Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TEORI DAN APRESIASI SASTRA

“KOMIK”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Apresiasi Sastra

Dosen pengampu : Lilik Binti Mirnawati, S.Pd.I., M.Pd

DISUSUN OLEH :

1. Fatimah Nurul Imanah (20211115022)


2. Fia Mayang Fani (20211115010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Komik” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari Bu Lilik
Binti Mirnawati, S.Pd.I., M.Pd, pada mata kuliah Teori dan Apresiasi Sastra. Tersusunnya
makalah ini semoga mendatangkan manfaat yang besar untuk kita semua dan dalam rangka
menambah wawasan pengetahuan tentang komik. Walaupun pada mulanya penyusunan makalah
ini mengalami banyak kesulitan dalam menyatukan berbagai materi penting untuk disusun agar
menjadi sebuah bacaan yang menarik untuk dibaca, mudah dipahami oleh pembaca dan dapat
memberikan kontribusi positif dalam rangka memudahkan proses pembelajaran. Saya
mengucapkan terima kasih kepada Bu Lilik Binti Mirnawati, S.Pd.I., M.Pd, selaku dosen pada
mata kuliah Teori dan Apresiasi Sastra yang telah memberikan tugas ini sehingga saya dapat
menambah berbagai wawasan dan pengetahuan yang baru. Besar harapan agar makalah ini dapat
menjadi salah satu sumber belajar yang baik serta mendatangkan manfaat untuk seluruh
pembaca. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak
kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak
untuk menyempurnakan makalah ini sangat dinantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami semua.

Surabaya, 7 Maret 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................4
A. Sejarah komik di Indonesia.....................................................................................................4
B. Komik dan keberadaannya..........................................................................................5
C. Pengertian komik.........................................................................................................6
D. Komik berdasarkan bentuk dan jenisnya....................................................................6
E. Unsur-unsur komik.......................................................................................................9
F. Teknik membuat komik................................................................................................10
G. Kelebihan dan kekurangan komik................................................................................11
H. Memicu kreatifitas dengan komik................................................................................12
I. Kepentingan dalam membaca komik.............................................................................13

PENUTUP...................................................................................................................................15
1. Kesimpulan.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................16
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah komik di Indonesia

Sejarah komik di Indonesia sangat panjang. Komik Indonesia tidak dapat terlepas dari
peninggalan budaya seperti candi dan cerita wayang yang merupakan cikal bakal komik di
Indonesia. Candi Borobudur yang memiliki sebelas seri bas relief dan mencakup sekitar
1460 adegan. Adegan demi adegan merupakan sebuah kronologi yang menggambarkan
kisah pada masa lalu. Relief-relief yang tersusun secara berurutan dan membentuk cerita
pada candi merupakan prinsip dasar yang digunakan komik pada umumnya masa sekarang,
sehingga Borobudur dapat dikatakan sebagai cikal bakal komik di Indonesia. Selain candi
Borobudur, contoh lain yang dapat menguatkan fakta bahwa cikal bakal komik Indonesia
adalah keberadaan wayang beber. Dalam sejarah pembuatan cerita wayang, wayang beber
merupakan cerita wayang yang digambarkan di atas kertas atau kain. Dalam wayang beber,
gambargambar (lukisan menggunakan cat) yang di panel dalam setiap adegan dan saling
berurutan dan bertujuan untuk memberikan informasi (Maharsi, 2011:39). Persamaan antara
peninggalan candi dan lukisan wayang dengan komik adalah penggunaan media visual
gambar sebagai sumber informasi walaupun tanpa menggunakan teks—candi dan wayang
biasanya tertulis dalam bentuk kitab. Perbedaan komik saat ini dengan relief candi adalah
pada media yang digunakan. Candi Borobudur atau candi lainnya menggunakan media batu
yang dipahat, sedangkan wayang beber menggunakan kertas atau daun kering. Meskipun
menggunakan media yang berbeda, tujuan dan fungsi mereka adalah sama, yaitu
menceritakan sebuah informasi yang disunting adegan per adegan dengan gambar. Komik di
Indonesia mendapat pengaruh Barat dan Tiongkok pada 1931–1954 melalui surat kabar. Di
Barat, seperti Amerika, komik dilahirkan dan dibesarkan oleh media massa. Pada saat itu
harian berbahasa Belanda, De Java Bode (1938), memuat komik karya Clinge Doorebos
yang berjudul Flippie Flink dalam rubrik anak-anak. Kemudian, De Orient merupakan surat
kabar mingguan yang pertama kali memuat komik Flash Gordon (Bonnef, 1998:19).
Pengaruh Tiongkok juga masuk melalui surat kabar Sin Po yang merupakan media massa
Tiongkok peranakan yang menggunakan bahasa melayu menampilkan komik strip humor
karangan Kho Wang Gie. Setelah Kemerdekaan Indonesia, masyarakat mulai banyak
mengenal tokoh-tokoh komik strip populer dari Amerika seperti Rip Kirby (Alex Raymond),
Phantom (Wilson Mc Coy), Jonny Hazard (Frank Robbins), dan lainnya. Komik strip
mingguan tersebut kemudian diterbitkan dalam bentuk buku yang merupakan komik buku
pertama di Indonesia yang diterbitkan oleh Gapura dan Keng Po di Jakarta serta Perfectas di
Malang.

B. Komik dan keberadaanya

Pada masa lalu komik asli Indonesia cukup pesat berkembang pada 1960 sampai 1970,
menyajikan keragaman cerita seperti wayang, tokoh pahlawan, mistik, dan humor. Selain
kemasan buku, komik dapat ditemui di surat kabar dengan penyajian komik strip sederhana
seperti Doyok dan Ali Oncom yang menggambarkan sisi hidup masyarakat pada umumnya
yang dikemas dalam bentuk komedi situasi yang siangkat namun kental dengan kehidupan
masyarakat. Pada saat ini, masyarakat Indonesia lebih mengenal komik luar negeri
dibandingkan dengan komik asli Indonesia, khususnya komik dari Jepang (Manga). Pada
90-an perkembangan komik luar sangat pesat di pasar komik Indonesia dengan
menampilkan cerita ringan dan gambar sederhana. Dikemas dengan menarik, komik-komik
ini dengan mudah mendapat sambutan yang baik dari masyarakat Indonesia, khususnya
anak-anak. Komik Jepang seperti manga sangat populer sampai saat ini, seolah-olah
menyingkirkan keberadaan komik local. Salah satu yang menyebabkan komik lokal lesu
adalah bermunculan banyak komikus lokal yang memiliki aliran komik asal negeri Sakura
ini. Perkembangan komik di Indonesia kini juga diikuti dengan komik-komik dari Eropa dan
Amerika yang menyajikan tema cerita heroik fantasi yang dikemas sangat menarik. F.
Laccasin pada 1971 mengatakan bahwa komik sebagai seni ke sembilan di majalah “Pour un
neuvieme art” (Bonnef, 1998). Sebelumnya pada 1920, menurut sejarah, salah satu pendiri
klub sinema Paris dan seorang teoritikus film dan penyair bernama Ricciotto Canudo
mengutarakan 7 urutan kesenian dan pada 1964, Claude Beylie menyatakan televisi sebagai
seni ke delapan sebelum komik. Di Indonesia komik sudah menjadi media komunikasi yang
mudah dinikmati di kalangan masyarakat luas, tua maupun muda. Kepopuleran komik di
kalangan masyarakat luas karena penyampaian cerita yang ingin disampaikan bukan hanya
teks saja melainkan dibuat dalam bentuk gambar yang menarik. Gambar menjadi sebuah
bahasa universal yang mudah untuk dimengerti dan dipahami. Komik menjadi salah satu
sarana untuk menyampaikan pesan yang beragam, dari penyampaian kehidupan sehari-hari
sampai pesan atau kritik politik yang sedang terjadi di tengah masyarakat seperti yang biasa
dijumpai di surat kabar.

C. Pengertian Komik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komik adalah cerita bergambar (di majalah,
surat kabar, atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicema dan lucu. Komik adalah
cerita yang bertekanan pada gerak dan tindakan yang ditampilkan lewat urutan gambar yang
dibuat secara khas dengan paduan kata-kata Secara umum komik adalah cerita bergambar
yang ada gelembung- gelembung atau balon udara. Jadi komik merupakan gambar yang
menyampaikan informasi atau menghasilkan respon estetik pada yang melihatnya. Hampir
seluruh teks komik tersusun dari hubungan antara gambar atau lambang visual dan kata-kata
atau lambang verbal. Seto Mulyadi, seorang psikolog anak, mengatakan bahwa bacaan
komik dapat membantu memvisualisasikan imajinasi anak yang belum bisa membaca.
Visualisasi anak diperlukan karena imajinasi mereka masih sangat terbatas (Femina, 1995).
Seto juga menambahkan orang tua sebaiknya memperkenalkan buku teks termasuk buku
cerita ketika anak anak sudah pada usia lancar membaca. Melihat begitu luasnya
perkembangan komik sebagai sebuah media penyimpan dan penyampai nilai, komik dapat
dikatakan kurang lebih sama dengan hasil budaya rupa lainnya seperti lukisan, patung, dan
grafis. Kecenderungan pola pikir masyarakat yang masih menganggap bahwa komik sebagai
bacaan anak-anak dapat menimbulkan dampak yang tidak baik, merusak moral dan
sebagainya. Oleh karena itu diperlukan pendekatan dan pengkajian komik pada
perbendaharaan yang terdapat pada komik baik lokal maupun komik luar.

D. Komik Berdasarkan Bentuk dan Jenis

Bonnef (1998) mengatakan bahwa komik terdiri dari 2 kategori, yaitu komik bersambung
atau lebih dikenal dengan istilah comic strips dan buku komik dengan istilah comic books
(Bonnef, 1998:9). Pada saat ini bentuk komik sudah sangat berkembang. Selain dalam
bentuk strip dan buku, komik bisa ditemukan dalam bentuk novel, yaitu novel grafis dan
novel kompilasi (Maharsi, 2011:18– 19).

 Komik Strip

Komik strip bersambung merupakan salah satu jenis dari komik strip. Jenis komik ini
banyak sekali dijumpai di harian surat kabar maupun di Internet. Komik strip bersambung
disajikan dalam rangkaian gambar yang disajikan secara singkat dan berseri di setiap
edisinya secara teratur. Rasa keingintahuan pembaca dibawa untuk cerita selanjutnya.
gambar yang disajikan secara singkat dan berseri di setiap edisinya secara teratur. Rasa
keingintahuan pembaca dibawa untuk cerita selanjutnya. Komik strip lainnya adalah komik
strip kartun. Biasanya komik strip jenis ini menceritakan sindiran terhadap isu-isu yang
sedang terjadi di tengah masyarakat namun disajikan dengan pendekatan humor.

 Buku Komik

Komik jenis ini adalah komik yang disajikan dalam sebuah buku tersendiri dan terlepas dari
bagian media cetak lain seperti komik strip dan komik kartun. Buku komik termasuk dalam
jenis buku fiksi. Isi buku ini merupakan cerita fiksi yang tidak berdasarkan dengan
kehidupan nyata. Buku komik di Indonesia dekat dengan istilah cergam, sejenis komik atau
gambar yang diberi teks. Teknik menggambar cergam dibuat berdasarkan cerita dengan
berbagai sudut pandang penggambaran yang menarik. Menurut Oxford Dictionary, buku
adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu
ujungnya yang berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembar kertas pada buku
disebut halaman.

Dalam penyampaian pesan dalam sebuah komik, gambar maupun ilustrasi merupakan
elemen yang penting. Gambar dapat menjadi pintu gerbang bagi pembaca untuk masuk ke
cerita yang hendak disampaikan. Oleh karena itu pertimbangan yang matang diperlukan baik
dalam memilih gambar maupun cara menampilkan nya. Gambar yang baik harus dapat
mendeskripsikan artikel yang disampaikan secara cepat dan efektif, relevan dengan konteks
yang disampaikan, memiliki makna yang terkandung di dalamnya yang dapat memengaruhi
emosi pembaca. Seiring perkembangan dunia informatika, selain buku cetak, kini dikenal
juga istilah e-book (buku elektronik), e-magazine (majalah elektronik) seperti website dan
blog. Dewasa ini perkembangan buku komik dari luar negeri sangat berkembang pesat di
Indonesia. Buku komik mudah untuk ditemukan di toko buku. Kemasan buku komik sangat
beragam dan dikemas dalam bentuk yang menarik. Pada umumnya buku komik disajikan
tidak terlalu tebal dan dengan ukuran yang tidak terlalu besar, sehingga mudah untuk
dibawa.

 Novel Grafis

Komik jenis ini adalah komik yang menampilkan cerita yang memiliki tema yang serius.
Bobot cerita novel grafis disajikan lebih kepada konsumen yang sudah dewasa. Cerita yang
disajikan pun layaknya sebuah novel dan disajikan dengan gambar menyerupai buku komik.
Perbedaan kemasan novel grafis dengan buku komik lainnya juga dibedakan; isi novel grafis
biasanya disajikan lebih dari seratus halaman dan biasanya dikemas dengan hard cover.
Istilah novel grafis pertama kali dipopulerkan oleh Wil Eisner, seorang kartunis veteran saat
ia membujuk sebuah percetakan untuk menerbitkan sebuah komik setebal buku pada
umumnya berjudul “A Contract With God”. Pada awal pemakaian, istilah novel grafis
menjadi sebuah perdebatan dalam dunia komik. Penyajian buku komik yang lebih tebal dari
kebanyakan buku komik yang ada menimbulkan pertanyaan, apakah komik bukan sebuah
buku. Seiring dengan waktu, masyarakat menerima bahwa buku komik adalah buku yang
disajikan dengan sederhana dan memiliki ketebalan 32 halaman (standar komik amerika
pada 1970–sekarang). Jenis ilustrasi yang digunakan pada novel grafis pun tidak jauh
berbeda dengan komik pada umumnya yaitu menggunakan ilustrasi khayalan, yang gambar
hasil pengolahan daya cipta secara imajinatif (khayal).

 Comicweb

Komik daring (dikenal juga sebagai comicweb atau komik internet) adalah komik yang


diterbitkan di situs web. Sementara banyak diterbitkan secara eksklusif di web, yang lain juga
diterbitkan di majalah, koran atau di buku. Komik daring dapat dibandingkan dengan komik
cetak yang diterbitkan sendiri di mana hampir semua orang dapat membuat komik daring
mereka sendiri dan mempublikasikannya. Tingkat pembaca bervariasi; banyak yang hanya
dibaca oleh teman-teman langsung dari pencipta dan keluarga, sementara beberapa pembaca
diklaim jauh lebih besar di mana dari satu juta pembaca.
 Komik Instruksional

Komik instruksional adalah jenis komik strip yang dirancang untuk tujuan edukasi atau
informasi. Bahasa yang digunakan biasanya bersifat universal (bahasa gambar dan simbol).
Contohnya adalah petunjuk manual pada alat-alat elektronik dan instruksi penggunaan
masker oksigen pada kabin pesawat terbang. 

E. Unsur-unsur Komik 

Komik mempunyai unsur atau elemen tertentu yang menjadi syarat dasar berupa bahan-
bahan atau bagian-bagian yang membentuk desain komik secara menyeluruh. Menurut
Gumelar (2011), beberapa unsur atau elemen dasar sebuah komik adalah sebagai berikut: 

 Space. Merupakan ruang dalam komik. Ruang dapat berupa kertas, kanvas, dan ruang di
media digital. Space berguna sebagai tempat bagi karakter dalam komik untuk melakukan
aksi tertentu. Space komik dapat berukuran 11,4 x 17,2 cm; 13,5 x 20 cm; 14 x 21 cm
atau lebih besar dari ukuran tersebut sesuai dengan kebutuhan. 
 Image. Merupakan gambar, foto, ilustrasi, logo, simbol, dan icon yang membentuk
komik. Image dalam komik dapat dibuat dengan gambar goresan tangan. Image
merupakan elemen yang penting dalam komik sebab image dapat menunjukkan beberapa
adegan yang ada dalam komik. 
 Teks. Merupakan simbol dari suara yang ada dalam komik. Suara dapat berasal dari
percakapan antar tokoh maupun efek suara dari adegan yang sedang terjadi. Suara yang
berasal dari percakapan biasanya ditulis dalam balon kata setiap tokoh komik. Teks harus
ditempatkan dengan jelas agar mudah dibaca dan tidak mengganggu gambar dalam
komik. 
 Colour. Merupakan warna dalam komik. Pewarnaan dibagi lagi menjadi tiga yaitu warna
cahaya yang berasal dari tiga cahaya warna utama (merah, hijau, biru), warna cat
transparan yang dihasilkan oleh empat warna utama utama (biru muda, pink, kuning, dan
hitam), dan warna tidak transparan atau warna tidak tembus pandang yang berasal dari
lima warna utama yaitu putih, kuning, merah, biru, dan hitam. 
 Voice, Sound, Audio. Voice merupakan hasil ucapan atau kata-kata yang dikeluarkan
melalui mulut oleh tokoh baik manusia, hewan, maupun makhluk lain. Sound adalah
hasil bunyi apapun yang tidak dikeluarkan melalui mulut baik dari gesekan, hewan,
benda elektronik, dan tumbuhan. Audio lebih cenderung pada hasil suara alat elektronik
seperti komputer, radio, televisi, dan telepon.
F. Teknik Membuat Komik 
Menurut Gumelar (2011), terdapat tiga jenis teknik yang biasa digunakan dalam
membuat sebuah komik, yaitu:

a. Teknik Tradisional (Traditional Technique) 

Pembuatan komik dengan teknik tradisional yaitu dengan menggunakan alat dan bahan
tradisional seperti pensil, pena, tinta tahan air, spidol kecil, penghapus, cat, pensil warna,
kertas gambar, kertas HVS, cutter, dan hairdryer sebagai pengering serta bahan lain yang
relevan digunakan.

Pembuatan komik dengan teknik tradisional dilakukan dengan tahapan berikut ini: 

 Siapkan kertas sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.


 Siapkan skripnya, apabila tidak ada, pembuat komik dapat langsung menuangkan
ide yang ada di pikirannya. 
 Tuliskan teks terlebih dahulu dengan memperhatikan skrip. 
 Buat gambar-gambar raw sketch (sketsa kasar). Sketsa kasar dibuat sesuai dengan
skrip. Selanjutnya sketsa kasar akan disalin menjadi gambar hampir jadi. Sketsa
kasar juga dapat dijadikan finished sketch (sketsa yang sudah rapi dan siap ditinta)
agar lebih menghemat waktu. 
 Sketsa kasar kemudian ditinta dengan menggunakan tinta bak atau pen permanen
lainnya, disesuaikan dengan kebutuhan. 
 Langkah terakhir adalah mewarna secara tradisional. Pada saat mewarna, dapat
digunakan marker atau spidol dengan membuka penutup belakangnya sehingga
pewarnaan akan lebih mudah karena warna akan lebih banyak keluar.

b. Teknik Digital (Digital Technique) 

Digital technique atau teknik digital merupakan teknik pembuatan digital dengan bantuan
alat-alat digital. Alat-alat digital yang digunakan yaitu komputer atau tablet dan software
seperti Adobe Photoshop, Adobe Design, Corel Draw, dan lain-lain sesuai kebutuhan.
Pembuatan komik secara digital membutuhkan kemampuan yang lebih daripada
pembuatan komik secara tradisional sebab pengerjaannya yang lebih rumit.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik digital yang pertama adalah menggambar
secara digital dengan menggunakan komputer atau tablet. Komputer atau tablet yang
digunakan untuk menggambar tentunya telah berisi software yang telah disebutkan dalam
alat-alat digital.

c. Teknik Hibrid (Hybrid Technique) 

Hybrid Technique adalah teknik membuat komik secara gabungan antara cara tradisional
dan cara digital. Jumlah dan persentase antara digital dan tradisional tidak
dipermasalahkan, yang terpenting adalah menggabungkan dua teknik tersebut. Secara
tradisional, alat-alat yang diperlukan sama dengan alat-alat dalam teknik tradisional. Alat-
alat tersebut akan digabungkan dengan alat-alat digital seperti komputer, scanner, dan
software dalam komputer untuk pewarnaan komik.

Langkah pembuatan komik dengan teknik gabungan, pertama adalah siapkan gambar
hitam putih yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian, lakukan scan pada gambar hitam
putih tersebut sehingga diperoleh gambar dalam bentuk copy digital. Setelah gambar
menjadi bentuk copy digital, gambar akan diwarna dengan digital colouring. Pewarnaan
secara digital dapat dilakukan dengan software seperti Corel Draw, Adobe Photoshop,
The Gimp, atau sejenisnya. Apabila pewarnaan pada gambar telah selesai, langkah
selanjutnya adalah lettering atau pemberian teks. Pemberian teks dilakukan untuk
memperjelas adegan tokoh dalam komik. Pemberian teks dapat dilakukan dengan Adobe
Photoshop atau software sejenisnya.

G. Kelebihan dan Kekurangan Komik 


Komik dapat menjadi pilihan sebagai media pembelajaran karena kecenderungan anak-
anak yang lebih menyenangi bacaan media hiburan seperti komik dibandingkan dengan
membaca buku pelajaran. Menurut Trimo (1992), komik yang digunakan sebagai media
pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:
a. Kelebihan Komik 
Kelebihan atau keunggulan komik sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut: 
 Komik memiliki sifat sederhana dalam penyajiannya. 
 Memiliki unsur urutan cerita yang memuat pesan yang besar tetapi disajikan
secara ringkas dan mudah dicerna. 
 Dilengkapi dengan bahasa verbal yang dialogis. 
 Dengan adanya perpaduan antara bahasa verbal dan non verbal, dapat
mempercepat pembaca memahami isi pesan yang dibacanya, karena pembaca
terbantu untuk tetap fokus dan tetap pada jalurnya. 
 Ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca terlihat secara emosional,
mengakibatkan pembaca ingin terus membacanya hingga selesai.
b. Kekurangan Komik 
Kekurangan atau kelemahan komik sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut:
 Kemudahan orang membaca komik membuat malas membaca sehingga
menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar. 
 Ditinjau dari segi bahasa komik hanya menggunakan kata-kata kotor atau kalimat-
kalimat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. 
 Banyak aksi-aksi yang menonjolkan kekerasan atau tingkah laku yang prevented. 
 Banyak adegan percintaan yang menonjol.

H. Memicu Kreatifitas dengan Komik


Seperti diketahui, komik memiliki banyak arti dan debutan, yang disesuaikan dengan
tempat masing-masing komik itu berada. Secara umum, komik sering diartikan sebagai
cerita bergambar. Scout McCloud memberikan pendapat bahwa komik dapat memiliki
arti gambar-gambar serta lambang lain yang ter-jukstaposisi (berdekatan, bersebelahan)
dalam urutan tertentu, utuk menyampaikan informasi dan/atau mencapai tanggapan
estetis dari pembacanya. Komik sesungguhnya lebih dari sekedar cerita bergambar yang
ringan dan menghibur. Komik bukan cuma bacaan bagi anak-anak. Komik adalah suatu
bentuk media komunikasi visual yang mempunyai kekuatan untuk menyampaikan
informasi secara popular dan mudah dimengerti. Hal ini dimungkinkan karena komik
memadukan kekuatan gambar dan tulisan, yang dirangkai dalam suatu alur cerita gambar
membuat informasi lebih mudah diserap. Teks membuatnya lebih dimengerti, dan alur
membuatnya lebih mudah untuk diikutidan diingat. Dewasa ini komik telah berfungsi
sebagai media hiburan yang dapat disejajarkan dengan berbagai jenis hiburan lainnya
seperti film, TV, dan bioskop. Komik adalah juga media komunikasi visual dan lebih
daripada sekedar cerita bergambar yang ringan dan menghibur. Komik sebagai media
berperan sebagai alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Komik sebagai
media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan
pembelajaran. Dalam konteks ini pembelajaran menunjuk pada sebuah proses komunikasi
antara pebelajar (mahasiswa) dan sumber belajar (dalam hal ini komik pembelajaran).
Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan
secara jelas, runtut, dan menarik. Pesan pembelajaran yang baik memenuhi beberapa
syarat. Pertama, pesan pembelajaran harus meningkatkan motivasi pebelajar. Pemilihan
isi dan gaya penyampaian pesan mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada
pebelajar. Kedua, isi dan gaya penyampaian pesan juga harus merangsang pebelajar
memproses apa yang dipelajari serta memberikan rangsangan belajar baru. Ketiga, pesan
pembelajaran yang baik akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan,
umpan balik dan juga mendorong pebelajar untuk melakukan praktik-praktik dengan
benar.

I. Kepentingan dalam membaca komik

Terkhusus media komik pembelajaran oleh Vulte (2014) yang menyatakan alasan perlunya
membaca komik, diantaranya :

a. Kalimat-kalimat yang termuat didalam komik memiliki kata-kata yang lebih kompleks
dibandingkan dengan media cetak lainnya
b. Komik telah dianggap dapat meningkatkan daya ingat. Hal tersebut dikarenakan komik
dibuat secara berurutan, membutuhkan daya ingat dan imajinasi oleh diri sendiri
c. Dalam pengenalannya, komik mengenalkan cerita yang tidak biasa
d. Komik dianggap menjadi suatu cara dalam mempelajari sastra yang rumit dan banyak
jenisnya namun mudah untuk dimengerti
e. Komik dapat digunakan sebagai pembelajaran karakter karena apabila komik disajikan
bersifat brutal dan kasar maka anak yang membaca akan bertindak seperti yang
dibacanya (Karmawati, 2007)
f. Komik dapat memudahkan pembaca terhadap pemahaman isi bacaan
g. Komik dapat menciptakan semangat dalam menulis, karena anak-anak senang
berimajinasi
h. Dapat menambah pengetahuan tentang kata-kata baru
i. Digunakan sebagai bahan perluasan imajinasi yang dimiliki
j. Komik dapat digunakan sebagai meningkatkan prestasi (Budiarti & Haryanto, 2016)
PENUTUP

Kesimpulan

Komik adalah cerita yang bertekanan pada gerak dan tindakan yang ditampilkan lewat urutan
gambar yang dibuat secara khas dengan paduan kata-kata Secara umum komik adalah cerita
bergambar yang ada gelembung- gelembung atau balon udara. Jadi komik merupakan gambar
yang menyampaikan informasi atau menghasilkan respon estetik pada yang melihatnya. Pada
saat ini bentuk komik sudah sangat berkembang. Selain dalam bentuk strip dan buku, komik bisa
ditemukan dalam bentuk novel, yaitu novel grafis dan novel kompilasi. Kelebihan komik sebagai
media pembelajaan yaitu memiliki unsur urutan cerita yang memuat pesan yang besar tetapi
disajikan secara ringkas dan mudah dicerna, dilengkapi dengan bahasa verbal yang dialogis,
dengan adanya perpaduan antara bahasa verbal dan non verbal, dapat mempercepat pembaca
memahami isi pesan yang dibacanya, karena pembaca terbantu untuk tetap fokus dan tetap pada
jalurnya, ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca terlihat secara emosional. Sedangkan
kekurangan komik sebagai media pembelajaran yaitu memudahan orang membaca komik
membuat malas membaca sehingga menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang
tidak bergambar, ditinjau dari segi bahasa komik hanya menggunakan kata-kata kotor atau
kalimat-kalimat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan, banyak aksi-aksi yang menonjolkan
kekerasan atau tingkah laku yang prevented.
REFERENSI

Komik. (n.d.). (n.p.): Dwi - Quantum

Soedarso, N. (2015). Komik: karya sastra bergambar. Humaniora, 6(4), 496-506

Bonneff, M. (1998). Komik indonesia. Kepustakaan Populer Gramedia

Maharsi, I. (2011). Komik. Dwi-Quantum

Waluyanto, Heru Dwi. "Komik sebagai media komunikasi visual pembelajaran." Nirmana 7.1
(2006)

Subroto, Erlanda Nathasia, Abd Qohar, and Dwiyana Dwiyana. "Efektivitas pemanfaatan komik
sebagai media pembelajaran matematika." Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan 5.2 (2020): 135-141

Anda mungkin juga menyukai