Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DRAMA MODERN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Apresiasi Drama

Dosen Pengampu :

Siswanto, S.Pd., M.A.

Furoidatul Husniah, S.S., M.Pd.

Kelompok 6 :

1. Ghina Febyta Larasati . (210210402069)


2. Nor Diana Kamila (210210402078)
3. Mohammad Rizal (210210402127)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Drama Modern” sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada baginda Rasulullah
SAW, yang telah membawakan risalah ilmu kepada umat manusia.

Makalah ini disusun dengan semaksimal mungkin untuk memenuhi tugas Apresiasi Drama
dengan Dosen Pengampu Bapak Siswanto, S.Pd., M.A. dan Ibu Foruidatul Husniah, S.S., M.Pd. Penulis
menyadari bahwa makalah yang dibuat jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, isi, maupun
penulisan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca guna memperbaiki dan
meningkatkan kualitas penyusunan makalah kedepannya.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca,
khususnya warga Universitas Jember.

Jember, 20 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 6
2.1 Hakikat Drama Modern ............................................................................................... 6
2.2 Pertumbuhan Drama Modern ....................................................................................... 6
2.3 Unsur-unsur Drama Modern ........................................................................................ 6
2.4 Jenis-Jenis Teater Modern............................................................................................ 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Drama adalah karya sastra dengan prolog atau dialog yang dipertunjukkan dan ditonton
di depan panggung. Sebagai sebuah karya sastra yang akan dipentaskan, drama selalu
melibatkan naskah-naskah drama yang disusun. Skenario drama biasanya merupakan
peristiwa nyata dari kehidupan seseorang atau peristiwa fiksi berdasarkan imajinasi
pengarang. Naskah lakon biasanya ditulis dalam bentuk dialog dan dibawakan oleh aktor,
dan bertujuan untuk menyajikan peristiwa kehidupan di atas panggung melalui argumen
dan konflik.
Indonesia mempunyai beragam seni, Seni memiliki nilai estetik (indah) yang
menyenangkan hati dan meliputi pemikiran yang diekspresikan dalam bentuk tindakan atau
simbol, berdasarkan pemahaman, penghayatan dan pandangan penikmat seni. Salah satu
kesenian yang kita perhatikan adalah seni teater, pertunjukan drama bukan hanya sekedar
hiburan untuk umum. Dibalik itu ada pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat
tentang kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan yang relevan menyangkut semua perilaku
sosial yang menyangkut kelompok manusia tertentu. Misalnya kehidupan moral, agama,
kehidupan ekonomi dan kehidupan politik.
Pada teater abad ke-20, teater sebenarnya telah berubah selama berabad-abad sejak
abad ke-18. Teater modern memiliki efek khusus dan teknologi baru. Orang-orang datang
ke teater tidak hanya untuk melihat teater, tetapi juga untuk menikmati musik, hiburan,
pendidikan, dan mempelajari hal-hal baru. Dekorasinya termasuk instalasi panggung arena,
atau seperti yang sekarang dikenal, teater di tengah rumah. Saat ini, ada banyak cara untuk
mengekspresikan karakter yang berbeda dalam pertunjukan (selain intonasi) melalui musik,
dekorasi, pencahayaan, dan efek elektronik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Hakikat Drama Modern?
2. Bagaimana Pertumbuhan Drama Modern dalam tahun ke tahun?
3. Apa saja unsur-unsur Drama Modern?
4. Apa saja jenis-jenis dalam Drama Modern?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat Drama Modern.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan Drama Modern dari tahun ke tahun.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur Drama Modern.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis Drama Modern.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Drama Modern
Drama atau teater modern merupakan teater yang mendapat pengaruh dari teater
tradisional dan teater Barat. Karena pengaruh Barat, pertunjukan teater modern sangat berbeda
dengan teater tradisional. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari cerita/naskah yang akan
disajikan, tata panggung, dan pencahayaan.

Istilah modern di sini hanya untuk menyatakan yang bukan tradisional atau dengan istilah
lain nontradisional. Teater ini didasarkan pada teks naratif tertulis yang diangkat dari sebuah
karya sastra (maskah lakon/cerita), yang dikaitkan dengan pemahaman dan hukum dramaturgi.
Teater modern ini didasarkan pada teater barat dalam hal material, struktur, dan pementasan.

Teater modern tidak mengutamakan alur cerita, tetapi lebih menekankan masalah dan
konflik, masalah psikologis, serta melengkapi karakter dan kualitasnya. Pementasannya
melalui dialog dan drama, sedikit atau tidak ada tarian, nyanyian atau canda seperti dalam teater
tradisional.

Era teater modern Indonesia masih sangat muda. Pada abad ke-19 kita telah mengenal
bentuk lakon yang ditulis di Manado, kemudian diselesaikan di Lebak yang isinya menyangkut
orang Indonesia, karya itu ditulis oleh seorang Belanda dengan Bahasa Belanda pula, yaitu
Douwes Dekker.

2.2 Pertumbuhan Drama Modern

Produksi lakon yang sebenarnya dimulai pada tahun 1901, ketika F. Wiggers menulis
babak pertama dari lakon sastra yang sah berjudul Lelakon Be Retno. Meski alasan mengapa
naskah itu ditulis tidak jelas, tampaknya penulis drama lain telah dipengaruhi oleh "Barat".

Sastra dramatik pertama dalam bahasa Indonesia yang ditulis dengan model dialog tokoh
dan dalam bentuk puisi adalah Bebusuri karya Rostam Efendi (artinya kemerdekaan sejati atau
hakekat kemerdekaan) (1926). Setelah itu, muncul beberapa dramawan lain seperti Sanusi
Pane, Muhammad Yumin, Armije Pane. Nur Sutan Iskandar, Imam Supardi, Dr. Sarimon
Wirjosandjojo, Pak Singgih hingga Ir. Sukarno. Para penulis ini adalah sarjana Indonesia,
menulis dalam bahasa Indonesia dan mencoba Indonesia merdeka. Naskah tertulis memuat
tema kebangsaan, persoalan, harapan dan perjuangan mewujudkan Indonesia sebagai bangsa
yang merdeka.
Pada tahun 1940-an, seluruh seni budaya Unar difokuskan untuk mendukung
pemerintahan otoriter Jepang. Semua kreasi artistik diarahkan secara sistematis untuk
keberhasilan pemerintahan totaliter Jepang. Rombongan teater pertama yang berkembang saat
ini adalah rombongan profesional. Saat itu, segala bentuk hiburan Belanda telah hilang karena
pemerintah kolonial Jepang menyerap budaya Barat: kafilah dagang keliling seperti Bintang
Surabaya, Dewi Mada, Mis Ribot. Nona Titjih, Tjahusya Asia. Warna sari. Mata Hari,
Pancawarna dan lainnya mengembangkan cerita dalam bahasa Indonesia, Jawa dan Sanda
Baru setelah Bung Karno dan Bang Hatta mendeklarasikan Indonesia sebagai negara
merdeka dan berdaulat, teater berkembang pesat. Jika sebelumnya teater didirikan oleh orang-
orang yang tidak mengenal sustru, ke depannya dibangun oleh para sastrawan. Sebelum tahun
1950-an, kita mengenal nama Usmar Ismail. Asrul Sani, Idrus dan Trisno Sumardjo.
Pada tahun 1950-an dan seterusnya, sejumlah sastrawan mulai menulis lakon atau lakon.
Beberapa dilakukan, tetapi sebagian besar tetap utuh atau dipentaskan. Penulis tersebut antara
lain Slamet Mulyana, Aoh Karta Hadimadja, Achidiat Karta Mihanija, Rustandi Kartakisama,
Unay Tatang Sentani dan Sitor Situmorang.
Baru pada tahun 1960-an kita melihat serial TV Indonesia ditayangkan secara rutin di
beberapa kota besar antara lain Yogyakarta, Surakarta, Jakarta, dan Bandung. Di antara penulis
muda paling produktif tahun 1960-an adalah Korjomuljo, diikuti oleh Motinggo Bocsye.
Namun pada tahun itu muncul beberapa nama dan menjadi penting dalam perkembangan teater
selanjutnya. Mereka adalah WS Rendra, Subagio Sastrowardojo dan Iwan Simatupang.

2.3 Unsur-unsur Drama Modern


Drama modern memiliki beberapa unsur penting yang membedakannya dari jenis
drama lainnya. Beberapa unsur tersebut antara lain:

1. Plot (Alur Cerita): Plot dalam drama modern mengacu pada urutan kejadian atau
rangkaian peristiwa yang disusun secara kronologis dalam cerita. Plot haruslah
mengandung konflik yang menarik dan dapat mempertahankan perhatian penonton. Hal
ini bertujuan untuk membangkitkan ketegangan dan emosi penonton, sehingga cerita
terasa hidup dan memikat.
2. Karakter: Karakter dalam drama modern haruslah kompleks dan memiliki keunikannya
masing-masing. Setiap karakter haruslah memiliki motivasi, tujuan, dan konflik
internal yang dapat menghidupkan cerita dan meningkatkan ketegangan drama.
Karakter juga harus berkembang dan berubah seiring dengan alur cerita.
3. Tema: Tema dalam drama modern dapat bervariasi, namun pada umumnya mengangkat
tema yang relevan dengan kehidupan manusia modern, seperti cinta, persahabatan,
kebencian, kehormatan, persaingan, dan sebagainya. Tema juga dapat mengangkat isu
sosial, politik, atau kultural yang menjadi perhatian masyarakat pada masa tersebut.
4. Dialog: Dialog merupakan elemen penting dalam drama modern. Dialog haruslah
memiliki kejelasan, kesesuaian dengan karakter, dan dapat membangkitkan emosi pada
penonton. Dialog juga harus diucapkan dengan intonasi, ekspresi, dan gerakan tubuh
yang sesuai dengan situasi dan kondisi dalam cerita.
5. Setting (Latar Tempat dan Waktu): Setting dalam drama modern haruslah sesuai
dengan cerita yang diangkat. Latar tempat dan waktu haruslah dapat memperkuat alur
cerita, menambah suasana, dan memberikan kejelasan pada penonton mengenai tempat
dan waktu cerita berlangsung. Setting juga dapat memberikan kesan estetis dan
menambah daya tarik visual pada drama.
6. Teknik-teknik Drama: Drama modern juga menggunakan berbagai teknik-teknik
drama, seperti musik, tata panggung, tata cahaya, dan kostum. Teknik-teknik tersebut
digunakan untuk memberikan kesan yang lebih dramatis pada penonton, serta untuk
menambah daya tarik visual pada drama.

2.4 Jenis-Jenis Teater Modern


1. Teater Dramatik

Teater dramatik mengacu pada pertunjukan teater berdasarkan dramatik lakon yang
dipentaskan. Teater dramatik memperhatikan perubahan psikologis karakter, situasi plot,
dan detail peristiwa latar belakang. Serangkaian cerita teater dramatik mengikuti plot atau
alur cerita yang ketat, mencoba membangkitkan minat dan perasaan penonton terhadap
situasi cerita yang disajikan, menekankan penampilan para aktor, dan melengkapinya
dengan sensasi sehingga penonton tergugah. Suatu peristiwa berhubungan dengan
peristiwa lain sedemikian rupa sehingga membentuk keseluruhan lakon. Karakter yang
ditampilkan di atas panggung adalah karakter manusia yang utuh dalam arti proses
improvisasi pengembangan karakter sudah tidak ada lagi (Fredman dan Reade, 1996:244).
Teater dramaik juga disebut sebagai teater yang sumber ekspresi dasarnya adalah naskah
atau lakon drama. Oleh karena itu, kekuatan teater dramatik terletak pada dialog para
tokohnya.

2. Teater Gerak
Teater gerak adalah pertunjukan teater yang unsur utamanya adalah gerakan, ekspresi
wajah, dan tubuh pemainnya. Seperti dalam pertunjukan pantomim klasik, penggunaan
dialog sangat dibatasi atau bahkan dihilangkan sama sekali. Tempat kelahiran teater gerak
belum diketahui secara pasti, namun kebebasan berekspresi seniman teater, khususnya yang
berkaitan dengan gerak, mencapai puncaknya pada masa Commedia dell'Arte di Italia. Saat
itu, pembuat teater (untuk karakter tertentu) bisa bergerak semaunya, bahkan menyimpang
dari sifat dasar karakternya, untuk menarik perhatian penonton. Gagasan tentang adegan
pementasan gerakan secara mandiri muncul sebagai akibat dari kebebasan berekspresi
gerakan. Pantomim adalah bentuk teater yang paling terkenal dan bertahan lama karena
pantomim merupakan pertunjukan hening tanpa suara, pantomim mencoba menyampaikan
emosi melalui gerak tubuh dan ekspresi wajah pemain. Makna pesan karya ditampilkan
dalam bentuk gerakan. Di Indonesia, selain pantomim, drama tari dan sendratari juga
terdapat teater gerak. Tari drama adalah tarian yang pementasannya menggunakan alur atau
plot, tema dan dibawakan secara berkelompok.

3. Teater Boneka

Marionette adalah boneka yang dikendalikan dengan tali. Dari zaman Yunani kuno
hingga sekarang, boneka memiliki sejarah yang panjang. Sebelum boneka terbuat dari kayu
di Yunani kuno, mereka terbuat dari terakota. Bukti dari sejarah menunjukkan bahwa pada
tahun 2000 SM sebuah boneka kayu ditemukan pada peradaban Mesir kuno yang
dikendalikan oleh seutas tali dan dapat melakukan berbagai fungsi. Sampai saat ini ada 3
model boneka yang masih bertahan dan masih dimainkan yaitu; Sisilia, Republik Ceko, dan
Myanmar. Yang membedakan ketiga model ini adalah gaya bermainnya.

Boneka Sisilia adalah yang paling sederhana, karena hanya tangannya yang
dikendalikan oleh benang. Boneka Czech lebih kompleks karena kaki dan tangannya
dikontrol. Boneka Burma lebih rumit karena semua bagian tubuhnya bergerak dengan
bantuan benang. Awalnya, pedalangan Burma ditujukan untuk tujuan hiburan dan
mengutamakan unsur sejarah, sastra, dan pendidikan agama bagi masyarakat luas (Thanegi,
2008:1).

4. Teatrikalisasi Puisi

Teatrikalisasi puisi adalah pertunjukan teater berdasarkan karya sastra puisi. Di atas
panggung mereka mencoba memainkan puisi-puisi yang biasanya hanya dibacakan. Karena
sumbernya adalah puisi, maka dramatisasi puisi lebih mengedepankan estetika puitik di atas
pentas. Gaya akting para aktornya kebanyakan teatrikal. Pementasan dan pemblokiran
dimaksudkan untuk menekankan tujuan puisi itu. Teatrikalisasi puisi menawarkan bidang
kreatif kepada seniman karena ia berupaya menerjemahkan makna puisi ke dalam aksi dan
pertunjukan artistik di atas panggung.

5. Drama Musikal

Drama musikal adalah jenis teater yang menggabungkan akting, menari, dan bernyanyi
secara bersama. Dialog para aktor kurang penting dalam drama musikal karena drama
musikal menekankan pada musik, nyanyian, dan gerakan. Pertunjukan semacam ini, yang
biasanya disebut sebagai pertunjukan kabaret dan sangat populer di panggung Broadway.
Keterampilan seorang aktor tidak hanya terletak pada dialognya, tetapi juga dalam
memahami karakternya melalui gerakan menyanyi dan menari. Disebut drama musikal
karena memiliki latar belakang musik yang menceritakan kisahnya.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Drama juga dapat digambarkan sebagai bentuk aktivitas manusia yang secara sadar
menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk mengekspresikan dirinya, yang
diwujudkan dalam sebuah karya atau seni pertunjukan. Drama modern adalah jenis drama
yang menggunakan naskah dan berangkat dari hasil karya sastra yang disusun untuk
pementasan. Jenis drama ini juga dikenal sebagai "drama modern". dibantu oleh unsur-
unsur gerak dalam cerita kehidupan manusia yang mempunyai unsur-unsur cerita yang
berkaitan dengan peristiwa sezaman dan memiliki struktur seperti prolog, epilog dan
dialog. Drama modern ide ceritanya biasanya berasal dari cerita kehidupan sehari hari agar
mudah dipahami dan dimengerti, biasanya dalam pementasan drama modern ada jenis
jenisnya seperti teater dramatik, gerak, boneka, teatrikal puisi dan drama musikal, untuk
perkembangannya sendiri drama modern sebenarnya dimulai pada tahun
1901 oleh F.Wigers.
DAFTAR PUSTAKA
Nuryanto, M.Pd.,Toto. Buku Apesiasi Drama. Depok:Rajawali Pres Divisi Buku Perguruan
Tinggi, PT RajaGrafindo Persada.

Santosa, S.Sn., Eko. Buku Pengetahuan Teater 2, Pementasan Teater dan Formula Dramaturgi.

Wariatunnisa, Alien & Yuli Hendrilianti. Buku Seni Teater. Penerbit PT Sinergi Pustaka
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai