang tua dalam
mengawal anaknya menjadi pribadi yang tangguh dan
berbakti pada orang tua merupakan keharusan yang dimiliki
setiap Bapak dan Ibu sekalian, apalagi bisa membantu
terciptanya rasa semangat dalam beribadah kepada Allah
SWT. Sebuah tontonan yang menurut peneliti ajaib adalah
kartun Nusa-Rara, namun entah apa yang membuat anak
menjadi semangat ibadah dan rajin dalam ketaatan kepada
Allah Ta’ala, karena seorang anak yang menyukai kartun
bernama Doraemon, mampu menyihir anak dengan seri
ceritanya yang bagus, kepastian besar semua itu karena
keluarga dan lingkungan yang mendukung sejak kecil, karena
kebiasaan akan menjadi budaya baik ketika seorang anak
tumbuh dan berkembang menjadi dewasa.
Pernyataan itu menunjukkan bahwa adanya pengaruh
antara keduanya, lingkungan dengan tontonan membuktikan
punya andil pengaruh pada diri pribadi seorang anak
termasuk perilaku keseharian yang memang tidak terlepas
dari keluarga, saking ia begitu beraninya. Anak bernama Mas
Albi ini juga suka main vlog, karena melihat dari tayangan
Nusa-Rara pada episode pertama dan video viral, meskipun
lebih suka dengan tayangan doraemon. Keberaniannya itu

31
membuahkan hasil dengan berani mengingatkan kesalahan
orang lain, meskipun diatas usianya.
Perilaku dalam sebuah adegan kartun, terkadang
menimbulkan pengalaman dan pengetahuan baru pada
seorang anak. Penyajian yang terkadang menjadi bahan
motivasi bagi anak ketika menontonnya. Pengaruh yang
ditimbulkan ketika menonton adegan hidup mandiri, dewasa
bersikap dan tidak mengeluh dengan keadaan bisa mengubah
anak menjadi orang hebat. Contoh saja mas Nuam, yang
ketika sekilas melihat episode Mail dalam seri Upin-Ipin,
berjualan ayam goreng, membantu urusan orang tua, berbakti
pada orangtua, dia menjadikan sebuah pelajaran, sehingga
muncul rasa berani membantu jualan tanpa ada rasa gengsi
dan malu karena anak seumuran dengannya banyak yang asik
main dan ketika butuh apa minta sponsor orang tua alias
minta uang saku.
Kartun yang diambil peneliti memang tidak semua
mengandung atau mengajarkan kelembutan dan kasih sayang,
ada seri Doraemon yang menayangkan kekerasan karena
memang alur cerita di dalamnya ada Orang yang kuat dan ada
yang lemah, kemudian Anak yang kuat memeras Anak yang
lemah dengan adegan membentak atau memukul, namun ada
Anak yang merubah gaya tontonan itu menjadi sifat baik,
dengan membenci adegan kekerasan itu kemudian
menjadikan dirinya punya sifat yang tak suka dengan
kekerasan. Munculnya rasa kasih sayang karena ada seorang
yang membuat ia istimewa sehingga memunculkan perasaan
yang mendalam ingin melindunginya dengan perantara sifat
yang dipendamnya.
Munculnya sikap menyayangi suatu saat akan muncul
rasa ingin membalas meskipun dalam jangka waktu yang
panjang entah kapan. Perilaku itu muncul akibat adanya
pengaruh dari lingkungan yang membangkitkan jiwa
keburukan manusia, jiwa itu adalah rasa ingin membalas,

32
meskipun membalas disini dibarengi dengan rasa kasih
sayang yang mencoba untuk melindungi orang yang
dicintainya. Semakin banyak orang yang menyayangi dengan
penuh hati, terkadang rasa menyakiti dari pihak luar itu
mencoba ia tangkis dengan berbagai cara, apakah ia mampu
atau tidak pasti suatu saat ia akan membalas. Membalas
kejahatan tidak selalu dengan kejahatan, sebagaimana kata
Orang baik bahwa, “Balas dendam yang terbaik adalah
dengan menjadikan dirimu melampaui yang terbaik”.
Beberapa anak yang terkena sihir candu dengan
sebuah tontonan, ada beberapa anak yang terpengaruh pada
kondisi dan perilakunya. Semakin ia menuruti keinginan
untuk menonton kartun favoritnya, maka lama-kelamaan
akan cenderung dengan tontonan dan mengikuti sikap
keseharian. Dari tontonan itu ada saat menjadi awal sebuah
temuan untuk berimajinasi dan mengekspresikan keinginan.
Bermula dari imajinasi muncullah sebuah gagasan yang
kreatif dan inovatif, contoh mudah adalah ketika anak
bermain dengan tetangga, ada saat memunculkan semacam
imajinasi tentang kantong ajaib, yang mirip dengan peran
Doraemon, sebagai kucing yang datang dari masa depan.
Imajinasi itu tidak selamanya membuat anak kelewat batas
kenormalan perilaku seorang anak, tetapi hanya sebatas
mainan (bermain) dengan sesama teman.
Kekuatan anak dalam mengendalikan diri dalam
bersikap terhadap apa saja yang ia lihat tergantung bagaimana
ia bersikap, ketika tak mampu mengendalikan bisa
mengakibatkan keburukan dalam keseharian. Lingkungan
yang berubah-ubah, suatu waktu mampu mempengaruhi
anak dalam kondisi belajar, karena keinginan anak dalam
merealisasikan apa yang di depan mata mereka sangat kuat
untuk harus terlaksana, mengingat teman sebaya sangat
istimewa manakala bersama. Bersama itu, Anak akan semakin
nyaman ketika bersama teman sebayanya, kerena mengerti

33
akan kondisi perasaan dan keinginan apa yang akan mereka
inginkan, yang tidak semua dimengerti oleh orang tua atau
dewasa.
Adanya lingkungan yang mendukung untuk belajar,
terutama orangtua sebagai pengendali perilaku anak memang
menjadi faktor yang paling besar, untuk menjadikan anak
yang berbakti dan mempunyai akhlaqul karimah sesuai dengan
Al-Quran dan Sunnah.
Sesuai dengan pengolahan dan pemaparan di atas,
lingkungan yang menjadi penyumbang besar dalam proses
menjalani kehidupan dunia anak, selain lingkungan faktor
internal dari seorang anak mampu mengubah dan berubah
dalam kondisi tertentu dalam keadaan yang tertentu pula.

B. Pembahasan

Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan bukan sekedar


diukur dari seberapa banyak prestasinya, keberhasilan
intelektualnya dan berhasil menjadi orang sukses, namun aspek
adab atau maklum disebut dengan perilaku sungguh sangat penting.
Keberhasilan intelektual jika tidak dibarengi dengan
berkembangnya perilaku yang baik, maka sungguh sia-sia ketika
hidup bersama tetangga, yang timbul tenggang rasa diantara
keduanya. Perilaku yang nampak pada anak zaman sekarang sangat
jauh dari nilai-nilai kebaikan dari sudut pandang agama, banyak
yang tak kenal siapa penciptanya. Salah satu tujuan orang
berpendidikan adalah semakin ia sadar bahwa segala sesuatu itu
menjadikan tambah dekat dengan sang pencipta yaitu Allah SWT.
Masa anak-anak seperti mereka merupakan masa ideal dalam
mempelajari, menghafal dan mempraktekkan suatu hal, tak
terkecuali apa yang mereka tonton.42 Termasuk di lembaga

42 Syarifan Nurjan, Perkembangan Peserta Didik Perspektif


Islam,... hal. 33-35.

34
pendidikan Al-Quran yaitu Griya Al-Quran Al-Furqon Ponorogo,
disana diajarkan bagaimana tertib, rapi, sopan kepada
Ustadz/Ustadzah dan menghormati orang tua. Sembari belajar Al-
Quran, para santri di ajarkan kerapian dan kekompakan dari mulai
di kelas sampai perpulangan, dengan mengatur barisan perkelas dan
memisah antara putra dengan putri. Perilaku yang baik mayoritas
dimiliki santri, sehingga tercermin bahwa, orang yang
menghafalkan Al-Quran pasti tidak jauh dari akhlak dan perilaku
baik, yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. dan sangat
mustahil, jika orang Islam yang benar-banar dalam hatinya ingin
belajar dan mendalami Al-Quran, mempunyai perilaku buruk
terhadap semasa ketika masa hidupnya.
Perilaku baik memang terwujud dalam diri anak yang
beberapa dari mereka mempunyai hobi atau kesukaan dengan
kartun. Sesuai data yang penulis sajikan, bahwa dalam keseharian
mereka di Griya Al-Quran Al-Furqon maupun di lingkungan
rumah mempunyai perilaku yang baik, paling tidak ada 2 aspek
yang harus diperhatikan oleh Wali santri atau Guru kelas terutama
dalam menentukan apakah perilaku anak ada hubungan dengan apa
yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari, Yaitu:

1. Akses Kartun Pada Anak Di Griya Al-Quran Al-Furqon


Ponorogo
Tontonan bernama kartun ini mempunyai jenis alur
cerita yang memang layak untuk digemari oleh Anak-Anak
untuk dinikmati sajiannya, bisa berupa hiburan, permainan
dan bahkan bisa untuk media pembelajaran. Masuknya
tontonan ini memang sangat mudah diakses pada zaman
modern seperti sekarang. Elektronik semakin maju pasti
semakin maju pula tontonan yang dapat diakses dengan
mudah, tak terkecuali dengan tontonan kartun, namun
peneliti berusaha membatasi dari sekian banyak tontonan,
sehingga muncul empat kartun (Nusa-Rara, Upin-Ipin, Sopo
Jarwo dan Doraemon). Kaitan teknologi dan akses internet

35
semakin mudah menghasilkan hasil penelitian dari beberapa
analisa anak dan wali santri yang belajar di Griya Al-Quran
Al-Furqon. Dua dari sepuluh anak yang memberikan
tanggapan suka dengan serial tontonan kartun di atas
mengatakan bahwa, mengakses sajian tontonan itu dari
internet alias handphone, selain karena kesepakatan keluarga
tidak menayangkan televisi juga karena lebih betah melihat
kartun dengan handphone atau web ketimbang melihat hal
yang negatif. Dari dua suka akses kartun lewat elektronik
online atau web browser, selebihnya memiliki akses melihat
kartun lewat media Televisi Nasional yang setiap hari
menayangkan Upin-Ipin, Nusa-Rara di kala bulan ramadhan.
Berdasarkan pengukuran dan pernyataan di atas bahwa anak
yang melihat kartun memilih melihat lewat televisi karena
mudah dan murah untuk dinikmati bersama. Padahal ketika
diperhatikan saat jam tayangnya, kartun yang terpilih tersebut
terdapat serial pengulangan cerita di dalamnya, tetapi inilah
yang menjadi bahan ketertarikan anak melihat televisi
ketimbang melihat di handphone, laptop atau yang lain karena
sajian yang mereka tonton di akses karena menghindari
kejenuhan bahkan tekanan batin bagi anak yang berkewajiban
tugas banyak dari sekolah dan masa sekarang pemerintah
membatasi untuk akses kedunia luar karena masa-masa
pandemi virus covid-19. Semakin anak terpengaruh dengan
kondisi batin, termasuk di dalamnya perkembangan
religiusitas yang disebabkan oleh kegiatan sosial, seperti
pendidikan dan pengajaran dari orang tua, tradisi dan tekanan
sosial, maka anak akan sulit terkontrol, kecuali perilaku
interaksi religiusitas sesama teman remaja, yang sudah bisa
mengerti bagaimana alur kehidupan dunia, akan
mempengaruhi pertemanan sesama dan menghasilkan
hubungan yang baik antar kedua remaja.43

43 Syarifan Nurjan, Perilaku Delikuensi Remaja Muslim,

36
Ketertarikan anak melihat kartun di atas tidak terlepas
dari kata menghibur, lucu, unik dan bagus, maka perlunya
tontonan yang positif ditampilkan oleh orangtua yang
berperan mendampingi anak dengan porsi waktu lebih
ketimbang orang lain, guna membantu respon perkembangan
anak yang positif pula. Selagi orang tua membersamai
kegiatan menonton anak InsyaAllah anak akan mudah
terkontrol untuk menjadi pribadi yang sukses dan baik
akhlaknya.
Pemilihan tontonan yang tepat pasti membawa
kemanfaatan pula, terutama orang tua yang setiap hari
menggeluti dunia anak dalam masa belajar di rumah seperti
ini. Disitulah kesimpulan bermula, bagaimana akses kartun
bisa masuk kepada anak-anak, yang mayoritas dari mereka
tidak lepas menonton kartun itu lewat televisi karena saking
seringnya tayang di televisi Indonesia, dengan dukungan
media televisi yang selalu tersedia stan by di rumah, meskipun
akses kartun lewat media online sangat banyak dan bebas
bisa dinikmati siapa saja yang menghendaki.

2. Dampak Kartun pada Perilaku Positif Anak di Griya Al-


Quran Al-Furqon Ponorogo
Nalti Novianti dalam penelitian jurnalnya
menyebutkan bahwa jenis kartun memang banyak. Dari
banyaknya jenis itu muncul potensi positif dan negatif yang
dimiliki karakter isi cerita kartun, maka perlu adanya
pengenalan bagaimana tontonan tersebut menimbulkan effect
positif atau negatif. Riwayat kartun yang membawa hal
kemanfaatan adalah kartun yang bersifat mendidik, bahkan
dalam penelitian beliau, Mahasiswa sangat terbantu sekali

(Yogyakarta: Samudra Biru [Anggota IKAPI], 2019), hal. 47-48.

37
ketika mempelajari bahasa sastra Jepang melalui tontonan
kartun drama TV Jepang.44
Simpulan dari kecenderungan anak yang menonton
bahkan menyukai kartun yang dipilih peneliti, mayoritas
mempunyai sifat baik dalam dirinya, namun bisa diukur
seberapa besar ia memunculkan pengaruh dari kegiatan
menonton yang berdampak pada prakteknya atau
perilakunya. Imitasi tingkah laku menjadi alasan kuat, bahwa
kartun yang ditonton melalui media apapun, bisa
menyebabkan perilaku seorang anak bisa berubah dengan
kadar kapasitas tertentu.45 Anak yang memenuhi kriteria,
mayoritas bisa mengembangkan dan meningkatkan karakter
pribadi yang dimiliki anak, dengan mengambil sifat kebaikan
dari apa yang mereka tonton. Tontonan yang menjadi favorit
anak lambat laun mulai menjadi bahan untuk belajar dan
penghilang kejenuhan, bahkan kartun yang punya basic nilai
agama dalam alur ceritanya mampu membawa anak terbawa
suasana dalam isi cerita, yang berujung pada praktek nilai
kebaikan agama. Seharunya memang apa yang menjadi
tontonan anak itu mampu mengubah dan menjadikan anak
semakin baik, mulai dari hubungan antara manusia sampai
hubungan dengan Allah Ta’la. Bentuknya sudah jelas, seperti
yang di ajarkan di Griya Al-Quran Al-Furqon, disana anak-
Anak/Santri pasti punya disiplin waktu misal contoh
mudahnya, bagaiamana tidak? mereka datang dengan
semangat dan tepat waktu menjemput pahala yang membawa
surga dengan ridho-Nya.46

44 Nalti Novianti “Dampak Drama, Kartun, Dan Musik

Jepang,... hal. 154.


45 Venny Zanitri, “Pengaruh Menonton Kartun Jepang Di

Internet,... hal. 17-19.


46 Nurwahidah Akmalul Hasanah, “Pembentukan Karakter

Disiplin Dalam Pembiasaan Tadarus Al-Qur’an Pada Siswa di Smk

38
Sajian hiburan memang bukanlah aspek utama dalam
kehidupan seorang anak, namun dari sebuah tontonan yang
baik tentunya menghasilkan kebaikan bagi penikmatnya.
Perkembangan kemampuan cara berpikir demikianlah yang
dipengaruhi dari lingkungan sekitar, sehingga perilaku
seseorang yang mengkristal sebagai pengalaman dan hasil
belajar.47 Sesuai dengan data yang penulis sajikan dalam
sebuah ringkasan materi bab III dan IV, bahwa dalam dunia
hiburan anak berupa tontonan itu ada beberapa aspek yang
menjadi alasan kuat mengapa tontonan yang positif sangat
dianjurkan, terutama pada anak yaitu:

a. Tontonan membawa suasana hati seorang anak


Perasaan mendalam yang dimiliki seorang anak
pada saatnya akan menemukan titik temu yang berpacu
dengan apa yang dilihatnya, sehingga dari tontonan itu
memberikan respon sesuai dengan apa yang mereka
lihat, kemudian seorang anak menuangkan dengan cara
yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing-
masing yang dimiliki. Melihat kemampuan anak yang
berbeda-beda maka tontonan kartun ini akan
memberikan pengaruh baik, manakala memenuhi kriteria
untuk mengembangkan dan meningkatkan karakter
seorang anak.48
b. Tontonan sebagai sarana menumbuhkan semangat
beribadah
Pengetahuan yang didapat dari beberapa
tontonan kartun bisa menambah semangat anak untuk

Negeri 3 Purwokerto Kabupaten Banyumas” (Purwokerto: Skripsi Tidak


Diterbitkan, 2018), hal. 19.
47 David Chairilsyah, “Pembentukan Kepribadian Positif

Anak...., hal. 1-2.


48 N, Novianti, Dampak Drama, Kartun, Dan Musik

Jepang,... hal. 151-156

39
mengerjakan ibadah dan rasa ingin menggapai banyak
pahala. Proses yang dialami anak dalam
perkembangannya tak lain bertujuan untuk membentuk
anak kearah kebaikan, maka dalam kehidupan sosial
harus mengedepankan pembentukan karakter anak yang
baik dan benar, yang tentunya untuk meraih ridho Allah
SWT.49 Bermula dari tontanan itu anak mampu
merealisasikan dalam keseharian bersama keluarga. Anak
yang pandai dan berani biasanya mencontoh adegan
ajakan berdoa, beribadah, sholat dengan berani menegur
dan mengajak untuk melaksanakan perintah agama pada
saat waktu telah tiba, mulai dari ibadah ringan hingga
ibadah yang berat dikerjakan dikala ukuran umur anak
yang masih belia.
c. Tontonan sebagian sarana atau media belajar
Sebagai bentuk cerita yang mengalir dari susunan
awal produksinya, kartun pasti punya pesan tersendiri
dalam isi ceritanya, namun ada anak yang bisa
mengambil kebaikannya yang kemudian bisa membantu
dirinya menemukan pengalaman atau pengetahuan baru,
seolah sebagai sarana penggerak munculnya ide gagasan
baru yang terpendam dalam jiwa seorang anak.
Kecocokan hal tersebut terbukti jelas bahwa masa anak-
anak seperti ini merupakan masa ideal dalam
mempelajari suatu hal, tak terkecuali apa yang mereka
tonton, sehingga menjadi keterampilan sendiri untuk
meniru dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari.50

49 Syarifan Nurjan, Perkembangan Peserta Didik Perspektif


Islam..., hal. 77-78.
50 Syarifan Nurjan, Perkembangan Peserta Didik Perspektif

Islam, (Yogyakarta: Titah Surga, 2019), hal. 33-35.

40
d. Tontonan menjadi referensi pelajaran dalam kehidupan
Sejak awal tontonan kartun punya jenis dan aliran
yang berbeda-beda. Aliran yang paling bisa mengenalkan
budaya dan curahan fikiran orang dalam dunia nyata,
menjadi pelajaran kehidupan mulai dari budaya,
kebiasaan dan model bahasa. Tidak jarang juga anak
meniru persis dari karakter kartun yang mereka tonton,
sehingga memunculkan sikap dan ambisi yang berbeda
dari dasar lingkungan keluarga, entah itu egois atau
punya sifat tenggang rasa terhadap sesama. Kemampuan
cara berpikir ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitar
seseorang yang mengkristal sebagai pengalaman dan
hasil belajar.51Ada pula dalam keseharian muncul
imajinasi yang tinggi ketika teringat dengan sebuah seri
tontonan, yang kemudian diwujudkan dengan wujud
imajinasi nyata, semua yang ada dalam pikirannya.
e. Tontonan kartun munculkan kretifitas berimajinasi
Kemampuan anak dalam mengolah hasil temuan
dari pengalaman memang perlu diasah supaya
menghasilkan hal kemanfaatan. Dari sebuah tontonan,
ada anak yang mampu mengolah menjadi sikap kreatif
tanpa batas dan berimajinasi meski sebatas duniawi
dengan versi cerita mereka sendiri. Kemampuan kreatif
dari imajinasi yang timbul itu sangat diperlukan anak
dalam perkembangan, karena bisa mempengaruhi kinerja
otak kanan dan otak kiri. Berdasarkan penelitian oleh
para ahli yang mengungkapkan bahwa, rentang usia dini
merupakan masa penting untuk pengembangan
kreativitas seseorang. Lingkungan belajar anak usia dini
dapat mempengaruhi penampilan perkembangan

51 David Chairilsyah, “Pembentukan Kepribadian Positif Anak


Sejak Usia Dini”, Volume 01 Nomor 1 2015, (Dosen Prodi PG
PAUD FKIP UNRI), hal. 1-2.

41
kemampuan berpikir kreatif anak (Clifford, 1988,
Hammond, 1990 dalam Masnipal, 2013; 220).52
f. Tontonan bisa mempengaruhi tingkah laku
Keseharian anak sangat rentan terpengaruh
dengan lingkungan, apalagi tidak ada filter atau pembatas
dari orang tua, semakin cepatnya mempengaruhi tingkah
laku dan pribadi seorang anak. Temuan dari kenyataan
anak yang diteliti membuktikan bahwa tingkah laku anak
menirukan apa yang mereka tonton dalam keseharian,
bahkan dari gaya bicara mereka ada yang menirukan
pula. Ternyata tontonan yang baik akan mempengaruhi
yang baik pula, tidak sedikit yang mampu membuktikan
dan merealisasikan, sebagaimana pernyataan ahli yang
menyebutkan, perilaku positif merupakan isyarat atau
tindakan yang dilakukan seseorang secara positif dalam
bereaksi terhadap keadaan yang dialami.53 Masa usia dini
seperti mereka merupakan masa ideal dalam mempelajari
banyak hal, tak terkecuali yang mereka tonton, sehingga
menjadi keterampilan tersendiri untuk meniru dan
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.54
Kemunculan itu tidak semua memberikan rasa khawatir
akan berdampak pada hal negatif, karena khusus pada
pemilihan jenis kartun yang diambil memang tidak
keluar dari jenis kartun, yang mayoritas isi alur ceritanya

52 Peny Husna H, dkk, “Pengembangan Kreativitas Anak Usia

Dini Dalam Keluarga”, Volume 15 No 2 2017 (Medan: Jurnal


Keluarga Sehat Sejahtera UNMED), hal. 46.
53 Annisa Dwi Nur Kholifah, dkk., “Hubung an Perilaku

Positif Dalam Praktikum Dan Keterlaksanaan Bimbingan Karir Dengan


Kesiapan Berkarir Di Dunia Industri Siswa Smkn Kelas XII Program
Keahlian Multimedia Di Kota Malang”, Volume 35 Nomor 2 2018,
(Malang: Jurnal Penelitian Pendidikan, Universitas Negeri Malang),
hal. 104.
54 Syarifan Nurjan, Perkembangan Peserta Didik Perspektif

Islam, (Yogyakarta: Titah Surga, 2019), hal. 33-35.

42
sudah tersaring, yang memang cocok untuk kalangan
anak-anak.
g. Menginspirasi jiwa mandiri
Apa yang menjadi tontonan anak sudah menjadi
bukti akan membantu anak menjadi orang yang lebih
percaya diri, karena melihat apa yang di depannya,
seorang anak akan menjadi termotivasi bahwa saya bisa
dengan keadaan seperti ini. Jiwa kemandirian seorang
anak muncul akibat tontonan yang mengajak untuk lebih
maju dan punya kemandirian, tidak hanya semua
kebutuhan dan keinginan bergantung kepada orang tua,
tetapi bisa melakukan banyak hal sebisa kemampuan
yang dimiliki dengan kadar ukuran anak-anak. Tontonan
yang baik membawa hal kebaikan bukan malah
sebaliknya bagaikan timbulnya hal yang negatif karena
akibat pengaruh tontonan yang negatif, sehingga bisa
mempengaruhi nalar, pikiran dan tingkah laku akibat
trend dunia globalisasi yang mana perilaku ini membawa
dampak yang merugikan, mulai dari bersikap individu
atau mementingkan diri sendiri, lebih sukarela terhadap
mementingkan duniawi, timbulnya gaya hidup mewah
serta lunturnya semangat gotong royong.55

55Arjoni, “Peran Madrasah dalam Menangkal Dampak Negatif


Globalisasi terhadap Perilaku Remaja”, Volume 3 Nomor 1 2017, (JIP:
Jurnal Ilmiah PGMI), hal. 9.

43
PENUTUP

1. Akses kartun sebagian besar prosentase perolehan dari


hasil penelitian menunjukkan anak-anak lebih suka melihat
dari media televisi, karena seringnya penayangan jam
tayang dan dinilai tidak perlu mengeluarkan modal banyak
ketimbang harus membeli akses paket data internet.
2. Proses terjadinya perilaku pada anak yang telah diteliti
menunjukkan bahwa perilaku anak dalam keseharian
mengalami perubahan seiring berjalannya waktu tentu
berdasarkan pengalaman seorang anak. Bermula dari
kesukaan kemudian muncul rasa dalam jiwa yang
menyebabkan perubahan pada tingkah laku, moral dan
akhlak seorang anak. kartun yang dipilih sengaja
mengandung unsur pelajaran bagi anak dalam keseharian,
namun dari semua tontonan itu ada yang membawa
kepada kebaikan dan ada yang sekedar hiburan sekilas.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tontonan akan
mempengaruhi dalam prakteknya, dalam artian anak akan
memunculkan sikap tingkah laku dari apa yang mereka
tonton, mulai dari sekedar melihat sampai pada menirukan
perilaku karakter pemeran kartun. Pemilihan tontonan
yang baik sangat mempengaruhi hasil perilaku yang baik
pada anak usia sekolah dasar.

44
DAFTAR PUSTAKA

A.S. Ranang, dkk. Animasi Kartun Dari Dialog Sampai Digital. Jakarta: PT.
Index, 2010.

Adinegoro, Ramdhani. Perbedaan Kartun dan Cartoon. (Mahasiswa Uin


Sunan Kalijaga, 2014, Ilmu Sosial dan Humaniora, prodi
Ilmu Komunikasi).
www.kompasiana.com/ramdhani_adi/552ac6ec6ea834f6595
52d04/perbedaan-kartun-dan-cartoon (akses 28 Desember
2019)

Adliyani, Zaraz Obella Nur. “Pengaruh Perilaku Individu terhadap Hidup


Sehat”, Lampung: Faculty of Medicine, Lampung University.

Ali, M. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa, 1993

Andina, Elga. “Anime Dan Persepsi Budaya Kekerasan Pada Anak Usia
Sekolah”, Jurnal Aspirasi Volume 5 No 2 Desember, (2014):
120.

Ardine Albert. (2019, 28 Desember). “Mengenal genre kartun dan manga”,


Diakses 28 Desember 2019, dari
https://www.kompasiana.com/femiardine/551b6cbd813311591a9d
e6ea/mengenal-genre-kartun-dan-manga

Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, Bandung:


PT Remaja Rosdakarya Offset, 2015.

Arjoni, “Peran Madrasah dalam Menangkal Dampak Negatif


Globalisasi terhadap Perilaku Remaja”, Jurnal Ilmiah PGMI
Volume 3 Nomor 1 (2017): 9.

45
Chairilsyah, David. “Pembentukan Kepribadian Positif Anak Sejak Usia
Dini”, Jurnal Educhild Volume 01 Nomor 1 (2015): 1-2.

Fauzan, Ivan Derian. Dampak Buruk Kartun Terhadap Anak-Anak,


Jakarta: KEMENDIKBUD, 2015.

Hasanah, Nurwahidah Akmalul. “Pembentukan Karakter Disiplin Dalam


Pembiasaan Tadarus Al-Qur’an Pada Siswa di Smk Negeri 3
Purwokerto Kabupaten Banyumas”, Purwokerto: Skripsi Tidak
Diterbitkan, 2018.

Hatami, Wisnu. Dampak Budaya Populer Kartun Jepang Dalam Era Digital
Terhadap Rasa Kebangsaan Warganegara Muda Indonesia.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2017.

Husna H, Peny. dkk, “Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini


Dalam Keluarga”. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera 15 Nomor 2
(2017): hal. 46.

J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2014.

Japanese Station, Tim. Japanese Station. Jakarta: Bukune, 2015.


kaskus.co.id/sejarah-kartun-1907-hingga-sekarang

Kartono, Kartini. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Jakarta:


Rajagrafindo Persada, 2006.

Kholifah, Annisa Dwi Nur. dkk., “Hubungan Perilaku Positif Dalam


Praktikum Dan Keterlaksanaan Bimbingan Karir Dengan
Kesiapan Berkarir Di Dunia Industri Siswa SMKN Kelas XII
Program Keahlian Multimedia Di Kota Malang”, Jurnal
Penelitian Pendidikan Volume 35 Nomor 2 (2018): 104.

Madcoms, Adobe Premier Pro CS4 untuk Pemula, Yogyakarta: Penerbit


Andi, 2015.

46
Millah, Isma. Psikologi Kartun. Malang: Universitas Maulana Malik
Ibrahim, 2018.

Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2017.

Mufida, Elly. dkk., “Perancangan Aplikasi Parenting Penguatan Perilaku


Positif Anak Oleh Orang Tua Berbasis Android”, Jurnal
Matrik Volume 17 Nomor 2 (2018): 2.

Novianti, Nalti. “Dampak Drama, Anime, Dan Musik Jepang Terhadap


Minat Belajar Bahasa Jepang”, Jurnal Lingua Cultura Volume 1
No 2 November (2017): 153-154.

Noviarina, Hernita. Pengaruh Menonton Kartun (Kartun Jepang) terhadap


Perilaku, Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat, 2016.

Nurjan, Syarifan. Perilaku Delikuensi Remaja Muslim, Yogyakarta:


Samudra Biru [Anggota IKAPI], 2019.

.........................., Perkembangan Peserta Didik Perspektif Islam, Yogyakarta:


Titah Surga, 2019.

.........................., Psikologi Belajar, Ponorogo: Wade Group, 2016.

Oktaviana, L. Hubungan Antara Konformitas Dengan Kecenderungan Perilaku


Bulliying, Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2015.

Patilima, Hamid. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2015.

Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan


Penelitian, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2015.

Proborini, Asti. dkk., “Correlation Between Watching Japan Animation


(Anime) With Self-Concept Of Youth In Community Atsuki

47
Yogyakart”, Jurnal Keperawatan Respati Volume II Nomor 2
(2015): 31.

Putro Widoyoko, Eko. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016.

Salim, Nur Agus. “Peran Tayangan Adit Sopo Jarwo (Asj) Terhadap
Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar Di Kabupaten
Kutai Kartanegara.” Jurnal Pendas Mahakam 2 Nomor 1 Mei.
(2017): 72-82.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendekatan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2015.

Sugiyono. Metodologi Penelitian Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia, 2017.

Wahidati, Lufi. Dkk. “Pengaruh Konsumsi Anime Dan Manga


Terhadap Pembelajaran Budaya Dan Bahasa Jepang”, Jurnal
ejournal.undip Volume 7 No 1, (2018): 2.

Wulandari, T.P. Hubungan Pola Menonton Kartun dan Perilaku Membaca


Mangan Pada Anak-Anak. Surabaya: Universitas Airlangga,
2000.

Wulansari, Ayu. Bimbingan Proposal Skripsi, Universitas Muhammadiyah


Ponorogo, 2019.

Zanitri, Venny “Pengaruh Menonton Anime Jepang Di Internet


Terhadap Perilaku Imitasi Di Kalangan Komunitas Japan
Club East Borneo Kota Samarinda”, Ejournal.ilkom.fisip-
Universitas Mulawarman Volume 6 No 2, (2018): 15-27.

48

Anda mungkin juga menyukai